Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Abstrak :
ndonesian children learn the rules governing attitudes and utterances--the politeness strategies--in their community through the process language acquisition. They use mainly the positive politeness. It it found that Indonesian preschoolers use different politeness strategies towards different participants at school, based on age, social distance, and authority scales for expressing their requests.
LIND 27:2 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
E. Aminudin Aziz
Abstrak :
Penelitian ini, secara umum, ditujukan untuk mengetahui persepsi masyarakat Cina moderen terhadap konsep tradisional Confucianism tentang wajah (lian atau mianzi). Secara khusus, penelitian ini mengungkap bagaimana persepsi tersebut tercermin dalam pola komunikasi antarpersonal mereka. 100 orang Shanghai terlibat dalam penelitian ini, 50 orang diambil dari daerah perkotaan dan 50 orang dari pedesaan. Mereka merepresentasikan berbagai latar belakang sosial yang berbeda, meliputi usia, jenis kelamin, tempat tinggal, dan pekerjaan. Data penelitian dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur, kemudian dianalisis dengan menggunakan kerangka ajaran Confucianism tentang sifat-sifat yang mendasari konsep wajah. Sifat-sifat itu meliputi relasional, komunal/sosial, hirarkis, dan moral. Analisis data menunjukan bahwa dalam keseluruhan interaksi berbahasanya, para responden sangat memperhatikan nilai-nilai yang terkandung dalam konsep wajah seperti terkandung dalam Confucianism. Diketahui bahwa dari keempat sifat wajah itu, integritas moral de menjadi acuan paling penting untuk menilai apakah seseorang itu masih memiliki wajah atau justru sebaliknya. Hilangnya moralitas berarti hilangnya sifat-sifat manusiawi pada seseorang.
This study aims to investigate the Chinese perceptions about the traditional Confucius concepts mianzi/lian ?face? in the context of the world that is changing. In particular, the study focuses on how such perceptions are reflected in their interpersonal communication. Data was collected through direct semi-structured interviews with the respondents, guided by a set of questions regarding the situations they might hypothetically find themselves. Shanghai was chosen as the site for this study because, among other places in China, it has undergone considerable changes. 100 Shanghainese were involved in the study; 50 were city dwellers and 50 villagers, representing their various social backgrounds. The data were analysed by using the Chinese cultural notions underlying the concepts of face: relational, communal, hierarchical, and moral. Analyses show that the respondents often avoid conflicts with their interlocutors, even if they were put in very unfortunate circumstances. These face-favouring acts are indicative of their closed observance of the norms and hence the concepts of face, by which they could gain, maintain, and enhance their own face. In return, they would be regarded as members of the society with polite behaviours and with other good moral characters. The study concludes that although China is changing, the conceptions and practices of the traditional concepts mianzi/lian "face" among Chinese have remained constant. This is because into these concepts are attached the most basic concepts of humanity; the absence of the concepts of face in the mind of human beings can mean the loss of humanity as a whole.
Bandung: Indonesia University of Education. Faculty of Language and Art Education, 2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tomy Lutvan Abqory Muttabi Taha
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh Debat Kandidat Kedua Pemilihan Umum Maroko 2016 yang diselenggarakan pada 22 September 2016 di Al-Akhawayn University, Ifrane. Debat Kandidat tersebut terindikasi mengandung banyak unsur kesantunan pragmatik. Penelitian ini memfokuskan pada analisis strategi kesantunan dan analisis unsur-unsur kesantunan yang terdapat pada tuturan peserta debat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penulis menggunakan teori pragmatik Leech terj. 2015 , Yule terj.2014 , Kridalaksana 2008 , Kushartanti 2005 , dan teori strategi kesantunan Brown dan Levinson 1987 , yang menyebut bahwa terdapat lima strategi kesantunan yaitu Strategi Langsung Tanpa Basa-Basi Bald-On Record , Strategi Kesantunan Positif Positive Politeness , Strategi Kesantunan Negatif Negative Politeness , Strategi Kesantunan Tidak Langsung Off-Record , dan Strategi Diam Don ? ?t Do the FTA Strategy . Data yang digunakan pada penelitian ini adalah video dokumentasi Debat Kandidat Kedua Pemilihan Umum Maroko 2016 yang dapat diakses di situs berbagi video YouTube www.youtube.com/medi1tv . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 31 proposisi yang terindikasi menggunakan strategi kesantunan Brown dan Levinson. Terdapat 4 strategi kesantunan yang ditemukan dalam penelitian, yaitu Strategi Langsung Tanpa Basa-Basi Bald-On Record , Strategi Kesantunan Positif Positive Politeness , Strategi Kesantunan Negatif Negative Politeness , dan Strategi Kesantunan Tidak Langsung Off-Record . Strategi yang paling banyak digunakan adalah Strategi Kesantunan Positif berjumlah 17 proposisi, sementara substrategi kesantunan positif yang paling sering digunakan adalah substrategi kedua membesar-besarkan perhatian, persetujuan, dan simpati kepada lawan tutur yang berjumlah 7 proposisi. Hal ini menunjukkan bahwa para peserta debat berupaya mengurangi dan meminimalkan jarak dengan lawan tutur pemirsa debat untuk meraih sebanyak mungkin suara dukungan dari rakyat Maroko pada hari pemilihan.
ABSTRACT<>br> The research was motivated by the Second Candidate Debate of Morocco 2016 Election held on 22 September 2016 at Al Akhawayn University, Ifrane. The Candidate Debate is indicated to contain many elements of pragmatic politeness. This research focuses on the analysis of politeness strategy and analysis of the elements of politeness in the debate participants speech. This research uses qualitative method with descriptive approach. The author uses the pragmatic theory of some experts and theory of politeness strategy proposed by Brown and Levinson 1987 , which mentions that there are five strategies of politeness namely Bald On Record Strategy, Positive Politeness Strategy, Negative Politeness Strategy, Off Record Strategy, and Silent Strategy Do not Do the FTA Strategy . The data corpus used in this study is a documentary video of the Second Candidate Debate of Morocco 2016 Election which can be accessed on the official channel of Medi1 TV on the YouTube video sharing website www.youtube.com medi1tv . The results of this study indicate that there are 31 propositions indicated using Brown s and Levinson s politeness strategies. There are 4 strategies of politeness that the author finds in the research corpus, the Bald On Record Strategy, Positive Politeness Strategy, Negative Politeness Strategy, and the Off Record Strategy. The most widely used strategy of debate participants is Positive Sensitivity Strategy amounting to 17 propositions, while the most commonly used positive politeness substrategy is the second substrategy exaggerating attention, approval, and sympathy to the opposite of 7 propositions. This suggests that the debate participants seek to reduce and minimize the distance with the opposite speakers viewers of the debate to achieve as many votes as possible support from the Moroccan people on election day.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lely Demiyati
Abstrak :
Penelitian ini membahas pemagaran atau hedging dalam pidato politik bahasa Jepang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis dan fungsi pagar dalam teks-teks pidato perdana menteri Jepang Shinzo Abe. Teks pidato yang dijadikan sumber data berjumlah lima pidato yang diunduh dari situs resmi lsquo;perdana menteri Jepang dan kabinetnya rsquo;. Pagar temuan dalam pidato akan dianalisis menggunakan pagar taksonomi Salager-Meyer 1994 sebagai acuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pagar yang dominan digunakan adalah frasa pembuka sebesar 50 . Urutan kedua pagar adalah verba bantu modal sekitar 22 . Urutan ketiga jenis pagar kata penunjuk derajat, kuantitas frekuensi dan waktu sekitar 11 . Jenis pagar verba leksikal modal urutan ke empat sekitar 6 . Urutan kelima pagar frasa modal nomina, adjektiva dan adverbia berjumlah 5 atau. Jenis pagar klausa bersyarat menempati urutan keenam yaitu 4 . Urutan terakhir adalah pagar majemuk sekitar 2 . Fungsi dari pagar-pagar yang digunakan oleh PM Abe ini sebagai mitigasi, melindungi diri dari kritik, menunjukkan kesantunan, mencegah konfrontasi, membangun hubungan baik dengan mitra tutur dan menunjukkan kurangnya komitmen atau tanggung jawab.Kata kunci: Pemagaran, pidato politik, Shinzo Abe, pragmatik, kesantunan. ......The object of this research is hedging in Japanese political speeches. The objective of this research is to identify types and functions of hedging in the speeches of the Japan Prime Minister Shinzo Abe. The data consist of five Shinzo Abe rsquo s speeches taken from website Prime Minister and Cabinet at http www.kantei.go.jp. The hedges found in the speeches are analyzed using the taxonomy and functions of hedges according to Salager Meyer 1994 . The analysis shows that the most frequently used hedges in political speeches by Shinzo Abe is introductory phrases 50 , followed modal auxiliaries 22 , approximators of degree, quantity, 11 , lexical verb 6 , frasa modal nomina, adjektiva dan adverbia 5 , lsquo if rsquo type clauses 4 , and compound hedge 2 . In addition, the function of hedging in the speeches of Shinzo Abe is to mitigate, to protect himself from critique, to show politeness, to prevent confrontation, to build a good relation with the hearer, and show lack of commitment or responsibility.Key words pragmatics, hedging, political speech, politeness.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T49377
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Junaidi
Abstrak :
ABSTRACT
Politeness, speech act and discourse have become an interest area of language use in context. Attention has been drawn to the universality of politeness strategies across the culture. This study examines the nature of pattern of communication in terms of politeness, speech acts and discourse in sasak speech community. The subject of the studi is 1 Tuan Guru giving religious speech in silkur village. Participantobservaton is used as the method of data collection in this study. A video recording was used to collect data. Result of the study shows that reminding and sugesting are not acts of indicating or threatening addressees' negative face, but possitive strategies used to minimized the threat for adresses' possitive face and negative one as means of saving addressees' negative face. These three variables were interrealted to dechiper the nature of speech pattern of language use in the sasak speech community. the notion of face should be analyzed according to norms and cultural values such acts in different speech communities. Hence, the universality of communicative action and the type of speech act in a given speech community are crucial variable to sctinize the language use in context.
Mataram: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2017
400 MBSN 11:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Idah Hamidah
Abstrak :
Tesis ini memfokuskan diri pada strategi kesantunan tindak tutur direktif dalam novel bahasa Jepang. Novel yang digunakan sebagai sumber data adalah catatan harian penulisnya, berjudul Ichi Rittoru no Namida ‘One Litre of Tears’ karya Kito Aya yang diterbitkan pada Februari 2005 (17 Heisei).Penelitian ini bertujuan menemukan strategi kesantunan direktif di dalam novel. Melalui ancangan kualitatif dengan metode analisis kontekstual, ditemukan lima strategi kesantunan untuk menyatakan direktif, sesuai dengan yang diajukan oleh Brown & Levinson (1987), antara lain: (1) bald on record (langsung), (2) on record dengan kompensasi kesantunan positif, (3) on record dengan kompensasi kesantunan negatif, (4) off record (samar-samar), dan (5) bertutur di dalam hati (diam).Strategi kesantunan direktif secara terus terang direalisasikan melalui pemarkah gramatikal [kudasai], (~te], dan [~te goran]; penggunaan fatis [ne] dan [yo]. Strategi kesantunan direktif dengan kompensasi kesantunan positif direalisasikan melalui promise, include both S & H in the activity, intensify interest to H, gtve reason, assert or presuppose S's knowledge of and concem for H’s wants, dan gtve gift. Strategi kesantunan direktif dengan kompensasi kesantunan negatif direalisasikan melalui penggunaan guestions & hedge, impersonalize S & H, dan be conventionally indirect. Strategi kesantunan direktif secara samar-samar direalisasikan melalui use ellipsis, be vague, dan give hints. Kesantunan direktif dalam hati direalisasikan dengan diam. Dari kelima strategi kesantunan direktif tersebut, ditemukan bahwa strategi yang cenderung lebih banyak digunakan adalah kesantunan direktif positif. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya dalam bahasa Jepang. ......This thesis focuses on politeness strategy of directive speech act in Japanese novel Ichi Rittoru no Namida (One Littre of Tears) written by Kito Aya. This primary data source is the writer’s journal, published on February 2005 (17 Heisei). Applying qualitative approach and contextual analysis method, it is found out that there are five politeness strategies to perfonn directive speech act, as proposed by Brown & Levinson (1987). They are (1) bald on record, (2) positive politeness, (3) negative politeness, (4) off record, and (5) silent strategy. The first strategy is realized by grammatical marker [kudasai], [~te], and [~te goran]; phatic expression [ne] and [yo]. Second strategy is realized by making promise, including both S & H in the activity, intensifying interest to H, giving reason, asserting or presupposing S’s knowledge of and concem for H’s wants, and giving gift. Third strategy is realized by using hedge and questions, impersonalizing S & H, and being conventionally indirect. The fourth strategy is realized by using ellipsis, being vague, and giving hints. Silent strategy in directive politeness is realized by saying nothing. The finding shows that positive politeness tends to be used more frequently. The finding of this research serves as the synchronic linguistic data for further research in the topic.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
T25877
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syinta Dewi
Abstrak :
Skripsi ini berisi tentang pelanggaran terhadap prinsip kesantunan berbahasa yang terdapat dalam naskah Klempakan Cariyos Tionghwa Sik Jin Kwi Ceng See karya Dwi Woro Mastuti. Naskah tersebut menceritakan perjalanan tokoh dari Tiongkok yang bernama Sik Jin Kwi berperang ke Barat guna menumpas kejahatan. Pelanggaran prinsip kesantunan yang dapat ditemukan di dalamnya berupa kata/frase/kalimat. Teori yang digunakan adalah teori maksim kesantunan berbahasa menurut Leech. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mendeskripsikan kata/frase/kalimat yang dilanggar dalam naskah Klempakan Cariyos Tionghwa Sik Jin Kwi Ceng See. Hasil analisis menyatakan bahwa pelanggaran prinsip kesantunan Leech di dalam naskah Klempakan Cariyos Tionghwa Sik Jin Kwi Ceng See didominasi oleh frase dan pelanggaran maksim yang paling produktif yaitu maksim pujian, maksim kerendahhatian, maksim kesepakatan, dan maksim simpati.
This undergraduate thesis tells about violation to politeness principles in a manuscript of Klempakan Cariyos Tionghwa Sik Jin Kwi Ceng See, written by Dwi Woro Mastuti. Those manuscript narrates the tale of a man from Tiongkok who had a journey to the West for criminality extermination mission. Violation to politeness principles occur in this manuscript formed word/phrase/sentence. I used the maxim politeness principles theory from Leech to make an analysis for this thesis. This research purposeful look on word/phrase/sentence violated in a manuscript of Klempakan Cariyos Tionghwa Sik Jin Kwi Ceng See. It all boils down to are violation to politeness Leech principles in a story of Sik Jin Kwi Ceng See is dominated by phrase and the most productive maxims are approbation maxim, modesty maxim, agreement maxim, and sympathy maxim.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S11713
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ariella Shan
Abstrak :
ABSTRAK
Esensi bahasa perempuan adalah kesopanan. rdquo; Pola pikir ini tanpa disadari memberikan kaum wanita batasan dalam berkomunikasi di tempat kerjanya. Gagasan ini dihidupkan terus menerus melalui berbagai medium, yang mana film merupakan salah satunya. Namun, kemampuan kaum perempuan dalam memproduksi film di era ini memungkinkan berubahnya pemikiran tersebut. Penelitian kecil ini bertujuan mengetahui jika gagasan ini ditentang atau diteruskan melalui salah satu karya sineas perempuan,, yaitu Equity 2016 dengan menggunakan strategi kesopanan Brown and Levinson 1987 dan strategi ketidaksopanan Culpeper 1996 . Pertanyaan penelitian melingkupi jenis strategi kesopanan dan ketidaksopanan apa yang digunakan dua karakter utama di tempat kerja, apa alasan yang mungkin mendasari penggunaan strategi tersebut, dan adakah perangkat linguistik ldquo;khas rdquo; bahasa perempuan di dalam percakapan. Data dikumpulkan dengan mengidentifikasi dan menganalisis strategi dalam ujaran kedua karakter, lalu menghitung dan membandingkan frekuensi penggunaannya. Hasil menunjukkan kedua karakter paling banyak menggunakan strategi kesopanan bald on record, positive politeness dan negative politeness serta strategi ketidaksopanan bald on record dan negative impoliteness. Kemungkinan alasan penggunaannya meliputi sifat karakter, pengetahuan mereka akan posisi masing-masing dalam perusahaan dan tingkat jarak sosial . Data mengenai perangkat linguistik yang identik dengan bahasa perempuan cukup sedikit. Dapat disimpulkan bahwa bahasa yang dipakai kedua karakter tidak selalu mencerminkan kesopanan.
ABSTRACT
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Maura Sekar Amarati Lukito
Abstrak :
Penggunaan code-mixing antara Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia secara kasual dalam beberapa tahun terakhir telah terdokumentasi dengan baik dan dikenal secara luas, sebagaimana kini disebut sebagai Bahasa Jaksel. Oleh karena itu, perspektif mengenai kesopanan fenomena ini merupakan area yang menarik untuk diteliti. Makalah ini bertujuan untuk mengkaji penggunaan dan pandangan mahasiswa mengenai code-mixing, termasuk pendapat tentang tingkat kesopanan serta kepantasan dalam konteks akademik dan nonakademik, dengan menggunakan analisis deskriptif dari hasil wawancara satu lawan satu guna mengkaji penggunaan code-mixing antara Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia dalam ujaran, menggunakan teori kesantunan linguistik, face, dan social distance. Dua puluh delapan mahasiswa tahun keempat dari angkatan 2019 Program Studi Inggris Universitas Indonesia berpartisipasi dalam wawancara tersebut. Penelitian ini menggunakan teori kesantunan linguistik Brown dan Levinson yang didefinisikan dengan istilah face (muka) dan face-saving untuk menemukan penalaran spesifik dan menjelaskan secara deskriptif mengenai keadaan dan penerimaan code-mixing di lingkungan sekitar para mahasiswa. Hasil penelitian menemukan beragam perspektif tentang kesopanan dan kepantasan code-mixing di dalam konteks akademis. Penyelidikan lebih rinci disarankan untuk dilakukan pada kesantunan sebagaimana dirasakan oleh orang Indonesia dalam sub-masyarakat tertentu. ......Usage of casual code-mixing between English and Bahasa Indonesia in recent years has been well-documented and widely recognized, as is now commonly referred to as Bahasa Jaksel. Perspectives on politeness on this phenomenon is therefore a compelling area to discuss. This paper aims to examine college students’ usages and perspectives on code-mixing, including opinions on politeness and appropriateness within academic and non-academic contexts, using descriptive analysis of one-on-one interview results to examine the use of code-mixing between English and Bahasa Indonesia within utterances, with theories on politeness, face, and social distance. Twenty-eight fourth-year students from class of 2019, of the English Studies Department of Universitas Indonesia participated in the interview. This research uses Brown and Levinson’s theories on politeness as defined with face and face-saving terms to discover specific reasonings and descriptively explain the circumstances and reception of code-mixing done within the surroundings of the students. Findings report mixed perspectives regarding code-mixing politeness and appropriateness within the classroom. Further investigation is recommended to be had on the perceived politeness as held by Indonesians within specific sub-societies.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>