Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 47 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ajeng Adistya Medina
Abstrak :
Kecamatan Bogor Tengah merupakan lokasi yang strategis dengan adanya pusat perbelanjaan baik pasar modern maupun pasar tradisional. Dalam memilih lokasi tujuan belanjanya, penduduk akan mempertimbangkan waktu tempuh dan juga jarak. Penetapan pilihan tersebut dikenal dengan istilah proses keputusan pembelian. Penelitian ini menggunakan jenis kebutuhan primer harian dan primer non harian, yang bertujuan untuk melihat bagaimana pola pemilihan lokasi belanja penduduk di Kecamatan Bogor Tengah dengan menggunakan variabel karakteristik demografi yakni tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, status pekerjaan dan jenis pergerakan belanja. Metode yang digunakan bersifat deskriptif spasial dengan menggunakan uji chi square untuk mengetahui hubungan antara setiap variabel yang digunakan dalam memilih lokasi belanja kebutuhan primer harian. Hasil penelitian didapatkan bahwa dalam membeli kebutuhan primer harian penduduk cenderung memilih waktu tempuh serta jarak terdekat terhadap lokasi tempat tinggalnya, jenis pergerakan belanja single purpose trip mayoritas dipilih penduduk karena umumnya jarak yang ditempuh merupakan jarak dekat. Berbeda halnya dengan kebutuhan primer non harian pakaian, pergerakan belanja pakaian dipengaruhi terhadap pendapatan yang dimilikinya, sebagian besar penduduk memiliki jenis pergerakan multi purpose trip, karena jarak dan waktu tempuh tidak begitu dipertimbangkan asalkan lokasi tersebut masih terdapat di dalam Kota Bogor. Pendapatan dan pendidikan memiliki hubungan yang signifikan terhadap pemilihan lokasi belanja, sedangkan pada karakteristik demografi status pekerjaan hubungan yang terjadi tidak signifikan apabila tidak dikaitkan dengan tingkat pendapatan masing-masing penduduknya.
The district of central Bogor is a strategic location supported with a decent trade center which is good in both modern and traditional market. In selecting the location of store, community have the choice itself principally in terms of journey time and distance from home toward the store. The choice of it is known as the purchase decision process. This research uses the type of primary needs that are differentiated into two, called daily primary needs and non daily primary needs. The aim is to see the pattern of primary needs store site selection for central Bogor district communities using the variables demographic characteristics, that are Income level, education level, employment status and the type of shopping movement based on the distance and also the travel time to the selected store location. The method used is a descriptive spatial using the chi square test to determine the relationship between each of the variables used in selecting the location of the daily primary needs and non daily primary needs. The result of the research shows that in buying the daily primary needs, communities tend to choose the smallest travel time needed and the closest to the location. In other side, Non daily primary needs is affected by its income. Nevertheless, the majority of the community has the type of movement of the multi purpose trip with not too consider the distance and time traveled in toward the location of the store as long as the location is still there in Bogor. The income and education have significant relationships to the location selection store, while on the demographic characteristics of the status of the work of the relationship that happened not significant when not associated with the level of the income of each of its communities.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68191
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelza Pradipta
Abstrak :
Kejadian terorisme merupakan hasil pertimbangan spasial oleh kelompok teror yang berkaitan dengan pemilihan tempat - tempat mereka beroperasi. Penelitian ini mengkaji kejadian terorisme secara temporal dan spasial. Secara temporal, era terorisme dibagi berdasarkan penggunaan teknologi oleh kelompok radikal agama. Secara spasial, penelitian ini mengidentifikasi ruang teror yang digunakan oleh teroris. Data sekunder yang digunakan bersumber dari Global Terrorism Database, sedangkan data primer bersumber dari hasil wawancara dengan pihak kepolisian dan mantan anggota kelompok radikal agama. Analisis yang digunakan adalah analisis komparatif spasial dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pola pemilihan ruang sasaran simbolis dan ruang aktivitas pada setiap era-nya. Perbedaan pola pemilihan ruang sasaran simbolis dikarenakan adanya pertimbangan dari tujuan kelompok teror dan dilatarbelakangi oleh konflik yang terjadi pada setiap era sehingga terjadi pergeseran dalam penargetan ruang simbolis sasaran. Sedangkan perbedaan pola pemilihan ruang aktivitas disebabkan adanya perkembangan teknologi dan peningkatan kemampuan aparat keamanan dalam memberantas kelompok radikal agama sehingga wilayah operasi menjadi lebih terbatas. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan antara ruang aktivitas dan ruang simbolis, hal ini dapat terlihat pada perbedaan jarak rumah aman safe house) ke tempat sasaran yang berbeda pada setiap era. Namun secara garis besar, kelompok teror radikal agama cenderung memilih rumah aman safe house di DKI Jakarta pada zona pinggiran dan zona peralihan berupa kawasan permukiman padat penduduk.
Terrorism incident is the result of spatial consideration by terror group who is related to operating area selection. This study examines terrorism incidents temporally and spatially. Temporally, the terrorism era divided by the use of technology by the religious radical group. Spatially, this study identified the terror space used by terrorists. The majority of data utilized for this analysis were obtained from the Consortium for the Study of Terrorism and Responses to Terrorism’s (START) Global Terrorism Database, an open-source database. Primary data are based on interview results with Densus 88, Gegana PMJ, and ex-member of the religious radical group. The analysis used is a spatial comparative analysis and descriptive analysis. The result of this study shows the difference between the selection pattern of symbolic space and activity space in each era. The difference of symbolic terror space based on consideration of the terror group's purpose that motivated by the conflict of each era so the target of symbolic space was shifted. While the difference of selected activity space caused by technological development and capacity building of security forces on combating religious radical group which caused the operating area to become more limited. The study result also shows the connection between activity space and symbolic space-proven by the difference of distance from the safe house to different target places in each era. Religious radical terror group tends to choose its safe house in DKI Jakarta in the periphery and transitional zones of densely populated residential areas.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Perlita Angelika
Abstrak :
Kabupaten Karawang memiliki luas hutan mangrove terluas kedua di Provinsi Jawa Barat dengan luas 10.005,93 Ha, hal tersebut mendorong terbentuknya ekowisata mangrove di Kabupaten Karawang. Ekowisata Mangrove Tangkolak, Kecamatan Cilamaya Wetan dan Ekowisata Mangrove Pasir Putih, Kecamatan Cilamaya Kulon merupakan ekowisata yang dikembangkan pada tahun 2018. Namun sudah ribuan pengunjung berkunjung ke objek wisata tersebut walaupun tergolong objek wisata yang baru dan fasilitas yang disediakan tergolong sederhana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial fasilitas pendukung ekowisata berdasarkan interval jarak. Hasil dari penelitian ini merupakan interval jarak mempengaruhi pembentukan pola fasilitas di sekitar ekowisata. Pola spasial fasilitas pendukung ini juga mempengaruhi besaran pendapatan dan arah perkembangan, di mana fasilitas yang terletak pada interval jarak dekat akan memiliki penghasilan yang lebih besar dibandingkan interval jarak sedang dan jauh serta arah perkembangan fasilitas mendekati objek wisata.
Karawang Regency has the second area of mangrove forest in West Java Province with an area of 10,005.93 Ha, which encourages the formation of mangrove ecotourism in Karawang Regency. Tangkolak Mangrove Ecotourism, Cilamaya Wetan District and Pasir Putih Mangrove Ecotourism, Cilamaya Kulon District is ecotourism that developed in 2018. However, the place has had thousands of visitors, even though it’s classified as a new ecotourism and the facilities that provided are still quite simple. This research purpose is to find out the spatial pattern of supporting facilities based on the interval distance. The result is the distance interval affects the formation of facilities patterns around ecotourism. The spatial pattern of these supporting facilities also affects the amount of income and the development purpose, where the facilities that located in close range will have a greater income than intermediate and long-distance intervals as well as the purpose of approaching tourist attractions.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrina Nur Fatimah
Abstrak :
Kecamatan Dramaga merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Bogor, dimana di Kecamatan ini terdapat Kampus Institut Pertanian Bogor. Pada awal pembangunan Kampus IPB, Kecamatan Dramaga bersifat kedesaan.  Namun seiring berjalannya waktu, kampus ini berubah menjadi kawasan kekotaan dengan berbagai fasilitas yang mendukung sivitas akademika IPB. Dengan menggabungkan data sekunder, dan primer yang didapatkan melalui wawancara dan observasi, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial perubahan penggunaan lahan dan fungsi bangunan di Kecamatan Dramaga. Untuk mengetahui pola perubahan penggunaan lahan, analisis dilakukan dengan metode asosiatif peta kepadatan penduduk dan penggunaan tanah antara tahun 2015 dan 2022, serta perubahan fungsi bangunan pada tahun 2022.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa area yang dekat dengan kampus IPB mengalami perubahan penggunaan lahan terlebih dahulu, dan semakin lama, perubahan tersebut semakin meluas menjauhi kawasan kampus. Perubahan perubahan fungsi bangunan menunjukkan pola yang serupa, namun jenis fungsi bangunan tidak menunjukkan adanya keteraturan pola spasial. ......Bogor Agricultural University Campus located in Dramaga Sub-District, in Bogor Regency, West Jawa. In the earlier time of the IPB Campus construction, Dramaga Sub-District was a rural area.  But over time, this campus turned into an urban area with various facilities that support the academic community.  By combining secondary an primary data that collected through observations and deep interviews, this study aims to determined the spatial pattern of land use changes and building functions in the surrounding area of IPB campus. To find out of land use changes pattern, an analysis was carried out using associative method of population density and land use maps between 2015 and 2022, as well as changes in building function in 2022. The result showed that the initial land use changes occurred in the area that adjacent to IPB campus. These changes are increasingly expanding away from the campus area. Changes in building function shows a similar pattern, but the type of building function does not show any regularity spatial pattern.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Amelia
Abstrak :
Udara menjadi hal yang utama bagi manusia, sehingga pencemaran udara adalah salah satu masalah di DKI Jakarta. Sumber pencemar udara di DKI Jakarta adalah akibat dari kegiatan industri dan jumlah kendaraan bermotor yang berarti mempengaruhi udara di DKI Jakarta, dengan kandungan SO₂ dan NO₂ semakin meningkat. Zat pencemar udara SO₂ dan NO₂ diantaranya merupakan penyebab terjadinya hujan asam di DKI Jakarta. Penelitian ini mengkaji mengenai pola spasial tingkat keasaman air hujan di DKI Jakarta dan hubungannya dengan zat pencemar udara yaitu SO₂ dan NO₂ serta wilayah sumber pencemar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pola spasial tingkat keasaman air hujan di DKI Jakarta, dari barat menuju timur laut, pH air hujan akan semakin rendah.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S34173
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nugraha Indrakusumah
Abstrak :
Fenomena urban development menuntut tingginya tingkat permintaan (demand) dari masyarakat terhadap bangunan gedung untuk hunian dan tempat usaha serta tingginya nilai ekonomis dari properti tiap tahunnya. Hal ini memicu pembangunan gedung bertingkat untuk hunian seperti apartemen dan rumah susun di Kota Bekasi. Aplikasi dari teknologi LIDAR dan Foto Udara terlihat sangat membantu didalam menganalisis pola persebaran spasial terhadap obyek gedung bertingkat hunian yang ada di Kota Bekasi menggunakan teknik analisis tetanggga terdekat dan kernel density. Hasil menunjukkan bahwa pola persebaran spasial terhadap obyek gedung bertingkat hunian yang ada di Kota Bekasi adalah cenderung mengelompok dengan ciri jarak antara lokasi gedung bertingkat yang satu dengan lokasi gedung bertingkat lainnya berdekatan dan cenderung mengelompok pada tempat-tempat tertentu. Sedangkan kesesuaian antara tata ruang wilayah Kota Bekasi dengan lokasi sebaran gedung bertingkat hunian baik yang befungsi sebagai apartemen, maupun hotel, plaza secara umum memperlihatkan adanya ketidaksesuaian. Implikasi pola spasial gedung bertingkat yang dijumpai di Kota Bekasi memperlihatkan semakin bertambahnya gedung bertingkat hunian, akan mengakibatkan semakin bertambahnya share pembangunan gedung terhadap sektor bangunan pada PDRB yaitu yang tercantum pada PDRB Atas Dasar Harga Bangunan. Namun kondisi tersebut tidak semata - mata secara total meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi regional di Kota Bekasi.
The phenomenon of urban development requires high levels of demand (demand) from the public against the building for residential and business premises as well as the high economic value of the property each year. This triggers the construction of multi-storey buildings for residential as apartments and flats in the city of Bekasi. Application of LIDAR technology and Air Photo looks very helpful in analyzing the spatial distribution pattern of the object existing residential high rise building in Bekasi using analytical techniques a neighbor nearby and kernel density. Results showed that the spatial distribution pattern of the object-storey residential building in the city of Bekasi tend to cluster with the characteristic distance between the location of the one-storey building with other tall buildings adjacent locations and tend to cluster in certain places. While the conformity between the spatial distribution of Bekasi City with locations storey residential building both functioned as apartments, hotels, plazas generally showed discrepancies. Implications of spatial patterns storey building found in Bekasi show the increasing of multi-storey residential buildings, would result in the increasing share of the building construction sector for the GDP listed in GDP Based On Building Price. However, these conditions might have partly improved the rate of economic growth in Bekasi.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugraha Indrakusumah
Abstrak :
Fenomena urban development menuntut tingginya tingkat permintaan (demand) dari masyarakat terhadap bangunan gedung untuk hunian dan tempat usaha serta tingginya nilai ekonomis dari properti tiap tahunnya. Hal ini memicu pembangunan gedung bertingkat untuk hunian seperti apartemen dan rumah susun di Kota Bekasi. Aplikasi dari teknologi LIDAR dan Foto Udara terlihat sangat membantu didalam menganalisis pola persebaran spasial terhadap obyek gedung bertingkat hunian yang ada di Kota Bekasi menggunakan teknik analisis tetanggga terdekat dan kernel density. Hasil menunjukkan bahwa pola persebaran spasial terhadap obyek gedung bertingkat hunian yang ada di Kota Bekasi adalah cenderung mengelompok dengan ciri jarak antara lokasi gedung bertingkat yang satu dengan lokasi gedung bertingkat lainnya berdekatan dan cenderung mengelompok pada tempat-tempat tertentu. Sedangkan kesesuaian antara tata ruang wilayah Kota Bekasi dengan lokasi sebaran gedung bertingkat hunian baik yang befungsi sebagai apartemen, maupun hotel, plaza secara umum memperlihatkan adanya ketidaksesuaian. Implikasi pola spasial gedung bertingkat yang dijumpai di Kota Bekasi memperlihatkan semakin bertambahnya gedung bertingkat hunian, akan mengakibatkan semakin bertambahnya share pembangunan gedung terhadap sektor bangunan pada PDRB yaitu yang tercantum pada PDRB Atas Dasar Harga Bangunan. Namun kondisi tersebut tidak semata ? mata secara total meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi regional di Kota Bekasi.
The phenomenon of urban development requires high levels of demand (demand) from the public against the building for residential and business premises as well as the high economic value of the property each year. This triggers the construction of multi-storey buildings for residential as apartments and flats in the city of Bekasi. Application of LIDAR technology and Air Photo looks very helpful in analyzing the spatial distribution pattern of the object existing residential high rise building in Bekasi using analytical techniques a neighbor nearby and kernel density. Results showed that the spatial distribution pattern of the object-storey residential building in the city of Bekasi tend to cluster with the characteristic distance between the location of the one-storey building with other tall buildings adjacent locations and tend to cluster in certain places. While the conformity between the spatial distribution of Bekasi City with locations storey residential building both functioned as apartments, hotels, plazas generally showed discrepancies. Implications of spatial patterns storey building found in Bekasi show the increasing of multi-storey residential buildings, would result in the increasing share of the building construction sector for the GDP listed in GDP Based On Building Price. However, these conditions might have partly improved the rate of economic growth in Bekasi.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T44827
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Yunita
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Provinsi Lampung dengan menggunakan citra satelit Landsat tahun 1990 dan 2014, data sosial ekonomi dari BPS dan survei untuk memvalidasi deforestasi di TNBBS. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Menilai faktor pendorong yang paling dominan terhadap deforestasi di TNBBS periode 1990 sampai 2014. (2) Mengkaji pola spasial distribusi deforestasi di TNBBS periode 1990 sampai 2014. Deforestasi diidentifikasi melalui citra Landsat dengan menggunakan parameter Indeks Vegetasi (NDVI) untuk mengukur perubahan luas hutan dan kerapatan vegetasi. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode overlay peta dan diperkuat dengan metode statistik Regresi Logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor pendorong yang paling dominan terhadap deforestasi di TNBBS adalah jarak dari jalan. Pola spasial deforestasi TNBBS periode 1990-2014 tersebar di zona rehabilitasi dengan total luas 5.731,40 hektar atau 54,98% dengan tingkat rata-rata deforestasi secara keseluruhan 0,2% setiap tahun. ......This research was conducted in Bukit Barisan Selatan National Park (TNBBS) Lampung Province using Landsat satellite images in 1990 and 2014, socio-economic data from BPS and surveys to validate of deforestatation in TNBBS. The purpose of this research are: (1) Assess tho most dominant driving factor of deforestation in TNBBS period 1990 to 2014. (2) reviewing the spatial patterns distribution of deforestation in TNBBS period 1990-2014. Deforestation identified by Landsat images with parameter Vegetation Index (NDVI) to measure changes the forest cover and vegetation density. The analyses of deforestation using overlay map and reindforced logistic regresion statistical methods. The results of this research that driving factor of deforestation the most dominant is the distance from the road in TNBBS. The spatial pattern distribution of deforestation in TNBBS period 1990-2014 are scatter in rehabilitation zones with a total area 5.731,40 hectares or 54,98% with an average rate of deforestation 0,2% a year.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T45061
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vinnya Indri Pratiwi
Abstrak :
ABSTRAK
Terumbu karang merupakan salah satu kekayaan alam yang terkenal dalam sektor pariwisata bahari, dimana terumbu karang memiliki manfaat yang baik dari segi ekologi maupun ekonomi. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis pola spasial perubahan kondisi karang dan menganalisis aktivitas wisata bahari yang dapat mempengaruhi kondisi sebaran terumbu karang di Nusa Dua dan Nusa Penida. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis spasial dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil dari penelitian ini yaitu luasan sebaran karang di Kawasan Nusa Dua dan Nusa Penida berjumlah 592,61 Ha, didalamnya terdapat 3 klasifikasi yaitu karang hidup, karang mati, dan pasir. Pada tahun 2012, luasan sebaran karang hidup di Nusa Dua berkisar 111,09 Ha dan di Nusa Penida berkisar 186,31 Ha. Luasan sebaran karang mati di Nusa Dua sebesar 157,02 Ha dan 53,80 Ha di Nusa Penida, sedangkan untuk luasan sebaran pasir di Nusa Dua berkisar 39,77 Ha dan 44,61 Ha di Nusa Penida. Pada tahun 2016, luasan sebaran karang hidup di Nusa Dua berkisar 111,71 Ha dan di Nusa Penida berkisar 186,53 Ha. Luasan sebaran karang mati di Nusa Dua sebesar 156,40 Ha dan 53,59 Ha di Nusa Penida, sedangkan untuk luasan sebaran pasir di Nusa Dua berkisar 39,77 Ha dan 44,61 Ha di Nusa Penida. Pada Kawasan Wisata di Nusa Dua dan Nusa Penida memiliki bermacam-macam jenis kegiatan wisata bahari diantaranya seperti: snorkeling, diving, dan watersports. Untuk Pola spasial perubahan kondisi terumbu karang yang berdasarkan aktivitas wisata dibagi menjadi 3 kelas kategori untuk mengetahui tingkat kepadatan wisatawan pada lokasi-lokasi dive point yaitu jarang, sedang, dan padat di Kawasan Nusa Dua dan Nusa Penida. Lokasi dive spot pada kelas tingkat kepadatan wisatawan yang padat pada lokasi dive spot Nusa Dua, Crystal Bay, Batu Gede, Manta Point, dan Malibu Point.
ABSTRACT
Coral reefs are one of the renowned natural wealth in the marine tourism sector, where coral reefs have both ecological and economic benefits. The purpose of this research is to analyze spatial pattern of coral condition change and to analyze marine tourism activity that can influence the condition of coral reef distribution in Nusa Dua and Nusa Penida. The method used in this research is spatial analysis using descriptive method. The results of this study are the extent of coral distribution in the area of Nusa Dua and Nusa Penida amounted to 592.61 Ha, in which there are 3 classifications of live coral, dead coral, and sand. In 2012, the extent of live coral distribution in Nusa Dua ranges from 111.09 Ha and in Nusa Penida around 186.31 Ha. The extent of dead coral distribution in Nusa Dua is 157.02 Ha and 53.80 Ha in Nusa Penida, while for the extent of sand in Nusa Dua ranges from 39.77 Ha and 44.61 Ha in Nusa Penida. In 2016, the extent of live coral distribution in Nusa Dua ranges from 111.71 Ha and in Nusa Penida around 186.53 Ha. The extent of dead coral distribution in Nusa Dua is 156,40 Ha and 53,59 Ha in Nusa Penida, while for the amount of sand distribution in Nusa Dua is around 39,77 Ha and 44,61 Ha in Nusa Penida. In Nusa Dua and Nusa Penida Tourism Area has various kinds of marine tourism activities such as snorkeling, diving, and watersports. For spatial pattern changes of coral reef condition based on tourism activity divided into 3 categories category to know the level of tourist density at dive point location that is rare, medium, and solid in Nusa Dua and Nusa Penida. The location of the dive spot on the crowded tourist density class at the Nusa Dua dive spot, Crystal Bay, Batu Gede, Manta Point and Malibu Point.
2017
T48378
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Anita Mustika Ratnasari Gumilang
Abstrak :
Kompleksnya kondisi geografis wilayah Jawa Barat dengan jumlah penduduk terpadat di Indonesia menjadikan provinsi ini memiliki risiko bencana yang tinggi. Penilaian kerentanan dianggap sebagai alat penentu yang efektif dan berguna untuk mempromosikan budaya tahan bencana yang memiliki manfaat penting untuk mengurangi resiko dan kerugian dari dampak bahaya alam. Studi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kerentanan sosial terhadap ancaman banjir pada tiap kecamatan di Pantai Utara Jawa Barat berdasarkan penilaian tingkat keterpaparan banjir dan penilaian kerentanan sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan indeks kerentanan sosial dengan menggunakan Principle Component Analysis dan pendekatan karakteristik banjir. Tiga faktor utama yang mempengaruhi kerentanan sosial di Pantura yaitu, usia dan status sosial, pertumbuhan penduduk dan infrastruktur, serta faktor kualitas hidup. Kombinasi Indeks Kerentanan Sosial dengan peta keterpaparan banjir yang memanfaatkan ArcGIS dapat digunakan untuk mengidentifikasi kecamatan dengan tingkat kerentanan wilayah sangat tinggi ......The complex geographical conditions of the West Java region with the densest population in Indonesia make this province a high disaster risk. Vulnerability assessment is considered as an effective and useful determining tool to promote a culture of disaster resilience which has important benefits for reducing risks and losses from the impact of natural hazards. This study aims to determine the level of social vulnerability to the threat of flooding in each sub-district on the North Coast of West Java based on an assessment of the level of flood exposure and an assessment of social vulnerability. This study uses a social vulnerability index approach using the Principle Component Analysis and flood characteristics approach. The three main factors that influence social vulnerability in Pantura are age and social status, population growth and infrastructure, and quality of life factors. The combination of the Social Vulnerability Index with a flood exposure map that utilizes ArcGIS can be used to identify sub-districts with a very high level of regional vulnerability.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>