Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rismoyo Ekaputra
"ABSTRAK
Sistem pengendalian banjir Provinsi DKI Jakarta memiliki dua buah prinsip kerja, salah satunya air akan dialirkan secara gravitasi menuju polder di daerah utara Jakarta. Salah satu sistem polder pengendalian banjir di Jakarta adalah sistem tata air Polder Pluit dengan daerah layanan seluas 2400 Ha. Pada saat ini desain pola operasi Polder Pluit telah berbeda dengan desain NEDECO untuk menyesuaikan kondisi yang ada. Tidak berfungsinya bangunan siphon membuat Pemerintah Provinsi Pemprov DKI Jakarta mengganti inlet Waduk Pluit menjadi saluran terbuka. Perubahan ini membuat komponen sistem saluran drainase dan Waduk Pluit menjadi satu kesatuan yang menyebabkan kinerja pompa semakin berat karena perlu mengosongkan keduanya. Sehingga penulis pada penelitian ini melakukan simulasi yang dibantu dengan software HEC-RAS untuk melihat dampak perbuhan tersebut pada kinerja sistem tata air Polder Pluit. Skenario pertama adalah kondisi eksisting tanpa adanya bangunan air. Skenario kedua inlet merupakan bendung selebar 50 m jenis ogee. Skenario ketiga inlet merupakan bangunan siphon berdasarkan desain NEDECO. Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan hanya skenario satu dan ketiga yang dapat mengakomodir debit banjir, dan bila dilihat dari kinerja pompa skenario ketiga mengalami penghematan 52,25 jam dibanding pompa pertama. Pada kesimpulannya perlu dibangun kembali siphon agar sistem tata air berjalan efektif.

ABSTRACT
Flood prevention system in DKI Jakarta has two work principles. The first one is water will be streamed by gravity to polders that located in North Jakarta. One of the polder system in Jakarta is Pluit Polder, that has 2.400 Ha for its service area. Now, operation pattern design of Pluit Polder is different with NEDECO rsquo s design. Siphon that unfunctionnally well makes DKI Jakarta rsquo s governance change inlet to an opened channel. This change cause drainage system and Waduk Pluit become one component. This condition makes pump have to emptying waduk and drainage. So, writer in this study will make some simulations which helped by HEC RAS software to analyze a whole Pluit Polder system performance in 3 type inlet. The first scenario is the existing condition. The scond scenario is 50 m width dam with ogee spillway. The third scenario is siphon based on NEDECO rsquo s first design. The result is, only the first and third scenario model can accomodate the existing flood discharge prevention, and based on pump operation performance the third scenario model is more effective because this operation is more thrifty 52,25 hours than the first senario. For the result writer suggest to build siphon to improve efficiency system.
"
Lengkap +
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Serafin Trijanti Iskandar
"Masalah pembiayaan kesehatan di Indonesia semakin hari semakin mendapat tantangan yang berat, baik dalam segi kualitatif maupun kuantitatif, sementara biaya kesehatannya sendiri relatif kecil.
Piutang merupakan salah satu masalah yang menjadi perhatian utama pengelola keuangan rumah sakit, walaupun demikian sebuah rumah sakit tidak dapat menghindari kenyataan bahwa piutang pasien merupakan bagian terbesar dari aktiva lancarnya.
Pasien jaminan perorangan memiliki resiko tinggi untuk menyebabkan piutang tidak tertagih, dan bila piutang tidak tertagih pada suatu rumah sakit jumlahnya cukup besar maka akan mengganggu kelancaran operasional rumah sakit.
Laporan tahunan direktorat administrasi RS Pluit menunjukkan bahwa pasien rawat inap jaminan perorangan yang menimbulkan piutang tidak tertagih pada tahun 2002 dan 2003 mencapai lebih 2,00%o dari jumlah total pasien rawat inap pada periode yang sama. Keadaan ini meresahkan manajemen rumah sakit.
Penelitian ini bertujuan mencari gambaran tentang karakteristik pasien rawat inap jaminan perorangan yang berpotensi menimbulkan piutang dan piutang tidak tertagih di RS Pluit pada periode tahun 2002 dan 2003, serta efektifitas kebijakan/peraturan yang berlaku.
Karakteristik pasien yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: asal masuk pasien, pemilihan kelas perawatan, lama hari rawat, jenis tindakan, cara lepas rawat, biaya perawatan, dan pemberi rekomendasi.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pasien yang berasal dari IGD, memilih kelas perawatan CCU dan VIP, dengan lama hari rawat lebih dari 6 hari, tanpa atau dengan tindakan bedah, lepas rawat dengan seijin dokter, dengan biaya perawatan lebih dan Rp.20 juta, dan direkomendasi oleh direksi atau tanpa rekomendasi mempunyai distribusi besar terhadap timbulnya piutang tidak tertagih.
Kebijakan/peraturan yang berlaku ternyata tidak cukup efektif untuk meminimumkan piutang tidak tertagih pada semua kriteria pasien, kecuali untuk pasien yang lepas rawat karena meninggal dunia dan pasien yang memilih kelas perawatan di CCU.
Pada hasil observasi kebijakan/peraturan yang ada sudah dilaksanakan oleh petugas yang terkait, hanya belum optimal dan masih banyak kendala yang tidak bisa dihindari.
Saran-saran yang diajukan antara lain meninjau kembali kebijakan/peraturan, memperketat permintaan uang jaminan, mengintensifkan penagihan selama perawatan, membatasi otorisasi pemberi rekomendasi, meninjau kembali manfaat kartu VIP RS Pluit dan kerjasama dengan Dinas Kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin/orang miskin.
Kepustakaan : 30 (1971 -- 2001)

Analysis of Uncollectable Self Paid Inpatient's Account in Pluit HospitalThe health care financial problems in Indonesia nowadays are facing even more challenging situations, both in qualitative and quantitative aspects, meanwhile the health care budgets are relatively small.
The hospital management focused its main interest in the account receivable problems, even though it cannot escape from the reality that patient 's account receivable occupied the biggest part of its current account.
Self paid inpatient 's possesses high risk in generating bad debts, which can contribute a bad impact to the hospital operational.
Administration Department 's annual report indicate that the bed debt emerged from the self paid inpatient 's in Pluit Hospital in 2002 -- 2003 has reached to 2%o from the total inpatient in the same period This situation is certainly disturbing the hospital management.
The objectives of this research are to describe the self paid inpatient 's characteristics which are potential in generating account receivable and bad debts in Pluit Hospital in the period of 2002 and 2003, and the effectiveness of the prevailing regulations /policies.
The criteria of patient characteristic that are applicable in this research cover from the origin of the patient, the room grade selection, the treatment period, the care action taken, the way of patient 's dischargement, the health care cost and the person that recommend / on who 's recommendation.
From the survey results can be concluded that patients originated from Emergency Room (ER), choose the CCU and VIP room, with or without undergoing surgery, discharged under doctor?s recommendation, with the health care costs more 20 millions rupiahs and with or without recommendation from board of directions have brought out a large contribution in the emergence of bad debts.
The prevailing regulations or policies turned out to be effective in minimizing the bad debts from all of the patient 's criteria, except for the patient discharged for the caused of death or the patient that choose the CCU room.
Based on the observation results, the prevailing regulations on policies have actually been carried out thoroughly by the officer in charge, even though many unavoidable obstacles occurred and still un-optimized.
The propositions which will be promoted such as to review the regulation / policies, to tighten up the procedure of guarantee money collection, to intensify the billing collection upon treatment, to restrict the recommended authorization to review the benefits of Plait Hospital 's VIP card and cooperation with health official (Din Kes) as the organizer of health care services for the people who live under poverty line.
Bibliography : 30 (1971 - 2001)
"
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13071
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastina Tahjoo
"Poliklinik Spesialis Anak RS Pluit yang baru dibuka lebih kurang 1 tahun telah mempunyai pengunjung yang cukup tinggi. Banyaknya jumlah pengunjung pada jam-jam tertentu membuat seorang pengunjung harus menunggu begitu lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa lama waktu tunggu seorang pengunjung, faktor-faktor yang mempengaruhinya dan mengembangkan model yang sesuai agar seorang pengunjung tidak perlu lagi menunggu lama. Janis penelitian yang digunakan adalah penelitian cross sectional dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambii dari seluruh pengunjung yang datang ke poliklinik spesialis anak RSP pada pagi dan sore hari dari tanggal 3 Maret 1997 - 19 Maret 1997. Dalam menganalisa data digunakan perangkat lunak Microsoft Excel/ 7.0 dan QSB + ( Quantitative System for Business Plus ) yaitu Queueing System Simulation.
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa lama menunggu seorang pengunjung rata-rata selama 83 menit dan rata-rata jumlah orang yang menunggu dalam antrian pada permulaan pelayanan sebanyak 18 orang. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan lamanya waktu tunggu adalah model antrian, yaitu sumber masukan, disiplin antrian dan pola kedatangan. Untuk mengurangi lamanya waktu tunggu dibuatlah model antrian G / G / 1/F I F dengan 3 buah altematif sumber masukan. Hasil dari simulasi model-model tersebut didapatkan bahwa rata-rata lama menunggu seorang pengunjung dalam antrian berkisar antara 25 - 30 menit. Sedangkan banyaknya pengunjung yang menunggu dalam antrian adalah 4 orang. Dengan diterapkannya salah satu dari altematif model antrian pelayanan ini, diharapkan waktu tunggu akan jauh berkurang.

The Children's Clinic of Pluit Hospital that just been opened for about a year has already got a lot of visitors. As the number of visitors is quite high, each visitors has a long waiting time. The purpose of this research is to obtain knowledge about the length of waiting time of visitors; the affecting factors and to find a suitable model of waiting time so that a visitor doesn't have to wait too long. The kinds of research used are cross sectional and operational research and quantitative analysis. The samples used for this research are obtained from the entire number of visitors who came to the Children's Clinic of Pluit Hospital in the morning and evening hours on March 3tm ,1997 - March 19th, 1997. In analysis the data the writer used software Microsoft Excell 7.0 and QSB+ (Quantitative System for Business) i.e. Queuing System Simulation.
The resullt of this research shows that the average waiting time of each visitors is about 83 minutes and the average number of people waiting in the queues at the beginning of the service is 18 visitors. While the factors that are responsible for the long waiting time are the queuing models i.e.: sources of input, discipline in queuing and patterns of arrival. To reduce the length of waiting time the writer have prepared queuing model G /G / 1/ F / F with 3 alternatives of sources of input. From the simulation of there models are shown that the waiting time of each visitor in the queues is about 25 to 30 minutes. While the number of visitor in each line is 4 visitors. By applying one of there alternative queuing models it is hoped that the waiting time of visitors will be significently reduced.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Permata Sari
"Tesis ini merupakan hasil penelitian tentang implementasi kebijakan Penguatan Manajemen Kelurahan dalam rangka peningkatan kinerja pemerintah kelurahan. Penelitian ini penting, mengingat kompleksitas tuntutan kebutuhan dan permasalahan masyarakat di Provinsi DKI Jakarta yang sangat dinamis dan mendesak untuk segera mendapat penyelesaian. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggulirkan kebijakan Penguatan Manajemen Kelurahan dengan harapan pemerintahan perlu didekatkan kepada masyarakat, agar pelayanan yang diberikan menjadi semakin baik (the closer goverment, the better it serves). Artinya Kelurahan yang merupakan unsur pelaksana Lini/Pelaksana Kewilayahan mampu memberikan kinerjanya yang optimal dalam menjalankan fungsi utamanya memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat (close to the customer) di wilayahnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif yang diperoleh melalui studi pustaka, observasi dan wawancara mendalam (indepth interview) dengan para informan. Sementara itu, pemilihan informan dilakukan secara snowball sampling, informan pertama memberikan petunjuk tentang informan berikutnya yang dapat memberikan informasi yang tepat dan mendalam. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan Penguatan Manajemen Kelurahan dalam implementasinya memiliki kecenderungan pada statutory services, artinya pemerintah kelurahan dalam menjalankan kebijakan tidak memiliki otonomi untuk membuat policy (membuat pengaturan) dan hanya bertugas melaksanakannya, tetapi terkadang pemerintah kelurahan masih mendapat kesempatan dan diskersi untuk membuat keputusan yang bersifat implementatif terhadap kebijakan Penguatan Manajemen Kelurahan. Implikasinya terjadi penyeragaman pelimpahan kewenangan dan penganggaran dalam kegiatan Penguatan Manajemen Kelurahan, sehingga kinerja pemerintah kelurahan tidak ada perubahan setelah dilaksanakan kebijakan tersebut bahkan lebih terpuruk, karena kegiatan Penguatan Manajemen Kelurahan lebih mengedepankan aspek penyerapan anggaran dibandingkan progress kegiatan, apalagi didukung dengan situasi dan kondisi kelurahan yang minim akan kuantitas dan kualitas personil kelurahan.

This thesis is forms a research about the implementation of Strengthening Kelurahan management policy in order to increase Kelurahan Government performance. This is important, considering the need and the problems of Jakarta society which is very dynamic is soon needed to be solved. That is why, Government of DKI Jakarta Province make a program called The Strengthening of Kelurahan Management Policy, hoping that this program can make the quality of public services, in other words ?the closer government, the better it serves?. It means, Kelurahan as the lowest of the government of DKI Jakarta Province can give the best performance while doing its function giving services to the society in its area. This research use qualitative method, which is its data get from literature, observation, and indepth interview with some informants. Meanwhile, the choosen of some informants by snowball sampling, first informant give clue about next informant that can give many right and deep informations. The result of this research shows that the implementation of this policy is preference to statutory services, means that Kelurahan doesn?t has autonomy to make a policy , Kelurahan only do the policy. But sometimes Kelurahan still has a chance to make a decision that can be implemented to the Strengthening Kelurahan management policy. The implication is delegation of authority and budgetary in this policy are being generalize in all Kelurahan, this makes the performance of Kelurahan is not better, even worse, because this policy only pay attention to the absorption of budgetary than the progress of the program/activity, with the situation and the condition of Kelurahan? staff has low quantity and quality."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2007
T22921
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Permata Sari
"Tesis ini merupakan hasil penelitian tentang implementasi kebijakan Penguatan Manajemen Kelurahan dalam rangka peningkatan kinerja pemerintah kelurahan. Penelitian ini penting, mengingat kompleksitas tuntutan kebutuhan dan permasalahan masyarakat di Provinsi OKI Jakarta yang sangat dinamis dan mendesak untuk segera mendapat penyelesaian. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggulirkan kebijakan Penguatan Manajemen Kelurahan dengan harapan pemerintahan perlu didekatkan kepada masyarakat, agar pelayanan yang diberikan menjadi semakin baik (the closer goverment, the better it serves). Artinya Kelurahan yang merupakan unsur pelaksana Lini/Pelaksana Kewilayahan mampu memberikan kinerjanya yang optimal dalam menjalankan fungsi utamanya memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat (close to the customer) di wilayahnya.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif yang diperoleh melalui studi pustaka, observasi dan wawancara mendalam (indepth interview) dengan para informan. Sementara itu, pemilihan informan dilakukan secara snowball sampling, informan pertama memberikan petunjuk tentang informan berikutnya yang dapat memberikan informasi yang tepat dan mendalam.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan Penguatan Manajemen Kelurahan dalam implementasinya memiliki kecenderungan pada statutory services, artinya pemerintah kelurahan dalam menjalankan kebijakan tidak memiliki otonomi untuk membuat policy (membuat pengaturan) dan hanya bertugas melaksanakannya, tetapi terkadang pemerintah kelurahan masih mendapat kesempatan dan diskersi untuk membuat keputusan yang bersifat implementatif terhadap kebijakan Penguatan Manajemen Kelurahan. lmplikasinya terjadi penyeragaman pelimpahan kewenangan dan penganggaran dalam kegiatan Penguatan Manajemen Kelurahan, sehingga kinerja pemerintah kelurahan tidak ada perubahan setelah dilaksanakan kebijakan tersebut bahkan lebih terpuruk, karena kegiatan Penguatan Manajemen Kelurahan lebih mengedepankan aspek penyerapan anggaran dibandingkan progress kegiatan, apalagi didukung dengan situasi dan kondisi kelurahan yang minim akan kuantitas dan kualitas personil kelurahan.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2007
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Hidayat
"Urbanisasi merupakan salah satu masalah yang terjadi di Jakarta sebagai ibukota Indonesia. Implikasinya adalah perubahan tutupan lahan menjadi impervous cover sehingga berdampak pada peningkatan limpasan hujan. Lokasi penelitian berada pada Daerah Tangkapan Air Waduk Pluit dengan luas 1.863,60 Ha dan tergolong sangat impervious (diperkirakan 93,56% pada tahun 2011 dan 93,42% pada tahun 2030). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan infrastruktur stormwater yakni bioretention, permeable pavement, green roof dan rain barrel terhadap perubahan limpasan tahunan, infiltrasi, storage, total volume limpasan dan debit puncak. Infrastruktur stormwater tersebut diterapkan pada kondisi awal tahun 2011 (skenario-1) dan kondisi akhir berdasarkan RDTR pada tahun 2030 (skenario-2).
Simulasi menunjukkan bahwa pada skenario-1 dan skenario-2 pengurangan limpasan tahunan masing-masing sebesar 78,06% dan 78,24%, sedangkan volume storage masing-masing sebesar 15.930,13 m3 dan 17.013,39 m3. Peningkatan infiltrasi untuk skenario-1 dari 121,99 mm/tahun menjadi 2.577,67 mm/tahun (bertambah sebesar 2.455,68 mm/tahun) sedangkan untuk skenario-2 dari 98,11 mm/tahun menjadi 2.584,57 mm/tahun (bertambah sebesar 2.486,46 mm/tahun). Pengurangan total volume limpasan untuk skenario-1 sebesar 4,60% untuk kala ulang 2 tahun dan 3,43% untuk kala ulang 10 tahun sedangkan pada skenario-2 sebesar 6,57% untuk kala ulang 2 tahun dan 5,05% untuk kala ulang 10 tahun. Pengurangan debit puncak untuk masing-masing kala ulang 2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun adalah berurutan 10,10%, 8,59%, 7,93%, 7,32%, 7,00% dan 6,82% untuk skenario-1 dan berurutan 12,73%, 10,91%, 10,16%, 9,42%, 8,96% dan 8,73% untuk skenario-2. Secara umum infrastruktur stormwater yang direncanakan efektif hanya untuk hujan ringan, pengaruhnya tidak signifikan terhadap hujan ekstrim.

The high rate of urbanization is one of the problems that has occurred in Jakarta as capital of Indonesia. The implication is the change in land use to impervious cover which have an impact on increasing stormwater runoff. Study area is in the Waduk Pluit Catchment Area with an area of 1,863.60 Ha and classified as highly impervious (estimated at 93.56% in 2011 and 93.42% in 2030). The purpose of this study is to determine the effect of the stormwater infrastructure, such as bioretention, permeable pavement, green roof and rain barrel on annual runoff, infiltration, storage, total runoff volume and peak flow. The stormwater infrastructure is applied to the initial conditions in 2011 (skenario-1) and the final conditions based on the RDTR in 2030 (skenario-2).
The simulation shows that in skenario-1 and skenario-2 the annual runoff reduced by aproximately 78.06% and 78.24%, respectively, while the storage volume was 15,930.13 m3 and 17,013.39 m3, respectively. The increase in infiltration for skenario-1 from 121.99 mm/year to 2,577.67 mm/year (increased by 2,455.68 mm/year) while for skenario-2 from 98.11 mm/year to 2,584.57mm/year ( increased by 2,486.46 mm /year). The reduction in total runoff volume for skenario-1 was 4.60% for the 2-year return period and 3.43% for the 10-year return period while in skenario-2 it is 6.57% for the 2-year return period and 5.05% for the 10-year return period. Reduction of peak discharge for each 2-, 5-, 10-, 25-, 50-, 100-years return period is 10.10%, 8.59%, 7.93%, 7.32%, 7.00% and 6.82%, respectively for skenario-1 and 12.73%, 10.91%, 10.16%, 9.42%, 8.96% and 8.73%, respectively for skenario-2. In general, stormwater infrastructure is effective only for light rainfall, and the effect is not significant to extreme rainfall.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T55373
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Sondang Fitrinitia
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat implementasi kebijakan pengelolaan bencana banjir dan strategi adaptasi yang berasal dari komunitas. Hal ini menjadi penting karena belum adanya integrasi diantara keduanya terlihat pada berbagai strata komunitas pesisir seperti komunitas Muara Baru dan Kawasan Pluit.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat eksplorasi dan komparatif antar lokasi melalui wawancara mendalam dan observasi. Dengan hal tersebut dapat diketahui lebih lanjut siklus pengelolaan bencana yang terjadi di kedua wilayah pesisir tersebut.
Hasil didapat adalah implementasi kebijakan belum berjalan optimal karena belum mempertimbangkan aspek ekonomi sosial dan budayanya dari setiap komunitas. Sementara itu strategi adaptasi yang mempertimbangkan persepsi, cara hidup dan tindakan adaptasi komunitas juga berbeda sesuai dengan karakteristik setempat. Oleh karena itu dalam rekomendasi dinyatakan bahwa implementasi kebijakan pengelolaan bencana tidak dapat diseragamkan harus menyesuaikan dengan karakter dari komunitas tersebut.

This study aims to look at the implementation of flood management policies and adaptation strategies which drawn from the community. This becomes important because of the lack of integration between the policies and adaptation strategies from community. It happen in coastal communities with different strata such as community in Muara Baru and Kawasan Pluit.
This study uses qualitative methods that are explorative and comparative between sites through in-depth interviews and observation. With this further can be known disaster management cycle that occurs in both of coastal areas.
The results obtained are implementation of the policy has not worked optimally because do not consider to the economic, social and cultural aspects of each community. Meanwhile adaptation strategies identify by perceptions, ways of life and behaviour adaptation of community also differ according to local characteristics. Therefore, the recommendation stated that the implementation of disaster management policies can not be made uniform to conform to the character of the community.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
T28775
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mimmim Arumi Wardiati
"ABSTRAK
Muara Angke merupakan suatu kawasan delta Kali Angke di Jakarta Utara yang telah dikembangkan menjadi pusat kegiatan perikanan tradisional yang diharapkan dapat diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup nelayan. Pusat kegiatan perikanan tradisional tersebut menyediakan fasilitas yang antara lain yaitu fasilitas pendaratan ikan, pengolahan ikan, pengeringan ikan, Koperasi, Bank, Pemukiman Nelayan dan lainnya. Para nelayan tersebut dapat membeli rumah dengan cara mencicil.
Ada 2 RW yaitu RW 001 dan RW 011. Areal Pemukiman Nelayan Muara Angke di delta kali Angke di daerah pasang surut, yang mengalami banjir
pasang. Penghuni terganggu oleh banjir pasang yang masuk ke dalam rumah dan jalan jalan yang tergenang air. Usaha-usaha untuk mengatasi gangguan ini adalah dengan menaikkan ketinggian jalan hampir setiap dua tahun. Hal ini menjadikan ketinggian lantai rumah lebih rendah dari ketinggian muka jalan.
Penghuni yang mampu secara ekonomi dapat menaikkan ketinggian lantai rumah dan menaikkan ketinggian atapnya. Tetapi kebanyakan penghuni tidak mampu untuk melakukannya. Mereka hanya dapat menaikkan ketinggian lantai saja dengan puing sehingga ketinggian plafond menjadi rendah. Penghuni yang tidak mampu sama sekali hanya dapat membuat penghalang di muka pintu kurang lebih 3 cm.
Anatomi rumah yang meliputi elemen-elemen seperti ketinggian lantai rumah terhadap muka jalan, ketinggian plafond terhadap lantai, luas jendela, luas rumah per orang, nampaknya mempunyai hubungan dengan jumlah penyakit yang diderita penghuninya cukup tinggi: ISPA, diare, kulit. Sebagaimana yang terungkapkan dari laporan PUSKESMAS Pluit tentang kesehatan penghuni Pemukiman Nelayan Muara Angke.
Atas dasar keadaan tersebut penulis ingin membuktikan hubungan anatomi rumah dengan penyakit yang diderita penghuninya.
Untuk itu dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
(1) Apakah ada hubungan anatomi rumah yang meliputi ketinggian lantai terhadap muka jalan, ketinggian plafond terhadap lantai rumah, luas rumah per orang, luas jendela ruang tidur ke dua, jamban/WC, tempat cuci bahan makanan dan perabot dengan penyakit yang diderita penghuninya (ISPA, diare, kulit, kecacingan).
(2) Apakah ada hubungan antara jenis penyakit yang diderita penghuni dengan jenis rumah panggung dan penghuni jenis rumah bukan panggung?
Tujuan penelitian ini adalah dibatasi untuk:
(1) Mengetahui hubungan anatomi rumah yang meliputi elemen-elemen ketinggian lantai terhadap muka jalan, ketinggian plafond terhadap Iantai rumah, luas rumah per orang, luas jendela ruang tidur ke dua, jamban/WC, tempat cuci bahan makanan dan perabot dengan penyakit yang diderita penghuninya (ISPA, diare, kulit, kecacingan).
(2) Mengetahui hubungan jenis penyakit yang diderita penghuni dengan jenis rumah`panggung dan jenis rumah bukan panggung.
Penelitian dilakukan pada Pemukiman Nelayan Muara Angke yang mempunyai 2 RW yaitu RW 001 dan RW 011. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan melihat proporsi penyakit yang diderita penghuni. Pengujian hipotesis menggunakan uji Chi-square (x2) untuk mengetahui hubungan anatomi rumah dengan penyakit yang diderita penghuninya dan untuk mengetahui hubungan penyakit yang diderita penghuni dengan jenis rumah panggung dan jenis rumah bukan panggung.
Sari hasil penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
(1) Elemen-elemen anatomi rumah yang mempunyai hubungan dengan penyakit ISPA adalah:
(a) ketinggian lantai rumah terhadap muka jalan
(b) ketinggian plafond terhadap lantai rumah
(c) luas jendela ruang tidur ke dua
(d) luas rumah per orang
(e) bahan bangunan atap
(2) Elemen anatomi rumah yang mempunyai hubungan dengan penyakit diare adalah:
- tempat bahan makanan dan perabot
(3) Elemen anatomi rumah yang mempunyai hubungan dengan penyakit kulit adalah:
- ketinggian lantai rumah terhadap muka jalan
(4) Elemen anatomi rumah yang mempunyai hubungan dengan penyakit cacingan adalah:
- ketinggian lantai rumah terhadap muka jalan
(5) Terdapat hubungan jenis penyakit yang diderita penghuni dengan jenis rumah panggung dan jenis rumah bukan panggung.
Meskipun pembangunan pemukiman neiayan Muara Angke telah memberi manfaat pada nelayan namun perlu dipikirkan langkah-langkah penanganan lebih lanjut pada pembangunan pemukiman selanjutnya yang perlu memperhatikan anatomi rumah dan keadaan daerah pemukiman (daerah pasang surut) untuk mencapai derajat kesehatan penghuni yang baik.
Elemen anatomi antara lain meliputi ketinggian lantai rumah terhadap muka jalan, ketinggian plafond terhadap lantai rumah, luas rumah per orang, luas jendela, bahan bangunan, jamban/WC, tempat cuci bahan makanan dan perabot.

ABSTRACT
Muara Angke is a delta of the Angke River in North Jakarta which has been developed for a traditional fishing centre and it is expected to enhance the quality of life of the fishermen. The traditional fishing centre is furnished, among others, with a landing facility, facilities for processing and drying of the fish, a cooperative association, a bank, housing for the fishermen, etc. The fishermen can buy a house by installments.
There are two community districts, RW 001 and RW 011. The Muara Angke fishermen housing area in the delta of the Angke River is situated in an area which is overflowed during flood tide, although
a wave-breaker has been built. The inhabitants are suffered by water flowing into their houses during flood tide, and roads standing under water. Efforts to overcome this problem by raising the road level almost every two years are very costly. This also has the result that the level of the house floor becomes lower than the level of the road. The inhabitants who do have the means can raise the level of the floor by filling and raising the roof of the house. But most of the inhabitants who do not have the means to do so, they only raise the level of the floor by filling it with debrise. So that, the height of the ceiling is getting lower to the floor. The inhabitants who don't have any means to fill the floor, they only make a small dike of 30 cm at their front doors.
The anatomy of a house, including elements like the level of the floor relative to that of the road, the height of the ceiling relative to the floor level, the window area, the area of the house per inhabitant, the toilets, the washing place for the foodstuffs and kitchen utensils, seem to be related to the high number of diseases cases such as acute infection of the respiratory system, diarrhea, skin and as is revealed by the reports on the health of the inhabitants of the Muara Angke fisherman housing area from the Pluit public health centre (PUSKESMAS).
Writer wishes to investigate whether there is a relationship between the anatomy of a house and the number of diseases of its inhabitants. The problem statement of the research can be formulated as follows:
(1) Does a relationship exist between the anatomy of a house comprising the level of the floor relative to that of the road, the height of the ceiling relative to the floor level, the area of the house per inhabitants, the window area in the second bedroom number two, the toilets, the washing place for the food stuffs and kitchen utensils and the number of diseases such as acute infection of the respiratory system, skin and worm diseases among the inhabitants?
(2) Does a relationship exist between the number of diseases in the houses on poles and the number of diseases in the houses not on poles?
The goal of this research is limited to find out:
(1) The relationship between the anatomy of a house comprising the elements of the level of the floor relative to that of the road, the height of the ceiling, area of the house per person, area of the window in the second bedroom, toilets, washing place for the food stuffs, kitchen-utensils and the number of diseases among the inhabitants (such as acute infection of respiratory system, diarrhea, skin and worm diseases).
(2) The relationship between the number of diseases in the houses on poles and in the houses not on poles.
The research has been carried out on the Muara Angke Fishermen Housing Area with its two community districts, RW 001 and RW 011. Samples area taken randomly, in proportion to the disease number of the inhabitants.
The hypothesis is tested by using the chi-square test, to reveal the relationship between the anatomy of a house and the number of diseases among the inhabitants, while the t-test is used to reveal the difference between the number of diseases in the houses on poles and in houses not on poles.
As the results of this research the following conclusions can be drawn:
(1) Elements of the anatomy of a house which have a relationship with the occurrences of cases of Acute Infection of the Respiratory System:
(a) the level of the floor relative to that of the road
(b) the height of the ceiling relative to the floor level
(c) the window area of the second bedroom
(d) the area of the house per inhabitants
(e) the material of the roof of the house
(2) Elements of the anatomy of a house which have a relationship with the occurrence of cases of diarrhea:
- the washing place for the food stuffs and kitchen utensils
(3) Elements of-the anatomy of a house which have a relationship with the occurrence of cases of skin diseases:
- the level of the floor relative to that of the road
(4) Elements of the anatomy of a house which have a relationship with the occurrence of cases of worm diseases:- the level of the floor relative to that of the road
(5) There is a relationship between the number of occurrences of diseases in the houses on poles and that in the houses not on poles, and there is significant evident that the houses on poles have a higher degree of health of its inhabitants than that of the houses not on poles.
Although the Muara Angke Fishermen Housing Area which has been built is of significant benefit to the fishermen, the action steps for quality improvement in the future development of the fishermen housing area should be planned appropriately taking into consideration the anatomy of a house and the local conditions of the area (exposed to tidal floods) to enhance the degree of health of its inhabitants.
A number of elements of house anatomy especially are as follows: the level of the floor relative to that of the road, the height of the ceiling, area of the house per person, area of the window in the second bedroom, toilets, washing place for the food stuffs and kitchen utensils.
"
Lengkap +
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library