Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Fatimah Boenjamin
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara status gizi dengan tahap erupsi molar pertama tetap. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan status gizi dengan tahap erupsi seluruh gigi tetap. Selain itu juga diharapkan dapat digunakan untuk melihat gambaran status gizi anak di masa lalu. Status gizi dinilai secara antropometri berdasarkan simpang baku terhadap median dari pengukuran tinggi badan menurut umur sesuai baku WHO-NCHS. Tahap erupsi yang digunakan adalah lima tahap erupsi permukaan oklusal molar pertama tetap menurut kriteria Sato. Tahap satu dimulai sejak terlihatnya sebagian permukaan tonjol mesiobukal dan mesiolingual, sedangkan pada tahap lima seluruh permukaan oklusal sudah terlihat, termasuk tepi distal. Penelitian dilakukan pada 575 anak umur 5-8 tahun pada Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar di DKI Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa molar pertama tetap lebih cepat erupsi pada anak dengan status gizi tinggi dibandingkan
dengan status gizi lebih rendah (t=3,599, df = 23, p = 0,05). Ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan tahap erupsi molar pertama tetap (r = 0.1972, p = 0,05).
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sugiarto
Abstrak :
Salah satu upaya yang mempunyai dampak cukup penting terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah upaya peningkatan status gizi masyarakat. Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup dan produktivitas kerja. Tujuan umum program perbaikan gizi pada PJP II ditetapkan untuk meningkatkan status gizi masyarakat yang diarahkan pada peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja dalam rangka menunjang kualitas sumber daya manusia. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara status gizi dan faktor-faktor lain dengan kecerdasan pada Anak Taman Kanak-Kanak di Kotip Depok. Kotip Depok dipilih menjadi daerah penelitian disebabkan karena 22 Taman Kanak-Kanak tersebut sudah menjalankan tes IQ pada bulan Oktober 1995 meliputi 1008 Anak, kegiatan UPGK di Kotip Depok telah berjalan dari tahun ke tahun dengan baik dan masyarakat Kotip Depok cukup heterogen. Penelitian ini merupakan penelitian kasus kontrol yang retrospektif, dimana sampel kasus adalah Anak dengan IQ kurang atau sama dengan 109, sedangkan sampel kontrol adalah Anak dengan IQ lebih atau sama dengan 110 diambil dari Taman Kanak-Kanak yang sama dengan berdasarkan umur dan nomor Anak dalam keluarga yang dipunyai oleh kelompok sampel kasus jumlah sampel penelitian 92 pasangan. Salah satu hipotesisnya adalah Anak yang berstatus gizi kurang/buruk, lebih besar risikonya untuk mempunyai IQ sedang sampai lambat dari pada Anak yang berstatus gizi baik/sedang. Hasil analisis bivariat OR status gizi = 5.22, OR pernah sakit kejang dan demam = 9.14, OR yang pernah sakit berat = 5.69, OR umur ibu hamil kurang 20 tahun atau lebih 35 tahun = 3.05, OR kondisi ibu hamil = 4.32 dengan masing-masing p <0,05. Hasil analisis dengan regresi logistik multivariat didapat persamaan logit IQ = -4.8275 + 2.6392 (kondisi kesehatan ibu) + 2.1811 (status gizi) + 2.0385 (pernah sakit berat) + 2.0008 (pernah sakit kejang demam) + 1.2888 (jarak kelahiran) + e. Kesimpulan dari analisis diatas menunjukkan status gizi merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam meningkatkan kecerdasan Anak di sarankan penyuluhan gizi yang lebih difokuskan lagi kepada penambahan BB/U.
One of significance effort providing wide impact toward the improvement of human resources quality is enhancing public health nutrient. Nutrient status is made up of a factor determining life quality and working productivity. General objective of nutrient improvement program in Long Term Development II is stipulated to improve public nutrient status which is aimed to intelligence enhancement and working productivity in frame of supporting human resources quality. The purpose of this research is to find out the correlation between nutrient status and other factors with intelligence of Kindergarten students at Kotip Depok. The selection of Kotip Depok as a research area for the 22 of the Kindergartens have had IG test on October, 1 995, involved 1008 children, while UPKG activity has been undergone well from year to year at Kotip Depok and its society consist of various ethnic groups. This research is a retrospective control case research, where the case sample are children having less than 109 IQs, while control sample are children having more than 110 IQs, taken from equal Kindergarten based upon the age and children number in family owned by cases sample group, the total samples are 92 couples. One of the hypothesis is bad/poor Child nutrient status has bigger risk to have average to slow IQ compared with those who have medium/good nutrient status. Bivariat analysis result of OR concerning nutrient status = 5.22, OR ever had convulsion and fever = 9.14, OR ever had serious ill = 5.69, OR for pregnant mother under 20 years old or up to 35 years old = 3.05, OR for pregnant mother condition = 4.32 with p <0.05 respectively. Logit IQ Equation = -4.8275 + 2.6392 (mother?s healt condition) + 2.1811 (nutrient status) + 2.0385 (ever had serious ill) + 2.0008 (ever had convulsion and fever) + 1.2888 (birth range) + e, in accordance with analysis results with multivariate logistic regression. The conclusion of the stated above analysis indicate that nutrient status is the most important factor in improving Child's intelligence, it is suggested that the nutrient extension is focused more on BB/U increasingly.
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvia Kartawijaya
Abstrak :
Menurut studi dari Litbangkes tahun 1978, prevalensi penyakit yang menyangkut fungsi gigi dan mulut masih tinggi (80 %), dan sejak Pelita III masalah ini sudah merupakan salah satu masalah kesehatan nasional yang perlu ditangani secara intensif. Seringkali terjadinya penyakit gigi dan mulut ini juga disebabkan oleh faktor sehari-hari yang tidak disadari oleh masyarakat bahwa faktor-faktor ini cukup besar pula pengaruhnya untuk terjadinya penyakit karies gigi baik pada orang dewasa maupun anak-anak. Pencegahan yang dilakukan sedini mungkin terutama sejak gigi sulung mulai erupsi diharapkan dapat mengurangi terjadinya penyakit gigi dan mulut. Karena gigi ini bisa mulai mengalami kerusakan sejak ia mulai tumbuh di dalam gusi atau mulai berada di dalam mulut, dan kerusakan ini merupakan proses patologis yang bersifa: irreversible. Kerusakan pada gigi sulung yang berkelanjutan akan mempunyai akibat tidak baik bagi pertumbuhan gigi tetapnya. Di Indonesia, penelitian mengenai penyakit karies gigi sulung masih sangat sedikit, dan sampai saat ini Indonesia belum mempunyai indikator karies gigi sulung dan kebersihan mulut anak-anak. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai angka prevalensi karies dan hubungan faktor-faktor kebiasaan makan makanan kariogenik, tindakan menyikat gigi dari anak dan pengetahuan Ibu dan Anak dengan derajat kebersihan mulut dan terjadinya karies. Penelitian ini dilakukan dalam lingkup kecil setempat yaitu pada Taman Kanak-kanak kelas B Regina Pacis, agar dengan penelitian ini dapat diperoleh suatu hasil yang akurat pula untuk pemikiran pengadaan UKGS yang terprogram, serta mendukung perencanaan intervensi pada masa yang akan datang. Penelitian ini merupakan survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Seluruh anak TK kelas B ini merupakan subyek penelitian, dan diambil datanya melalui pemeriksaan gigi dan mulut langsung pada anak-anak dan wawancara dengan Ibu dari anak-anak tersebut. Hasil penelitian menunjukkan cukup tingginya prevalensi karies gigi anak-anak T.K. Kelas B Regina Pacis yaitu 88.8 % dengan rata-rata def-t 8.44 dan indeks kebersihan mulut rata-rata buruk (2.4). Dan diperolehnya kenyataan dengan pengujian secara statistik bahwa adanya pengaruh kebiasaan makan makanan kariogenis yaitu jenis snack dan frekuensi snack yang dimakan anak, dan pengetahuan Ibu terhadap indeks kebersihan mulut, dan adanya pengaruh indeks kebersihan mulut terhadap indeks karies gigi. Dari faktor-faktor yang diteliti, maka faktor frekuensi snack yang dimakan anak yang merupakan faktor yang paling dominan di antara faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi indeks kebersihan mulut dan penyakit karies gigi. Untuk mencegah resiko terjadinya karies gigi sulung pada anak-anak T.K. ini perlu dilakukan upaya peningkatan kebersihan mulut dengan diadakan suatu program usaha kesehatan gigi sekolah yang terencana dan terkoordinir oleh petugas medis di sekolah Regina Pacis.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winawati Radijanto
Abstrak :
Sejak PELITA III, perihal penyakit gigi dan mulut tercantum sebagai masalah kesehatan nasional yang perlu ditangani secara intensif karena prevalensi penyakit gigi dan jaringan penyangga gigi pada anak-anak usia sekolah (7-14 tahun) dan orang dewasa di Indonesia mencapai 80% dari jumlah penduduk. Untuk mengatasinya diperlukan upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut dengan meninjau berbagai aspek antara lain aspek lingkungan yang meliputi faktor sosial ekonomi, sosial budaya serta kesadaran dan perilaku masyarakat terhadap masalah kesehatan gigi dan mulut. Pencegahan penyakit gigi dan mulut anak-anak sebaiknya dilakukan sedini mungkin, yaitu sejak gigi sulung mulai tumbuh karena kerusakaan gigi merupakan proses patologis yang bersifat irreversible. Bila kerusakan gigi dibiarkan berlanjut akan berakibat tidak baik bagi pertumbuhan gigi tetapnya, antara lain kerusakan pada benih gigi tetap akibat infeksi gigi sulung yang berlanjut dan tumbuhnya gigi tetap yang kurang teratur. Sampai saat ini di Indonesia belum ada indikator prevalensi karies gigi sulung maupun kebersihan mulut anakanak. Di samping itu penelitian di Indonesia mengenai hal tersebut di atas masih sangat sedikit. Tujuan penelitian ini adalah untuk menambah informasi tentang prevalensi karies gigi sulung dan tingkat kebersihan mulut anak-anak serta pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap penyakit karies gigi dan kebersihan mulut anak-anak usia prasekolah yang ditinjau dari faktor pendapatan keluarga pendidikan ibu, status kerja ibu dan perilaku ibu yang berhubungan dengankesehatan gigi dan mulut anaknya. Penelitian dilakukan dalam lingkup kecil yaitu pada anak-anak di Taman Kanak-Kanak (TK) Putra sebanyak 7 buah di Wilayah Jabotabek yang dikelola oleh Yayasan pendidikan Putra di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum. Metoda penelitian yang digunakan adalah survai diskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sejumlah 165 sampel diambil secara acak proporsional dan acak sederhana. Cara pengambilan data melalui pemeriksaan gigi dan mulut langsung pada anak-anak dan wawancara dengan ibu anak-anak tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi anak-anak TK Putra cukup tinggi (90,97) dengan rata-rata def-t 7,5 dan indeks kebersihan mulut rata-rata sedang (0,97). Hasil penelitian tersebut menyatakan adanya pengaruh faktor sosial ekonomi dan kebersihan mulut terhadap karies gigi walaupun dalam korelasi yang lemah. Dari faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut ternyata kebersihan mulut merupakan faktor yang mendominasi faktor lainnya. Untuk mencegah risiko terjadinya karies gigi sulung perlu dilakukan upaya peningkatan kebersihan mulut, peningkatan pengetahuan serta kesadaran para orang tua anakanak TK Putra akan pentingnya pencegahan penyakit karies gigi sedini mungki, yaitu melalui penyuluhan dan pemeriksaan secara teratur yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang terlatih dari lingkungan Departetnen PU serta melakukan perawatan secara singkat dan sederhana bagi anak-anak yang telah menderita karies gigi.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library