Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Resmiati
Abstrak :
Dismenore merupakan gejala utama yang dikeluhkan wanita usia subur ketika mengalami menstruasi. Mahasiswi merupakan kelompok yang rentan menderita dismenore karena prevalensi tertinggi kejadian dismenore ditemukan pada usia 20-24 tahun. Dismenore akan berdampak pada performa akademik mahasiswa dan rutinitas hariannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor determinan dismenore. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional dengan jumlah sampel 148 orang dengan metode sistematik random sampling pada mahasisiwi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas usia 17-25 tahun. Hasil analisis memperlihatkan ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik, status gizi, asupan magnesium, dan riwayat alergi dengan dismenore pada derajat kemaknaan 5%. Terjadi interaksi antara asupan magnesium dan B6. Aktivitas fisik merupakan faktor dominan yang mempengaruhi dismenore setelah dikontrol variabel asupan omega 3, asupan B6, asupan vitamin E, asupan Zn, asupan Cu, stress, riwayat dismenore ibu, siklus menstruasi, lama menstruasi, dan laju menstruasi. Mahasiswi yang beraktivitas fisik rendah berisiko mengalami dismenore 8,8 kali dibanding yang beraktivitas fisik sedang atau tinggi (95% CI : 2,0-38,4). Aktivitas fisik khususnya olahraga merupakan salah satu alternatif yang direkomendasikan dalam mengurangi nyeri haid.
Dysmenorrhea is the most common complained of women in reproductive age when menstruation. Female college students are vulnerable of dysmenorrhea as the highest prevalence of dysmenorrhea is found at the age of 20-24 years. Dysmenorrhea will have an impact on their academic performance and daily activities. The aim of this study was to examine determinant factors of dysmenorrhea.This study used cross-sectional design, was conducted in medical students Andalas University, with a sample of 148 female used systematic random sampling, aged between 17 and 25 years. The results showed that physical activities, body mass index, magnesium intake, and allergy was significantly associated with dysmenorrhea at significance level of 5%. There is an interaction between magnesium and vitamin B6 intake. Physical activity is a dominant factor of dysmenorrhea after controlled by intake of micronutrient (omega 3, vitamin B6, vitamin E, Zn, Cu), stress, maternal dysmenorrhea, menstrual cycle, menstrual duration and menstrual flow. Female college students who did not exercise or have lower physical activity have the risk of dysmenorrhea 8.8 times higher than who have moderate or high (95% CI : 2.0-38.4). Physical activity especially exercise is the one alternative recommended to prevent dysmenorrhea.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T53654
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atikah Sayogo Putri
Abstrak :
Obesitas merupakan salah satu masalah utama di perkotaan, yang dapat menyebabkan banyak komplikasi. Aktivitas fisik merupakan pergerakan badan yang diproduksi kontraksi otot rangka yang meningkatkan konsumsi energi diatas level basal. Obesitas dipengaruhi oleh ketidakseimbangan energi masuk dan energi keluar. Untuk mengetahui perbandingan tingkat aktivitas fisik pada kasus obesitas dan non-obesitas, dilakukan perekaman aktivitas fisik selama 2 hari kerja dan 1 hari libur pada 44 karyawan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2015 dengan obesitas dan tanpa obesitas. Perekaman dilakukan dengan kuesioner Bouchard yang dimodifikasi dan anamnesis subjek. Aktivitas fisik subjek digolongkan dalam 4 kategori: sedenter, ringan, sedang, dan berat. Hasil analisis data menggunakan Kolmogorov-Smirnov menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna antara tingkat aktivitas fisik pada subjek obesitas dan non-obesitas (p=1). Penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik tidak menjadi variabel tunggal dalam menyebabkan obesitas. ......Obesity remains a big problem in an urban life, leading to complications. Physical activity is defined as bodily movement produced by skeletal muscle which increases energy expenditure above basal level. An inequilibrium of energy intake and expenditure leads to obesity. To investigate the level of physical activity between obese employees and non-obese employees of Medical Faculty of University of Indonesia (2015), their physical activities during 2 weekday and 1 weekend were recorded in modified Bouchard questionnaire and anamnesis was performed. The physical activities of the subject were classified into 4 categories: sedentary, mild, moderate, and vigorous. The result of data analysis using Kolmogorov-Smirnov test showed that there was no significant difference of physical activities level of the subjects (p=1). This research shows that physical activity level is not the only contributing factor of obesity.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Izza Navira Fadhilah
Abstrak :
Hipertensi disebut sebagai penyakit yang membunuh secara diam-diam karena tidak menimbulkan tanda dan gejala yang jelas serta merusak pembuluh darah, jantung, ginjal, dan organ tubuh lainnya. Salah satu faktor yang mencetuskan peningkatan tekanan darah yakni kurangnya aktivitas fisik. Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan analisis asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi melalui penerapan yoga yang dilakukan selama 30-45 menit dalam 8 sesi selama 2 minggu. Penerapan intervensi latihan fisik yoga dilakukan sesui prinsip BBTT (Baik, Benar, Terukur, dan Teratur). Hasil evaluasi setelah penerapan intervensi keperawatan dan yoga menunjukkan adanya penurunan tekanan darah dengan rerata penurunan 7,07 mmHg pada sistolik dan 4,06 mmHg pada diastolik. Latihan fisik yoga dapat digunakan sebagai salah satu intervensi alternatif bagi klien dengan hipertensi. Kata kunci: aktivitas fisik, hipertensi, yoga. ......Hypertension is called as “silent killer” because it does not cause clear signs and symptoms and damages the blood vessels, heart, kidneys, and other body organs. One of the factors that trigger an increase in blood pressure is lack of physical activity. The aim of this nurse final scientific paper is to provide an overview and analysis of nursing care for families with hypertension through the application of yoga which is carried out for 30-45 minutes in 8 sessions for 2 weeks. The implementation of the yoga physical exercise intervention was carried out according to the BBTT principle (Good, True, Measurable, and Regular). The results of the evaluation after application of nursing intervention and yoga shows a decrease of blood pressure with an average decrease of 7.07 mmHg in systolic and 4.06 mmHg in diastolic. Yoga can be used as an alternative intervention for clients with hypertension. Keywords: hypertension, physical activity, yoga.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
David Winandanu Kusumah
Abstrak :
ABSTRAK
Kadar kolesterol yang tinggi (hiperkolesterolemia) merupakan salah satu penyebab penyakit jantung yang terbesar. Penyakit jantung sendiri masih menjadi penyebab utama kematian di antara penyakit-penyakit tidak menular. Aktivitas fisik adalah suatu kegiatan yang memerlukan ATP dan dilakukan oleh kontraksi serta relaksasi otot skeletal untuk menciptakan pergerakan tubuh. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan aktivitas fisik antara penderita hiperkolesterolemia dan non-hiperkolesterolemia pada karyawan FKUI tahun 2015. Penelitian ini dilakukan dengan metode cross-sectional pada 22 karyawan usia 30-60 tahun yang diambil secara consecutive sampling. Data yang diambil dari responden berupa data primer yaitu aktivitas fisik selama 2 hari kerja dan 1 hari libur responden yang dilihat melalui pengisian kuisioner dan data sekunder yaitu rekam medis karyawan FKUI. Kemudian data diolah menggunakan spss 11.5 for windows. Variabel pada penelitian ini adalah aktivitas fisik dan kondisi hiperkolesterolemia yang dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara aktivitas fisik pada karyawan dengan hiperkolesterolemia dan tanpa hiperkolesterolemia.
ABSTRACT
High level of cholesterol (hypercholesterolemia) is one of the biggest cause of heart disease. Heart disease is still the number one cause of death between uncommunicated diseases. Physical activity is an activity which needs ATP and done by contraction and relaxation of skeletal muscle to create a body movement. The aim of this study is to know the comparison of physical activity between hypercholesterolemia and non-hypercholesterolemia employees of FKUI in 2015. This study was conducted with a cross-sectional method on 22 employees aged 30-60 years were taken by consecutive sampling. Data taken from respondent was primary data as a record of physical activity on two weekdays and one weekend which taken through questionnaire and secondary data which is medical record of FKUI?s employees. Then the data was processed using spss 11.5 for windows. Variables in this study were the physical activity and hypercholesterolemia. This data was analyzed by chi-square test. The result showed no significant association between physical activity in hypercholesterolemia and non-hypercholesterolemia employees
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Champaign: Human Kinetics, 1995
613.043 2 CHI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Dewi Permatasari
Abstrak :
Gaya hidup masyarakat perkotaan yang difasilitasi dengan ketersediaan dari kemudahan terhadap layanan transportasi berkontribusi pada kurangnya aktivitas bergerak diperkuat dengan kemudahan akses untuk mengkonsumsi makanan tidak sehat berperan sebagai faktor risiko terjadinya obesitas. Intervensi pengaturan pola makan menggunakan piring model T dan aktivitas fisik mempengaruhi pengetahuan dan berhasil menurunkan berat badan sebanyak 2 kilo gram. Diharapkan klien mampu mempertahankan pola makan sehat dengan aktivitas fisik yang teratur untuk mengoptimalkan penurunan berat badan menuju berat badan ideal.
Combination of Diet Arrangement and Monitoring of Physical Activities as Obesity Management of Adult Family in Depok. The lifestyle of urban communities facilitated by the availability of facilities for transportation services contributes to the lack of moving activities reinforced by easy access to consuming unhealthy foods as a risk factor for obesity. Dieting intervention using plate model T and physical activity affected knowledge and succeeded in losing weight as much as 2 kilograms. It is expected that the client is able to maintain a healthy diet with regular physical activity to optimize weight loss towards the ideal body weight.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kurza Mulyani
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai perbedaan pola aktivitas fisik pada tenaga kesehatan dengan sindroma metabolik dan tanpa sindroma metabolik. Sindroma metabolik adalah suatu sindrom yang terdiri dari sekumpulan gejala meliputi peningkatan ukuran lingkar pinggang, peningkatan kadar trigliserida darah, penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL) kolesterol, tekanan darah tinggi dan intoleransi glukosa.Penelitian ini adalah penelitian potong lintang dengan desain deskriptif kategorik. Hasil penelitian dengan menggunakan metode Bouchard dan NCEP-ATP III modifikasi Asia didapatkan bahwa prevalensi sindroma metabolik meningkat pada tenaga kesehatan dengan pola aktivitas fisik banyak duduk. ......The research discusses about the difference between physical activity pattern of medical worker with metabolic syndrome and without metabolic syndrome. Metabolic syndrome is a syndrome which consists of a set symptoms increasing in the size of the waits circumference, blood triglyceride levels, decreasing of high density lipoprotein (HDL) cholesterol, high blood pressure and glucose intolerance. This study was a cross sectional study with a design categorical description. The results of the study that use Bouchard and NCEP- ATP III methods Asian modifications found that the prevalence of metabolic syndrome increased in pattern with lots of sitting physical activity.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57677
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winne Widiantini
Abstrak :
Obesitas merupakan penyokong utama dari berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes, jantung, dan kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu, konsumsi zat gizi, aktivitas fisik, dan stres dengan kejadian obesitas Pegawai Negeri Sipil (PNS) Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2013. Rancangan penelitian cross-sectional dilakukan pada 230 responden yang terpilih secara systematic random sampling. Obesitas diukur dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) yakni ratio antara berat badan (kilogram) dibagi dengan tinggi badan kuadrat (meter2). Responden dikatakan obes jika IMT ≥ 25 kg/m2. Analisis data dilakukan dengan uji chi-square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa prevalensi obesitas PNS Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013 adalah sebesar 48%. Regresi logistik ganda memperlihatkan bahwa ada hubungan bermakna antara umur, aktivitas fisik, dan stres dengan kejadian obesitas pada PNS Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Semakin tua umur semakin tinggi risiko obesitas. Semakin berat stres semakin tinggi risiko obesitas. Semakin berat aktivitas fisik semakin rendah risiko obesitas. Tidak ada hubungan bermakna antara karakteristik individu (jenis kelamin, pendidikan terakhir, pengetahuan, sikap, dan suku bangsa) dan konsumsi zat gizi (konsumsi energi, karbohidrat, lemak, dan protein) dengan kejadian obesitas. Disarankan pada Kementerian Kesehatan untuk melakukan pemantauan dan pemeriksaan secara rutin kejadian obesitas pada seluruh pegawainya, yang merupakan langkah penting untuk pencegahan agar pegawai agar tidak terkena penyakit degeneratif (seperti diabetes, jantung, dan kanker). Membuat jadwal dan menerapkan dengan sebaik-baiknya olahraga rutin bersama setiap hari jumat pagi dan memanfaatkan fasilitas olahraga (fitness center) untuk menurunkan kejadian obesitas. Melakukan kegiatan penyuluhan tentang gaya hidup sehat dan pencegahan stres, serta mengadakan gathering atau outbound yang dapat menurunkan stres. ......Obesity is a major cause of many degenerative diseases such as diabetes, heart disease, and cancer. This research aims to know the relationship between individual characteristics, nutrient intakes, physical activity, and stress with obesity among civil servant Secretariat General of the Ministry of Health of Republic of Indonesia in 2013. The cross sectional studies performed on 230 respondents who selected by systematic random sampling. Obesity is measured using Body Mass Index (BMI) i.e. the ratio between the weight (in kilograms) divided by height (in metres). Obesity exist if BMI ≥ 25 kg/m2. Data analysis was done with chi square test and logistic regression. Results of the study showed that the prevalence of obesity among civil servants Secretariat General of the Ministry of Health of Indonesia in 2013 is equal to 48%. Multiple logistic regression showed that there is a significant relationship between age, physical activity, and stress with obesity. The older the age, the higher the risk of obesity. The more severe the stress of the higher risk of obesity. Increasingly heavy physical activity, the lower the risk of obesity. There is no meaningful relationship between individual characteristics (gender, education, knowledge, attitude, and ethnicity) and consumption of nutrients (consumption of energy, carbohydrates, fats, and proteins) obesity. Advised on the Ministry of Health to conduct regular monitoring and inspection of the occurrence of obesity in all its employees, which is an important step for prevention so that employees are not exposed to degenerative diseases (such as diabetes, heart disease, and cancer). Create a schedule and applying the best workouts together every Friday morning and make use of the sports facilities (fitness center) to lower the incidence of obesity. The Ministry of Health should perform activities such as public awareness about healthy lifestyles and the prevention of stress, as well as occasionally doing a gathering or outbound scene that can decrease stress.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35331
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irnawati
Abstrak :
Di berbagai negara, proporsi penduduk mencapai lanjut usia lansia meningkat dan menjadi perhatian seluruh dunia. Tahun 2010-2035 diproyeksikan Indonesia memasuki periode lanjut usia ageing population . Sehingga upaya perbaikan dan peningkatan kualitas hidup pada lansia memerlukan perhatian khusus. Populasi lansia yang potensial di Kota Cirebon adalah di Kecamatan Kejaksan, tahun 2013-2015 mencapai 3.785 sampai 3.831 orang. Diketahui jumlah kasus pada urutan pertama untuk ganguan status mental emosional ada di wilayah Kecamatan Kejaksan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kualitas hidup pada lanjut usia setelah dikontrol dengan variabel konfounding jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, merokok dan status gizi. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon bulan Mei 2017. Penelitian menggunakan desain studi cross sectional, pengambilan sampel stratified random sampling, pengumpulan data dilakukan dengan melalui wawancara dengan kuesioner pada 110 responden. Hasil penelitian ini menemukan pada responden dengan kualitas hidup baik, 93,4 memiliki aktivitas fisik yang cukup. Hasil regresi logistik menunjukkan hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan kualitas hidup setelah dikontroldengan variabel status pernikahan p value = 0,0005, CI= 3,512 - 38,709 .Aktivitas fisik yang cukup merupakan faktor meningkatnya kualitas hidup,peningkatan kualitas hidup ini meningkat pada lansia yang memiliki pasangan hidup atau dengan status menikah. ......In many countries, the proportion of the population reaches the elderly elderly increases and is a worldwide concern. In 2010 2035, Indonesia is projected to enter a period of aging ageing population . So that efforts to improve and improve the quality of life in the elderly require special attention. The potential elderly population in Cirebon City is in the District of Kejaksan, 2013 2015 years reaching 3,785 to 3,831 people. It is known that the number of cases in the firs sequence for emotional mental status disorder is in the Kejaksan sub District. This study aims to determine physical activity related to quality of life among elderly after controlled by variables confounding sex, education level, marital status, occupation, smoking and nutritional status. This research was conducted in Kejaksan sub District, Cirebon in May 2017. The study used cross sectional study design, stratified random sampling, data collection was done through interview with questioner on 110 respondents. The results of this study found in respondents with good quality of life, 93.4 have adequate physical activity. Logistic regression results showed significant relationship between physical activity and quality of life after controlled with marital status variables p value 0,0005, CI 3,512 38,709 . Sufficient physical activity is a factor of increasing quality of life, improved quality of life is increased in elderly people who have a spouse or married status.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47811
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinanti Abadini
Abstrak :
ABSTRAK
Determinants of Adults Office Workers Physical Activity inJakarta Year 2018Counsellor : Dra. Caroline Endah Wuryaningsih, M.KesThe health benefits of physical activity in adults order to maintain health and preventdisease have been extensively documented. Sedentary occupation and the long hours ofwork believed to be the factors that make office workers tends to be physically inactive.Majority worker in Jakarta were office workers. Jakarta was the province with thehighest proportion of people with insufficient physical activity, where 44.2 of thepopulation was reported not active enough. This study aim to find determinants ofphysical activity of adult office worker who work in Jakarta. The research wasconducted by quantitative method. A total of 174 Jakarta office workers participateonline by answering questionnaire through website. Result found that 59 of officeworker who work in Jakarta had insufficient physical activity. Statistical anlysisrevealed that gender, friends support and perceived barriers were the determinants ofJakarta lsquo;s office workers physical activity. Health intervention and promotion that intendto reduce physical activity perceived barriers, at once increase perceived benefits ofdoing physical activity, encourge to do physical activity with friends and giving eachother support should be done in order to increase Jakarta lsquo;s office worker physicalactivity. In addition, special attention should be given to female office workers toincrease their participation in physical activity.Key words: Physical activity, adult, employee, office worker.
ABSTRACT
Determinan Aktivitas Fisik Orang Dewasa Pekerja Kantoran di JakartaTahun 2018Pembimbing Dra. Caroline Endah Wuryaningsih, M.KesAktivitas fisik pada orang dewasa bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan mencegahterjadinya penyakit. Pekerjaan yang cenderung sedentari dan durasi kerja yang cukuppanjang membuat pekerja kantoran berisiko kurang aktif fisik. Sebagian besar pekerja diJakarta adalah pekerja kantoran. Jakarta merupakan provinsi dengan proporsi pendudukkurang aktivitas fisik tertinggi, tercatat masih ada 44,2 penduduk yang kurangaktivitas fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan aktivitas fisikorang dewasa pekerja kantoran yang bekerja di wilayah DKI Jakarta. Penelitiandilakukan dengan metode kuantitatif. Sebanyak 174 orang pekerja kantoran Jakartaberpartisipasi dalam penelitian dengan mengisi kuesioner berbasis website secaraonline. Hasil penelitian menunjukkan 59 pekerja kantoran yang bekerja di Jakartakurang aktif fisik. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa jenis kelamin pria,dukungan teman yang cukup dan lemahnya hambatan yang dirasakan perceivedbarriers merupakan determinan dari aktivitas fisik pekerja kantoran di Jakarta. Upayaintervensi atau program promosi yang bertujuan mengurangi persepsi negatif akanhambatan hambatan yang dirasa terkait aktivitas fisik sekaligus meningkatkan persepsipositif akan keuntungan yang diperoleh dengan melakukan aktivitas fisik, sertamendorong untuk melakukan aktivitas fisik bersama perlu dilakukan untukmeningkatkan aktivitas fisik pekerja kantoran di Jakarta. Selain itu, perhatian khususperlu diberikan pada kelompok pekerja kantoran wanita untuk meningkatkan partisipasidalam aktivitas fisik.Kata kunci Aktivitas fisik, dewasa, pekerja, pekerja kantoran
2018
T49810
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>