Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 40 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rajagukguk, Jenni Ria
Abstrak :
Baja Perkakas (Tool Steel) sebelum digunakan membutuhkan perlakuan panas. Perlakuan panas yang diberikan meliputi : pemanasan awal (pre heating), pengerasan dan penemperan. Pada penelitian ini diteliti sejauh mana pengaruh perlakuan panas terhadap sifat mekanis baja perkakas H-13. Untuk maksud tersebut maka dilakukan perlakuan panas dengan variasi temperatur austenisasi yang berkisar antara 9000 C hingga 11000 C ditahan selama satu jam dan didinginkan di udara. Sedangkan proses penemperan dilakukan di antara 4500 C sampai dengan 6500 C ditahan dua jam kemudian didinginkan di udara. Proses perlakuan panas tersebut mengikuti standar yang diterapkan di pabrik untuk baja perkakas standar ALSI H-13. Setelah diberi perlakuan panas, kemudian dilakukan pengujian sifat mekanis yaitu pengujian kekerasan (Hardness test), pengujian takik (Impact test), pengujian aus (Wear test), pengamatan struktur mikro (Metallografi), permukaan patahan (Faklografi). Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa kondisi optimal perlakuan panas adalah suhu austenisasi 10000 C dan suhu temper 5000 C. Kondisi optimal tersebut ditentukan dari sifat mekanisnya meliputi kekerasan, kekuatan impact, ketangguhan, keausan dan didukung oleh metallografi dan faklografi.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadli Nur Cahyo
Abstrak :
Penggunaan paduan aluminium silikon sering kali digunakan pada bidang industri, terutama industri otomotif. Paduan aluminium silikon memiliki ketahanan aus dan korosi yang baik. Namun, perlunya untuk meningkatkan lagi sifat ketahanan korosi pada paduan tersebut. Penelitian ini menguji pada paduan aluminium silikon dalam kondisi melalui proses perlakuan panas dan tidak mengalami proses perlakuan panas. Perlakuan panas yang dilakukan Al-Si solution heat treatment dengan suhu 510°C dan artificial aging pada suhu 171°C. Pengujian yang dilakukan yaitu Fluoresensi sinar-X, Difraksi sinar-X, Uji Elektrokimia metode Linear Sweep Voltammetry (LSV) dan Cyclic Voltammetry (CV). Dengan dilakukannya perlakuan panas tanpa artificial aging mengakibatkan memiliki nilai laju korosi tertinggi dengan nilai 0,176 mm/tahun pada larutan 3,5 wt% NaCl dan 0,258 mm/tahun pada larutan 10.5 wt% NaCl. Dilakukannya proses artificial aging memiliki nilai laju korosi yang rendah dengan nilai 0,074 mm/tahun pada larutan 3,5 wt% NaCl selama 10 jam dan 0,154 mm/year pada larutan 10.5 wt% NaCl selama 5 jam. Hasilnya menunjukkan perlakuan panas dengan proses artificial aging berdampak pada bergesernya sudut peak dan meningkatkan ketahanan korosi yang baik.
The use of silicon aluminum alloys is often used in industrial fields, especially the automotive industry. Silicon aluminum alloys have good wear and corrosion resistance. However, it is necessary to increase the corrosion resistance properties of the alloy again. This study tested aluminum-silicon alloys under conditions of heat treatment and did not undergo heat treatment. The heat treatment carried out by Al-Si solution heat treatment with a temperature of 510°C and artificial aging at a temperature of 171°C. Tests carried out are X-ray Floresecence, X-ray Diffraction, Electrochemical Test Linear Sweep Voltammetry (LSV) and Cyclic Voltammetry (CV) methods. With heat treatment applied without artificial aging, it has the highest corrosion rate with a value of 0,176 mm/year in a solution of 3,5 wt% NaCl and 0,258 mm/year in a solution of 10,5wt% NaCl. The artificial aging process has a low corrosion rate with a value of 0,074 mm/year in a solution of 3,5 wt% NaCl on sample with 10 hours of aging and 0,154 mm/year in a solution of 10,5 wt% NaCl on sample with 5 hours of aging. The results show that heat treatment has an impact on shifting the peak angle and increases good corrosion resistance.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Marthin Joel H.O.
Abstrak :
Paduan alumunium seri 6xxx merupakan paduan yang dapat diperlakukan panas sehingga kekerasannya dapat ditingkatkan melalui perlakuan panas. Sampcl paduan alumunium seri 6200: yang akan dibcrikan perlalcuan panas berasal dari satu buah tabung yang akan dipotong-potong dari tiga daerah yang berbeda yaitu atas, tengah dan bawah tabung. Tabung ini dibuat dengan menyambung dua bagian yang berasal dad proses yang berbeda yaitu deep drawing dan jbrging. Sedangkau untuk menyambungnya melalui pengelasan TIG dengan logam pengisi ER 4043 (Al-Si 5). Perlakuan panas yang dilakukan adalah perlakuan pelarutan dengan temperatur 445 °C, 470 °C dan 560 °C dengan waktu tahan '72 menit, 152 menit dan 168 menit. Setelah itu dicelup (media air), dilakukan artyicial aging (150 °C, 120 menit) dan dicelup lagi (media air). Bila semua perlalcuan panas tersebut telah dilakukan mal-ca langkah selanjumya adalah mengetahui efelmya melalui pengujian kekerasan dan struktur mikro. Secara umum dengan meningkatnya temperatur perlakuan pelamtan maka kekerasannya pun meningkat pula dan begitu juga pada peningkatan waktu tahannya. Hal ini ditunjukkau juga oleh pcrubahan struktur milcronya yaitu jumlah Mg2Si yang tidak Iarut semaldn sedikit pada temperatur dan waktu tahan yang lebih tinggi.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41231
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Toga Parasian
Abstrak :
Alumunium yang merupakan logam kedua terpopuler sesudah besi dan bcya, penggunaannya dewasa ini telah merambah kesegala bidang kehidupan. Salah satunya adalah pemakaian alumunium sebagai materaial bagi tabung gas. Dalam proses pembuatannya harus memenuhi standar yang diinginkan. Badan tabung dibuat secara penarikan dalam dan bagian atasnya dengan proses tempa, dimana kedua bagian tersebut disambungkan dengan pengelasan. Setelah tabung muh didapat maka dilakukan proses perlakuan panas standar meliputi solution treatment dengan temperatur 520°C selama 120 menit lalu diquenching untuk kemudian mengalami proses penuaan pada temperalur 150 °C selama 120 menit dan terakhir diquenching kembali. Pada penelitian ini dilakukan studi untuk mengoptimasian proses penuaan yang ada dimana proses solution treatment sendiri menjadi variabel tetap. Sampel untuk penelitian ini didapat dari pemotongan tabung yang belum mengalami perlakuan panas. Pengoptimasian dicoba dengan memvariabelkan temperatur menjadi 128,135 dan 215 °C dengan waktu tahan masing-masing 72,152 dan 168 menit. Kekerasan yang didapat dibandingkan dengan kekerasan yang diperoleh pada perlakuan panas standar. Dari hasil penelitian didapat bahwa pengoptimasian didapar dengan menggunakan wakru tahan 72 menit pada temperalur' aging 2150 C dirnana kekerasan yang dihasilkannya lebih besar dari kekerasan sampel yang mengalami perlakuan panas siandar.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41239
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitopu, Ronaldo Agus
Abstrak :
Besi tuang kelabu banyak digunakan pada komponen-komponen otomotif, sehingga perkembangan industri-industri bidang ini berkemban dengan pesat Besi tuang I-celabu ini masih banyak diproduksi karena murah dan mudah serta keunggulan-keunggulan Iain yang dimilikinya. Kekerasan yang tinggi pada komponen tertentu yang memerlukan ktahanan yang tinggi terhadap keausan dan sifat abrasif dapat diperoleh dengan memberikan perlakukan panas pengerasan yaitu dengan pencelupan cepat dengan menggunakan media pencelupan minyak (oli) dari suhu austenisasi dan dilanjutkan dengan penemperan. Parameter yang sangat berpngaruh dalam proses ini adaiah temperatur dan waktu tahan. Pada penelitian iniudilakukan pencelupan cepat menggunakan media minyak (oli) setelah proses pemanasan sampai temperatur pengerasan (austenisasi) 800°C, 85O°C dan 900°C dengan masing-masing temperatur tersebut diberikan waktu tahan selama 30 menit, 45 menit , 60 menit dan kemudian dilanjutkan proses penemperan pada temperatur 250 °C selama 60 menit. Dari hasil pengujian kekerasan memperlihatkan peningkamn nilai kekerasan sampel awal, dan diperoleh nilai kekerasan sebesar 505 BHN hasil proses pencelupan cepat dari temperatur pengerasan 900°C pada waktu tahan 60 menit, dan nilai kekerasan sebesar 438 BHN setelah dilakukan proses penemperan.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41969
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martinus Wiyono
Abstrak :
Teknologi heat treatment merupalcan telazologi yang perlu climililri olelz seliap induslri manufalctur terutama yang menglzasilkan produlc pengecoran logam. lnduslri pengecaran Iogam yang ada di Indonesia tidak lzanya dimiliki alelz industri besar letapi banyak yang berbasis industri kecil-menengah sebagaimana terdapat di Sentra industri pengecoran logam Batur Jaya, Caper, Klaten, .lawa lengalz. Pembuatan dapur heat treatment di sentra inclustri logam tersebut diiringi dengan transfer teknoloi heat treatment kepada merelra merupakan lang/cah awal yang dapat menjadi contoh bagi sentra industri lcecil lainnya. Perancangan dapur dimulai dengan menentukan jenis balzan bakar yang digunakan dan berar maksinnim material yang alcan diperlakukarz panas (500 Kg).Berdasarkan data dialas malfa dilakukan per/:itungan kalor yang dibutuhkan untuk memanaskan material sannsai tenmeratur minimal 923 ?C dan perhitungan lcalor bdltan balrar yang dihafilkan. Bersamatm clengan ilu dilakukan perancangan dapur serta penentz/an jenis material apa yang digunakan unluk lconstruksi dapur. Selzingga dapat ditentukan jumlah kalor yang dibzitu/:kan unluk memanaskan dapur yang aklzirnya dapat ditentukan jumlah bahan bakar dan oksigen yang dibutuhkan untulfpemanasan material. Melalui pengujian dapur kita melihat target target temperatur minimal relah dicapai yaitu diatas 923 ?C. Melihat kondisi dapur, remperalur yang tercatat pada termacouple adalah temperatur ruang dapur terutama bagian atax dapur sehingga temperatur material sebenarnya telah melebihi lemperarur yang tercatat. Pemakaian bahan balcar yang digunalran dalam 4 kali percobaan unluk material tertentu tidalcjaulz berbeda dengan data perlzitungan konsumsi material. Kelebihan pemakain bahan balrar tersebut karena balu tahan api yang tidak berg-una yang ierdapat dalam dapur. Validasi dapur melalui perlakuan panas fnormalisasy baja tuang mangan memperlihatlran terjadinva perubahan sim/dur mikro yailu penglzalusan dan penyeragaman butir dan edapan yang diikuti dengan peninglfatan nilai lcekerasan. Dengan demikian dapur yang dibuat dapar disimpulkan telah beroperasi dengan baik.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S41505
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Devy Pragitara
Abstrak :
Latar Belakang: Ti-6Al-4V adalah salah satu bahan implan yang paling umum digunakan. Dalam upaya mengurangi biaya produksi implan titanium, bahan dipanaskan untuk mengoptimalkan produk akhir mereka. Salah satu kondisi yang perlu dipenuhi untuk bahan implan baru adalah biokompatibilitas bahan untuk jaringan di sekitarnya. Tujuan: Untuk memahami efek implantasi material implan Ti-6Al-4V ELI yang dipanaskan pada 10500C pada tulang paha tikus Sprague Dawley melalui studi histologis. Metode: Desain penelitian eksperimental digunakan dalam penelitian ini dengan tikus Sprague Dawley betina yang dibagi menjadi tiga kelompok: kelompok perlakuan; kelompok kontrol normal; dan kelompok kontrol cacat, yang dibuat lubang pada tulang paha. Dua tikus digunakan di masing-masing kelompok. Pada kelompok yang diberi perlakuan, defek tulang paha diimplantasikan dengan material implan Ti-6Al-4V ELI yang dipanaskan 10500C. Tikus dikorbankan setelah empat minggu dan dievaluasi secara histologis menggunakan Salkeld Histological Scoring yang dimodifikasi. Hasil: Skor histologis kelompok sampel 1 yang diobati adalah 3 yang berarti regenerasi tulang yang hampir sempurna, ditunjukkan oleh penampilan tulang rawan mineral. Nilai untuk kelompok perlakuan sampel 2 dan kelompok kontrol cacat sampel 1,2 adalah 2, yang berarti regenerasi tulang hanya mencapai fase pembentukan fibrocartilage. Kesimpulan: Regenerasi tulang dapat diperoleh di sekitar lokasi implantasi 10500C yang dipanaskan Ti-6Al-4V ELI material implan yang ditunjukkan oleh adanya jaringan fibrosa, fibrocartilage, dan tulang rawan termineralisasi.
Background: Ti-6Al-4V is one of the most commonly used implant materials. In an effort to reduce the cost of producing titanium implants, the material is heated to optimize their final product. One of the conditions that need to be met for new implant material is the biocompatibility of the material for the surrounding tissue. Objective: To understand the effect of implantation of TiI 6Al-4V ELI material that was heated at 10500C on the femur of Sprague Dawley rats through histological studies. Methods: The experimental research design used in this study with female Sprague Dawley mice was divided into three groups: the treatment group; normal control group; and the deformed control group, which made a hole in the femur. Two mice were used in each group. In the treated group, femur defects were implanted with the implant material 10500C EL-Ti-6Al-4V. Mice were sacrificed after four weeks and evaluated histologically using modified Salkeld Histological Scoring. Results: The histological score of the sample group 1 treated was 3, which means almost perfect bone regeneration, indicated by the appearance of mineral cartilage. The values ​​for the sample 2 treatment group and the sample defect control group 1,2 are 2, which means bone regeneration only reaches the fibrocartilage formation phase. Conclusion: Bone regeneration can be obtained around the implantation site of ELI Ti-6Al-4V implant material heated by 10500C which is indicated by the presence of fibrous tissue, fibrocartilage, and mineralized cartilage.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Nur Aliyah
Abstrak :
ABSTRAK
Berbagai macam perlakuan panas pada paduan AA7075-T651 telah diteliti mampu memberikan hasil yang bervariasi baik menguntungkan maupun merugikan. Adapun pengaruh perlakuan panas tempo singkat terhadap AA7075-T651 dalam penggunaan di lapangan masih belum banyak diteliti. Skripsi ini membahas pengaruh perlakuan panas terhadap paduan AA7075-T651 pada suhu 300 derajat C, 400 derajat C, 500 derajat C, dan 600 deraqjat C dengan durasi pemanasan tiap suhu 1 jam. Perubahan struktur mikro diamati menggunakan scanning electron microscope dan energy dispersive X-ray spectroscopy (SEM-EDS). Perubahan kekerasan diamati melalui uji kekerasan Vickers. Perubahan sifat korosi diteliti dengan metode polarisasi diantaranya open-circuit potential (OCP), electrochemical impedance spectroscopy (EIS), dan potentiodynamic polarization; serta metode hilang berat. Perubahan struktur mikro paduan AA7075-T651 sebagai hasil perlakuan panas mengubah kekerasan dan sifat korosi paduan. Fasa Mg-rich stabil setelah dipanaskan pada suhu 300 derajat C dan 400 derajat C lalu sebagian larut dan hilang pada suhu 500 derajat C dan 600 derajat C. Fasa Fe-rich tetap stabil setelah perlakuan panas. Kekerasan paduan setelah dipanaskan menurun dari 136 HV menjadi hingga 78,5 HV dipengaruhi oleh perubahan distribusi presipitat dan kerapatan partikel dari 18,0 x 104 partikel/mm2 menjadi hingga 5,8 x 104 partikel/mm2. Meningkatnya kerapatan partikel menyebabkan peningkatan kekerasan dan konduktivitas listrik tetapi kekerasan setelah perlakuan panas menurun karena disolusi presipitat metastabil. Penurunan kerapatan partikel memicu penurunan kekerasan dan konduktivitas listrik. Konduktivitas listrik tertinggi bernilai 418 x 106 (Ω.m) -1 didapat setelah pemanasan pada suhu 500 derajat C sedangkan nilai terendah didapat setelah pemanasan suhu 600 derajat C yaitu 4,22 x 106 (Ω.m) -1. Laju korosi tertinggi diperoleh setelah paduan dipanaskan pada suhu 300 derajat C yaitu 45,12 mmpy diikuti morfologi korosi berupa korosi eksfoliasi. Laju korosi terendah diperoleh setelah pemanasan suhu 600 derajat C diikuti morfologi korosi mikrogalvanik yang menyerang matriks di sekitar batas butir.
ABSTRACT
Various types of heat treatment on AA7075-T651 alloys have been investigated capable of providing varied results both beneficial and detrimental. However, the effect of short-term heat treatment on AA7075-T651 in the field application has not been widely studied. This research discusses the effect of heat treatment in a short time on AA7075-T651 alloy at temperatures of 300 derajat C, 400 derajat C, 500 derajat C, and 600 derajat C with the duration of each 1 hour. Alteration of microstructure were observed using scanning electron microscope and energy dispersive X-ray spectroscopy (SEM-EDS). Changes in hardness were observed through Vickers hardness test. Corrosion properties were examined by polarization methods including open-circuit potential (OCP), electrochemical impedance spectroscopy (EIS), and potentiodynamic polarization; and the weight loss method. The microstructure alteration as a result of heat treatment influenced the hardness and corrosion behaviour. The Mg-rich phase is stable after being heated at 300 derajat C and 400 derajat C then partially dissolved and lost at 500 derajat C and 600 derajat C. The Fe-rich phase remained stable after heat treatment. The hardness of the alloy after being heated decreased from 136 HV to 78.5 HV which was influenced by changes in the distribution of precipitate and particle density from 18.0 x 104 particles/mm2 to down to 5.8 x 104 particles/mm2. Increasing particle density causes an increase in hardness and electrical conductivity but the hardness decreased after heat treatment due to the dissolution of metastable precipitates. Decreasing particle density triggers a decrease in hardness and electrical conductivity. The highest electrical conductivity of 418 x 106 (Ω.m) -1 was obtained after heating at 500 derajat C while the lowest value was obtained after heating at a temperature of 600 derajat C which was 4.22 x 106 (Ω.m) -1. The highest corrosion rate obtained after heat treatment at 300 derajat C is 45.12 mmpy followed by the morphology of corrosion in the form of exfoliation corrosion. The lowest corrosion rate obtained after heating at 600 derajatC was followed by the morphology of microgalvanic corrosion which attacked the matrix around the grain boundaries.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aliya Qonita
Abstrak :
Pemilihan biomaterial yang dapat digunakan dalam aplikasi bahan implan perlu berdasarkan pada kompabilitas tubuh manusia, sehingga bahan implan memiliki sifat optimal yang akan bertahan lama tanpa menunjukkan penolakan selama ditanam dalam tubuh manusia. Paduan Co-Cr-Mo merupakan salah satu bahan yang dapat diaplikasikan sebagai implan biomedis. Karena paduan ini telah memenuhi persyaratan bahan yang dapat digunakan sebagai implan tubuh, seperti ketahanan korosi yang tinggi. Sintesis paduan Co-20.3Cr-6.1Mo dengan penambahan variasi unsur mangan sebesar 5 wt% dan 7.5 wt%. Paduan diberikan perlakuan metode panas selama 65 jam pada temperatur 700 oC. Pemberian perlakuan panas diharapkan dapat meningkatkan sifat ketahanan korosi, sifat mikro dan sifat mekanik paduan. Karakterisasi dilakukan menggunakan difraksi sinar-X, serta pengujian ketahanan korosi menggunakan Potensio Dinamis dalam temperatur ruang dan temperatur 38 oC. Pola difraksi sinar-X dan ketahanan korosi menunjukkan hasil yang berbeda untuk masing-masing sampel. Hasil menunjukkan bahwa struktur dan ketahanan korosi paduan ini sangat dipengaruhi akibat adanya pemberian perlakuan panas pada paduan. Dimana paduan yang mengalami heat treatment memiliki laju korosi yang lebih baik dibandingkan spesimen tanpa mengalami heat treatment.
The selection of biomaterials that can be used in implant material applications needs to be based on human body compatibility, so that implant material has optimal properties that will last a long time without showing rejection during implantation in the human body. Co-Cr-Mo alloy is a material that can be applied as a biomedical implant. Because this alloy has met the requirements of materials that can be used as body implants, such as high corrosion resistance. Synthesis of Co-20.3Cr-6.1Mo alloy with the addition of manganese elements 5% by weight and 7.5% by weight. This alloy is given a heat treatment method for 65 hours at a temperature of 700 oC. Provision of heat treatment is expected to increase corrosion resistance, microstructure and mechanical properties of the alloy. Characterization was carried out using X-ray diffraction, as well as corrosion resistance testing using Dynamic Potensio at room temperature and 38 oC. X-ray diffraction patterns and corrosion resistance show different results for each sample. The results show that the structure and corrosion resistance of these alloys is greatly affected due to the heat treatment given to the alloy. Where the alloys undergoing heat treatment have a better corrosion rate than specimens without undergoing heat treatment.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramzul Irham Riza
Abstrak :

Proses pendinginan adalah langkah paling penting dalam perlakuan panas baja karena proses ini akan menentukan sifat-sifat baja seperti kekuatan dan kekerasan. Laju pendinginan dan konduktivitas termal yang berbeda yang disediakan oleh media pendinginan sangat mempengaruhi sifat baja tersebut. Baru-baru ini, studi untuk nanopartikel ditambahkan dalam medium quench berkembang pesat. Cairan nanopartikel yang ditambahkan ini dikenal sebagai nanofluid dan dapat mempengaruhi sifat termal media pendinginan yang akhirnya mengubah sifat-sifat baja. Komposisi nanopartikel dalam nanofluid akan mempengaruhi sifat termal. Dalam penelitian ini, karbon digunakan sebagai partikel nano. Variasi komposisi adalah 0,1, 0,3, dan 0,5 persen berat dalam 100 ml air suling. Air suling murni juga digunakan sebagai kontrol perbandingan. Ball-mill planet digunakan selama 15 jam pada 500 rpm untuk menghasilkan partikel karbon berukuran nano. Field-Emission Scanning Microscope (FE-SEM) dan Energy Dispersive X-Ray (EDX) digunakan untuk memeriksa ukuran partikel, bentuk dan kemurnian partikel karbon nanopartikel. Nanofluida ini kemudian digunakan untuk memuaskan sampel baja karbon S45C yang dianil pada 1000 ° C selama 1 jam. Sampel dilampirkan dengan termokopel yang terhubung ke data logger suhu untuk mengamati laju pendinginan medium pendinginan. Sampel yang dipadamkan diuji untuk mendapatkan informasi tentang kekerasan dan analisis metalografi untuk data pendukung. Dari percobaan setiap jumlah karbon memiliki efek terhadap kecepatan pendinginan.

 

 

 


Quenching process is the most important step in steel heat treatment as this process will determine the properties of the steel such as strength and hardness. Different cooling rate and thermal conductivity provided by the quench medium affect strongly to the mentioned steel properties. Recently, studies for nanoparticle added in the quench medium are developing rapidly. This nanoparticle added fluid is known as nanofluid and could affect the thermal property of the quench medium which ultimately changes the properties of the steel. The nanoparticle composition in nanofluid will affect its thermal property. In this research, carbon was used as the nanoparticle. The composition variations were 0.1, 0.3, and 0.5 weight percent in 100 ml distilled water. Pure distilled water was also used as a comparison control. Planetary ball-mill were utilized for 15 hours at 500 rpm to produce nano-sized carbon particle. Field-Emission Scanning Microscope (FE-SEM) and Energy Dispersive X-Ray (EDX) were used to check the particle size, shape and purity of the carbon nanoparticles. These nanofluids were then used to quench S45C carbon steels samples annealed at 1000°C for 1 hour. Samples were attached with a thermocouple which connected to temperature data logger to observe the cooling rate of the quench medium. The quenched samples were be tested to get the information of hardness and metallography analysis for supporting data. From the experiment every number of carbon has an effect to quenching speed.

2019
T53174
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>