Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Sari Rahayu Setyaningrum
Abstrak :
Perkembangan kognitif merupakan aspek perkembangan yang muncul dan berkembang pesat ketika masa usia dini, 50% potensi kognitif terbentuk pada 4 tahun pertama kehidupan. Perkembangan kognitif berkaitan dengan kualitas hidup manusia. Tujuan penelitian ini, untuk menjelaskan faktor dominan yang berhubungan dengan perkembangan kognitif. Penelitian dilakukan April 2013. Dengan desain penelitian cross sectional teknik pengambilan sampel menggunakan proportional random sampling, jumlah sampel 128 anak usia dini 24-72 bulan yang mengikuti PAUD atau pun tidak ikut PAUD di Desa Talagamulya Kabupaten Karawang. Cara pengukuran dengan microtoise untuk mengukur tinggi badan wawancara perkembangan kognitif dengan kuesioner yang dikembangkan Kemendikbud dan FFQ semikuantitatif untuk asupan zat gizi. Uji regresi logistik digunakan untuk analisis multivariat. Hasil penelitian menunjukkan anak usia dini dengan kognitif baik 61,7%. Uji Chi square menyatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan perkembangan kognitif yaitu asupan vitamin A, asupan zink, pengetahuan ibu dan mengikuti PAUD. Kesimpulan faktor dominan dalam penelitian ini yaitu pembelajaran di PAUD. Saran kepada orangtua untuk memasukkan anaknya ke lembaga PAUD sehingga anak terstimulasi, mengontrol pemberian vitamin A dan asupan zat gizi seperti zink dan zat besi. ...... Cognitive development is a developmental aspect that emerged and thrived when the preschool years, 50 percent of the potential cognitive formed in the first 4 years of life. Cognitive development related to increasing the quality of human resource. The objective of the study is to examine the correlation between factors to cognitive development early childhood. The method of this research was quantitative using cross-sectional study was employed to gather information factors among 128 sample early childhood 24-72 month in April 2013 in Talagamulya Village, Karawang district. Cognitive development were gathered using questionnaire Kemendikbud.. Direct anthrophometry measurement was used for nutrition status data, and FFQ semiquantitative used for intake nutrient. The logistic regression used for multivariate analysis. The results of this research showed earlychilhood with good cognitive 61.7%. Chi square analysis result intake of vitamin A, zinc intake, maternal knowledge and follow Early childhood education showed a significant correlation to cognitive development. Conclusion the dominant factor in this study are the participation in early childhood education. Therefore it is important for parents to know about the important role of the early chilhood education for their child’s cognitive development, and parents must have control of micronutrient intake such as vitamin A, iron and zinc.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T36147
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irlina Raswanti Irawan
Abstrak :
Perkembangan kognitif merupakan kunci utama yang memberikan sumbangan pada kemampuan belajar di masa depan, kualitas sumber daya tenaga kerja, dan kemampuan seseorang secara keseluruhan. Umumnya anak dengan BBLR (berat badan lahir rendah) memiliki tingkat perkembangan yang lebih rendah dibandingkan anak dengan berat lahir normal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara berat lahir dengan perkembangan kognitif pada anak usia dibawah dua tahun (3-23 bulan). Penelitian ini menggunakan desain studi kohor prospektif. Populasi penelitian ini adalah anak baduta beserta ibunya yang menjadi sampel penelitian kohor tumbuh kembang anak. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil keseluruhan sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sehingga didapatkan 278 responden. Sebagian besar baduta (51,8%) memiliki perkembangan kognitif yang optimal dan sebagian besar juga memiliki berat lahir ≥ 3100 gram (58,6%). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara berat lahir dengan perkembangan kognitif pada baduta 3-23 bulan dengan nilai p= 0,01 (RR 1,36; 95% CI: 1,06-1,73). Berdasarkan hasil analisis stratifikasi, variabel lain yang diduga turut memberikan pengaruh dalam hubungan antara berat lahir dengan perkembangan kognitif adalah pertumbuhan baduta berdasarkan kurva PB/U dengan nilai p=0,05 (RR 1,36; 95% CI: 1,05-1,75) dan status gizi ibu sebelum hamil p<0,05 (RR 1,42; 95% CI: 1,1-1,83). Berdasarkan hal ini, disarankan kepada para orangtua terutama ibu untuk memperhatikan tumbuh kembang anak antara lain dengan cara mengunjungi posyandu atau fasilitas kesehatan agar dapat mendeteksi adanya gangguan pada tumbuh kembang anak secara dini. Selain itu juga, dengan mempersiapkan kondisi tubuh dengan baik terutama bila merencanakan kehamilan dengan berkonsultasi tenaga kesehatan yang berkompeten. ...... Cognitive development is a key factor contributing to the ability to learn in the future, the quality of labor resources, and the ability of a person as a whole. Generally, children with low birth weight (LBW) have a lower level of development than children with normal birth weight. The purpose of this study was to determine the relationship between birth weight with cognitive development in children under two years of age (3-23 months). This study used a prospective cohort study design. The study population was under two years old children and their mother which is the sample of child development cohort study. Sampling was done by taking the overall sample who meet the inclusion and exclusion criteria to obtain 278 respondents. Most under two year child (51.8%) had optimal cognitive development, and most also have a birth weight ≥ 3100 g (58.6%). The results showed a significant relationship between birth weight with cognitive development in under two years child (3-23 months) with a value of p = 0.01 (RR 1.36; 95% CI: 1.06 to 1.73). Based on the analysis of stratification, another variable that is thought to contribute to give effect in the relationship between birth weight with cognitive development is the growth curve of under two years child based on length/age with p = 0.05 (RR 1.36; 95% CI: 1.05 to 1 , 75) and the nutritional status of the mother before pregnancy p <0.05 (RR 1.42; 95% CI: 1.1 to 1.83). Based on this, it is suggested to parents, especially mothers to pay attention to child growth and development, among others by visiting the neighborhood health center or health facilities in order to detect any disturbance in early child development. In addition, by preparing with good body condition, especially when planning a pregnancy to consult a competent health personnel.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T44781
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isti Istianah
Abstrak :
Anak usia 6-23 bulan sedang dalam masa emas atau golden age, pada masa tersebut anak mengalami perkembangan kognitif, yang muncul dan berkembang pesat. Sekitar 50% potensi kognitif terbentuk pada 4 tahun pertama kehidupan. Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui karakteristik individu dan faktor gizi dengan perkembangan kognitif anak usia 6-23 bulan. Penelitian ini merupakan penelitian analisis lanjut dengan menggunakan data sekunder yang telah dilakukan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan tahun 2016. Jumlah sampel diambil semua anak usia 6-23 bulan yang tersedia di data sekunder sebanyak 83 anak. Perkembangan kognitif diukur menggunakan instrument Battelle Developmental Inventory (BDI). Hasil penelitian menunjukan anak usia 6-23 bulan dengan kognitif meragukan 47%. Uji korelasi spearman menyatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan perkembangan kognitif adalah umur (p=0,027) dan jenis kelamin (p=0,014). Berdasarkan hasil analisis regresi logistik linier, menyatakan bahwa jenis kelamin merupakan faktor dominan dalam perkembangan kognitif dan dapat disimpulkan pengaruh jenis kelamin dengan perkembangan kognitif sebesar 4,7% dengan probabilitas 0,018 < 0,05. Untuk itu, orang tua harus senantiasa memperhatikan perkembangan anak dimulai dari masa kehamilan sampai 2 tahun pertama kehidupan dan mengikuti kegiatan yang diadakan di Posyandu dan Puskesmas terutama dalam hal memantau pertumbuhan dan perkembangan anak. ......Children aged 6 to 23 months were on their golden age, during this time children undergoned cognitive development, which emerged and thrived rapidly. About 50% of cognitive potential was formed in the first 4 years of life. The purpose of this study was to determine individual characteristics and nutritional factors with cognitive development of children aged 6-23 months. This research was a further analysis study using secondary data that has been carried out by the Binawan Health Sciences College in 2016. The total sample was taken by all children aged 6-23 months available in secondary data as many as 83 children. Cognitive development was measured using the Battelle Developmental Inventory (BDI) instrument. The results showed that children aged 6-23 months with cognitive doubts were 47%. The Spearman correlation test suggested that the factors associated with cognitive development were age (p = 0.027) and gender (p = 0.014). Based on linear logistic regression analysis, suggested that gender was the dominant factor of cognitive development and it could be concluded that the influence of sex on cognitive development was 4.7% with a probability of 0.018 (p<0.05). For this reason, parents must always pay attention to children's development starting from pregnancy until the first 2 years of life and participating in activities held at Posyandu and Puskesmas, especially in terms of monitoring the growth and development of children.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olga Stephiana
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai pengaruh partisipasi kerja ibu terhadap perkembangan kognitif anak menggunakan data IFLS anak berusia antara 7-10 tahun. Hasil penelitian mengindikasi adanya pengaruh negatif partisipasi kerja ibu saat anak berusia antara 0-3. Namun, partisipasi kerja ibu pada anak berusia antara 7-10 tahun berasosiasi positif terhadap kognitif anak. Akumulasi penambahan jam kerja ibu setelah anak berusia antara 0-3 tahun juga berpengaruh terhadap kognitif anak. Selain partisipasi kerja ibu, perkembangan anak juga dipengaruhi oleh input-input lain, seperti input anak, input ibu, dan input keluarga. ......This research discussed effect of maternal employment on child cognitive development using IFLS rsquo s data of children aged between 7 10 years old. The results indicated negative effect of maternal employment when child was 0 3 years old. Yet, maternal employment on children age 7 10 years old is positively associated with children rsquo s cognition. Accumulated additional hours of working mothers after child aged 0 3 years old also affect children rsquo s cognition positively. Furthermore, development is also affected by other inputs, such as children inputs, mother inputs, and family inputs.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S66990
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Safitri
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai bagaimana fungsi dan sumber resiliensi remaja pasca perceraian orang tua. Perceraian orang tua merupakan salah satu peristiwa yang signifikan dalam hidup seorang remaja. Peristiwa tersebut dapat memengaruhi kesejahteraan dan perkembangannya. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana fungsi dan sumber resiliensi yang dimiliki remaja serta bagaimana fungsi dan sumber resiliensi yang remaja miliki dilihat dari perkembangan kognitif mereka. Pemahaman tentang fungsi dan sumber resiliensi ini dapat membantu dalam merancang intervensi yang relevan untuk meningkatkan fungsi dan sumber resiliensi pada remaja pasca perceraian orang tua. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dan observasi terhadap 3 orang remaja dan 3 orang dewasa awal yang memiliki riwayat perceraian orang tua ketika berusia 11–15 tahun. Penelitian ini berlangsung sejak bulan September 2022—Juni 2023. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua informan dalam penelitian ini memiliki semua fungsi dan sumber resiliensi karena disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu latar belakang informan seperti jenis kelamin, usia, saudara kandung yang mereka miliki, serta kedekatan hubungan mereka dengan orang terdekatnya. Selain itu, fungsi dan sumber resiliensi remaja pasca perceraian orang tuanya juga dapat dilihat dari perkembangan kognitif yang mereka alami, diketahui dari caranya berpikir secara abstrak, logis, dan idealis. ......This study discusses the functions and sources of adolescent resilience after parental divorce. Parental divorce is one of the significant events in an adolescent’s life. These events can affect the adolescent’s well-being and development. This study aims to describe how the functions and sources of resilience that adolescents have and how the functions and sources of resilience that adolescents have, are seen from their cognitive development. This understanding of functions and sources of resilience can help in designing relevant interventions to improve the functions and sources of adolescent resilience after parental divorce. This study uses a qualitative approach by conducting in-depth interviews and observations of 3 adolescents and 3 early adults who had a history of parental divorce at the age of 11–15 years old. This study took place from September 2022—June 2023. The results showed that not all informants in this study had all functions and sources of resilience because it was caused by several factors, such as their background, i.e. gender, age, siblings, and the closeness of their relationships with their closest ones. In addition, the functions and sources of adolescent resilience after parental divorce can also be seen from the cognitive development they experience, known from the way they think abstractly, logically, and idealistically.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chyntia Aryanti Mayadewi
Abstrak :
Perkembangan kognitif anak pra-sekolah merupakan faktor penting yang dapat menentukan kemampuan kognitifnya di kemudian hari. Namun berbagai penelitian sebelumnya menemukan bahwa terdapat anak yang mengalami keterlambatan perkembangan kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perkembangan kognitif serta hubungannya terhadap status gizi (TB/U & IMT/U), riwayat berat badan lahir dan stimulasi psikososial pada anak pra-sekolah (usia 5-6) tahun di Kecamatan Duren Sawit & Kramat Jati, Jakarta Timur. Pada penelitian ini digunakan analisis kuantitatif dengan desain potong lintang dan metode analisis korelasi. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa rata-rata perkembangan kognitif anak dinilai baik (n = 71). Terdapat  korelasi yang bermakna antara hubungan perkembangan kognitif dan TB/U & berat badan lahir (p = 0,001; 0,02). Tingkat pendapatan ditemukan bermakna pada kelompok responden berpendapatan menengah-tinggi dalam hubungan antara perkembangan kognitif dan status gizi TB/U & berat badan lahir. Hasil analisis lebih lanjut dengan regresi linear multivariat menunjukkan bahwa status gizi TB/U merupakan faktor dominan yang berkontribusi terhadap tingkat perkembangan kognitif sebesar 68% (R2 = 0,68; sig = 0,001). ......Cognitive development in pre-school children is known to be important factor that contributes to later cognitive function in school-age. Previous studies found that there were numbers of children not fulfilling their cognitive development. This research focus on the cognitive development and its correlation to nutritional status (HAZ & BAZ), birth weight and psychosocial stimulation on 71 pre-school children (5-6 y.o) in Duren Sawit & Kramat Jati districts, Jakarta Timur. We implemented quantitative analysis with crosssectional design study and correlation analysis method. Univariate analysis showed that the cognitive development is mostly good (n = 71). We investigated that there was significant correlation between cognitive development and on BAZ & birth weight (p = 0,001; 0,02). Level of income is shown to be significant among averagehigh income group in the correlation of cognitive development and BAZ & birth weight. Further analysis used multivariate linear regression showed that BAZ was the dominant factors that contributes cognitive development level for 68% (R2 = 0,68; sig = 0,001).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soemiarti Patmonodewo
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Aufira Utami
Abstrak :
[ABSTRAK
Perkembangan kognitif manusia mengalami perkembangan yang pesat pada usia 3-5 tahun. Perkembangan kognitif yang terjadi pada rentang usia tersebut antara lain adalah pemahaman mengenai konsep waktu. Dalam kehidupan manusia, perkembangan pemahaman konsep waktu termanifestasi dalam dua bentuk yaitu kemampuan mengingat masa lalu dan memprediksi masa depan, yang disebut dengan Mental Time Travel, dan kemampuan Bahasa khususnya pada pemahaman terhadap temporal term. Kedua kemampuan ini berkembang secara bersamaan sehingga diduga terdapat hubungan antara perkembangan keduanya pada rentang usia 3-5 tahun. Untuk melihat hubungan perkembangan mental time travel dan pemahaman temporal term, dilakukan eksperimen menggunakan box task dan puppet task sebagai alat ukur mental time travel dan empat pertanyaan yang masing-masing memuat 1 jenis temporal term. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kemampuan mental time travel berhubungan positif dengan pemahaman temporal term ke masa depan, khususnya kata ?nanti? dengan nilai korelasi sebesar 0,232.
ABSTRACT
Human cognition develops rapidly between the age of 3-5. One of the cognitive ability that develops in that age is the understanding of temporal dimension. In daily life, developmental of temporal dimension understanding manifested in two things, mental time travel ability and language ability especially comprehension of temporal term. Both ability are develop altogether is this developmental period, therefore their development are assumed to be correlated to each other. In order to see how mental time travel ability correlated to comprehension of temporal term, researcher did experiment using box task and puppet task to asses mental time travel ability, and four questions each consists one kind of temporal term. Data analysis shown that mental time travel ability positively correlated to comprehension of temporal term to the future, especially term ?nanti? (later today) with correlation value 0,232.;Human cognition develops rapidly between the age of 3-5. One of the cognitive ability that develops in that age is the understanding of temporal dimension. In daily life, developmental of temporal dimension understanding manifested in two things, mental time travel ability and language ability especially comprehension of temporal term. Both ability are develop altogether is this developmental period, therefore their development are assumed to be correlated to each other. In order to see how mental time travel ability correlated to comprehension of temporal term, researcher did experiment using box task and puppet task to asses mental time travel ability, and four questions each consists one kind of temporal term. Data analysis shown that mental time travel ability positively correlated to comprehension of temporal term to the future, especially term ?nanti? (later today) with correlation value 0,232., Human cognition develops rapidly between the age of 3-5. One of the cognitive ability that develops in that age is the understanding of temporal dimension. In daily life, developmental of temporal dimension understanding manifested in two things, mental time travel ability and language ability especially comprehension of temporal term. Both ability are develop altogether is this developmental period, therefore their development are assumed to be correlated to each other. In order to see how mental time travel ability correlated to comprehension of temporal term, researcher did experiment using box task and puppet task to asses mental time travel ability, and four questions each consists one kind of temporal term. Data analysis shown that mental time travel ability positively correlated to comprehension of temporal term to the future, especially term “nanti” (later today) with correlation value 0,232.]
2015
T43158
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Indah Hapsari
Abstrak :
Latar belakang: Perkembangan kognitif anak berkaitan erat dengan pertambahan usia dan tingkat pendidikan. Anak rentan dalam mengalami gangguan kognitif. Oleh karena itu, diperlukan suatu pemeriksaan fungsi kognitif pada anak yang dapat berfungsi sebagai alat skrining bagi tenaga medis. SYSTEMS-R merupakan salah satu intrumen skrining fungsi kognitif anak berusia 4 hingga 15 tahun di Australia. Sensitifitas dari instrumen ini adalah 83% dan 92% dengan nilai spesitifitas sebesar 76% dan 95%. Tujuan dari penelitian ini guna mendapatkan nilai normal fungsi kognitif anak menggunakan SYSTEMS-R di Indonesia. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan disain potong lintang menggunakan data primer dengan jumlah total 631 subjek penelitian dari 6 sekolah sejak Januari hingga April 2019. Penelitian dilakukan setelah mendapatkan izin etik dan diolah menggunakan SPSS 20. Hasil: Subjek penelitian terdiri dari 298 anak laki-laki (47,2%) dan 333 anak perempuan (52,8%). Skor terendah ditemukan pada usia 4 (12; 5-22) dan tertinggi adalah usia 15 (35; 28-40). Berdasarkan tingkat pendidikan, skor terendah 14; 5-26 ditemukan di siswa TK dan tertinggi 35; 28-40 ditemukan di kelas 3 SMP. Waktu rata-rata dalam pelaksanaan membutuhkan 06,23 ± 01,32 menit. Skor SYSTEMS-R meningkat berdasarkan pertambahan usia dan tingkat pendidikan (p <0,05). Cut-off score untuk setiap kelompok umur dan tingkat pendidikan meningkat (p <0,05). Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang bermakna secara klinis dan statistik antara skor SYSTEMS-R dengan pertambahan usia dan tingkat pendidikan (p < 0,05). Cut-off score yang rendah dapat mengindikasikan adanya gangguan kognitif sehingga diperlukan suatu pemeriksaan neurologis lebih lanjut. ......Background: Cognitive development of children is closely related to age and education levels. Children has risk of cognitive impairment so that cognitive function screening tool will be needed. SYSTEMS-R is one of the cognitive function screening tools that used in children aged 4 to 15 years old in Australia. It has a sensitivity value of 83% and 92% and specificity of 76% and 95%. The purpose of the study is to get a normal value and cut off score based on age and education levels in Indonesia. Methods: A cross-sectional design and observational study with primary data from 631 children from 6 schools in Jakarta had been performed from January to April 2019. This research has been approved by an ethical committee and processed using SPSS 20. Results: The subjects consisted of 298 boys (47.2%) and 333 girls (52.8%). The lowest score was found in age 4 (12;5-22) and the highest was in age 15 (35;28-40). Based on education levels, the lowest score of 14;5-26 was found in kindergartens and the highest ​​of 35;28-40 was found in 3rd grade of the junior high school. The average time in sampling requires 06.23±01.32 minutes. The SYSTEMS-R scores increase with age and education levels (p<0.05). The cut off score of each age group and education levels increases (p<0.05). Conclusions: The relationship was statistically and clinically significant between SYSTEMS-R score with age and education levels (p<0.05). A lower score of cut off score can indicate a cognitive impairment that further neurological examination may be needed.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>