Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lilya Murwanto
Abstrak :
Penulis tertarik pada masalah yang menyangkut perkembangan kemampuan berbahasa anak-anak. Dari pengamatan dalam kehidupan sehari-hari ditemukan adanya perkembangan kemampuan berbahasa seorang anak yang berbeda dengan perkembangan bar_bahasa anak yang lain. Kenyataaa ini menimbulkan beberapa per-tanyaan: seberapa jauhkah perbedaan tersebut masih dalam batas normal dan mana yang sudah berada di bawah normal; faktar_-faktor apa yang menyebabkan keterbelakangan itu; dan apa yang kira-ki.ra dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Hal-hal inilah yang mendorong penulis memilih topik perkembang_am berbahasa, khususnya pada anak belajar lambat.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S14086
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1986
499.223 2 PER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra
Abstrak :
Bahasa adalah suatu kemampuan yang penting dikuasai oleh anak. Terutama pada usia di sekitar 18 bulan, di mana terjadi peningkatan jumlah kata yang pesat. Anak tidak hanya cukup menambah jumlah kosakatanya, tetapi juga mengerti kata-kata tersebut. Untuk dapat berkomunikasi penting bagi anak tidak hanya mengerti kata- kata tetapi juga dapat mengucapkan kata-kata. Pada usia 16 - 24 bulan anak-anak dapat mengucapkan sekitar 50 sampai 400 kata. Kata-kata ini sebagian besar adalah kata benda yang mengacu pada objek yang dekat dengan kehidupan anak. Kata-kata Iain yang dipelajari anak adalah nama binatang, makanan, dan panggilan untuk orang-orang yang dekat dengan anak.

Menurut teori interaksionis, perkembangan bahasa anak tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan anak untuk menguasai bahasa, tetapi juga ditentukan oleh faktor interaksi anak dengan lingkungan. Faktor interaksi dan lingkungan ini tidaklah sama untuk setiap tempat. Sayangnya, di Indonesia penelitian perkembangan bahasa pada anak-anak yang berusia di bawah lima tahun masih Iangka, sehingga tidak diketahui berapa jumlah kata yang dapat diucapkan pada anak yang berusia di sekitar 18 bulan, serta jenis kata apa saja yang dikuasainya, penelitian ini berusaha untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Hasil yang diperoleh adalah: pada anak yang berusia 16-18 bulan rata~rata jumlah kata yang dapat diucapkan sebanyak 50 kata, pada anak yang berusia 18-20 bulan rata-rata jumlah kata yang dapat diucapkan sebanyak 281 kata. Untuk keseluruhan subyek, (usia 16-20 bulan) diperoleh rentang sebanyak 9 - 514 kata. Jenis kata yang paling banyak dikuasai adalah kata benda, diikuti oleh kata kerja. Jenis kata yang menyangkut waktu dan kata ganti orang jarang dikuasai oleh anak yang berusia 16 - 20 bulan, bahkan jenis kata sambung belum dikuasai sama sekali. Jenis kata seperti nama binatang, panggilan untuk orang mengalami perubahan dalam proporsinya seiring dengan meningkatnya usia.

Secara umum hasil penelitian ini bersesuaian dengan teori. Beberapa hal yang menarik adalah bahwa faktor-faktor seperli pendidikan ibu dan tingkat ekonomi yang sama tidak menjamin anak mendapatkan rangsang bahasa yang sama. Bentuk interaksi anak dengan orang dewasa juga tampak Iebih penting dari pada dengan siapa atau seberapa banyak anak berinteraksi.
2000
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Eka Ciptarini
Abstrak :
ABSTRAK
dari lingkungannya. Perkembangan berbahasa ini mencapai puncaknya pada saat berusia 2 tahun. Pada masa ini stimulasi bahasa dari orangtua sangatlah penting. Untuk orangtua (khususnya ibu) yang bekerja, hal ini menjadi sulit untuk dipenuhi karena mereka harus bekerja dan meninggalkan anak di rumah. Salah satu alternatif pemecahan masalah ini adalah dengan menitipkan anak ke Tempat Penitipan Anak (TPA). Di TPA, anak tetap dapat tumbuh dan mendapatkan stimulasi bahasa yang baik dari pengasuh saat orangtua bekerja. Hal ini dimungkinkan dengan adanya pemberian program di TPA, akan tetapi ternyata tidak semua TPA memiliki program tertulis. Salah satu TPA yang tidak memiliki program adalah Sasana Bina Balita (SBB) Mitra. Oleh karena itu lalu penelitian ini dilakukan untuk menyusun rancangan modul program pengembangan bahasa yang tepat bagi anak usia 2 tahun. Langkah pertama untuk menyusun rancangan modul program pengembangan bahasa adalah melakukan analisa kebutuhan. Melalui observasi dan wawancara terhadap 4 orang pengasuh SBB Mitra diketahui bahwa perkembangan bahasa reseptif anak usia 2 tahun di SBB Mitra berkembang lebih baik daripada perkembangan bahasa ekspresifnya. Rancangan modul program pengembangan bahasa ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa reseptif dan ekspresif anak. Modul terdiri dari 12 sesi pertemuan yang dirancang untuk dilakukan pada sesi kegiatan terpimpin. Setiap kegiatan dirancang untuk dapat meningkatkan kemampuan berbahasa reseptif dan juga ekspresif anak.
2007
T37824
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purnama Fitri
Abstrak :
Latar belakang: Seorang anak dapat tumbuh sehat dan cerdas karena dipengaruhi oleh berbagai faktor. Bahasa merupakan salah satu indikator perkembangan kemampuan kognitif anak. Pengalaman sensorik, stimulasi dan pajanan bahasa selama periode ini dapat menentukan sinaptogenesis, mielinisasi, dan hubungan sinaptik. Membacakan buku cerita/dongeng kepada anak dapat memperkaya proses pembelajaran bahasa dan bahkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi secara bersamaan, namun saat ini belum diteliti di Indonesia.Tujuan: Mengetahui nilai kognitif Developmental Quotient Cognitive Adaptive test , bahasa Developmental Quotient Clinical Linguistic and Auditory Milestone Scale , Full Scale Developmental Quotient, usia bahasa reseptif dan ekspresif pada anak.Metode: Penelitian quasi eksperimental pre-post test dilakukan pada lima Posyandu dan kunjungan rumah di Cilandak, Jakarta Selatan, Indonesia, pada bulan September 2017 hingga November 2018. Subyek penelitian adalah anak-anak usia 12-30 bulan sebanyak 24 anak pada masing-masing grup grup perlakuan dan grup kontrol . Dilakukan pemeriksaan kemampuan kognitif dan bahasa anak sebelum dan sesudah stimulasi melalui nilai kognitif Developmental Quotient Cognitive Adaptive Test , bahasa Developmental Quotient Clinical Linguistic and Auditory Milestone Scale , Full Scale Developmental Quotient, usia bahasa reseptif dan ekspresif dimana pemeriksaan ini dilakukan oleh dua orang dokter anak berbeda yang sudah terlatih. Kedua grup dilakukan pemeriksaan sebanyak dua kali dengan menggunakan Capute Scales. Subyek pada grup perlakuan mendapatkan stimulasi selama 12 minggu diantara pemeriksaan Capute Scale pertama dan kedua. Sementara subyek pada grup kontrol mendapatkan stimulasi setelah dilakukan pemeriksaan Capute Scale kedua. Stimulasi yang diberikan kepada grup kontrol dilakukan semata-mata untuk etik suatu penelitian.Hasil:. Setelah intervensi nilai Developmental Quotient Cognitive Adaptive Test, Clinical Linguistic and Auditory Milestone Scale, Full Scale, pada grup perlakuan lebih tinggi dibandingkan grup kontrol, dengan hasil berturut-turut sebagai berikut: DQ CAT : 97.35 vs 89.18 ......Background: Growth and development of children are influenced by many factors. Language is one of developmental indicator of children cognitive ability. Sensory, stimulation and language experience in critical periode influences synaptogenesis, myelinization and synaptic relation. Despite storytelling enriched child language learning process and even may increase communication skills as well, currently it was not well studied in Indonesia Objective: To determine effect of storytelling stimulation on children rsquo;s cognitive, language and full scale developmental quotient including expressive and receptive language age.Methods: A quasi experimental pre-post study was conducted in five posyandu and home visits in Cilandak, South Jakarta, Indonesia from September 2017 to November 2018. Subjects were children aged 12-30 months consisted of 24 children in each group case and control group . Pre and post stimulation children cognitive and language ability were measured using Developmental Quotient DQ of Cognitive Adaptive Test CAT , Clinical Linguistic and Auditory Milestone Scale CLAMS , Full Scale Developmental Quotient FSDQ , receptive and expressive language age of Capute Scales test and it was conducted by two different trained pediatricians. Both groups were assessed two times using Capute Scales test. Subjects in case group received stimulation for 12 weeks between first and second Capute Scales test. Meanwhile subjects in control group received the stimulation after the second Capute Scale test. The stimulation given to control group merely for ethical reason.Results: Results of post intervention DQs of case group were higher compared to control group as follow : DQ CAT : 97.35 vs 89.18 p
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T57606
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriana
Abstrak :
Anak usia toddler adalah anak yang berusia antara rentang 12 bulan sampai 36 bulan dan periode ini adalah masa transisi dari bayi ke balita. Anak- anak usia toddler cenderung terpapar dengan perangkat elektronik atau screen time di zaman teknologi ini dan hal ini menjadi tantangan bagi orang tua terhadap perkembangan bahasa anak.. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan bahasa anak usia toddler yang terpapar screen time di Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling dan diteliti pada 200 responden. Penelitian ini dilakukan pada anak usia 1-3 tahun yang terpapar screen time setiap hari. Instrumen pada penelitian ini menggunakan CLAMS untuk menilai perkembangan bahasa anak. Uji statistik yang digunakan adalah regresi logistik ordinal. Hasil yang didapatkan adalah terdapat hubungan yang signifikan antar riwayat kelahiran, durasi paparan screen time, pendidikan orang tua dan stimulasi. Variabel yang dominan adalah stimulasi. Kesimpulan: stimulasi memengaruhi perkembangan bahasa anak usia toddler sebesar 14 kali dibandingan anak tanpa diberi stimulasi. Dari hasil penelitian ini, pemeriksaan perkembangan bahasa disarankan untuk dilakukan bersamaan dengan pelayanan posyandu agar dapat mendeteksi dan mengintervensi dini keterlambatan perkembangan bahasa ......Toddler are children between the ages of 12 months and 36 months and this period is the transition period from baby to toddler. Toddler tend to be exposed to electronic devices or screen time in this technological era and this is a challenge for parents regarding children's language development. The aim of this research is analyze the factors that influence the language development of toddler who are exposed to screens time in East Jakarta. This research uses a cross sectional design. Sample selection was using cluster random sampling and studied on 200 respondents. This research was conducted on children aged 1-3 years who were exposed to screen time every day. The instrument in this study uses CLAMS to assess language development. The statistical test used is ordinal logistic regression. The results obtained were there was a significant relationship between birth history, duration of screen time exposure, parental education and stimulation. The dominant variable is stimulation. Conclusion: stimulation affects the language development of toddler-aged children 14 times compared to children without stimulation. From the results of this research, it is recommended that language development examinations be carried out simultaneously with posyandu services in order to detect and intervene early in language development delays.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Go, Jong-Seok (고종석)
Abstrak :
Buku ini ditulis oleh Go Jong-Seok. Buku ini merupakan buku linguistik yang membahas asal-usul kata dan perkembangan bahasa. Buku ini juga berisi perbandingan bahasa puitis dan bahasa sehari-hari.
Seoul: Doseochulpan Kaemagowon, 2012
KOR 495.78 GOJ m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmeen Ramadhanty Ghozali
Abstrak :
Perkembangan bahasa Melayu–bahasa Indonesia terlihat dalam berbagai tataran, termasuk kosakata. Salah satu kosakata yang mengalami perkembangan dalam bahasa Melayu–bahasa Indonesia adalah kosakata penutup, khususnya penutup anggota tubuh bagian kepala seperti hijab dan layah. Berkaitan dengan perkembangan kosakata tersebut, penelitian ini membahas makna dan perubahan makna kata hijab dan layah dalam bahasa Melayu–bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perubahan makna kata hijab dan layah dalam bahasa Melayu–bahasa Indonesia berdasarkan definisi dalam kamus dan pemakaian dalam korpus. Penelitian ini menggunakan metode kualitiatif dengan teknik observasi dan studi pustaka. Dalam penelitian ini, digunakan data dari korpus Malay Concordance Project dan Leipzig Corpora Collection. Berdasarkan analisis komponen makna dan perubahan makna, kata hijab dan layah dalam bahasa Melayu–bahasa Indonesia mengalami perubahan makna berupa perluasan makna. Selain itu, terdapat variasi pemakaian kata hijab dan layah dalam bahasa Indonesia. Variasi pemakaian kata hijab adalah jilbab, sementara layah disebut berguk dan bergo. ......Development of Malay–Indonesian occurs at various levels. At vocabulary level, development of Malay–Indonesian found in words that means ‘cover’, especially ‘covering the limbs of the head’ such as hijab and layah. In relation with vocabulary development, this study examines meaning and semantic changes of hijab and layah in Malay and Indonesian. This study aims to explain semantic changes of hijab and layah in Malay–Indonesian based on their definition in dictionary and usage in corpus. This study uses qualitative methods with observation technique and literature review. This study uses data from two corpus, namely Malay Concordance Project and Leipzig Corpora Collection. Based on componential anaylisis of meaning and semantic change analysis, there are extension of meaning of hijab and layah in Malay–Indonesian. Besides that, there are variations of use of hijab and layah in Indonesian. Variations in the use of hijab are jilbab, while layah are berguk and bergo.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Marsella Nola Tilaar
Abstrak :
Penelitian ini membahas kalimat majemuk yang terdapat dalam dongeng Hӓnsel und Gretel karya Gebrüder Grimm. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan tinjauan pustaka. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan jenis-jenis kalimat majemuk yang terdapat dalam dongeng Hӓnsel und Gretel yang dikaitkan dengan teori jenis-jenis kalimat majemuk milik Duden (2006) serta membuktikan penggunaan kalimat majemuk dalam dongeng Hӓnsel und Gretel dengan teori Hulit dan Howard (1997) mengenai perkembangan bahasa pada anak usia sekolah dalam rentang usia dari 6 sampai 12 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kalimat majemuk yang ditemukan dalam Hӓnsel und Gretel adalah kalimat majemuk setara dan bertingkat. Kalimat majemuk setara lebih mendominasi dibandingkan dengan kalimat bertingkat. Terdapat 126 kalimat majemuk setara, sedangkan kalimat majemuk bertingkat ditemukan sebanyak 102 kalimat. Berdasarkan teori Hulit dan Howart (1997), anak usia 6 sampai 12 tahun sudah mampu memahami penggunaan kalimat majemuk, yang di dalamnya menggunakan konjungsi yang kompleks. ......This study discusses the compound sentences found in the fairy tales, which is called Hӓnsel and Gretel written by Gebrüder Grimm. This study uses both qualitative and quantitative methods with a literature review approach. This purposes of this study is to explain the types of compound sentences found in the Hӓnsel and Gretel fairy tale associated with Duden's (2006) theory of compound sentence types and to prove the use of compound sentences in the Hӓnsel and Gretel fairy tale with Hulit and Howard's (1997) theory of language development in school-age children spanning from 6 to 12 years. The results of this study showed that the types of compound sentences found in Hӓnsel and Gretel are compound-equivalent sentences and compound-complex sentences. Compound-equivalent sentences dominate more than compound-complex sentences. There are 126 compound-equivalent sentences, while 102 compound-complex sentences are found. Based on the theory of Hulit and Howart (1997), children aged 6 to 12 years are able to understand the use of compound sentences, which use complex conjunctions.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Shania Novliarahma
Abstrak :
Gangguan dalam perkembangan bahasa menghambat anak usia prasekolah untuk berinteraksi dengan kemudahan dan kelancaran yang setara dengan anak pada umumnya dan hal itu dapat memicu masalah emosi. Anak usia prasekolah yang mengalami gangguan perkembangan bahasa juga mengalami kesulitan dalam meregulasi emosi mereka dengan baik. Penelitian ini berupaya untuk mencari tahu strategi regulasi emosi apa saja yang digunakan oleh anak di usia prasekolah dengan perkembangan bahasa atipikal, serta membandingkannya dengan strategi regulasi emosi yang digunakan anak usia prasekolah dengan perkembangan bahasa tipikal. Partisipan penelitian ini terdiri 119 orang tua/pengasuh dari anak usia prasekolah (3-5 tahun). Data dalam penelitian ini diambil menggunakan Speech and Language Developmental Milestones (SLDM) untuk membedakan partisipan berdasarkan perkembangan bahasa anak (atipikal dan tipikal). Selain itu, Emotion Regulation Skills Questionnaire (ERSQ) digunakan untuk mengukur strategi regulasi emosi anak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi regulasi emosi yang dominan digunakan oleh kelompok atipikal adalah venting, support seeking, dan comfort seeking. Hasil analisis statistik diferensial menunjukkan bahwa ada perbedaan strategi regulasi emosi antara kelompok atipikal dan tipikal. Untuk ke depannya, penelitian ini diharapkan dapat ditingkatkan lagi dengan menggunakan metode penelitian lain agar dapat memperdalam pemahaman mengenai strategi regulasi emosi anak usia prasekolah berdasarkan perkembangan bahasa. ......Preschool children with language difficulties are at risk of experiencing more socio-emotional related problems compared to those who are typically developed. Previous studies have also found that language difficulties may negatively affect preschool childrens' emotion regulation skills. The purpose of this study is to find out which emotion regulation strategies are most likely to be used by preschool children with an assumed language difficulty (atypical) and to compare them with those who are typically developed. A total of 119 participants consisted of parents/caregivers of preschool children (3-5 years) were grouped based on child language development (atypical and typical) using the Speech and Language Developmental Milestones (SLDM). Childrens' emotion regulation strategies were measured using the Emotion Regulation Skills Questionnaire (ERSQ). Results showed that preschool children in the atypical group tend to use venting, support seeking, and comfort seeking to regulate their emotions. Differential test results showed that there is a significant difference of emotion regulation strategies between preschool children in both language development groups. Future studies are to be improved by using different research methods in order to obtain a deeper understanding of emotion regulation strategies in preschool children based on their language development.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>