Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995
363.707 2 ANA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Yuni Astuti
Abstrak :
ABSTRAK
Pemodelan Windwaves - 04 yaitu software numerik generasi kedua yang diterapkan untuk menghasilkan data gelombang hasil dari pengamatan angin. Salah satu syarat ketika menjalankan model ini yaitu perairan lautan yang dalam. Tujuan pekerjaan dalam pemodelan ini yaitu mengamati karakteristik gelombang dalam hal ini arah dan tinggi sehubungan dengan arah dan kecepatan angin. Windwaves - 04 menggunakan metode numerik dengan kombinasi beda hingga dan teknik loncatan energi. Kombinasi ini mengurangi banyak dispersi energi sementara teknik loncatan energi mengurangi tingkat kesalahan dalam skala ruang dan waktu. Melalui input angin pengamatan yang diproses dalam prosedur running program Windwaves-04, program tersebut kemudian menghasilkan output baru yaitu data gelombang dan angin. Output terakhir ini kemudian di-ekstrak melalui prosedur plotting dalam format baru yang dapat dibaca. Akhirnya output tersebut siap dipetakan melalui perangkat lunak Arc View GIS versi 3.1 atau 3.3. Hasil terakhir yaitu peta arah dan tinggi gelombang serta peta arah dan kecepatan angin ( Lampiran A ).Dari hasil analisa terhadap peta dan grafik per wilayah secara visual, didapat bahwa ternyata EL Nino 1997 dan 1998 tidak mempengaruhi pola pemusiman dan penyebaran arah angin dan arah gelombang juga kecepatan angin dan tinggi gelombang, tetapi dengan bantuan analisa dari tabel hasil interpretasi dari peta dan grafik, ternyata El Nino 1997 dan 1998 menjadikan lebih dari separuh tahun tinggi gelombang menjadi lebih kecil dan pada sebagian besar bulan, kecapatan anginpun lebih kecil dengan asumsi El Nino terjadi pada bulan Maret 1997 hingga Agustus 1998 berdasarkan analisa kedalaman termoklin. Arah angin dan arah gelombang secara keseluruhan tidak diubah oleh peristiwa El Nino dan arah angin secara keseluruhan sama dengan arah gelombang. Dilihat dari analisa per wilayah, tinggi gelombang tertinggi dan kecepatan angin tertinggi terdapat pada Musim Timur atau Musim Barat bergantung pada letak geografi perairan ( Belahan Bumi Utara = BBU atau Belahan Bumi Selatan = BBS ). Untuk wilayah BBU, gelombang tertinggi terdapat pada Musim Barat dan di BBS gelombang tertinggi pada Musim Timur. Terlihat, kecepatan angin makin besar menyebabkan tinggi gelombangpun semakin besar. Berdasarkan analisa dari peta untuk perairan antar kepulauan , ternyata bahwa untuk wilayah BBU, gelombang tertinggi terdapat pada Musim Barat dan di BBS gelombang tertinggi pada Musim Timur kecuali di selatan NTT gelombang tertinggi pada Musim Barat karena pengaruh angin dari daratan Australia. Juga di Laut Andaman ( BBU ), gelombang tertinggi terdapat pada Musim Timur, karena pengaruh angin dari daratan Asia. Berdasarkan analisa dari peta untuk perairan sekitar Indonesia yaitu dengan melihat pada kontur kecepatan angin, secara keseluruhan ternyata bahwa pada tahun 1997, kecepatan angin lebih besar dari tahun 1998, paling besar tahun 2005. Kelompok kecepatan angin besar untuk ketiga tahun 1997, 1998, dan 2005, terdapat pada Musim Timur, perkecualian terdapat pada Musim Barat tahun 1998 dan 2005 ketika tidak terjadi El Nino, ada kecepatan angin terbesar mencapai 20 knot. Secara keseluruhan, perairan Indonesia memiliki tinggi gelombang rata-rata bulanan tidak lebih dari 3 meter terkecuali pada Desember 2005 di Laut Cina Selatan, tinggi gelombang lebih dari 3 meter. Gelombang di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik tinggi dan kadangkala gelombang pada Samudera Hindia lebih besar dikarenakan fetch yang lebih luas. Sedangkan gelombang di perairan antar kepulauan secara keseluruhan rendah kecuali di Laut Banda.
2007
T39508
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudirman Saad
Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia, 2003
341.448 ANA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Soegeng Hardjono
Abstrak :
ABSTRAK
Saat ini, Angkatan Laut Indonesia sedang memperkuat armada kapal perang dengan pembangunan jenis Kapal Cepat Rudal (KCR) 60M. Kemampuan operasional KCR 60M tergantung pada ketinggian gelombang perairan Indonesia. Untuk itu perlu dilakukan kajian penentuan tinggi gelombang maksimum yang bisa dilalui oleh KCR 60M dan penentuan panjang KCR minimum untuk mengatasi gelombang ekstrim tertinggi dengan metode statistik dan formula pendekatan. Hasil analisa menunjukkan bahwa KCR 60M dapat beroperasi pada tinggi gelombang hingga maksimum 4,73m. Secara umum tinggi gelombang perairan Indonesia rata-rata dibawah 4,73 m, sehingga KCR 60M dapat beroperasi di sepanjang tahun terkecuali pada bulan Desember dan Januari di wilayah utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan karena pengaruh angin moonsun Asia. Keberadaan tinggi gelombang ekstrim > 4,73m karena angin moonsun Asia menyebabkan KCR 60M tidak dapat beroperasi baik di wilayah Utara maupun Selatan Equator serta perairan Antar-Pulau. Sehingga KCR 60M tidak dapat juga beroperasi di seluruh wilayah Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) mulai dari Lantamal I (Medan) hingga Lantamal XIV (Sorong). Berdasarkan hasil analisa tinggi gelombang ekstrim rata-rata mencapai 5,1m dan panjang KCR yang mampu beroperasi di ketinggian tersebut minimum sekitar 70 m.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan, 2018
388 WPP 30:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hendro Antoni
Abstrak :
Perumusan teknologi pertahanan dipengaruhi oleh filosofi dan visi negara sebagaimana tertuang dalam UU No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Visi negara Indonesia dalam pertahanan dan keamanan negara mengharuskan adanya kemandirian dalam bidang pertahanan dan keamanan negara yang dipengaruhi oleh kondisi geografis, kondisi peralatan pertahanan dan keamanan yang dimiliki, dan peraturan perundang-undangan. Pembangunan teknologi pertahanan harus didasarkan pada aspek demografi dan kondisi geografi yang mencakup artikulasi negara nusantara (sesuai dengan konsepsi wawasan nusantara), dan negara kepulauan (sesuai dengan UNCLOS 1982, United Nations Convention on Law on the Seas). Bagaimana hubungan kerjasama industri perkapalan dan industri pendukung perkapalan. Bagaimana konsep industri perkapalan nasional untuk meningkatkan daya saing dalam mendukung keamanan maritim Indonesia. Teori dan konsep penelitian menggunakan Teori Daya Saing, Teori Pemberdayaan, Konsep Maritime Security Sector Reform dan Konsep Klaster Industri Perkapalan. Metodologi penelitian kualitatif dengan metode deskriktif. Hasil Penelitian. Kerjasama industri perkapalan dan industri pendukung perkapalan memerlukan perubahan regulasi terkait pengelolaan manajemen industri perkapalan. Perubahan tersebut untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah dan produsen industri perkapalan. Dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Industri Pertahanan dan Perpres. Komite Kebijakan Industri Pertahanan, ditekankan melakukan pemanfaatan industri nasional dalam pemenuhan Alutsista. Sehingga memerlukan pengelolaan menejemen industri pertahanan dengan industri pendukung lainnya. Konsep pengembangan klaster terbagi dua berdasarkan jenis kepemilikannya yaitu industri swasta dengan konsep pengeloalan klaster industri perkapalan. Sedangkan industri BUMN menggunakan konsep holding industri National Shipbuilding and Heavy Indrustries.
Jakarta: Seskoal Press, 2022
023.1 JMI 10:1 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Poltak Partogi, 1963-
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2020
341.44 NAI i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library