Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tri Swasono Hadi
Abstrak :
ABSTRAK
Self deception adalah suatu konsep dengan banyak definisi. Dalam penelitian ini sendiri penggunaan istilah Self deception mengacu kepada penjelasan Goleman (1997) yaitu suatu keadaan tidak disadarinya keberadaan informasi negatif pemicu kecemasan, baik sebagian atau seluruhnya, sebagai akibat bekerjanya mekanisme pengalihan perhatian atau mekanisme penyimpangan ingatan yang dilakukan oleh skemaskema di luar kesadaran. Sementara itu, salah satu perkembangan menonjol yang terjadi dewasa ini adalah semakin meningkatnya peran media massa dalam kehidupan masyarakat. Seiring dengan perkembangan tersebut tidak bisa dihindari bahwa berita-berita yang disampaikan media massa turut pula menimbulkan efek perasaan negatif dalam kalangan masyarakat. Hal ini bukan hanya disebabkan karena adanya faktor penilaian subyektif masingmasing anggota masyarakat tetapi juga unsur keberpihakan dalam diri media massa itu sendiri. Mencermati hal tersebut peneliti melihat ada kemungkinan keterkaitan antara pemberitaan media massa dengan proses self deception, di mana berita-berita yang disajikan media massa berpotensi menimbulkan kecemasan pada masyarakat sehingga dapat menjadi faktor pendorong terjadinya proses self deception. Untuk meneliti kemungkinan hubungan tersebut, sekaligus dalam upaya untuk lebih memahami proses self deception, maka peneliti melakukan eksperimen secara randomized two group. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah secara insidental. Subyek penelitian diambil dari kelompok Forum Studi Orientasi Islam (Forsis). Dengan pertimbangan kemudahan, penelitian ini dikhususkan kepada berita dalam bentuk tertulis atau berita media cetak. Prosedur yang dilakukan adalah memberikan berita netral kepada kelompok kontrol dan berita negatif kepada kelompok eksperimen, kemudian meminta mereka me-recall kata-kata tertentu yang diminta. Walau kedua bacaan tersebut berbeda isi dan konteksnya, namun kata-kata yang harus di-recall sama persis untuk kedua kelompok. Faktor agama menjadi dasar interpretasi berita, dimana berita negatif merupakan berita memojokkan agama yang dianut subyek penelitian (kelompok eksperimen). Hipotesa alternatif penelitian ini adalah bahwa kelompok eksperimen yang menerima berita negatif hasil recall-nya akan lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok kontrol yang menerima berita netral. Jika hal itu terbukti, maka defisit dalam ingatan kelompok eksperimen mengindikasikan kemungkinan terjadinya proses self deception. Hasil analisa kuantitatif penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesa alternatif ditolak, yang berarti tidak ada perbedaan bermakna antara hasil recall kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen. Walau demikian hasil analisa kualitatif menunjukkan terjadi penyimpangan dalam sejumlah recall kelompok ekseprimen, dimana sebagian kecil di antaranya memenuhi kriteria sebagai proses sel f deception. Melalui penelitian ini juga diperoleh beberapa hasil sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut mengenai masalah self deception, yaitu: 1. Pemberian informasi negatif yang terkait langsung dengan subyek penelitian kemungkinan akan berpotensi lebih besar memicu terjadinya proses self deception. 2. Kredibilitas sumber informasi hendaknya mendapat perhatian, karena informasi negatif yang berasal dari sumber yang kredibel dan memiliki data penunjang yang kuat akan lebih mudah menimbulkan kecemasan. Hal ini penting karena dalam teori Goleman kecemasan merupakan intervening faktor dalam menimbulkan self deception. 3. Kesempatan untuk mengalihkan perhatian nampaknya merupakan faktor pendukung bagi terjadinya self deception, karena hal tersebut akan menghambat informasi negatif untuk disadari. 4. Adanya perbedaan individual para subyek penelitian dalam menyikapi informasi negatif menunjukkan kemungkinan adanya secondary variabel yang berpengaruh terhadap proses self deception, seperti mungkin faktor rentang perhatian, usia atau tingkat kecemasan. Untuk itu diperlukan studi lanjutan yang bertujuan mengidentifikasi karakteristik individual yang dapat mempengaruhi self deception tersebut. Pengidentifikasian secondary variabel tersebut juga akan berguna dalam menerapkan prosedur kontrol penelitian yang lebih ketat. Untuk meningkatkan validitas pengukuran hal lain yang dapat dilakukan adalah menambah jumlah sampel, hal ini selain akan meningkatkan kemampuan generalisasi penelitian juga akan mempertinggi nilai t. 5. Dengan memperhatikan sejumlah saran yang telah diberikan hendaknya dapat dibuat alat ukur baku atau standar baku untuk mengukur self deception.
2003
S3217
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library