Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Desi Pramujiwati
Abstrak :
Tesis ini mernbahas tentang pengalaman hidup veteran pejuang yang prasejahtera. Desain penelitian menggunakan deskriptif kualitatif sehingga dalam analisisnya bedasarkan adanya hubungan arti kata (semantik). Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman psikologis dan sosial saat menghadapi perang.. Jmnlah partisipan pada penelitian ini ada lima dan semua partisipan adalah veteran pejuang yang terdaiiar dalam Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI). Penelitian menghasilkan enam tema yaitu: alasan menjadi seorang pejuang, syarat menjadi pejuang, kekerasan sebagai bagian dari proses pembentukan jiwa pejuang, dampak psikososial dari perjuangan, aktualisasi diri dari pejuang dan kebutuhan penghargaan paska perjuangan. ......This thesis discusses the experience of living as a prosperous pre veterans. Using a descriptive qualitative research design so that in his analysis of the relationship based on the meaning of words (semantics). This study aims to explore the psychological and experiences in the face of war. The number of participants in this study there five, and all participans are veterans enrolled in the Legiun Veterans Republik Indonesia (LVRI). The study produced six themes, namely: the reason being a warrior, a fighter requirement, the violence as palt of process of formation of fighting spirit, the psychological impact of the struggle, self- actualization of the fighters and the struggle of post-award requirements.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31583
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Thika Marlina
Abstrak :
ABSTRAK
Permasalahan trafficking merupakan salah satu kekerasan terhadap Hak Asasi Manusia yang terjadi diseluruh dunia. Korban mayoritas adalah perempuan sebagai bagian dari kelompok rentan. Tujuan penelitian ini untuk mengeksplorasi lebih dalam tentang pengalaman hidup perempuan korban trafficking dilihat dari perspektif kesehatan jiwa. Partisipan berjumlah 9 orang, dikumpulkan menggunakan teknik purposive sampling. Desain penelitian yang digunakan fenomenologi deskriptif. Hasil penelitian menemukan 7 tema besar yang sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu: 1)Motivasi utama korban trafficking bekerja keluar negri, 2)Peran keluarga dalam pengambilan keputusan kerja sebagai TKW, 3)Rendahnya perlindungan bagi tenaga kerja perempuan, 4)Strategi melepaskan diri dari jeratan trafficker, 5)Trafficking sebagai penderitaan tanpa akhir, 6)Hikmah penderitaan korban trafficking, 7)Kebutuhan penghargaan perempuan korban trafficking. Simpulannya pengalaman hidup perempuan korban trafficking didapatkan melalui kondisi penderitaan dan pendalaman nilai spiritual. Penelitian ini menyarankan tersusunnya panduan asuhan keperawatan psikososial pada korban trafficking sejak pra-penempatan hingga penempatan dan penelitian kualitatif lanjutan mengenai makna hidup korban trafficking.
ABSTRACT
Trafficking is a human rights violation that occurs around the world. Women are vulnerable to trafficking. The purpose of this study was to explore more deeply about the life experience of women trafficked from mental health perspective. The study was a qualitative research study with phenomenological design. Participants totaly 9 women trafficked, collected using purposive sampling technique..The study was found 7 major themes relevant to the objectives of the study: 1)Primary motivation to work overseas, 2)The family role in making decision for its member who was interested in working overseas, 3)Insufficient protection for female workers, 4) Proper strategy in escaping from trafficker, 5)Trafficking as an endless suffering 6) The positive impact of trafficking on its victims, 7) Reward necessity for women trafficked. The conclusion was the life experience for women trafficked found in a state of suffering and deepening of spiritual values. The research suggest that the comprehensive guidelines of psychosocial nursing intervention for trafficking victims comprising of predeparture stage until placement one could be made and further qualitative study for studying the meaning of life of trafficking victims could be carried out
2012
T30656
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
R. Slamet Iman Santoso
Jakarta: UI-Press, 1992
921.719 2 SLA w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Ardiansyah Ramadhan
Abstrak :
Globalisasi telah memberikan dampak signifikan terhadap perkembangan makna dan fungsi dari Ondel-ondel. Hal ini semakin ditunjukkan dengan maraknya praktik mengamen dan mengemis menggunakan Ondel-ondel di tengah-tengah masyarakat. Praktik pengamen dan mengemis menggunakan Ondel-ondel kemudian memunculkan berbagai kontroversi di tengah masyarakat, khususnya masyarakat Betawi, yang dianggap menyinggung nilai-nilai budaya dan identitas Betawi. Penelitian dilakukan menggunakan metode etnografi, dengan proses observasi lapangan, pengumpulan data sekunder, dan wawancara mendalam kepada sembilan informan yang terdiri dari tiga pengamen/pengemis Ondel-ondel, empat pengrajin/sanggar Betawi, dan Tokoh Betawi yang berlokasi di DKI Jakarta dan Kota Bekasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat keberagaman latar belakang dan pengalaman pada penggiat budaya Ondel-ondel seperti perbedaan keturunan, pendidikan, lingkungan, yang selanjutnya mempengaruhi pilihan praktik yang mereka lakukan dan hayati. Perbedaan pengalaman, dan penghayatan tersebut berdampak terhadap pilihan praktik-praktik yang dilakukan, seperti pertunjukkan Ondel-ondel di acara-acara resmi, membuat dan menjual Ondel-ondel, mengamen, dan mengemis menggunakan Ondel-ondel. Penggiat budaya Ondel-ondel dapat mengidentifikasi dan memahami praktik-praktik yang mereka lakukan sebagai upaya untuk melestarikan budaya, atau hanya sebatas memenuhi kebutuhan ekonomi. Melalui penelitian ini juga dapat diketahui bahwa lanskap masyarakat pada saat ini semakin kosmopolitan, yang juga turut mempengaruhi keberagaman praktik-praktik dalam budaya Ondel-ondel. ......Globalization has had a significant impact on the development of the meaning and function of Ondel-ondel. These are shown by the widespread practice of busking and begging using Ondel-ondel in the community. The practiced of busking and begging using Ondel-ondel then led to various controversies in the community, especially the Betawi community, which were considered to offend Betawi cultural values and identity. This research used ethnographic methods, with a field observation process, secondary data collection, and in-depth interviews with nine informants consisting of three Ondel- ondel buskers/beggars, four Betawi artist/sanggar, and Betawi figures located in DKI Jakarta and Bekasi City. The results show that there are various backgrounds and experiences of Ondel-ondel cultural activists such as differences in heredity, education, and environment, which further influences the choice of practice they do and live. Differences in experience and appreciation have an effect on the choice of practiced that are carried out, such as Ondel-ondel performances at official events, making and selling Ondel-ondel, busking, and begging using Ondel-ondel. Ondel-ondel cultural activists can identify and understand the practices they carry out as an effort to preserve culture or only to meet economic needs. Through this research, also be known that the current landscape of society is increasingly cosmopolitan, which also influences the diversity of practices in Ondel-ondel culture.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riana Sahrani
Abstrak :
Terdapat pandangan negatif dan juga positif mengenai orang lanjut usia (lansia). Sejalan dengan hal itu jumlah lansia di dunia, terutama di Indonesia, semakin meningkat sehingga patut kiranya dipertanyakan mengenai kualitas para lansia itu sendiri. Apalagi di era globalisasi dan komputerisasi seperti saat ini yang membuat perubahan semakin cepat namun juga. tidak pasti. Maka untuk mengantisipasi hal tersebut diperlukan kemampuan untuk menyesuaikan diri agar dapat memecahkan masalah secara bijak, terutama pada para lansia yang diharapkan bisa memberikan nasehat dan panutan bagi generasi muda. Agar dapat memahami, menilai suatu masalah, dan kemudian mengambil suatu keputusan yang terbaik bagi diri sendiri dan orang lain, dibutuhkan pengetahuan yang memadai. Pengetahuan ini disebut sebagai ‘pengetahuan yang berhubungan dengan kebijaksanaan’ (wisdom-related knowledge). Wisdom-related knowledge adalah pengetahuan yang meliputi lima kriteria wisdom, yaitu mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai masalah-masalah kehidupan (factual knowledge of life); punya strategi dalam pengambilan keputusan dan mengetahui untung-ruginya dari setiap strategi tersebut (procedural knowledge of life); mempertimbangkan konteks kehidupan masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang (life span contextualism); mempertimbangkan keanekaragaman nilai dan prioritas dalam kehidupan (value relativism); dan juga mempertimbangkan adanya ketidakpastian dalam kehidupan (recognition and management of uncertainty). Orang yang memiliki pengetahuan yang relatif baik pada dua kriteria pertama dapat dikatakan mempunyai tingkat pemerolehan dasar (basic level) wisdom, sedangkan orang yang mempunyai pengetahuan yang melampaui dua hal pertama (kriteria tiga, empat, dan lima) dapat dikatakan sudah mencapai meta level pemerolehan wisdom. Ada dua pandangan yang berbeda mengenai siapa orang yang bisa dikatakan bijaksana (wise). Pandangan lama mengatakan bahwa wisdom adalah area lansia karena lansia sudah lebih banyak pengalaman sehingga bisa memberikan nasehat yang berguna Namun pandangan terbaru menyatakan bahwa wisdom tersebut bisa diperoleh siapa saja, bahkan remaja, karena wisdom adalah suatu kemampuan yang dapat dipelajari dan merupakan gabungan dari aspek intelegensi, sosial, emosi, dan motivasi. Adanya hasil-hasil penelitian tersebut dan juga keadaan nyata di lapangan membuat penulis ingin mengetahui wisdom-related knowledge pada lansia, dengan memperhatikan perkembangan wisdom-related knowledge mulai dari masa dewasa muda, dewasa madya, dan lansia secara cross sectional. Sehingga dengan demikian permasalahan yang ingin diteliti adalah apakah ada perbedaan pemerolehan wisdom-related knowledge pada tiga tahap perkembangan, yaitu pada orang dewasa muda (usia 22-45 tahun); dewasa madya (usia 45-65 tahun); dan lansia (usia 65 tahun keatas). Responden penelitian ini berjumlah 197 orang yang terdiri dan ketiga tahapan perkembangan dan berjenis kelamin laki-laki serta perempuan. Alat yang dipergunakan adalah alat wisdom-related knowledge, yang dibuat oleh Baltes dan para peneliti dari Max Planck Institute Jarman. Penulis dalam hal ini memakai empat soal wisdom-related knowledge yang terdiri dari persoalan life planning normative, life planning non normative, life management, dan life review. Keempat soal ini diberikan kepada responden dalam bentuk tertulis dan kemudian jawaban-jawaban tersebut dinilai oleh tiga orang rater. Penelitian ini bersifat kuantitatif dan memakai metode statistik anova untuk melihat perbedaan yang ada. Hasil utama yang didapat dari penelitian ini adalah ada perbedaan pemerolehan wisdom-related knowledge pada tiga tahap perkembangan, yaitu antara orang dewasa muda, orang dewasa madya, dan orang lanjut usia. Kemudian, orang dewasa muda memperoleh nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan orang dewasa madya dan orang lanjut usia. Di sisi lain, orang lanjut usia mendapatkan nilai yang paling rendah dibandingkan kedua tahapan usia sebelumnya. Orang dewasa muda perempuan mendapatkan nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan responden lainnya. Para responden secara keseluruhan mendapatkan nilai yang paling tinggi bila mengerjakan persoalan life planning daripada life management dan life review, sedangkan persoalan life review merupakan persoalan yang paling sulit dikerjakan. Pada orang lanjut usia didapatkan bahwa mereka mendapatkan nilai yang lebih tinggi dalam mengerjakan persoalan life planning non normative daripada persoalan life planning normative. Pendidikan dan pekerjaan (profesi) antara lain juga memfasilitasi perolehan wisdom-related knowledge. Saran yang dapat dikemukakan antara lain adalah bagi yang berminat untuk meneliti lebih lanjut sebaiknya dilengkapi dengan metode observasi dan wawancara, melakukan tes kecerdasan sebelumnya (guna mengetahui fluid intelligence), dan mengontrol faktor kesehatan responden.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nada Khaerunnisa
Abstrak :
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan isu yang masih terjadi di tengah masyarakat mengingat 1 dari 10 perempuan di Indonesia pada tahun 2016 masih mendapatkan perlakuan kekerasan oleh suaminya baik secara fisik, seksual, atau emosional. Studi empiris mengenai hubungan antara status kerja wanita terhadap kekerasan dalam rumah tangga memberikan kesimpulan yang tidak sama. Data Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) 2016 digunakan untuk membahas bagaimana pengaruh status kerja wanita berumur 15-64 tahun dan menikah terhadap kemungkinan kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia melalui model probit. Hasil pada studi ini menemukan bahwa status kerja wanita yang bekerja ialah negatif dan signifikan. Seorang perempuan yang bekerja bisa mengurangi kemungkinan mendapatkan kekerasan oleh suaminya. Hal ini membuktikan bahwa bekerjanya wanita bisa menjadi alat bargaining untuk menurunkan kekerasan dengan melihat alternatif untuk bisa keluar dari pernikahan. ......Domestic violence (KDRT) is an issue that still occurs in the community considering that 1 in 10 women in Indonesia in 2016 still received domestic violent treatment by their husbands, either physically, sexually, or emotionally. Empirical studies on the relationship between women's work status and domestic violence give different conclusions. Data from the 2016 National Women's Life Experience Survey/ Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) is used to discuss how the working status of women aged 15-64 years and currently married on the possibility of domestic violence in Indonesia through the probit model. The results of this study found that the working status of working women was negative and significant. A woman who works can reduce the chances of getting abused by her husband. This proves that the work of women can be a bargaining tool to reduce violence by looking at alternatives to get out of marriage.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fetia Nursih Widiastuti
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor sosio-ekonomi dan faktor gender dan perkawinan terhadap gangguan mental emosional wanita menikah di Indonesia. Menggunakan Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional tahun 2016, gangguan mental emosional diukur berdasarkan rincian pertanyaan yang terdiri dari 20 pertanyaan Self Reporting Questionnaire SRQ-20. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa persentase gangguan mental emosional tertinggi pada wanita tinggal di perdesaan, pendidikan SD kebawah, tidak bekerja, indeks kekayaan rendah, durasi perkawinan 21-30 tahun, suami melakukan kegiatan selain bekerja, mengalami kekerasan dalam rumah tangga, usia perkawinan pertama kurang dari 18 tahun, jumlah anak lahir hidup lebih dari enam, dan status kesehatan buruk. Hasil analisis inferensial menggunakan regresi logistik biner menunjukkan bahwa faktor sosio-ekonomi dan faktor gender dan perkawinan berpengaruh secara signifikan terhadap gangguan mental emosional. Faktor sosio-ekonomi yang yang berpengaruh secara signifikan terhadap gangguan mental emosional adalah tingkat pendidikan dan indeks kekayaan. Sedangkan status pekerjaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap gangguan mental emosional wanita menikah. Faktor gender dan perkawinan yang berpengaruh signifikan terhadap gangguan mental emosional wanita menikah adalah durasi perkawinan, kegiatan suami dan kekerasan dalam rumah tangga oleh suami. Sedangkan usia kawin pertama secara statistik tidak signifikan berpengaruh terhadap gangguan mental emosional. ......This study aims to determine the influence of socio economic factors and gender and marital factors to common mental disorders among married women in Indonesia. Using the 2016 National Women 39 s Life Experience Survey, common mental disorders were measured on Self Reporting Questionnaire 20 SRQ 20. The result of descriptive analysis show that the highest percentage of common mental disorder in women living in rural areas, elementary school education, unemployment, low wealth index, duration of marriage 21 30 years, husband doing activities other than work, experiencing domestic violence, age at first marriage less from 18 years, the number of live birth children is more than six, and the health status is bad. The results of inferential analysis uses binary logistic reggression show that socio economic factors and gender and marital factors significantly influence common mental disorders. The socio economic factors that significantly influence common mental disorders are the level of education and wealth index. While the status of work does not significantly influence the common mental disorders among married women. Gender and marital factors that significantly influence the common mental disorders among married women are the duration of marriage, husbands 39 activities and domestic violence by husbands. While age at the first marriage is not statistically significant effect on common mental disorders.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T50863
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Fairuz Hasna Karimah
Abstrak :
ABSTRAK
Pengalaman hidup seorang individu memiliki peran yang penting dalam pembentukan perilaku individu tersebut. Dalam tulisan ini, saya berusaha memahami hubungan antara pengalaman hidup perempuan dewasa muda dengan hubungan romantis yang mereka jalani bersama pasangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi, pendekatan kognitif, pendekatan interpretatif, metode life history, dan metode wawancara mendalam dengan lima perempuan dewasa muda yang sedang menjalani hubungan romantis. Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat lima komponen utama dalam hubungan romantis menurut perempuan dewasa muda, yaitu 1 kedewasaan; 2 latar belakang keluarga; 3 rasa nyaman; 4 rasa aman; dan 5 aktivitas seksual. Tulisan ini kemudian melihat bahwa hubungan romantis merupakan sebuah bentuk interpretasi, representasi, dan ekspresi dari pengalaman hidup perempuan dewasa muda yang kemudian termanifestasi dalam proses pemilihan pasangan serta proses pemaknaan terhadap hubungan romantis itu sendiri.
ABSTRACT
Life history has significantly contributed to the way an individual acts on his life. In this paper, I try to examine the relation between the life history of young adult women and their romantic relationships with their partners. The research conducts an ethnographical approach, a cognitive anthropology approach, an interpretative approach, life history method, and in depth interview method with five young adult women who are involved in a romantic relationship. According to them, there are five basic components in a romantic relationship, which are 1 maturity 2 family background 3 comfort 4 security and 5 sexual activities. This paper thus implies that romantic relationship is an interpretation, a representation, and an expression of their life histories which is manifested in the process of choosing their romantic relationship partners and also the way they take meanings of the romantic relationship itself.
2017
S69818
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library