Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Suwarniyati Sartomo
Abstrak :
ABSTRAK Studi tentang hubungan antara manusia dan lingkungan hidup, khususnya yang melihat aspek hubungan lingkungan buatan dan perilaku manusia merupakan suatu kajian yang cukup menarik. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan antara lain memberikan kesimpulan adanya pengaruh yang kuat baik positif atau negatif, antara lingkungan fisik dan lingkungan buatan terhadap perilaku manusia (Clinard, 1973; Altman, 1975; Rapoport 1982; Bell, 1984). Studi mengenai hubungan antara lingkungan buatan dan perilaku manusia, yang dalam penelitian ini memusatkan kajian pada lingkungan permukiman kumuh, telah memberikan sumbangan pemikiran berupa hasil penelitian di tiga lokasi permukiman kumuh di wilayah Jakarta Pusat. Tiga kelurahan yang dipilih dengan prosedur penarikan sampel lokasi secara purposive; yaitu Kelurahan Duri Pulo, Kelurahan Sumur Batu dan Kelurahan Kampung Rawa, memberikan gambaran khusus mengenai hubungan lingkungan permukiman kumuh dan perilaku. Pemilihan sampel purposive wilayah Jakarta Pusat sebagai lokasi penelitian didasarkan atas beberapa alasan: pertama, Jakarta Pusat merupakan pusat kegiatan terbesar di antara kelima wilayah di DKI Jakarta; kedua, memiliki keunikan dalam hal angka kejahatan (angka kejahatan cukup tinggi dibandingkan wilayah DKI Jakarta lainnya); dan ketiga, memiliki lokasi hunian kumuh cukup banyak. Tipe penelitian ini bersifat deskriptif, dengan metode statistik non parametrik. Populasi penelitian adalah kepala keluarga (KK) yang berdomisili di tiga kelurahan terpilih. Sementara itu penarikan sampel responden di tiga kelurahan dilakukan dengan prosedur penarikan sampel acak terlapis tak seimbang (disproporsional stratified random sample), berdasarkan dua indikator pokok, yaitu kepadatan penduduk per-kilometer persegi dan frekuensi kejahatan. Adapun permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah seperti berikut: 1. Sejauh mana pengaruh lingkungan permukiman kumuh terhadap perilaku individu penghuni. 2. Seberapa jauh lingkungan permukiman kumuh berpengaruh pada tumbuhnya perilaku menyimpang. Bertitik tolak dari dua permasalahan di atas, hipotesis penelitian yang dicoba untuk dibuktikan adalah: 1. Semakin buruk kondisi fisik permukiman kumuh, semakin rendah kepedulian anggota masyarakat terhadap lingkungannya. 2. Lingkungan permukiman kumuh berpengaruh pada tumbuhnya perilaku menyimpang. Dari hasil penelitian lapangan yang dilakukan dengan metode survai dan metode wawancara mendalam (depth-interview), diperoleh beberapa temuan penelitian berikut: 1. Tingkat kepedulian anggota masyarakat permukiman kumuh yang diukur dengan indikator tingkat intensitas hubungan antar warga, menunjukkan hasil bahwa semakin baik lingkungan permukiman kumuh, semakin tinggi tingkat kepedulian warganya. Variabel tingkat intensitas yang dibagi ke dalam kategori: tidak akrab, kurang akrab, dan sangat akrab, dikorelasikan dengan variabel kondisi lingkungan permuidman, menghasilkan nilai korelasi Kendall: rb = 0.21. Uji korelasi menggunakan tabel distribusi normal Z, memperlihatkan basil Z hitung = 3.81, pada taraf signifikansi α= 0.05, nilai Z tabel = 1.67. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hipotesis nomor 1 diterima. 2. Kondisi lingkungan permukiman kumuh ternyata tidak selalu identik dengan perikehidupan yang kurang harmonis, bahkan tidak pula identik dengan tempat tumbuhnya perilaku menyimpang. Data lapangan di tiga lokasi penelitian yang dilakukan dengan metode wawancara mendalam, memperlihatkan bahwa lingkungan permukiman yang relatif baik memiliki angka kejahatan relatif tinggi. Sementara itu data lapangan yang diperoleh dengan kuesioner memperlihatkan hanya sepertiga dari anggota sampel penelitian yang pemah mengetahui dan mengalami peristiwa kejahatan. Perkelahian dan pencurian merupakan ciri kejahatan yang terjadi di lingkungan permukiman kumuh. Hasil pengamatan sepanjang penelitian lapangan dilakukan, justru memberi gambaran bahwa perjudian juga merupakan ciri perilaku menyimpang yang terjadi di lingkungan permukiman kumuh. Meskipun beberapa jenis kejahatan dan perilaku menyimpang menggambarkan salah satu ciri perilaku anggota masyarakat di lingkungan permukiman kumuh, untuk sementara hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa lingkungan permukiman kumuh tidak berpengaruh terhadap tumbuhnya perilaku menyimpang. Dengan demikian, salah satu temuan penelitian dari Clinard dan Abbot tentang hubungan antara lingkungan permukiman kumuh dan tingginya angka kejahatan, tidak berlaku untuk kondisi lingkungan permukiman kumuh di Indonesia.
ABSTRACT The study on the relation between man and the living environment, especially the relation between man-made environment and human behavior constitutes an interesting study. Some previously conducted research has concluded among other things that there is a strong influence, whether positive or negative, of the physical and man-made environment on human behavior (Clinnard, 1973; Altman, 1975; Rapoport, 1982 and Bell, 1984). The Study of the relationship between the man-made environment and human behavior, focusses on slum areas in Central. Jakarta. The three lcelurahan were selected through purposive location sample selection; they are the Kelurahan Duri Pula, Kelurahan Surnur Batu and Kelurahan Kampung Rawa, which have provided a specific picture of the relationship between the slum environment and human behavior. The choice of Central Jakarta as the purposive sample of the research was based on the following arguments: first, Central Jakarta is the largest centre of activities among the five areas; second, it is unique in its crime rate, i.e. the crime rate is significantly high in comparison with the other areas; and third, it has a quite large slum area. The type of this research is descriptive, and the researcher has made use of the statistic nonparametric. The population of the research consists of the family heads (KK) living in three-selected kelurahan. The samples of respondents from three kelurahan were drawn through the disproportional stratified random sample method, based on two main indicators, i.e. the population density per square kilometer and the crime frequency. The problem posed in this research is as follows: 1. To what extent is the influence of the slum area on the individual inhabitant. 2. To what extent is the influence of the slum area on the development of deviant behavior. Starting from the two problems posed above, the hypothesis that this research will try to prove is: 1. The worse the physical condition of the slum area, the more indifferent the member of community feels towards the environment. 2. The slum environment has a strong influence on the development of deviant behavior. The fields study executed through the survey method and in-depth interviews, has resulted in the following findings: The concern of slum inhabitants measured by and indicator of the intensity of relationships between fellow inhabitants shows that the better the environment, the higher the concern of the inhabitants is The variable of degrees of intensity divided into three categories, namely: non intimate, less intimate and very intimate is correlated with the variable of the condition of the living area and has resulted in the Kendall coefficient correlation rb = 0.21. The test of correlation has used the Z normal distribution. This shows that Z hit. = 3.81 on the level of significance α= 0.05, while Z tab. = 1.67. Thus it can be stated that hypothesis 1 is acceptable. From this is clear that the condition of the slum area is not always identical with discordant living conditions and is event not identical with the location of deviant behavior emergence. The data of the three locations of research obtained through in-depth interviews shows that relatively good location have relatively the highest crime figures. Meanwhile the field data obtained through the questionnaire show that only one-third of the respondent have been exposed to crime. Fights and thefts are incidents that occur in slums. Even though crime and deviant behavior are traits of slums areas, the results of the research tentatively show that slum areas do not influence the occurrence of deviant behavior, Thus, Clinard and Abbot's theory that there is correlation between the existence of the slum areas and the height crime rate is not valid for the condition of the slum areas in Indonesia.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Rebekka
Abstrak :
Jumlah penduduk perkotaan yang terus bertambah, diikuti juga dengan bertambahnya berbagai kebutuhan, salah satunya adalah kebutuhan akan tempat tinggal (rumah). Pada umumnya pertambahan penduudk adalah sebesar 4 % per tahun, tetapi pertumbuhan penduduk di Jakarta mencapai 6 % per tahun. Jumlah penduduk yang terus bertambah tidak diiringi oleh pembangunan permukiman dan jumlah rumah (yang layak), menyebabkan timbulnya tempat tinggal yang tidak layak dan kondisi lingkungan yang buruk. Masalah yang akan ditelaah antara lain:- Dimana terdapat pemukiman kumuh pada wilayah penelitian ? Bagaimana harga tanah di pemukiman kumuh ? Bagaimana jarak antara daerah perdagangan dan jasa dengan permukiman kumuh ? Bagaimana hubungan antara dua variabel tersebut dengan permukiman kumuh ? Bagaimana karakteristik sosial ekonomi pada pemukiman kumuh ?
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rondang Marsaulina S.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
S7532
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Voorst, Roanne Van
Tangerang: Marjin Kiri, 2022
307.336 4 VOO t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Patunruang, Andi
Abstrak :
Latar Belakang Penelitian ini bertitik tolak pada pemikiran bahwa, masalah pemukiman daerah kumuh yang dihadapi di kota-kota besar khususnya Jakarta tidak akan tertuntaskan tanpa memperhatikan pelaksananan program itu sendiri, khususnya aspek administrasi dalam pelaksanaan yang menekankan adanya koordinasi antar instansi untuk mewujudkan keterpaduan. Landasan pemikiran tersebut, mendorong sebuah analisis bahwa koordinasi terjadi ketika masing-masing satuan unit organisasi secara bersama-sama merumuskan gagasan yang sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk mewujudkan hal demikian, maka dibutuhkan suatu mekanisme tertentu yang menunjukkan kebersamaannya. Dengan mempergunakan pemikiran Henry Mintzberg sebagai piranti analisis maka penelitian terfokus pada mekanisme koordinasi` yang dilaksanakan. Jenis Penelitian yang dilakukan adalah deksriptif dengan pendekatan kualitatif. Sasaran penelitian ini adalah para petugas atau yang terlibat dalam pelaksanaan RSDK serta masyarakat pada lokasi pelaksanaan RSDK. Dari hasil penelitian terungkap bahwa (1) standarisasi mekanisme koordinasi hanya dirumuskan dalam bentuk format kebijaksanaan dari Pusat, sedangkan penjabarannya tidak dirumuskan. Sehingga penampilan kinerja masing-masing instansi tidak memiliki standard baku dalam satuan Tim koordinasi. Dengan tidak adanya standard satuan koordinasi, menyebabkan masing-masing satuan instansional menerapkan standar koordinasi berdasarkan fungsi dan tugas pokok secara berbeda-beda, (2) Koordinasi mengandung pendekatan keterpaduan. Untuk memaksimalkan pencapaian tujuan, maka koordinasi yang menempatkan keterpaduan sebagai faktor penting. Dengan Koordinasi yang terpadu akan semakin memperingan beban tanggung jawab masing-masing instansi dalam melakukan kinerja sekaligus mempercepat proses penyelesaian masalah, (3) Mekanisme koordinasi terletak bukan hanya hasil semata melainkan pada proses.
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusnelti
Abstrak :
ABSTRAK Salah satu karakteristik kota adalah jumlah penduduk yang makin banyak dan tingginya kepadatan penduduk. Hal ini menimbulkan dampak terhadap daya dukung kota berupa ketidakseimbangan antara ruang yang dibutuhkan dan jumlah penduduk yang meningkat. Pertumbuhan penduduk kota, terutama dari arus pendatang tidak hanya menyebabkan kota menjadi berkembang, tetapi juga menimbulkan permasalahanpermasalahan baru. Umumnya di negara berkembang, kaum pendatang mempunyai tujuan untuk mencari pekerjaan. Bertumpuknya penduduk di kota menimbulkan permasalahan yang cukup rumit, baik dari segi fisik maupun non fisik, serta mempunyai dampak negatif terhadap perkembangan daerah sekitarnya, dan merupakan salah satu sebab timbulnya kawasan-kawasan kumuh di perkotaan. Secara umum, permukiman kumuh diartikan sebagai kawasan hunian yang tidak layak huni berkaitan dengan kesehatan masyarakat khususnya pada penyakit yang sering berjangkit selama di permukiman. Cermin dari permukiman kumuh diantaranya daerah yang tidak terencana, tidak teratur, dan bersifat informal, kepadatan permukiman yang tinggi serta kondisi lingkungan yang buruk. Dalam era pembangunan dewasa ini, upaya perkembangan perumahan rakyat mendapat perhatian yang besar dari berbagai pihak pemerintah sebagai upaya mewujudkan salah satu kebutuhan dasar masyarakat yaitu papan. Dalam perencanaan perkembangan hingga saat ini perkembangan ekonomi masih menonjol, sedangkan pertimbangan kesehatan, khususnya kesehatan masyarakat tampaknya masih belum mendapat perhatian. Penelitian ini mencoba memberikan gambaran tentang kondisi permukiman kumuh dalam hubungannya terhadap kesehatan masyarakat dari segi lingkungan sosial, lingkungan fisik, sanitasi lingkungan dan pola penyakit yang sering terjangk`it di lingkungan permukiman kumuh. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1 Mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat di daerah permukiman kumuh. 2 Hubungan variabel-variabel permukiman kumuh terhadap variabel kesehatan masyarakat. 3 Berbagai upaya dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat di permukiman kumuh. Lokasi penelitian adalah Kelurahan Penjaringan di Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara, ditentukan berdasarkan purposive sampling. Dalam Kelurahan ini diambil 3 Rukun Warga (RW) yang merupakan wilayah yang paling padat penduduknya. Selanjutnya untuk menentukan banyak sampel tiap-tiap RW digunakan cara proposional random sampling yang seluruhnya berjumlah 130 responden. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara berdasarkan kuesioner, wawancara mendalam dengan masyarakat setempat, serta observasi langsung kelapangan. Sedangkan data sekunder di peroleh dari lapangan dan literatur penunjang yang didapat dari instansi terkait. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan rumus Chi-square yang diteruskan dengan Uji Coefficient Contingency, disertai pula dengan analisis kualitatif. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel-variabel permukiman kumuh mempunyai hubungan yang signifikan dengan kesehatan masyarakat dilihat dari faktor lingkungan sosial, yaitu faktor jenis pekerjaan, crowding index dan jenis pelayanan kesehatan,akan tetapi tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kesehatan masyarakat dari faktor pendidikan dan pendapatan. Masyarakatnya mayoritas berpendidikan, pendapatan masih dalam taraf rendah yaitu pendidikan SD, sedangkan pendapatan masyarakat setiap bulan sebagian besar antara Rp 50.000,-sampai dengan Rp 100.000,-. Variabel lingkungan fisik mempunyai hubungan yang signifikan dengan kesehatan masyarakat dilihat dari faktor keadaan saluran/got air rumahtangga, kondisi lingkungan jalan, kelembaban udara, sinar matahari, jumlah ruangan. Variabel sanitasi perumahan lingkungan mempunyai hubungan yang signifikan dengan kesehatan masyarakat dilihat dari faktor, bau/aroma dari air saluran buangan rumahtangga, saluran pembuangan mandi, saluran pembuangan kakus, pembuangan sampah, dan sumber air minum dengan derajat hubungan cukup kuat: Sedangkan terhadap kesehatan masyarakat dari faktor, saluran pembuangan masak, saluran pembuangan air cucian tidak terdapat hubungan. Dari hasil hubungan antara berbagai variabel tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa permukiman kumuh sangat erat hubungannya dengan kesehatan masyarakat. Perlu dilakukan perlindungan dan peningkatan terhadap kesehatan masyarakat di permukiman kumuh ini, karena permukiman kumuh menurunkan derajat kesehatan masyarakat dan meningkatkan pencemaran lingkungan. Kurangnya diperhatikan lingkungan sosial, lingkungan fisik, dan sanitasi perumahan lingkungan oleh masyarakat serta kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan lingkungan di sekitar tempat tinggal akan menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat itu sendiri.
ABSTRACT One of the urban main characteristics is the fast growing number of population and its high density. This causes an impact on carrying capacity in terms of the imbalance between the needed space and the increasing population; particularly as rush of city's newcomers does not only imply city's development, but also generate new environmental problems. In most of developing countries, the main reason for people coming to the cities is seeking for employment. High concentration of people in the cities create complex environmental problems, either physically or non-physically, giving negative impact an the particular surroundings and constitutes one of the main causes for the existence of urban slums. In general, slum settlement is understood as an urban settlement inappropriate to habitat in terms of the community's health, particularly the incidence rate of diseases. Slum settlement is mostly reflected in its involuntary existence, unorganized, informal by characteristics, highly dense, and bad condition. Even though slum settlement's lands are already determined their infrastructures are still inappropriate, with small alleys, muddy, far from appropriate latrines, bath and washing facilities, and lack of clean water. In the development periods the Government has given much attentions to the development of public housing as one the Government's efforts in providing the community with shelter facilities. Even in the national development planning the economic sector development constitutes the first priority, yet health sector, particularly community health development is still considered as insignificant. The objective of the study is to identify and describe the conditions of slum settlement and its correlations with the community's health, in particular from the aspects of its social environment, physical environment, and environmental sanitation in terms of its disease frequency pattern. The specific objectives are: Identify the social-economic condition of the community of slum settlement; The correlations between slum settlement's variable to the community's health. To provide solution efforts in increasing the community health status in slum settlement. The areas studied are located in the Penjaringan Subdistrict, Northern part of Jakarta, which for this purpose was purposively taken, in which tree "Kelurahan" were determined as samples in terms of the densest population. Further, sample members were drawn proportional-randomly from each "Kelurahan", numbering 130 respondents. Primary data collection was conducted by interviews using questionnaires as instrument, depth interviews with selected local respondents, and direct observation in the field. While secondary data were collected from related government agencies. Data analysis was conducted quantitatively based on non-parametric statistic means, i.e. Chi-square, followed with coefficient contingency test and qualitative analysis. From the analysis it? was identified that slum settlement's variables significantly correlate with those of the community's health viewed from their social environmental factors, i.e. kinds job, crowding index, and health service, but not significantly correlation with the community's health in terms of education, income, and number of family members. But field data eduction, people income majority education degree is SD (63,9%), indregree income Rp 100.000,- (37,7%). correlate with the conmunity's health in terms of its factors, i.e. household's sewerage, neighbour hood's streets condition, air humidity, sunlight, and number of rooms with strong correlation, under lining the air humidity as the strongest factor; whereas ventilation received the weakest influence. Settlement's environmental santitation has significant correlation with the community's health in terms of its factors, i.e. household's sewerage odour, bathroom's sewerage, waste disposal, and drinking water source, showing rather strong correlation. However, when correlated with cooking and washing waste water sewerages, there isn't any correlation to be found. In terms of latrine variable, strong correlation with the community's health has been observed as being exist. From the variables relationship it was evident that slum settlement strongly correlate with the community's health. Further, there should be improvements in the field of community health in the slum areas, as slum conditions can degrade the community's health status and generate environmental pollution. Lack of attention in the fields of physical, social and sanitary environment could by all means decrease the quality of the community's health and the community's health status itself.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Fitri
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S47918
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Fitriasari Rahayu
Abstrak :
Selama ini penataan perkotaan kurang memperhatikan kondisi internal dan aspek penyesuaian diri terhadap bencana yang sering melanda permukiman kumuh. Penelitian ini bertujuan mengungkapkan sebaran permukiman kumuh dan menganalisis tingkat sensitivitas dan kapasitas adaptif permukiman kumuh terhadap bencana banjir dan kebakaran secara spasial. Sebaran permukiman kumuh diperoleh melalui metode interpretasi foto udara dan metode Spatial Multi Criteria Evaluation (SMCE) digunakan untuk menganalisis tingkat sensitivitas dan kapasitas adaptif. Hasil analisa menunjukkan permukiman kumuh tersebar pada sempadan sungai, sempadan rel kereta, sekitar daerah pertanian/RTH, sekitar kompleks perumahan, sekitar daerah komersil dan sekitar TPA. Permukiman kumuh dengan tingkat sensitivitas tinggi dan kapasitas adaptif rendah terhadap banjir terkonsentrasi di sempadan sungai. Tingkat sensitivitas tinggi dan kapasitas adaptif rendah terhadap kebakaran terpusat pada permukiman kumuh di sekitar TPA. ......All this time the arrangement of the urban is lack of attention to internal conditions and aspects of adapt to the disasters that often plagued slums. This study aims to reveal the spread of slums and inform the level of sensitivity and adaptive capacity of slum against floods and fires spatially. The distribution of slums obtained through aerial photos interpretation method and Multi Criteria Evaluation method (SMCE) method used to analyze the level of sensitivity and adaptive capacity. The result shows slums spread across the border river, the border railway, near a commercial area, near the landfill, in an agricultural area/green space and around the housing complex. Slums with high sensitivity and low adaptive capacity against floods is concentrated in the border river. Slums with high sensitivity and low adaptive capacity to fires concentrated near landfill.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T44789
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>