Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rydha Riyana Agustien
Abstrak :
Setiap manusia berhak untuk mendapatkan akses air minum dan sanitasi layak, karena mempengaruhi aspek kesehatan sampai dengan aspek kesejahteraan. Pemerintah Indonesia melakukan berbagai macam program untuk mencapai target Universal Access (UA), yaitu mencapai 100% akses layak air minum
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum , 2023
690 MBA 58:2 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kautsar Muhammad Iqbal
Abstrak :
Perubahan iklim mengancam ketersediaan dan kualitas air minum, terutama di daerah pedesaan Indonesia, sehingga dapat memengaruhi ketercapaian SDG 6. Inisiatif untuk menyediakan air minum bagi daerah pedesaan dan peri-urban dilakukan melalui penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (PAMSIMAS). Penelitian terkait PAMSIMAS saat ini memiliki fokus terhadap aspek teknis dan non-teknis yang berkaitan dengan keberlanjutan layanan sehingga adanya limitasi informasi terkait ketahanan atau resiliensi PAMSIMAS dalam menghadapi perubahan iklim. Penelitian ini bertujuan untuk menilai resiliensi PAMSIMAS menggunakan kerangka How Tough is WASH (HTIW) melalui enam dimensi dan melibatkan 16 PAMSIMAS di Bengkalis, Cianjur, dan Dumai melalui FGD, wawancara, observasi, analisis geospasial, dan studi literatur. Penelitian ini menemukan bahwa PAMSIMAS memiliki tingkat ketahanan dan prioritas sedang terhadap perubahan iklim, dengan skor total 16 dari 30. Bengkalis menjadi lokasi dengan tingkat prioritas aksi tertinggi yang memiliki skor 7 dari 30, sementara Dumai dan Cianjur memiliki prioritas menengah dengan skor 17 dari 30. Penelitian ini juga menemukan perlunya peningkatan ketahanan dalam aspek dukungan institusi, manajemen pelayanan, dan infrastruktur sebagai prioritas utama, rantai pasokan dan tata kelola masyarakat sebagai prioritas kedua, dan lingkungan sebagai prioritas terakhir. Di samping hal tersebut, penelitian ini juga menemukan perlunya mempertahankan inisiatif dalam mendukung resiliensi, seperti intergasi aspek budaya lokal dalam manajemen komunitas sehingga memiliki tingkat kohesi sosial dan inklusivitas yang baik. Penelitian ini menemukan adanya korelasi positif dalam dimensi penilaian sehingga inisiatif peningkatan resiliensi dapat dilakukan secara holistik dan simultan. Untuk itu, penelitian ini merekomendasikan aksi yang terbagi dalam beberapa aspek, yaitu peningkatan aspek data dan informasi, perluasan sumber pendanaan, pengoptimalan tata kelola antara pemangku kepentingan, pengembangan kapasitas KPSPAMS, serta ekspansi jangkauan inovasi, selaras dengan kerangka akselerasi SDG 6. ......Climate change threatens the availability and quality of drinking water supply, especially in Indonesia’s rural areas, hindering the achievement of SDG 6. The current initiative to provide clean drinking water for the rural and peri-urban areas is through a community-led water supply (PAMSIMAS). While current PAMSIMAS research focuses on the technical and non-technical aspects of service continuity, limited information is available on its resiliency to climate change. This study aims to assess the resiliency of PAMSIMAS using the How Tough is WASH (HTIW) framework with six different domains and involved 16 PAMSIMAS in Bengkalis, Cianjur, and Dumai through FGD, interview, site observation, geospatial analysis, and literature study. This study found that PAMSIMAS has a medium level of resiliency and priority to climate change, with a total score of 16 out of 30, aggregated from all study locations. Bengkalis scored 7 out of 30, making it the highest priority location for action. In contrast, Dumai and Cianjur have a score of 17 out of 30, making it a medium priority. This study also found that significant improvements to enhance climate resiliency are needed in several areas, focusing on aspects such as institutional support, service management, and infrastructure as the priority, supply chain, and community governance as the second priority, and the environment as the last priority. In addition, this study also found the need to maintain initiatives in supporting PAMSIMAS climate-resilience, such as the integration of local cultural aspects in community management to have a good level of social cohesion and inclusivity. This study also found a positive correlation in several assessment dimensions, implying that initiatives to improve resiliency should be carried out holistically and simultaneously. Hence, this study also recommends improvement programs focusing on robust data and information, expanding the PAMSIMAS financing source, improving governance between stakeholders, optimizing KPSPAMS capacity development, and enhancing innovation, in line with SDG 6 acceleration framework.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamilia Insani
Abstrak :
Indonesia, sebagai negara kepulauan, sangat bergantung pada sumber daya air permukaan dan air tanah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, perubahan iklim global yang semakin ekstrem, seperti kenaikan muka air laut dan perubahan pola curah hujan, mengakibatkan peningkatan risiko bencana iklim, mengancam kualitas dan kuantitas pasokan air, terutama di daerah perdesaan yang masih minim akses air bersih. Pemerintah, melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), menginisiasi program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) untuk meningkatkan akses penduduk perdesaan terhadap air minum dan sanitasi. Selain akibat risiko iklim, ada kekhawatiran mengenai ketidaksetaraan gender, disabilitas, dan inklusi sosial (GEDSI) dalam pengelolaan PAMSIMAS. Kelompok-kelompok marjinal harusnya terlibat aktif dalam program ini agar keberlanjutan PAMSIMAS dapat tercapai. Penelitian ini dilakukan menggunakan perangkat yang dikembangkan dari kerangka ketahanan iklim milik BAPPENAS untuk program penyediaan air minum. Penelitian bertujuan untuk menganalisis tingkat ketahanan PAMSIMAS terkait ketahanan iklim dan GEDSI, serta untuk mengidentifikasi peluang peningkatan ketahanan PAMSIMAS, khususnya di Kota Dumai yang termasuk ke dalam salah satu daerah prioritas bencana iklim menurut BAPPENAS. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa PAMSIMAS di Dumai memiliki kinerja yang bervariasi dalam menghadapi tantangan iklim. Meskipun mampu menilai risiko dengan baik, masih terdapat ketidakselarasan dengan inisiatif iklim dan bencana serta keterbatasan dalam akses terhadap teknologi dan SDM yang ahli terkait iklim. Selain itu, peran perempuan dalam PAMSIMAS masih terbatas hanya dalam tugas terkait administrasi, dan tidak diikutsertakan dalam rapat pengambilan keputusan. Oleh karena itu, diperlukan langkah strategis untuk meningkatkan ketahanan PAMSIMAS dan Kota Dumai terhadap perubahan iklim dan pengarusutamaan GEDSI, meliputi peningkatan koordinasi dengan lembaga terkait, pengembangan kebijakan yang inklusif, peningkatan akses terhadap dana responsif, dan pelibatan aktif kelompok marjinal dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan program. Hal ini bisa dimaksimalkan dengan melakukan pemantauan dan evaluasi berbasis ketahanan iklim dan GEDSI menggunakan RWS-MAT. ......Indonesia, as an archipelagic nation, heavily relies on surface water and groundwater resources to meet daily needs. However, the increasingly extreme global climate change, such as rising sea levels and shifting rainfall patterns, heightens the risk of climate disasters, threatening water quality and quantity, particularly in rural areas with limited access to clean water. The government, through the Ministry of Public Works and People's Housing (PUPR), initiated the PAMSIMAS program to enhance rural access to drinking water and sanitation. Gender inequality, disabilities, and social inclusion (GEDSI) concerns in PAMSIMAS management highlight the need for active participation of marginalized groups to ensure program sustainability. This research, utilizing tools from BAPPENAS' climate resilience framework for water supply programs, aims to analyze PAMSIMAS resilience concerning climate and GEDSI, identifying opportunities for improvement, especially in Dumai City, a priority area for climate disasters according to BAPPENAS. Findings reveal varied performance of PAMSIMAS in Dumai in facing climate challenges. While capable of risk assessment, there's inconsistency with climate initiatives and limited access to climate-related technology and expertise. Additionally, the role of women in PAMSIMAS is limited to administrative tasks and is not included in decision-making. Therefore, strategic steps are needed to enhance PAMSIMAS and Dumai City's resilience to climate change and mainstreaming of GEDSI, including improved coordination with relevant agencies, development of inclusive policies, increased access to responsive funding, and active involvement of marginalized groups in program implementation. This can be maximized by conducting climate resilience and GEDSI-based monitoring and evaluation using RWS-MAT.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Mahendra Laksana S.P.
Abstrak :
Tujuan ke-6 dari Sustainable Development Goals adalah tersedianya akses air bersih dan sanitasi. Lebih dari separuh penduduk dunia yang tidak mempunyai akses air bersih berada di pedesaan. Kurangnya akses air bersih juga merupakan penyebab terbesar kematian akibat penyakir diare. Diperlukan usaha dari pemerintah dan masyarakat desa untuk dapat menyediakan air minum layak, sanitasi bersih, dan lingkungan yang sehat di pedesaan secara berkelanjutan. Penelitian ini mencoba untuk meneliti pengaruh program pemerintah berbasis masyarakat yang berkelanjutan terhadap waterborne diseases dengan studi kasus program PAMSIMAS. Dengan menggunakan metode Panel Fixed Effect dan agregasi analisis dari level desa ke level kabupaten, ditemukan bahwa program PAMSIMAS mempunyai dampak negatif dan signifikan terhadap jumlah kasus penyakit yang berkaitan dengan WASH. Variabel kontrol berupa jumlah sarana kesehatan turut mempengaruhi jumlah kasus secara signifikan. Sedangkan variabel kontrol berupa tingkat rasio penduduk usia sekolah, pendidikan, usia kematangan ibu, tingkat ekonomi masyarakat, dan jumlah populasi suatu daerah tidak berpengaruh secara signifikan dalam spesifikasi model penelitian ini. Dampak program ini lebih dirasakan manfaatnya di luar pulau Jawa dibandingkan dengan regional pulau Jawa. Hal ini disebabkan adanya perbedaan infrastruktur, tingkat pendidikan dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya WASH dan imunisasi dini pada kedua regional tersebut. Program PAMSIMAS juga berdampak signifikan kepada daerah yang memiliki populasi balita diatas rata-rata kabupaten. ......The 6th goal of the Sustainable Development Goals (SDGs) is to provide access to clean water and sanitation. More than half of the world's population who do not have access to clean water live in rural areas. Lack of access to clean water is also the biggest cause of death from diarrheal diseases. Efforts are needed from the government and community empowerment to provide safe drinking water, clean sanitation, and a healthy environment in rural areas in a sustainable development. This study tries to examine the effect of sustainable community-based government programs on waterborne diseases with a case study of the PAMSIMAS program. Using the Fixed Effect Panel method and aggregating analysis from the village level to the district level, it was found that the PAMSIMAS program had a negative and significant impact on the number of cases of diseases related to WASH. The number of health facilities also significantly affected the number of cases. Ratio of the population of school age, education, maternal maturity age, economic level of the community, and the total population of an area have no significant effect on the specifications of this research model. The impact of the program is more beneficial for outside Java region rather than in Java. This difference occurs due to inequality in infrastructure, education levels and public understanding of the importance of WASH and early immunization between two regions. This program also has a significant impact on areas with a population of children under five above the district average.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library