Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Charles Kapile
Abstrak :
Penelitian mengenai sejarah kota Palu selama kurun waktu 32 tahun (1932-1964) Iebih diarahkan untuk menjelaskan tentang kajian sejarah lokal yang membahas masalah : ekonomi kota Palu, Palu sebagai pusat pemerintahan, sistem sosial ekonomi kota Palu dan sistem pendidikannya. Rentangan waktu yang dikaji dalam studi ini yakni sejak zaman pemerintahan kolonial Belanda tahun 1932 yang mana bermula dari adanya pembagian administrasi pemerintahan yang baru di Keresidenan Manado. Oleh sebab itu untuk menjalankan roda pemerintahannya maka Belanda menjadikan kota Palu sebagai Onderafdeeling dengan kedudukan seorang Kontrolir atau penguasa pemerintah disamping perwira angkatan darat. Demikian pla tahun 1964 yang mana terjadi pemisahan dari Pemerintah r Daerah Tingkat I Sulawesi Utara – Tengah menjadi pemerintah Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dengan berkedudukan di kota Palu. Namun demikian dalam kajian ini juga dijelaskan kurun waktu sebelumnya serta zaman pendudukan Jepang. Adapun fokus kajian mengenai ekologi kota Palu Iebih diarahkan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan fisik di kota Palu dan daerah hinterlandnya. Selain itu juga dijelaskan mengenai penduduk kota Palu dan perkembangannya serta adanya istilah Toraja yang dikenakan oleh penduduk To-kaili bagi para ilmuan asing. Demikian juga masalah pemerintahan, yang mana fokus kajian Iebih diarahkan kepada bentuk dari sistem pemerintahan kolonial Belanda di kota Palu, sedangkan untuk sistem pemerintahan tradisional dijelaskan pula tentang adanya struktur pemerintahan di kerajaan Palu serta dewan adatnya sebelum kedatangan pemerintah Belanda. Kemudian pada masa pemerintah di kota Palu sesudah kemerdekaan Republik Indonesia, lebih difokuskan kepada usaha-usaha pemerintah dan beberapa organisasi dalam memperjuangkan kota Palu sebagai ibu kota Propinsi Sulawesi Tengah pada tahun 1964. Kemudian mengenai sistem sosial lebih diarahkan pada perkembangan yang terjadi akibat adanya perubahan pada masa kolonial
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
T38874
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Saffanah
Abstrak :
ABSTRAK Fenomena likuifaksi kerap terjadi pada tanah jenuh, lepas, dan massa jenis rendah seperti tanah berpasir. Ketika daya dukung tanah turun secara drastis, tanah berpasir memiliki kecenderungan untuk memadat dan bergerak seperti air. Perilaku tersebut menghasilkan interaksi antara pasir dan tanah lempung dimana memiliki permeabilitas yang lebih tinggi dan kadar air yang terkandung di dalamnya. Maka dari itu, dibutuhkan metode yang dapat memodelkan pergerakan deformasi yang besar, yaitu metode partikel bebas salah satunya Smoothed Particle Hydrodynamics (SPH). Metode SPH digunakan untuk mengetahui lapisan air yang terbentuk selama beban siklik terjadi sehingga mendekati fenomena likuifaksi. Model menggunakan material tanah lempung sebagai solid dan lapisan air sebagai fluida dengan ruang model 0,1 x 0,1 x 0,05 m. Parameter program merepresentasikan tanah lempung dengan parameter Stiffness Coefficient, volume solid, dan critical shear strength serta lapisan air dengan Damping Coefficient, volume fluida, dan viskositas. Perhitungan dilakukan dengan program Fortan dan divisualisasikan secara 2 Dimensi dan 3 Dimensi dengan Gnuplot. Keduanya dievaluasi dari pergerakan solid dan fluida serta kestabilan numerik. Pada model akhir didapatkan parameter Ks = 20.000 N/m, Ks = 53,3 Ns/m, dan x partikel = 50 mencapai kestabilan numerik dan seluruh partikel fluida dapat mengenali lapisan solid serta tidak terjadi proses disipasi fluida.
ABSTRACT The phenomenon most often happen in saturated, loose, and low density such as sandy soils. When the bearing capacity drops, loose sand has the tendency to become compressed and behaves like liquid. This behavior generates an interaction between sandy soils and clay soils which has a higher permeability and include its water content. Therefore, it required method that can model large deformation movements, namely the free particle method, one of which is Smoothed Particle Hydrodynamics (SPH). The SPH Method is used to determine the layer of water formed during cyclic load so it can approaches the liquefaction phenomenon. The model use clay soils as solid and water layers as fluid with model geometry 0,1 x 0,1 x 0,05 m. Program parameters represent clay soils with stiffness coefficient, solid volume, and critical shear strength also fluid layers with damping coefficient, fluid volume, and viscosity. The calculation is done with Fortran Program and visualized in 2 Dimension and 3 Dimension with Gnuplot. Both will be evaluated from the movement of solid and fluid also numeric stability. In the final model the parameters Ks = 20.000 N/m, Ks = 53,3 Ns/m, dan x partikel = 50 reach numeric stability and all fluid particles can recognize the solid layer.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Lisa Allokendek
Abstrak :
Pada September 2018, Kota Palu dilanda tiga bencana alam sekaligus. Bencana tersebut berdampak pada sebagian besar kota, termasuk hancurnya wilayah pesisir dan mengalami 'tanah bergerak' atau likuifaksi yang dipicu oleh gempa bumi berkekuatan ±7M menyebabkan banyak bangunan runtuh dan ribuan korban jiwa. Namun demikian, kejadian ini memaksa kota untuk beradaptasi dengan kapasitas yang dimilikinya. Tujuan dari penelitian ini yaitu membantu kota meningkatkan kapasitasnya menghadapi bencana dan ancaman lainnya dengan pendekatan resilience city dengan membuat panduan rancang kota berdasarkan kriteria konsep dalam konteks Kota Palu yang sesuai. Memahami kota dalam metode kualitatif, didukung oleh eksplorasi sejarah kota, alam, dan morfologi perkotaan. Serta pengalaman langsung penulis tentang Palu. Temuan ini mengungkapkan bahwa Kota Palu memiliki sejarah bencana alam yang panjang, masyarakat yang masih ingin terus tinggal di Palu dan Pemerintah menciptakan ruang kota baru mengadopsi desain adaptif lebih memperhatikan isu-isu bencana. Konsep Resilience city melalui 5 karakter yaitu 1) Inklusif, 2) Resourceful, 3) Terintegrasi, 4) Redundant, 5) Robustness. Dapat menjadi acuan penataan kembali kawasan yang hancur akibat bencana dan dapat berdampak bagi kota untuk membangun kota tangguh bagi pola kehidupan manusia yang lebih baik ......In September 2018, Palu City was hit by three natural disasters. These disasters hit almost all areas of the city, including the destruction of coastal areas and the occurrence of 'moving land' or liquefaction triggered by an earthquake measuring ±7M, causing many buildings to collapse and thousands of casualties. However, this incident forced the city to adapt to its capacity. This study aims to support increasing the city's capacity in dealing with disasters and other threats with a resilient city approach by making a city design guide based on the concept of criteria in the context of Palu City. Understanding the city in a qualitative method is supported by exploring the city's history, nature, urban morphology, and the author's direct experience with Palu. The findings reveal that Palu City has a long history of natural disasters, people who still want to continue to live in Palu, and the Government creates new urban spaces by adopting adaptive designs that pay more attention to disaster issues. The concept of a Resilience city can be seen in five characters, in form 1) Inclusive, 2) Resourceful, 3) Integrated, 4) Redundant, and 5) Robustness. This research may serve as a guide for rebuilding disaster-devastated areas and may influence the design of resilient cities to improve human habitation.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Patta Parang
Abstrak :
Sistem Pemasyarakatan merupakan perkembangan dari pelaksanaan pidana penjara yang biasa disebut sebagai sistem kepenjaraan kolonial. Kedua sistem ini mempunyai prinsip dasar yang berbeda yaitu sistem kepenjaraan kolonial berasaskan pembalasan sedangkan sistem pemasyarakatan berasaskan pembinaan yang disesuaikan dengan Pancasila. Pembinaan bertujuan agar setiap narapidana setelah selesai menjalani masa pidananya tidak akan mengulangi lagi perbuatannya (kejahatan) dan dapat hidup bermasyarakat secara wajar serta berpartisipasi didalam pembangunan. Karena itu maka narapidana didalam lembaga pemasyarakatan dibina dan dididik menyangkut kemandirian serta kepribadian. Pembinaan serta pendidikan tersebut dapat dilakukan di dalam lembaga pemasyarakatan maupun di luar lembaga dan karena pembinaan di dalam lembaga lebih banyak (lama) dilaksanakan, maka yang paling berperan dalam hal pembinaan ini adalah petugas Lembaga Pemasyarakatan. Keberhasilan pembinaan sangat ditentukan oleh keahlian serta itikad baik dari petugas lembaga untuk melaksanakan pembinaan. Petugas Lembaga Pemasyarakatan melakukan pembinaan berdasarkan pembahagiaan tugas masing-masing yang disesuaikan dengan program pembinaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Namun kadang-kadang program pembinaan tersebut tidak terlaksana dengan baik karena adanya hambatan-hambatan baik yang bersifat intern lembaga maupun yang bersifat ekstern. Hambatan yang bersifat intern antara lain adanya pembahagian tugas yang kurang sempurna, kurangnya tenaga ahli dan sarana fisik yang kurang menunjang, sedangkan hambatan yang bersifat eksteren adalah kurangnya dukungan dari masyarakat.
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Charles Kapile
Abstrak :
Penelìtian mengenai sejarah, kota Palu selama kurun waktu 32 tahun (1932-1964) Iebih diarahkan untuk menjelaskan tentang kajian sejarah lokal yang membahas masalah : ekonomi kota Palu, Palu sebagai pusat pemerintahan, sistem sosial ekonomi kota Palu dan sistem pendidikannya. Rentangan waktu yang dikaji dalam studi ini yakni sejak zaman pemerintahan kolonial Belanda tahun 1932 yang mana bermula dan adanya pembagian administrasi pemerintahan yang baru di Keresidenan Manado. OIeh sebab ¡tu untuk menjalankan roda pemerintahannya maka Belanda menjadikan kota Palu sebagai OnderafdeeIing dengan kedudukan seorang Kontrolir atau penguasa pemerintah disamping perwira angkatan darat. Demikian pada tahun 1964 yang mana terjadi pemisahan dan Pemerintah Daerah Tingkat I Sulawesi Utara ? Tengah menjadi pemerintah Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dengan berkedudukan di kota Palu. Namun demikian dalam kajian ¡ni juga dijelaskan kurun waktu sebelumnya serta zaman pendudukan Jepang. Adapun fokus kajian mengenai ekologi kota Palu Iebih diarahkan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan fisik di kota Palu dan daerah hinterlandnya. Selain itu juga dijelaskan mengenai penduduk kota Palu dan perkembangannya serta adanya istilah Toraja yang dikenakan oleh penduduk To-kaili bagi para ilmuan asing. Demikian juga masalah pemerintahan, yang mana fokus kajian Iebih diarahkan kepada bentuk dan sistem pemerintahan kolonial Belanda di kota Palu, sedangkan untuk sistem pemenintahan tradisional dijelaskan pula tentang adanya struktur pemerintahan di kerajaan Palu serta dewan adatnya sebelum kedatangan pemerintah Belanda. Kemudian pada masa pemerintah di kota Palu sesudah kemerdekaan Republik Indonesia, Iebih difokuskan kepada usaha-usaha pemerintah dan beberapa organisasi dalam memperjuangkan kota Palu sebagai ibu kota Propinsi Sulawesi Tengah pada tahun 1964. Kemudian mengenai sistem sosial Iebih diarahkan pada perkembangan yang terjadi akibat adanya perubahan pada masa kolonial dan adanya pengaruh dan hubungan sosial yang terjadi antara kelompok etnis To Kaili dan etnis Minangkabau etnis Rugis, etnis Jawa, dan etnis Minahasa. Selanjutnya untuk sistem ekonomi fokus kajian Iebih diarahkan kepada sistem bercocok tanam bagi penduduk di kota Palu di masa awal abad ke-20 dan mata pencaharian penduduk. Selain ¡tu juga adanya usaba pemenintah Belanda terutama dìbangun industri garam dan bendungan irigasi yang dapat meningkatkan pendapatan penduduk di kota Palu. Kemudian dijelaskan tentang adanya eksport hasil-hasil pertanian, peternakan yang turut mendukurig pertumbuhan dan perkembangan kota Palu. Seianjutnya untuk sistem pendidikan Iebih difokuskan adanya pertumbuhan dan perkembangan baik sejak masa pemerintah Belanda maupun sesudah kemerdekaan Republik Indonesia. Namun sebelum itu dijelaskan juga adanya sistim pendidikan tradisional bagi penduduk To Kaili dan masuknya Agama Islam maka pendidikan agama mulai diajarkan dalam Iingkungan keluarga. Perlu dijelaskan bahwa di kola palu pendidikan formai mulai dikenal menjelang awal abad ke-20 setelah pemerintah belanda mulai membuka sekolah-sekolah berkelas tiga atau apa yang disebut volkschool dan sekolah sambungan berkelas dua atau disebut vervolgschool. Selain itu pula dijelaskan peranan sekolah-sekolah swasta yang dikelola oleh lembaga pendidikan Islam AI-Chairaal maupun pendidikan Bala Keselamatan tidak dapat dikesampingkan sebab mereka juga telah memberikan yang terbaik untuk mengangkat status sosial penduduk pribumi yang tadinya belum mengenal akan pendidikan formal namun dalam perkembangan kemudian sudah dapat mengenalnya. Demikian sesudah kemerdekaan Republik Indonesia jumlah sekolah, maupun tingkat pendidikan bagi penduduk kota Palu tergolong masih sangat kurang namun dengan mulai didirikannya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas berarti telah mendorong masyarakat di kota Palu untuk dapat menyekolahkan putra-putrinya di kota Palu terlebih lagi setelah hadirnya lembaga perguruan tinggi yanii Universitas Tadulako di tahun 1963 yang merupakan cabang dari Universitas Hasanuddin Ujung Pandang. Dengan demikian telah memberikan daya tarik bagi perkembangan pendidikan di kota Palu terutama dengan adanya lulusan dari Sekolah Lanjutan Tingkat Atas sudah dapat melanjutkan studinya dan tidak lagi ke Iuar daerah yakni ke Ujung Pandang atau ke Manado.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T3861
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoma Sari Namara
Abstrak :
Latar Belakang: Irritable bowel Syndrome (IBS) adalah penyakit fungsional saluran cerna yang bersifat multifaktorial, melibatkan faktor internal maupun lingkungan yang bervariasi secara geografis maupun budaya. Faktor risiko terhadap IBS, khususnya di daerah yang pernah mengalami bencana berat, belum banyak diteliti. Penelitian ini menilai prevalensi dan faktor risiko IBS di masyarakat Kota Palu Sulawesi Tengah pascabencana. Tujuan: Mengetahui prevalensi dan faktor risiko IBS di masyarakat Kota Palu, Sulawesi Tengah pascabencana. Metode: Penelitian potong lintang ini dilakukan di Kota Palu pada 2023. Data diambil dengan cara survei rumah ke rumah. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari data demografis, diagnosis IBS dengan kriteria Rome IV dan Bristol Stool Form Scale (BSFS), Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A), Beck’s Depression Index II (BDI-II) untuk menilai gejala gangguan psikologis yang terdiri dari cemas dan depresi, serta SEMI FOOD FREQUENCY QUESTIONNAIRE (SFFQ) untuk menilai pola makan dan menentukan nilai konsumsi FODMAP. Hasil: Terdapat 1212 partisipan dalam penelitian ini. Prevalensi IBS di Kota Palu sebesar 0,99%, dengan proporsi subtipe IBS-C, IBS-D, dan IBS-M sebesar 50,00%, 17,67%, 33,33%. Tidak ada hubungan bermakna antara jenis kelamin, usia, status ekonomi, topografi, dan pola makan dengan IBS, namun gangguan psikologis berhubungan bermakna secara statistik dengan IBS (p<0,001) dengan PR 29,629 (IK 95% 6,547— 134,081). Simpulan: Penelitian ini merupakan penelitian pertama tentang prevalensi IBS di masyarakat Kota Palu. Prevalensi IBS di masyarakat Kota Palu sebesar 0,99% dengan proporsi subtipe IBS terbanyak adalah IBS-C diikuti oleh IBS-M dan IBS-D dengan gangguan psikologis merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian IBS. ......Background: Irritable bowel syndrome (IBS) is a multifactorial functional gastrointestinal disease involving internal and environmental factors that vary geographically and culturally. However, risk factors have yet to be widely studied, especially in areas that have experienced severe disasters. This study assessed the prevalence and risk factors of IBS in Palu City, Central Sulawesi post-disaster. Objective: To determine the prevalence and risk factors of IBS in Palu City, Central Sulawesi post-disaster. Methods: This study was held in Palu City in 2023 in cross-sectional design. Data was collected using a door-to-door survey. We extracted demographic data and diagnosed IBS using Rome IV criteria and the Bristol Stool Form Scale (BSFS). The validated Indonesian version of the Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A) and Beck's Depression Index II (BDI-II) were used to assess psychological disorder severity of anxiety and depression, respectively. We used SEMI FOOD FREQUENCY QUESTIONNAIRE (SFFQ) to assess eating patterns and determined FODMAP diet. Results: There were 1212 participants in this study. Prevalence IBS in Palu City was 0.99%, with proportion of IBS-C, IBS-D, and IBS-M subtypes were 50.00%, 17.67%, and 33.33%. There were no significant relationship between sex, age, economic status, topography, and FODMAP diet with IBS, otherwise psychological disorder was significantly associated with IBS (p<0.001) with a PR of 29.629 (CI 95% 6.547— 134.081). Conclusions: This is the first study to assess the prevalence of IBS in the Palu City community. The prevalence of IBS in the Palu City community is 0,99% with the most common IBS subtype is IBS-C, followed by IBS-M then IBS-D, and psychological disorder is an associated factor to IBS.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Pengujian kuat tekan beton dengan menggunakan alat palu beton (Hammer Test) adalah salah satu pengujian yang banyak dilakukan orang untuk mengetahui mutu suatu elemen struktur beton bertulang. Pengujian dengan alat ini sangat mudah dilakukan dan bersifat tidak merusak struktur bangunan yang sedang diuji. Pada prinsipnya pengujian kuat tekan dengan menggunakan alat palu digunakan untuk mengetahui tingkat kekerasan bagian permukaan beton dan homogenitas suatu elemen struktur untuk keperluan pengendalian mutu beton di lapangan bagi perencana dan/atau pengawas pelaksanaan pekerjaan. Beberapa faktor yang akan mempengaruhi hasil analisis dari pengujian dengan menggunakan alat ini diantaranya adalah kehalusan dan kerataan permukaan bidang uji, arah tumbukan, serta jumlah titik yang diambil. Oleh karena itu untuk menambah tingkat keyakinan terhadap hasil uji dengan alat palu ini sebaiknya dilakukan juga pengujian kuat tekan dengan menggunakan alat lain (misalnya dengan kecepatan rambat pulsa atau disingkat PUNDIT. Dalam tulisan ini, akan diuraikan tentang bagaimana membandingkan hasil pengujian kuat tekan antara metoda palu beton dan PUNDIT. Berdasarkan hasil evaluasi dan pembahasan, nilai kuat tekan beton eksisting dengan menggunakan palu beton adalah identik dengan menggunakan alat PUNDIT. Pada contoh struktur pilar, nilai kuat tekan dari palu beton sebesar 339,56 kg/cm2 berada pada rentang nilai kuat tekan hasil pengujian PUNDIT (300-350) kg/cm . Pada strufaur kepala jembatan, nilai kuat tekan dari palu beton sebesar 256,55 kg/cm berada pada rentang nilai kuat tekan hasil pengujian PUNDIT (250-300) kg/cm2.
620 JTJ 1:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lnasya Syafitrie
Abstrak :

Indonesia merupakan negara rawan bencana alam karena terletak dalam pertemuan tiga lempeng tektonik besar dunia dan berada dalam daerah “Ring of Fire” dimana sering terjadi bencana alam gempa bumi. Salah satu dampak dari bencana alam tersebut adalah infrastruktur jalan yang rusak membuat pengiriman bantuan menjadi terhambat. Salah satu bencana terbesar yang terjadi di Indonesia adalah gempa Palu tahun 2018 silam. Pada bencana ini terdapat jalan yang rusak sehingga menghambat pengiriman bantuan, sehingga diperlukannya perbaikan kerusakan infrastruktur jalan disaat pengiriman bantuan secara bersamaan. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkannya penjadwalan restorasi infrastruktur jalan untuk dapat memenuhi permintaan pengiriman bantuan secara maksimal. Maximal multiple coverage and network restoration problem atau yang disingkat MMCaNR merupakan salah satu model masalah optimasi penjadwalan tim restorasi. Hasil dari penelitian ini adalah model optimasi MMCaNR dapat menghasilkan penjadwalan tim restorasi jalan yang optimal. Hasil dapat dijadikan masukan untuk para tim penanggulangan bencana untuk menjadwalkan kegiatan restorasi yang efektif untuk pemulihan bencana. Ditemukan kekurangan dalam penelitian dan pada model MMCaNR yang dapat menjadi masukan pada penelitian selanjutnya. ......Indonesia is a disaster-prone country, especially for earthquakes because it is located between the meeting point of three major tectonic plates and also falls on the “Ring of Fire”. Road infrastructure damage is one of the biggest impact of earthquakes. This can delay the delivery of disaster relief. One of the biggest disasters that occurred in Indonesia was the 2018 earthquake in Palu. Damaged road infrastructure obstructed the disaster relief delivery process, therefore it is necessary to repair damaged road infrastructure in tandem with disaster relief delivery. To solve the problem, scheduling the network restoration is done to be able to maximally fulfill the disaster relief demand. Maximal multiple coverage and network restoration problem or MMCaNR is one of optimization model that can solve network restoration scheduling problems. Output from this research is that MMCaNR can optimally solve the network restoration scheduling problem of the Palu earthquake. The result of this study can aid emergency managers in scheduling an effective network restoration for disaster recovery. Deficiencies was found in the research and MMCaNR model that can be used as an input for futher researches.

 

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardjono Samad
Abstrak :
Penyakit Tuberkulosis Paru pada umumnya menyerang penduduk usia produktif. Dari segi ekonomi penyakit ini dapat menimbulkan dampak terhadap produktivitas seseorang dan keluarga, yang pada akhirnya pertumbuhan ekonomi menjadi terganggu. Dalam rangka mengefektifkan program pemberantasan penyakit tuberkulosis paru, maka sejak tahun 1993 Indonesia telah menetapkan strategi baru dalam pemberantasan penyakit Tb.Paru, yang dikenal dengan stratagi DOTS (Directly Obseved Treatment Short Course). Hasil analisis data program P2.Tb.Paru di Kota Palu selama kurun waktu tahun 1997-1999, menunjukan bahwa cakupan penggunaan pelayanan kesehatan oleh penderita tersangka Tb.Paru di Kota Palu baru mencapai 28,5% pertahun. Di wilayah Kecamatan Palu Selatan, khususnya di Puskesmas Kawatuna dan Puskesmas Petobo cakupan tersebut Baru mencapai 27,4% dari perkiraan jumlah penderita tersangka Tb.Paru yang ada di wilayah tersebut. Rendahnya cakupan penggunaan pelayanan Kesehatan diperkirakan berhubungan dengan faktor pengetahuan, dan faktor-faktor lainnya seperti: pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, persepsi bahaya, biaya pengobatan, penerimaan informasi tentang Tb.Paru dan dorongan keluarga. Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kecamatan Palu Selatan Kota Palu, tepatnya di Puskesmas Kawatuna dan Puskesmas Petobo pada Tahun 2001. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kasus-kontrol tidak berpadanan. Sebagai populasi adalah semua penderita tersangka Tb.Paru yang berusia >15 tahun dan berdomisili di wilayah penelitian tahun 2001. Sedangkan sampel adalah semua penderita tersangka Tb.Paru yang mempunyai gejala batuk berdahak > 3 minggu, ditemukan pada saat dilakukan skrining. Kasus adalah penderita tersangka Tb.Paru yang tidak menggunakan pelayanan kesehatan dan kontrol adalah penderita tersangka Tb.Paru yang menggunakan pelayanan kesehatan. Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 306, yang terdiri dari 80 sampel pada kasus , dan 226 sampel kontrol. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola penggunaan pelayanan kesehatan, menilai kekuatan hubungan antara faktor pengetahuan setelah dikontrol dengan variabel pendidikan, pekerjaan, persepsi bahaya, biaya pengobatan, dorongan keluarga dan faktor penerimaan informasi tentang Tb.Paru dengan penggunaan pelayanan kesehatan bagi penderita tersangka Tb.Paru. Hasil penelitian menunjukan, berdasarkan analisa bivariat terdapat 4 (empat) variabel yang secara statistik mempunyai hubungan yang signifikan dengan penggunaan pelayanan kesehatan, yaitu pengetahuan, pendidikan, persepsi bahaya dan penerimaan informasi Tb.Paru. Hasil analisa multivariat menunjukan, bahwa dua variabel yang dinilai mempunyai kekuatan hubungan, yaitu variabel pengetahuan, dan penerimaan informasi tentang Tb.Paru. Variabel pengetahuan dalam penelitian ini dinilai mempunyai kekuatan hubungan yang lebih besar OR = 13,811 ; 95% Cl = 7,318 - 26,067 dibanding dengan variabel penerimaan informasi tentang Tb.Paru dengan OR = 2,417 ; 95% CI=1,305 - 4,476. Artinya penderita tersangka Tb.Paru yang mempunyai pengetahuan rendah tentang penyakit Tb.Paru mempunyai risiko sebesar 13,8 kali untuk tidak menggunakan pelayanan kesehatan dibanding dengan yang mempunyai pengetahuan tinggi. Upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan cakupan penggunaan pelayanan kesehatan oleh penderita tersangka Tb.Paru di Kecamatan.Palu Selatan, adalah upaya peningkatan promosi kesehatan/penyuluhan tentang penyakit Tb.Paru secara berkesinambungan kepada masyarakat, yang klaim pelaksanaanya perlu didukung unsur advocacy, social support dan empowerment. ......The Factors that Related to the Use of the Health Service for Suspected Lung Tuberculosis in South Palu Sub-district, Palu City, 2001Lung Tuberculosis Disease usually attacks people at the reproductive age economically, this disease can emerge the impact to productivity of them as well as their family and furthermore to national economic growth. In order to make effective the program on lung tuberculosis eradication, since 1993 Indonesia has decided the new strategy in combating this disease namely DOTS (Directly Observed Treatment Short Course). According to the data analysis on lung tuberculosis in Palu City within 1997 to 1999, it showed that the coverage of the use of health care by suspected lung tuberculosis was only 285% per year. In South Palu Sub-district, especially at Kawatuna and Petobo Community Health Centers, the coverage was only 27A% from the estimation figures to all suspected lung tuberculosis in these areas. The low of its coverage was related to the factors such as knowledge, education, occupation, sex, perception of dangerous, cost of medication, information on lung tuberculosis, and motivation of their families. The research was conducted in the area of South Palu Sub-district, Palu City, at Kawatuna and Petobo Community Health Centers at the year of 2001. The design used in this research was un-matching case-control. The population was all suspected lung tuberculosis who more 15 years of age and selected in the research area in 2001. While the samples were all suspected lung tuberculosis who's indicated cough sputum symptom more than 3 weeks, at the time of screening. The cases were suspected lung tuberculosis that did not used the health care, while the control were those who used the health care. The samples were 306 consist of 80 cases and 226 controls. The objective of the research was to know the pattern of the use of the health care, to grade the power relationship between the knowledge after controlled by the factors such as education, occupation, perception of dangerous, cost of medication, motivation of family, and the information received by them on lung tuberculosis and the use of the health care for suspected lung tuberculosis. The result of the research showed that based on bivariates analysis there were four variables which statistically have significant relationship to the use of the health care. Those variables were knowledge, education, perception of dangerous, as well as information received on lung tuberculosis. According to multivariate analysis showed that two variables, which graded have power relationship, those were variable knowledge, and information received on lung tuberculosis. Knowledge variable in this study graded has greater power relationship (OR = 13,811; 95% CI = 7,318-26,067) than information received on lung tuberculosis (OR = 2,417; 95% CI = 1,305-4,476). It means that those who had lower knowledge on lung tuberculosis had risk 13,8 times for not use the health care compared to who with higher knowledge. Considering the result of the research it was suggested to increase the coverage of the use of the health promotion as well as giving information about lung tuberculosis continuously to the community supported by advocacy, social support and community empowerment.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T7735
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>