Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nunung Kurniasih
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26427
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Meliana Sari
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26517
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Hernawati
Abstrak :
The focus of this study is all Forensic Technicians and Pathology Anatomy Technicians in Cianjur Hospital and all Forensic Technicians in Funeral Home Bandung who has a type of works related to the use of formaldehyde. The purpose of this study was to evaluate how the exposure to formaldehyde in the room and the personal and irritating effects that they feel. After knowing the results could spur workers and hospital or company in order to prevent the occurrence of adverse health effects due to exposure to formaldehyde. The study design was cross sectional approach. Data were collected through questionnaires, interviews, observation and measurement. Researchers hope the hospital management Cianjur and Funeral Home implementing OHS programe, particularly in controlling the occurrence of chemical exposure and its effects on workers.
Fokus penelitian ini adalah seluruh teknisi forensik dan teknisi PA di RS X Cianjur dan seluruh teknisi forensik di Rumah Duka Y Bandung yang mempunyai jenis pekerjaan yang berhubungan dengan penggunaan formaldehida. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi seberapa besar pajanan formaldehida di ruangan dan personal serta efek iritatif yang mereka rasakan. Setelah mengetahui hasilnya dapat memotivasi pekerja dan rumah sakit/perusahaan dalam upaya pencegahan terjadinya dampak kesehatan yang merugikan akibat pajanan formaldehida. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Data dikumpulkan dengan cara pengisian kuesioner, wawancara, observasi dan pengukuran. Peneliti berharap manajemen RS Cianjur dan Rumah Duka melaksanakan program K3, khususnya dalam upaya pengendalian terjadinya pajanan bahan kimia dan efeknya bagi pekerja.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T46382
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransisca Kartikawati
Abstrak :
Latar belakang dan Tujuan: Bajaj sebagai salah satu alat transportasi rakyat yang dapat menimbulkan getaran. Getaran yang mengenai tubuh dapat menimbulkan gangguan, antara lain nyeri bahu. Kelainan tersebut dapat terjardi akibat gangguan pada neuromuskular, vaskuler, darah, tulang dan sistem lainnya Pajanan getaran yang texjadi terus menerus dapat menimbulkan gangguan muskuloskeleml pada leher, bahu dan lengan atas. Gangguan muskuloskeletal ini merupakan salah satu gejala dari pajanan getaran yang terbanyak, yaitu 17- 42%. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain cross sectionaL dilakukan di KDK FKUI Kel. Kayu Putih, Jakarta Timur. Pada November 2008 - Januari 2009. Pengambilan sampel berdasarkan total sampling. Pengumpulan data dengan anamnesa menggunakan kuesioneg, pemeriksaan Esik dan pemeriksaan getaran pada bajaj. Variabel yang diteliti adalah Umur, pendidikan, merokok, usia bajaj, perawatan kendaraan, lama kerja per hari, penggunaan alat peredam di tangan kanan, bokong dan kaki kanan, ala! pelindung Indeks Massa Tubuh, tekanan darah, sudut antara lengan atas dan batang tubuh (sudut ketiak), Tingkat akselerasi getar pada tangan kanan, bokong dan kaki kanan Populasi bajaj di Ke1,Kayuputib seratus lima puluhan. Hasil Penelitian: prevalensi pengemudi bajaj yang mengalami nyeri bahu kanan akibat getaran adalah 63.9 %. Faktor paling dominan berhubungan dengan nyeri bahu kanan adalah faktor merokok Memiliki risiko 17.06 kali untuk terjadinya nyeri bahu dibandingkan tidak rnerokok dan WBV bokong > 0.4 m/det’ (p = o.ooo) rnemiliki risiko 11.60 kali untuk texjadinya nyeri bahu dibandingkan WBV bokong < 0.4 m/det. Kesimpulan dan Saran: Faktor paling dominan berhubngan dengan nyeri bahu kanan adalah fakto merokok (OR= 17.06; 95% CI = 3.49-83.4O), faktor tingkat akselerasi getar pada bokong > 0.4 mfdet’ (OR= 11.60; 95% CI = 3.53-38.05). Perlu dibuat modifikasi kendaraan pengganti yang aman dan terjangkau oleh pengemudi bajaj sehingga mereka secara sukarela beralih profesi menjadi pengemudi kendaraan yang lebih aman. ......Background: Bajaj is one of public transportation which cause the vibration. Vibration may cause the health effect, and usually cause the hight shoulder pain. This may cause to neuromuscular, vascular, blood, bone and other sistem. Continous vibration may cause musculosceletal disorder,in the neck, shoulder and arm. This elfect is one of large symptom is 17-42%. Method: Cross sectional design is used in this research. The KDK FKUI kayu putih is the place, and researchs done in november 2008 until Januari 2009. Total sampling conduct by using questionere, hysycal examination and vibration of bajaj meastnament for data collecting. The variabel of this research areage, education. Result: From 150 person, 53 persos has been exclude cause by hypertension, finally the member of respondent as 97 person. The risk factor to right shoulder pain are smoking (p=0.000), WBV (p=0,000). Smolcing is 11.6 more risk than non smoking to right shoulder pain and sitting is more.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati Adnan
Abstrak :
Informasi yang valid tentang pajanan masa lalu mungkin sulit didapat dari wawancara individu. Peran ahli seperti higiene industri atau pertanian dalam mengestimasi pajanan pestisida dengan menggunakan jenis pekerjaan dapat meningkatkan validitas data pajanan. Penelitian ini bertujuan membandingkan pajanan pestisida ditempat kerja yang ditentukan berdasarkan laporan individu dan ahli, serta mempelajari pola perbedaan tingkat pajanan dari kedua metode tersebut. Laporan individu berasal dari studi kasus kontrol tentang anemia aplastik di Thailand. Estimasi ahli digunakan untuk menentukan tingkat pajanan terhadap 4 jenis pestisida pada setiap 476 jenis pekerjaan. Instrumen standar dibuat berdasarkan probabilitas pajanan, frekuensi, intensitas dan keyakinan diri dalam menentukan pajanan. Penelitian ini menemukan kesesuaian yang buruk tentang pajanan yang ditentukan oleh kedua metode. Petani padi merupakan kelompok pekerja terbesar yang dinyatakan terpajan ke empat pestisida oleh ahli, tetapi hampir semua petani padi tidak melaporkan keterpajanan tersebut. Ada perbedaan dalam melaporkan pajanan: kelompok kasus, pria, usia muda, dan pekerja yang mempunyai penghasilan tinggi cenderung melaporkan pajanan. Dengan ketidakyakinan estimasi pajanan dari kedua metode ini, maka gabungan pajanan yang berasal dari ahli dan laporan individu akan meningkatkan kegunaan kedua metode dan meningkatkan validitas pajanan.
Depok: Fakultas Ilmu kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
613 KESMAS 4:5 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Afriman Djafri
Abstrak :
Kebisingan merupakan risiko dalam bidang kesehatan bagi pekerja yang kemungkinan timbulnya penyakit terkait kerja (work related diseases) disebabkan oleh suatu faktor yang berasal dari tempat kerja dalam bentuk gangguan kesehatan, penyakit, kecelakaan, cacat, dan kematian. Pemerintah telah mengeluarkan surat keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisika di tempat kerja, di dalamnya ditetapkan Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan sebesar 85 dBA sebagai intensitas tertinggi dan merupakan nilai yang masih dapat diterima oleh pekerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan seharihari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Data Tahun 2000 di Amerika Serikat menunjukkan lebih dari 9 juta pekerja setiap hari terpajan kebisingan sebesar 85 dBA. Ada sekitar 5,2 juta pekerja terpajan kebisingan > 85 dBA pada Manufacturing dan Untilities atau sekitar 35 % dari total pekerja pada industri manufacturing di Amerika. Departemen pekerja Amerika memperkirakan ada 19,3 % pekerja pada manufacturing dan untilities terpajan kebisinganSOH 90 dBA, 34,4 % terpajan kebisingan > 85 dBA dan 53,1 % terpajan kebisingan > 80 dBA. Berdasarkan hasil pemeriksaan audiometri pada 103 orang pekerja di perusahaan PT. Sanggar Sarana Baja ditemukan adanya penurunan status pendengaran pada frekuensi 4000 Hz sebanyak 52,4 %, terlihat bahwa separuh pekerja dari sampel yang diperiksa pada penelitian ini telah mengalami gangguan fungsi pendengaran tidak normal. PT. Sanggar Sarana Baja adalah salah satu perusahaan berspesialisasi dalam desain dan manufaktur dari peralatan-peralatan proses, fabrikasi baja umum, dan pemeliharaan dan konstruksi untuk minyak dan gas, petrokimia dan industri pembangkit listrik yang beroperasi sejak tahun 1977. Produk permintaan tinggi lainnya yaitu Vessel Pressure, Glycol Dehydration Packages, CO2 Removal Plants, and Heater Treatment Package. Dalam proses kerjanya perusahaan ini menggunakan mesin yang menimbulkan suara yang cukup keras seperti mesin welding, Mechining, bending, rolling, setting dan alat tersebut dioperasikan oleh pekerja, sehingga para pekerja setiap harinya akan terpapar oleh suara bising tersebut, hal ini bagi pekerja/karyawan PT. Sanggar Sarana Baja dapat berpeluang untuk terganggu oleh suara tersebut Besarnya risiko kesehatan yang disebabkan suara bising pada masyarakat khususnya pada karyawan / pekerja dapat berpeluang terhadap gangguan fungsi pendengaran. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pajanan kebisingan dengan fungsi pendengaran pada pekerja pabrik di PT. Sanggar Sarana Baja tahun 2010. Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang bersifat analitik dengan pendekatan rancangan studi yang digunakan Cross Sectional, yaitu melakukan pengamatan dan wawancara pada subyek penelitian dan diikuti pengukuran intensitas kebisingan di lingkungan kerja. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2010 di bagian/unit kerja produksi PT. Sanggar Sarana Baja. Hasil penelitian menunjukan bahwa, tingkat pajanan kebisingan PT. Sanggar Sarana Baja melebihi nilai ambang batas yang telah di tetapkan, yaitu berkisar antara 82 dB(A) - 89 dB(A) di bagian/unit kerja produksi. Tingkat pajanan kebisingan tertinggi terdapat di unit/bagian kerja/seksi area Vessel II yaitu 89 dB(A) dan tingkat kebisingan terendah yaitu di unit/bagian kerja/seksi area Engineering dan terdapatnya hubungan antara Tingkat pajanan kebisingan dengan fungsi pendengaran. Berdasarkan hasil penelitian, perlunya peranan Pihak perusahaan agar mengembangkan program pengendalian kebisingan yang telah ada dengan penerapan komponen Hearng loss Prevention Program (HLPP) sebagai upaya meminimalisasi pajanan kebisingan yang diterima oleh pekerja sampai ke titik dimana bahaya terhadap pendengaran dapat dikurangi atau dihilangkan. Contoh; HLPP audit, Audiometric Evaluation, engineering control, dan administrative control. ...... Noise is a health risk for workers in the possibility of work-related illness (work related diseases) is caused by a factor derived from the workplace in the form of health problems, illness, accident, disability, and death. The Government has issued Decree No Minister of Labor. Kep-51/MEN/1999 about Threshold Limit Value (TLV) of physical factors in the workplace, in which established Threshold Limit Values (TLV) of 85 dBA noise as the highest intensity and a value that can still be accepted by the workers without causing disease or disorder health in their daily work for a period not exceeding eight hours per day or 40 hours a week. Data Year 2000 in the United States showed more than 9 million workers daily exposed to noise at 85 dBA. There are about 5.2 million workers exposed to noise> 85 dBA at the Manufacturing and Untilities or approximately 35% of the total workers in manufacturing industry in America. United workers Department estimates there are 19.3% of workers in manufacturing and untilities SOH 90 dBA noise exposure, 34.4% exposed to noise> 85 dBA and 53.1% exposed to noise> 80 dBA. Based on the results of audiometry in 103 people working in the company of PT. Sarana Baja studio found a decrease in hearing status on the frequency 4000 Hz were 52.4%, showed that half the workers from the sample examined in this study had impaired hearing function is not normal. PT. Sanggar Sarana Baja is one company specializing in the design and manufacturing of process equipment, general steel fabrication, and maintenance and construction services to oil and gas, petrochemical and power industries operating since 1977. Other high demand products are Pressure Vessel, Glycol Dehydration Packages, CO2 Removal Plants, and Heater Treatment Package. In the process his company uses the machines that create a loud enough voice like welding machines, Mechining, bending, rolling, setting and the equipment operated by workers, so workers will be exposed to everyday noises such, this is for the workers / employees of . Steel Facility workshop can expect to distracted by the voice. The magnitude of health risks caused by noise in the society especially in the employee / worker can expect to auditory dysfunction. The purpose of this study is to determine the correlation between noise exposure on hearing function of factory workers in PT. Sanggar Sarana Baja 2010. This study was a descriptive study was analytic approach used in study design was cross sectional, that is to make observations and interviews on the subject of research and followed by measuring the intensity of noise in the workplace. When the study was conducted in April-May 2010 in unit of PT Sanggar Sarana Baja. The results showed that noise exposure level of PT Sanggar Sarana Baja exceeds the threshold value that has been on the set, ranging from 82 dB (A) - 89 dB (A) in the unit of production. Have the highest noise exposure levels in the unit / working part / section II Vessel area that is 89 dB (A) and the lowest noise level that is in the unit / working part / section area of Engineering and the presence of the relationship between the level of noise exposure on hearing function. Based on this research, the need for companies to develop the role of party noise control programs that already exist with the implementation of component loss Hearng Prevention Program (HLPP) in an effort to minimize the noise exposure received by workers to the point where the danger of hearing loss can be reduced or eliminated. Example; HLPP audit, Audiometric Evaluation, engineering controls, and administrative control.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T29375
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Defriman Djafri
Abstrak :
ABSTRAK
Indonesia sebagai negara berkembang pada saat sekarang ini berupaya meningkatkan kesejnhteraan rakyat rnelalui pertumbuban indusrialisasi yang patut didukung oleh sernua pihak. Sejalan dengan pertumbuhan dan kondisi pentingnya atas kebutuhan tenaga listrik, Pembanguoan bidang kelistrikan dewasa ini cenderung meningkat sejalan dengan kebutuhan energi listrik untuk berbagai pembangunan maupun untuk kebutuhan keluarga sebsri-bsri. Salah satu sarana yang dibangun antara lain Jaringan Saluran Udara T egangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV. Banyaknya keluban dan masyarakel yang berada dan tinggal disekitar jaringan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) yang kemungkinan adanya dampak radiasi medan elektromagnet dan jalur SUTET pada populasi masyarakat di lima desa (Jubang, Kendawa. Klikiran, Limbangan dan Tega/ Glagah) pada K ABSTRACT
Indonesia as developing countries at this present moment copes increasing prosperity of public through growth of industrialization properly supported by all party/sides. In line with growth and condition of the importance of to requirement of electric power, Development of electricity area these days tends to increase in line with requirement of electric energy for various development and also for requirement of everyday family. One of the infrastructures up is network< high voltage power lines 500 kV. A lot of it complaint from residing public and ready to be around network high voltage power lines 500 kV which possibility that existence of radiation impact of electromagnetic field from network high voltage power lines 500 kV at population in five rural communities ( Jubang, Kemiawa, Kliliran, Limbangan. Tega/ Glagah) at SubProvince Brebes. Intention/Purpose of this research is get information the Relationship of electromagnetic fields exposure high voltage power lines 500 kV to hypersensitivity at population in five rural communities ( Jubang, Kendawa, Kliliran. Limbangan, Tegal Glagah) at Sub-Province Brebes. This research uses study design cross-sectional with number of samples 397 responders at population total in five rural communities ( Jubang, Kendawa, Kliliran, Limbangan, Tega/ Glagah) at Sub-Province Brebes. Got average of electric field strength within doors 0,0719 kV/rn presents lower result if it is compared to average of electric field strength is external by around house 0,9772 kV/m, mean contribution electric field strength outside around house received by bigger responder with existence of SUTET 500 kVs if it is compared to electric field strength within doors. Obtained more than 50"/i, responder to experience hypersensitivity namely 276 ( 69,5%) responder out of 397 responders From analysis presents result of significant the relation of electric field strength received by responder with hypersensitivity with POR = 1,94 ( 95%CI: 1,19-3,17) value p=O,O I, responder receiving strong of electric field exposure more than 5 kV/m standard WHO through IRPAIINIRC at population of public (to 24 hours/day) to receives risk 1,94 ( 2 Multiplied) experiences hypersensitivity if it is compared to responder receiving strong of electric field exposure is less or equal to 5 kV/m. For magnetic field is got by the same result average of magnetic field intensity within doors powerfully outdoors magnetic field namely 0,001021 mT, while outside around house 0,001650 mT Old lived/residence stripper was a real big risk factor if it is seen from value POR: 2,5 ( 95%Cl: 1,36-4,48), mean there is no other reason that living in under SUTET to explain not safe, man living under SUTET 500 kV more than 10 years receives risk 2,5 times to experience hypersensitivity if it is compared to man who is old lived under SUTBT 500 kV less than I 0 years, longer residence under SUTET of course longer also exposure of responder by electromagnetic field. The importance of improvement of health promotion effort and preventive about risk and electromagnetic field/ SUTET impact to public. And the importance of further elite ·with correct research methodologies. election designs study and research subject and other aspects that can clarifY and finds answer from electromagnetic field impact controversy till now.
2007
T32489
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukardi
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas Pajanan Penanganan Bahan Kimia Berbahaya Beracun (B3) Benzene dan xylene pada Divisi Industrial Chemical Specialties PT Clariant Indonesia. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pajanan Benzene dan xylene serta untuk mengetahui upaya pengendalian yang sudah dilakukan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Data dikumpulkan dengan membagikan kuesioner terbuka dan melakukan pengukuran langsung dengan metode personal active sampling untuk mengetahui kadar Benzene dan xylene di tempat kerja . Hasil penelitian menyarankan bahwa karyawan perlu meningkatkan kesadaran dalam menggunakan alat pelindung diri pada saat bersinggungan dengan bahan kimia B3. Perusahaan perlu melakukan review terhadap PPE management khususnya respirator. Perusahaan juga perlu meningkatkan program preventive maintenance terhadap sarana dan prasarana yang terkait dengan penanganan bahan kimia Benzene dan xylene.
ABSTRACT
The focus of this study is the exposure assessment of handling Dangerous Goods benzene and xylene in Industrial Chemical Specialties Department at PT ABCIndonesia. The purpose of this study is to analyze the exposure of benzene and xylene also to evaluate the control programs of dangerous chemical exposure. This study is a qualitative research with descriptive interpretive. The data were collected by open questionnaires and environment monitoring by personal sampling method to ensure the level of air quality. From the results, the researcher suggests that workers need to increase awareness regarding personal protective equipment used especially when handling dangerous goods chemicals. Company also has to improve management of personal protective equipment which involved all workers who contact with dangerous chemicals. Company also has to improve preventive maintenance programs to equipments related with handling benzene and xylene
2016
T46248
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simaremare, Rumiris Feronika
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan penilaian terhadap pajanan tekanan panas di workshop pembuatan batik yang terletak di Kecamatan Mauk, Tangerang. Sebanyak 84% dari pekerja yang diwawancarai mengeluh tentang suhu lingkungan kerja yang dirasa terlalu panas, meskipun dalam hal ini sudah terdapat pengendalian terhadap tekanan panas yang terpasang pada bangunan. Penilaian didasarkan pada tiga kriteria menurut Worksafe BC 2007, yakni faktor lingkungan, faktor pekerja, dan faktor pekerjaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) di luar ruangan (outdoor) lebih tinggi dibanding ISBB di dalam ruangan (indoor) dan indeks panas berada pada area berbahaya dengan level risiko tinggi. Hasil observasi faktor pekerja yang meliputi aklimatisasi, status hidrasi dan pakaian kerja tidak menunjukkan adanya upaya pengendalian yang dilakukan. Demikian juga hasil observasi pada faktor pekerjaan yakni beban kerja dan pola kerja tidak menunjukkan adanya pengendalian administratif yang diupayakan dalam menangani keluhan terhadap pajanan tekanan panas ini. Penurunan tingkat risiko pajanan tekanan panas diharapkan dapat dilakukan dengan modifikasi pengendalian teknis, mengupayakan pengendalian administratif serta penggunaan pakaian kerja yang sesuai dengan lingkungan kerja dengan pajanan tekanan panas
ABSTRACT
The aim of this study was to make an assessment of the heat stress exposure in a Batik Workshop located at Kecamatan Mauk, Tangerang. 84% of interviewed workers complained about the working environment temperature that tends to be very hot, although the building already has a built-up control to heat stress. The assessment is based on three criteria by Worksafe BC 2007 that is environmental, worker, and work factors. The result showed that the Wet Bulb Globe Temperature (WBGT) outdoor higher than indoor, and the heat index is at dangerous area with a high risk level. Observation on worker (acclimatization, hydratin and clothing) and work (work load and work rate) factors did not show any control measures undertaken. The level of risk can be reduced by modification of engineering control, administrative control and the proper personal protective equipment (clothing).
2016
T46391
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febry Handiny
Abstrak :
ABSTRAK
Pneumonia merupakan penyebab kematian utama anak-anak di seluruh dunia daripada penyakit-penyakit lainnya.. Period prevalence pneumonia pada balita di Indonesia adalah 18,5 per mil. Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan jumlah kasus pneumonia di Kota Padang. Inhalasi bahan kimia beracun seperti partikulat juga dapat menyebabkan inflamasi dan kerusakan jaringan di paru-paru sehingga diduga menjadi penyebab pneumonia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pajanan PM2,5 di udara dengan kejadian pneumonia pada balita yang tinggal di kawasan pemukiman industri dan dan non industri dan faktor risiko lainnya yang dapat menimbulkan pneumonia. Penelitian ini menggunakan desain case control. Sampel terdiri dari masing-masing 51 sampel untuk wilayah industri dan non industri berusia 12 bulan ndash; 60 bulan. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang berhubungan dengan pneumonia pada balita adalah ASI eksklusif dan pemberian vitamin A. Sedangkan konsentrasi PM2,5 di udara dan faktor pencemaran dalam ruangan tidak berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita. Kesimpulan didapatkan bahwa pneumonia pada balita dipengaruhi oleh PM2,5 di udara setelah dikontrol variabel letak dapur, ASI eksklusif vitamin A, status gizi, dan imunisasi campak. Di harapkan ibu balita meningkatkan kesadaran memberikan ASI eksklusif, memberikan vitamin dan menjaga kesehatan balita agar terhindar dari pneumonia.
ABSTRACT
Pneumonia is the leading cause of death among children worldwide than any diseases. More than 2 million children aged 1 to 5 years died of pneumonia each year across the region. The prevalence of children pneumonia in Indonesia is 18.5 per mile. From year to year there is an increasing number of cases of pneumonia in Padang, West Sumatera. Inhalation of toxic chemicals such as particulates can also cause inflammation and tissue damage in the lungs that suspected to be the cause of pneumonia. This study aims to analyze the relationship of PM2.5 to incidence of children pneumonia living in industrial and non industrial areas in Padang and other risk factors that lead to pneumonia. This study used case control design. The sample consisted of 51 samples each for industrial and non industrial areas aged within 12 months 60 months. The results indicated that variables associated with pneumonia in children were exclusive breastfeeding and vitamin A. While the concentration of PM2,5 and indoor air pollution factor were not associated to the incidence of pneumonia in children. In conclusion, the incidence of pneumonia in children is affected by the concentration of PM2.5 after controlled by the location of the kitchen, exclusive breastfeeding, vitamin A, nutritional status, and measles immunization. It is recommended to improve the awareness of mothers to give exclusive breastfeeding, provide vitamin A and maintain the health of the children to avoid pneumonia.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>