Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 208 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Semiarto Aji Purwanto
Abstrak :
Rice farmers in Sidamukti, West Java plant several varieties of rice, sometimes planting twoor three varieties together in one plot of land. The decision to plant a specific variety is strongly influenced by farmers' agricultural knowledge, such as knowledge of varieties of rice, periods of maturation, tastes, characteristic of specific varieties, as well as knowledge of environmental conditions, including soil conditions, the need of fertilizer and seasonal changes. The author suggest that this knowledge, as a basis for decision making is at a pre-attentive stage that has become patterned, and its nearly or perhaps entirely out of conscious consideration. In fact, external situational factors operating at the start of planting play a dominant role in the decision to plant a specific variety of rice. A multitude of factors - such as pressure from village authorities to plant certain varieties in keeping with development programs; to supply of grain, fertilizers and water for irrigation; the desire to experiment, and the demands of landowners - often become significant determinants. The author arrives at the conclusion that studies of decision making processes that view knowledge systems as recipes or patterns for behavior must be supplemented by close observation and understanding the context and situation in which behavior is generated.
1998
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Reny Mulatsih
Abstrak :
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil padi terbesar di dunia. Jumiahnya yang melimpah menyebabkan berilmpah pula jumlah limbah pertanlan yang dihasllkan. Sekan pad! merupakan salah satu limbah pertanian yang jumiahnya sangat besar. Jumiahnya makin bertambah dari tahun ke tahun. Sebagai limbah pertanian, sekam padi merupakan bahan lignoselulosa. Selain itu, kandungan sekam padi cukup banyak, yaitu, protein, lemak, air, pentosa, dan abu. Oleh sebab itu, sekam padi mempunyai potensi sebagai sumber daya alam Salah satu pemanfaatannya adalah sebagai sumber penghasil xilosa yang cukup tinggi. Xilosa meaipakan monosakarida yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan xiiitoi. Xiiitol merupakan pemanis yang banyak digunakan oleh para penderita diabetes karena energinya yang rendah. Xilosa didapatkan dari sekam padi dengan cara hidrolisis. Dalam penelitian ini dicari kondisi optimum hidrolisis sekam padi untuk menghasilkan xilosa. Metode hidrolisis yang digunakan yaitu dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121°C dan asam sulfat sebagai katalis asam. Kondisi optimum hidrolisis yang didapat yaitu pada konsentrasi asam sulfat 1 M dan waktu hidolisis 15 menit dengan jumlah xilosa yang dihasilkan sebanyak 5.0571 g/L dan jumlah glukosa sebanyak 0,0467 g/L.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1986
631.5 BUD
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sapta Purwoko
Bogor: Penerbit IPB Press, 2022
641.3 BAM k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Firda Khoirunnisa
Abstrak :
ABSTRACT
Dalam era globalisasi informasi yang akurat mengenai jumlah panen sangat penting dalam mengantisipasi kebutuhan pangan yang meningkat yaitu dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh. Penggunaan Citra Sentinel-2A yang memiliki resolusi spasial 10 meter dapat diterapkan untuk mengetahui umur padi dari awal tanam hingga akhir panen serta mengestimasi produktivitas padi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola sebaran varietas padi dan menganalisis perbandingan hasil estimasi produktivitas padi di Kecamatan Compreng Kabupaten Subang dan Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten Garut dengan Citra Sentinel-2A disertai metode algoritma NDVI. Berdasarkan hasil survei lapangan dan pengolahan data, diketahui pola sebaran varietas padi di Kecamatan Compreng adalah clustered dan di Kecamatan Tarogong Kaler adalah random. Kecamatan Compreng Kabupaten Subang memiliki produktivitas padi lebih kecil dibandingkan Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten Garut, baik dari hasil estimasi maupun hasil UPT kecamatan setempat. 
ABSTRACT
In the era of globalization, accurate information about the number of productivity is very important in anticipating increasing food needs, using remote sensing technology. The use of Sentinel-2A Imagery which has a spatial resolution of 10 meters can help  determine the lifespan of rice paddies starting from the beginning of planting to the end of the harvest and also help estimate the productivity of rice paddies. This study aims to analyze the distribution/spatial pattern of rice varieties and comparisons between estimated rice productivity in the Compreng Subdistrict, Subang Regency and Tarogong Kaler Subdistrict, Garut Regency using Sentinel-2A Imagery along with NDVI algorithms. Based on the results of field surveys and data processing, it is known that spatial patterns of rice varieties in Compreng Subdistrict are clustered and in Tarogong Kaler Subdistrict are random. Compreng Subdistrict, Subang Regency has smaller rice productivity than Tarogong Kaler Subdistrict, Garut Regency, both from the estimation results and the results of the UPT in subdistrict. 
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naomi Angelia
Abstrak :
Perkembangan teknologi penginderaan jauh saat ini telah banyak dimanfaatkan untuk pemantauan masa tanam padi dengan menggunakan citra MODIS secara temporal dan indeks vegetasi. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk melakukan pemantauan masa tanam padi dan estimasi produksi padi tahun 2014 - 2016 di Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak yang merupakan lumbung padi Provinsi Banten. Dalam penelitian ini digunakan indeks vegetasi OSAVI yang mengikutsertakan faktor koreksi dan memberikan variasi tanah lebih besar untuk tutupan vegetasi yang kerapatannya tidak tinggi. MODIS OSAVI yang sudah diklasifikasi kemudian dilakukan analisis regresi untuk mengidentifikasi kelas yang mewakili pola fenologi padi. Pola fenologi padi menunjukkan waktu tanam, dan waktu panen sehingga pola masa tanam padi dapat diketahui. Dari empat kelas yang menunjukkan tutupan lahan sawah, terdapat dua kelas yang menunjukkan dua kali panen dalam satu tahun dan tiga kali panen dalam satu tahun. Hasil perhitungan diperoleh estimasi luas panen sebesar 46.082,25 ha dan estimasi produksi padi sebesar 795.143,5 ton. Perhitungan ini telah divalidasi dengan data BPS dan memiliki tingkat kesalahan sebesar 33,8% untuk estimasi luas panen dan 35,6% untuk estimasi produksi padi. Besarnya standar eror estimasi ini dikarenakan resolusi spasial MODIS 1 pikselnya sebesar 250m x 250m. Sehingga lahan sawah yang memiliki luas kurang dari 250m x 250m akan terindentifikasi sebagai tutupan lahan lain. Pola masa tanam di kedua kabupaten ini telah diuji akurasi dan menghasilkan taraf akurasi keseluruhan sebesar 88,23%.
The development of remote sensing technology is now widely used for the monitoring of rice planting period by using MODIS temporal imagery and vegetation index. The purpose of this research was to monitor the rice planting period and estimates of paddy production in 2014 - 2016 in Pandeglang and Lebak which is the granary of Banten province. This research used vegetation index OSAVI involving correction factor and provide greater variations in soil for vegetation cover density is not high. MODIS OSAVI already classified then performed a regression analysis to identify the class that represents rice phenological patterns. Rice phenological patterns indicate the time of planting and harvest time so that the pattern of the rice planting season can be known. Of the four classes showed wetland cover, there are two classes that showed two harvests in one year and three harvests in a year. The results of the calculation, the estimated harvested area of 46.082,25 hectares and paddy production estimate of 795.143,5 tons. This calculation has been validated by the BPS data and has an error rate of 33,8% for the estimation of crop area and 35,6% for estimate for rice production. The magnitude of the estimated standard error caused resolution spatial of MODIS has a pixel of 250m x 250m. So that the wetland has an area less than 250m x 250m will be identified as the other land cover. The planting period pattern in these two regency have tested produce a level of overall accuracy of 88.23%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64139
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muharsjah
Abstrak :
Kabupaten Dati II Serang mempunyai luas sawah 63339.32 ha atau 33,56% dari luas wilayah kabupaten dengan tingkat kesuburan tanah relatif dari sedang sampai baik. Keadaan ini ditunjang dengan posisinya yang dekat dengan lbu Kota Negara sehingga dapat memudahkan pemasaran hasil - hasil pertanian baik di wilayah sendiri maupun ke luar wilayah Kabupaten Dati II Serang. Namun jika dibandingkan luas tanah sawah dengan jumlah petani yang memiliki tanah sawah di Kabupaten Dati II Serang, rata- rata petani di kabupaten tersebut tergolong petani gurem. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang dikemukakan sebagaiberikut: 1. Bagaimanakah taraf hidup petani di Kabupaten Serang ? 2. Apakah faktor pengairan, frekwensi kunjungan penyuluhan dan keadaan fisik mempengaruhi taraf hidup petani ? Batasan - batasan dalam penulisan ini adalah : - Taraf hidup petani adalah tingkat kemampuan petani untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum dari penghasilannya mengolah tanah sawah. - Petani adalah orang yang mata pencaharian utamanya bekerja dengan cara menanam atau memelihara tanaman pangan di sawah ( padi dan palawija) dengan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual atau memperoleh pendapatan atau keuntungan atas resiko sendiri dan bukan sebagai buruh atau kuasa usaha (BPS). Dalam penulisan penelitian ini yang dimaksud petani adalah khusus hanyalah petani pemilik, petani penggarap dan buruh tani tidak dimasukkan ke dalam tulisan ini. Sawah adalah tanah yang berpematang,sering digenangi air, dengan tujuan utama ditanami padi dan atau bergiliran dengan palawija. Untuk mengetahui tingkatan taraf hidup petani ini di hitung berdasarkan pendapatan per kapita per tahun dari keluarga petani yang dinyat akan dengan jumlah setara dengan beras,yaitu I. A K = X. r Taraf K = taraf hidup rumah tangga petani I = pendapatan bersih petani tanah sawah (rp/ha/th) A = luas rata - rata tanah sawah setiap rumah tangga petani (ha) r = rata - rata jumlah anggota keluarga tiap rumah tangga petani. X = nilai harga beras sebesar 240 kg Apabila nilai : - K < 1 disebut sebagai kelompok petani miskin sekali, dengan pendapatan per kapita per tahun kurang dari 180 kg setara beras. - K = 0,6- 1 disebut sebagai kelompok petani miskin, dengan pendapatan per kapita per tahun antara 180 - 240 kg setara dengan beras. - K = 1 - 1,6 disebut kelompok petani hampir miskin, dengan pendapatan perkapita per tahun antara 240- 320 kg setara dengan beras. - K > 1 ,6 disebut kelompok petani cukupan, dengan pendapatan perkapita pertahun lebih besar dari 320 kg setara dengan beras. Untuk menjelaskan faktor - faktor yang paling berpengaruh terhadap taraf hidup petani dilakukan korelasi peta. Dari hasil analisa maka ringkasan penelitian ini adalah: 1. Taraf hidup petani di Kabupaten Serang lebih banyak terdapat pada golongan miskin sekali dengan persentase 43,3 % atau 13 kecamatan. Untuk golongan taraf hidup petani yang cukup terdapat di 5 kecamatan atau 16,7% dari seluruh kecamatan. Sedangkan 40% lainnya termasuk dalam golongan petani yang taraf hidupnya miskin dan hampir miskin. 2. a: Taraf hidup petani cenderung semakin baik bila berada pada kondisi wilayah dengan kepadatan pengairan yang padat, frekwensi kunjungan penyuluhan yang tinggi, kemiringan lereng 0- 2% dan ketinggian antara 3-25m dpl. b. Dari keempat faktor yaitu kepadatan pengairan, frekwensi kunjungan penyuluhan, ketinggian dan lereng temyata yang paling berpengaruh terhadap taraf hidup petani tanah sawah padi dan palawija di Kabupaten Serang adalah faktor kepadatan pengairan. Hal ini .disebabkan tingkat klasifikasi yang sesuai antara taraf hidup petani padi dan palawija dengan kepadatan pengairan lebih besar jumlahnya ( 53,3% ) dibandingkan ke tiga faktor lainnya.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agusniar Trisnamiati
1989
S29782
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Indrawan
Abstrak :
Salah satu proses masa pasca panen yang memegang peranan adalah pengeringan, karena pengaruhnya yang besar dalam proses penyimpanan. Atas clasar itu dibuat suatu altematif pengeringan yang dinamakan alat pengering rotari dengan menggunakan padi sebagai media yang akan dikerlngkan. Dalam tugas alzhir ini dibahas tentang analisa tingkat penguapan terhadap waktu dan analisa efisiensi thermal terhaclap variasi kecepatan udara masuk. Tujuan dari analisa ini adalah mengetahui performs. alat pengering yang sudah ada, sampai sejauh mana alat tersebut mampu melalcukan proses pengeringan sampai mencapai kandungan air yang tersisa mencapal 8 %. Beberapa metode diterapkan untuk mengetahui performa alat pengering ini yaitu dengan melakukan beberapa modiiikasi ala! pengering yang sudah ada untuk kemudian dijalankan guna mendapatkan data-data yang dibutuhkan. Modiiikasi yang dilakukan memasang alat penggerak, mengganti blower dengan fan yang mempunyai 3 (tiga) variasi kecepatan dan mengganti lengan aduk pada shaii rotary dengan menggunakan bahan yang lebih ringan (aluminium). Metode selanjutnya adalah menggunakan pengujian selama total 15 jam, dengan tiga variasi kecepatan blower masing-rnasing selama lima jam dengan menggunakan variable tetap temperatur udara masuk T in DB sebesar 50, 55, 60, 65 dan 70 °C. Setelah percobaan, didapat bahwa alat pengering yang diuji pada T in DB 50°C dan kecepatan udara masuk 2,63 mls memiliki efasiensi thermal sebesar 12,9% dc-ngan waktu pengeringan sebesar 8.57 jam dan kapasitas pengerlngannya 1,74 kg/jam untuk mencapai kandungan air yang tersisa sebesar 8%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S36215
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kasum
Abstrak :
Pengeringan merupakan proses pengurangan kadar air yang dikandung oleh biji padi, sehlngga biji padi tersebut aman untuk disimpan atau dilakukan proses seianjutnya seperti penggilingan. Pengering tipe resirculatory hatch adalah salah satu alat pengering yang digunakan untuk mengu:rangi kadar air tersebut. Letak masukan ducting menjadi salah satu faktor yang tidak bisa diabaikan buena akan berpengaruh pada distribusi udara panas di n1ang pengering. Modiftkasi pengering rccirculatory balch dilakukan dengan meletakan dueling di bawah silinder dalam (ruang plenum) dengan sudut masuk 45°. Desain asH pengring tipe recirculatory· batch letak ducting disamping ruang plenum dan sudut masuknya 9ft. Kedua desain ini selanjutnya dibandingkan dengan menggunakan lima parameter yaitu panas teoritis yang dibutuhkan, moisture load, estimasi waktu pengcringan. moisture remove rate dan dlstribusi kecepat.an udara panas. Dari hasil perhhungan, ducting distribusi udara panas yang diletakkan di bawah silinder dalam pcngering, diperoleh basil bahwa punas tcoritis yang dibutuhkan 4.0% lebih rendah, moisture load 0.3% lebih besar, estima-.:;i vvaktu pengeringan 0,6% lebih cepat dan moisture remove rate 0.1% lebih ban yak dibandingkan dengan desain as!inya. Distribusi kecepatan udara dalam ruang pengering seteiah dimodifikasi lebih merata dlbanding dengan yang tidak dimodifikasi, dcngan kecepatan udara panas 0.34 mls. Dengan demikian pengcringan diharapkan dapat rnerata dan optimal. ......Drying represent water rate reduction process contained by paddy seed, so that the paddy seed peaceful to be kept or to process hereinafter like milled rice. The recircuiatory batch dryer is one of the dryer to be used to remove the moisture content of paddy. Input ducting situation become one of the factor which cannot be disregarded because w111 have relation witb hot weather dislribulion in dryer room. Dryer modification done with to take the ducting position under itmer cyJinder (plenum room) with angle of entrance is 45°. Original Desain of recirculatory batch dryer, the ducting put dO\>v-n beside plenum room and angle of entrance is 90°. Both this desain hereinafter compared with five parameter that is theoretical heat required, moisture load, estimation of drying time, moisture remove rate and speed distribution of hot weather. From result of calculation, dryer which have been modified, obtained theoretical heat required 4.0% is lower, moisture 0,3% is bigger, estimation of drying time 0.6% is quicker and moisture remove rate 0.1% is rnoret compared to original desain. Speed distribution of air in drying room after modified more flatten to be compared with do not modifY. speed of hot \veather is 0.34 rnls. Thereby the drying process expected can be flatten and optimaL
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S37819
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>