Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lutfi Airlangga Harjoprawito
"Pendahuluan: COVID-19 adalah virus mematikan yang telah menyebar ke seluruh Indonesia sejak awal tahun 2020. Hingga September 2020, virus tersebut telah menyebabkan 69 ribu kasus dan 3,3 ribu kematian di Indonesia. Tingkat kematian pada petugas kesehatan adalah 6,5%, dibandingkan dengan <1% di negara maju. Karena Alat Pelindung Diri (APD) terbukti secara klinis untuk menghindari infeksi COVID-19, pemerintah Indonesia telah menerbitkan pedoman APD dan telah mendistribusikannya APD ke berbagai pusat kesehatan di Indonesia. Karena kasus yang dikonfirmasi dan kematian tetap tinggi di antara petugas kesehatan di Indonesia, diduga bahwa kepatuhan dan kepengetahuan pada APD kurang tinggi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, kedua faktor tersebut akan diteliti. Metode: Studi ini adalah sebuah cross-sectional study yang melibatkan 196 mahasiswa kedokteran KOAS FKUI. Para peneliti membuat survey untuk menilai kepatuhan dan pengetahuan mereka terhadap penggunaan APD. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kedua faktor juga ikut dinilai (kepercayaan diri, riwayat, persepsi risiko, ketersediaan APD, sikap, pengaruh organisasi, demografi). Regresi logistik digunakan untuk menentukan faktor mana yang dapat memprediksi kepatuhan dan pengetahuan APD yang baik. Hasil: Penelitian ini mengungkapkan bahwa 90,82% dan 56,63% mahasiswa FKUI masing-masing memiliki kepatuhan dan pengetahuan APD yang baik. Persepsi risiko (P<0,001), sikap (P<0,001) dan keyakinan (P<0,001) merupakan prediktor kepatuhan APD yang baik sedangkan tidak ditemukan faktor yang memprediksi pengetahuan APD yang baik. Kesimpulan: Hasil pada studi ini menunjukan mahasiswa KOAS FKUI membutuhkan pelatihan APD lagi untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang pemakaian APD. Perilaku, persepsi resiko dan kepercayaan diri yang bagus merupakan perdiktor terhadap pemakaian APD yang baik. Dengan mengetahui faktor2 tersebut, FKUI dapat membuat pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa KOAS FKUI untuk meningkatkan keamaan dan qualitas belajar selama beraktifitas di Rumah sakit daripada mengambil cuti isoman.

Introduction: COVID-19 is a deadly virus that has spread throughout Indonesia since early 2020. As of September 2020, the virus has caused 69 and 3.3 thousand cases and deaths in Indonesia. Among Indonesian healthcare workers, it has a mortality rate of 6.5% compared to <1% in developed countries. Since Personal Protective Equipment (PPE) are clinically proven to avoid COVID-19 infection among healthcare workers (HCW), the Indonesian government have published PPE guidelines and have distributed them to healthcare centers throughout the country. Since confirmed cases and mortality remains high among Indonesian HCWs, it is hypothesized that they are lacking PPE compliance and knowledge. Hence, in this study, these two factors would be assessed. Methods: A cross sectional study involving 196 FKUI clinical medical students was used. A survey was constructed to asses their compliance and knowledge towards PPE use while other factors affecting the two factors are assessed (confidence, history, risk perception, PPE availability, attitude, organizational influence, demographics). Logistic regression would determine which factors predict good PPE compliance and knowledge. Results: This study revealed that 90.82% and 56.63% of FKUI students have good PPE Compliance and knowledge respectively. Risk perception (P<0.001), attitude (P<0.001) and confidence (P<0.001) are predictors of PPE compliance while there are no predictors of PPE Knowledge. Conclusion: FKUI students require more trainning regarding PPE usage as reflected in the results shown above. Attitude, risk perception and -confidence are found to be collated with good PPE compliance. Understanding these factors would help develop trainning plans specific to FKUI clinical students. Focusing on improving these factors that has correlation with PPE compliance to develop trainning methods would help increase safety and ensure students receive high quality medical education instead of taking sick leaves.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dona Riska Madyanti
"Penelitian yang dilakukan di RSUD Bengkalis ini mempunyai tujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi pemakaian APD pada bidan saat melakukan pertolongan persalinan pada bulan Maret - April tahun 2012. Desain penelitian ini adalah Potong Lintang dengan sampel 33 orang.
Hasil penelitian didapatkan bahwa yang menggunakan APD saat melakukan pertolongan persalinan sebesar 69,6%. Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku penggunaan APD (p<0,05), serta tidak ada hubungan 8 variabel lain dengan penggunaan APD (p>0,05).
Disarankan untuk meningkatkan pengetahuan bidan tentang keselamatan dan kesehatan kerja melalui informasi tentang potensi bahaya di tempat kerja, manfaat APD serta peningkatan pengetahuan melalui pelatihan.

Research conducted in hospitals Bengkalis has a goal to determine the factors that influence the use of PPE at the midwife during delivery assistance by March 2012. Cut the design of this study is the latitude of the sample with 33 people. Data were tested using chi-square with 95% significant level (0.05).
The study found that the use of PPE during delivery assistance by 69.6%. There is a relationship between knowledge of the behavior of the use of PPE (p <0.005), and there is no relationship between attitudes, old work, the policy of the hospital, the midwife's perception of illness Hepatitis B and HIV / AIDS, midwives perceptions about the seriousness of hepatitis B and HIV / AIDS, the influence of peers, the influence of external / mass media and midwives perceptions of barriers to the use of PPE (p> 0.005).
It is recommended to increase the midwives knowledge about occupational safety and health through information about potential hazards in the workplace, the benefits of APD and enhancement of knowledge through training.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yunifianti
"Tenaga kesehatan berperan penting dalam penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Alat pelindung diri (APD) diperlukan saat mereka bekerja. Waktu kerja maksimal penggunaan APD adalah enam jam, dan harus digunakan sesuai dengan risiko di lokasi kerja. Sayangnya, dalam praktiknya, APD sering digunakan lebih dari enam jam. Selain itu, bahan gaun terbuat dari bahan yang tidak dapat menyerap keringat. Para tenaga kesehatan juga mengenakan masker berlapis-lapis. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan kelelahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur prevalensi kelelahan kronis dan faktor APD yang dapat mempengaruhi kelelahan kronis. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional berdasarkan data sekunder yang dikumpulkan oleh Program Studi Magister Kedokteran Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kami menggunakan skala penilaian kelelahan untuk memperkirakan prevalensi kelelahan kronis. Kami menemukan bahwa prevalensi kelelahan kronis di antara petugas kesehatan sangat tinggi (82,8%). Namun, tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara tingkat APD, bahan gaun, jenis masker dan kelelahan kronis (p>0,05). Namun demikian, terdapat hubungan yang signifikan antara masker ganda (masker tidak/ya) dengan kelelahan kronis (p <0,05). Penelitian lebih lanjut untuk memasukkan pengukuran yang lebih objektif dalam penggunaan APD harus dilakukan di masa depan.

Healthcare workers play a crucial role in the management of Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). When working, personal protective equipment (PPE) is required. The maximum working time while wearing PPE is six hours, and it should be worn in accordance with the risk at the work site. Unfortunately, in practice, PPE is frequently worn for longer than six hours. In addition, the gown is made from nonabsorbent materials. Layered masks are also worn by the healthcare workers. These factors may result in fatigue. This study aims to determine the prevalence of chronic fatigue and PPE factors that may contribute to it. This study was conducted using a cross-sectional design with secondary data gathered by the Master of Occupational Medicine Program, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia. We used the Fatigue Assessment Scale (FAS) to measure chronic fatigue. We found a very high prevalence of chronic fatigue among healthcare workers (82.8 percent). However, there was no significant correlation between the level of PPE, gown material, mask type and chronic fatigue (p > 0.05). Nevertheless, there was a significant relationship between double mask (no/yes mask) and chronic fatigue (p < 0.05). Future research should incorporate more objective measurement for the use of PPE."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benny Vitriansyah Putra
"Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk melihat perilaku penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada pekerja pengelasan industri Informan di jalan raya Bogor- Dermaga. Penelitian ini bersifat analisis deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif yaitu untuk melihat faktor faktor yang mempengaruhi perilaku penggunaan APD. Populasi Penelitian ini adalah seluruh pekerja pengelasan di Jalan Raya Bogor ? Dermaga. Penelitian ini sampel dipilih berdasarkan perilaku yang kurang baik dalam penggunaan APD. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 8 orang dari populasi 13 orang.
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan juga observasi lansung. Pengolahan data diolah dalam bentuk tekstular dan tabel. Tekstular digunakan sebagai kutipan jawaban dari informan sedangkan tabel digunakan untuk jawaban yang telah disimpulkan dan juga dianalisa.
Penelitian ini mengacu pada konsep teori sosial kognitif dimana perilaku dipengaruhi oleh adanya faktor individu dan faktor lingkungan. Konsep ini digunakan dikarena cukup tepat dalam mengalisis perilaku penggunaan alat pelindung diri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja pengelasan sektor informal masih tidak menggunakan APD dengan baik. Faktor lingkungan yang paling mempengaruhi perilaku pekerja pengelasan industri informal dalam penggunaan APD seperti peraturan, pengawasan dan fasilitas APD. Sedangkan faktor individu seperti pengetahuan, persepsi dan motivasi tidak begitu mempengaruhi perilaku pekerja dalam penggunaan APD.
This research was conducted aiming to see the behavior of the use of personal protective equipment (PPE) to workers in the welding industry informants highway Bogor - Dermaga.
This research is descriptive analysis using qualitative methods is to look at factor that influence the behavior of the factor the use of PPE. The study population as all workers welding on Jalan Raya Bogor - Dermaga. This study sample is selected on the basis of poor behavior the use of PPE. The sample in this study as many as eight people from the population of 13 people.
Techniques of data collection is done trough in-depth interview direct observation. Processing of data processed in the form tekstular and tables. Tekstular used as a quote answers from informans while the table is used for the answer that have been conclude and were also analyzed. This study refers to the concept of social cognitive theory in which behavior is influenced by the presence of individual factors and environmental factors. This concept is used in analysis quite appropriate personal protective equipment usage behavior.
The result showed that the majority of informal sector workers welding still do not use PPE properly. Environmental factor that most influence the behavior of the welding industry workers in the informal use of PPE such as regulation, supervision and facilities PPE. While individual factors such as knowledge, perception and motivation is not so affect the behavior of workers in the use of PPE.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Edwin Mukri Bandjar
"Disaat konsumen semakin kritis dan era globalisasi yang membawa pengaruh terhadap sistem perdagangan dunia maka perusahaan, khususnya yang bergerak di bidang industri harus mampu meningkatkan daya saing, menciptakan nilai-nilai unggul, meningkatkan efisiensi dan menekan biaya produksi. Hal ini untuk memenuhi standar dan norma-norma kesehatan dan keselamatan kerja yang menjadi persyaratan dunia internasional seperti: Ecolabelling, ISO 14000, EHS Management System, dan lain-lain. Khususnya industri yang beresiko tinggi, perilaku keselamatan kerja menjadi faktor utama untuk menjamin tercapainya zero accident (tidak terjadinya kecelakaan kerja). Salah satu perilaku keselamatan adalah kepatuhan, khususnya patuh menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seharusnya sudah menjadi kewajiban seluruh pekerja mulai dari operator hingga tingkat manajemen.
Data di lapangan yang menunjukkan bahwa penyebab terjadinya kecelakaan kerja pada tahun 2004-2005 adalah sebesar 68% karena tindakan tidak aman, 29% karena kondisi tidak aman dan 3% tidak diketahui penyebabnya. Dari tindakan tidak aman, 48% adalah pekerja yang tidak menggunakan APD. Tidak ( menggunakan APD, khususnya ketika sedang bekerja adalah masalah perilaku tidak aman pekerja yang hares ditanggulangi. Perilaku ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Hal ini perlu diketahui sehingga upaya untuk menghilangkan perilaku tidak aman di tempat kerja dapat berjalan secara efisien dan efektif.
Resiko dan bahaya tidak bisa dihilangkan 100% kecuali sumber bahaya tersebut dihilangkan sama sekali, yang bisa kita lakukan adalah meminimasi potensi bahaya agar kemungkinan resiko diperkecil seminimal mungkin. Oleh karena pentingnya pengendalian resiko, meskipun APD adalah urutan terakhir dalam pengendalian resiko tapi perlu dilakukan.
Oleh karena itu penulis melakukan analisa terhadap faktor-faktor yang mempengarihi kepatuhan penggunaan APD pekerja di bagian produksi kulkas PT.LGEIN Tangerang yang dilakukan pada bulan November-Desember 2005. Data diambil dengan sampel 73 responder meliputi 4 foreman dan 69 operator. Pengambilan data melalui kuesioner, wawancara dan observasi langsung. Analisis data menggunakan analisis statistik yaitu univariat dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 52,1% pekerja yang tingkat kepatuhannya baik menggunakan APD dan 47,9% tergolong tidak baik. Berdasarkan hasil analisis bivariat, diperoleh bahwa satu-satunya faktor yang berkaitan dengan kepatuhan menggunakan APD adalah persepsi pekerja terhadap bahaya. Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan kinerja pekerja PT.LGEIN Tangerang khususnya perilaku patch dalam menggunakan APD.

When consumer becomes critically in globalization era that brings influences for world trade system, company, especially industrial company must increase power competition, creating best values, increasing efficiency and minimizing cost production. The goal is to complying norms, safety and health standard that one of condition in international world such as: Ecolabelling, ISO 14000, El-IS Management System, etc. Especially on high-risk industry, safe behavior is main factor to ensure there is no accident in workplace. One of safety behavior is complying, especially in using PPE must become an obligation for all workers form operator to management level.
From data on location, showing that cause of an accident in years 2004-March 2005 are : 68 % unsafe act, 29 % unsafe condition and 3 % unknown. From unsafe act, 48 % cause an accident is workers that not using PPE. Workers that not using PPE is the behavioral, unsafe act problem which must solved. This behavior could happen because many factors. We must know this problem, and then our works to reducing unsafe act behavior may runs effectively.
Risk and hazard could not reduce 100 % only if that hazard source is not exist anymore. The way we can do for reducing risk is minimizing hazard potential. Since risk control is very important, we must using PPE although this is the last rank in risk control.
This is the reason why the writers do analyzing factors that influence complying workers in using PPE in Refrigerator Production at PT.LGEIN Tangerang from November-December 2005. The data respondent is 73, including 4 foreman and 69 operator. Data are collected by questionnaire, interview and direct observation, data analyzed by statistically using chi-square.
The result showed there were 52, 1% of workers good complying in using PPE and 47,9% of workers not complying in using PPE. Based on statistical analysis, just perception those have significant relation with complying using PPE. I hope this result of research could improve workers performance behavior especially complying in using PPE at PT.LGEIN Tangerang.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T20065
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Marni Nasril
"Guna membuktikan, apakah terjadi efisiensi dalam pembiayaan kesehatan, maka dilakukan analisa terhadap hubungan sistem pembayaran dengan besaran klaim pada pasien Rawai Inap kasus Demam Berdarah Dengue dan Apendiktomi di 4 (empat) RSUD di DKI Jakarta. Penelitian ini, berupa penelitian evaluasi, dengan membandingkan hasil statistik besaran klaim kasus DBD dan Apendiktomi Program KJS dan Program JPK Gakin. Penelitian menggunakan 928 sampel, terdiri dari 329 sampel Program JPK Gakin, dan sisanya sebanyak 599 sampel. Total kasus Apendiktomi sebanyak 454 sampel, terbagi menjadi sistem PPE sebanyak 201, dan sistem INA CBG's sebanyak 253 sampel. Sedangkan pada kasus Demam Berdarah Dengue sebanyak 474 sampel, yang terdiri dari 128 sampel menggunakan sistem PPE, dan sisanya sebanyak 346 sampel menggunakan sistem INA CBG's.
Penelitian dilakukan di UP Jamkesda dengan menggunakan data sekunder, berupa rekapan klaim Rawat Inap kasus DBD dan Apendiktomi yang diajukan oleh 4 (empat) Rumah Sakit Umum Daerah. Adapun nama - nama 4 (empat) RSUD tersebut yaitu RSUD Budhi Asih, RSUD Koja, RSUD Cengkareng, dan RSUD Tarakan.
Dari hasil analisa bivariat didapatkan terjadi penurunan rata - rata besaran klaim kasus Apendiktomi pada sistem INA CBG's, hasil uji T Independen menyatakan ada perbedaan signifikan rata - rata besaran klaim antara sistem PPE dan INA CBG's. Sedangkan pada kasus Demam Berdarah Dengue, dari hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,692, berarti pada alpha 5 % terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan antara sistem PPE dan INA CBG's. Berarti pada kasus DBD, sistem INA CBG's tidak lebih efektif dibandingkan dengan sistem PPE.

To prove the efficiency in health financing, then analyzed the relation of payment system, with the amount claims in patients of hospitalization of DHF case and Apendiktomi at four hospitals in Jakarta. This research is a study to compare the results of statistical evaluation of the amount claims of DHF case and Apendictomy between KJS Programme and JPK Gakin program. This study used 928 samples, which are 329 samples of JPK Gakin program, and leftover 599 samples. Total cases of Apendictomy are 454 samples, wich are 201 of PPE system, 253 samples of INA CBG's. Meanwhile, in cases of Dengue Haemorragic Fever are 474 samples, wich are 128 samples of PPE system, and 346 samples of the INA CBG's.
The study was conducted in UP Jamkesda used secondary data, such as recap of inpatient claims and Apendiktomi dengue cases filed by four Regional Public Hospital. The Regional General Hospitals are Budhi Asih Hospital, Koja Hospital, Cengkareng Hospital and Tarakan Hospital.
From the analysis results of bivariate statistical, founded the decline in average amount of claims in the Apendictomy case of the INA CBG's system, but the result of the Independent T test revealed, there are significant difference in the average amount of claims between the PPE system and the INA CBG's. Meanwhile in the case of DHF Fever based on the results of statistical test, pvalue = 0.692. It means that at 5% alpha there are no significant difference between the PPE system and the INA CBG's. Therefore, in the case of dengue High fever, the INA CBG's is not more effective than PPE system.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41490
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Rosyari Nur Afrianthie
"PT. Cibaliung Sumberdaya PT. CSD merupakan perusahaan tambang bawah tanah underground dalam bidang pertambangan emas. Salah satu hazard di tambang ini adalah heat stress tekanan panas yang bersumber dari alat-alat dan mesin yang digunakan, proses produksi, metabolik pekerja, dan lingkungan. Hasil penilaian Basic Thermal Risk Assessment yang dilakukan peneliti diperoleh bahwa nilai skor Basic Thermal Risk Assessment Heat Stress underground PT.CSD > 60 lebih dari 60 , dengan demikian underground PT. CSD berada dalam kategori dengan rekomendasi 'timbulnya penyakit akibat panas sangat mungkin dan tindakan harus diambil sesegera mungkin untuk menerapkan kontrol' AIOH, 2013 . Dilakukan kajian untuk menilai keberhasilan pengendalian Heat Stress dan menilai apakah pengendalian yang dilakukan telah sesuai dengan standar yang ada. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dimana pengumpulan data penelitian menggunakan pengumpulan data primer dan data sekunder. Penelitian ini menggambarkan Pengendalian Teknik Engineering Control yang dilakukan belum ideal, belum memadai, dan atau belum dapat menanggulangi Heat Stress. Dalam Pengendalian Administrasi Administratif Control , belum dilakukan aklimatisasi dan pelatihan. Perlu segera dilakukan perbaikan kondisi ventilasi tambang sebagai satu-satunya upaya Engineering Control dan kontrol utama pengendalian Heat Stress dan rekomendasi untuk dapat dibuat program khusus pengendalian Heat Stress.

PT. Cibaliung Sumberdaya PT CSD is an underground mining company in the field of gold mining. Heat stress is one of hazard that comes from the tools and machinery used, production process, worker 39 s metabolism, and the working environment. The result of Basic Thermal Risk Assessment found that underground PT. CSDs are in the category with recommendations on the incident of Heat Strain Heat Related Injury is very possible and action should be taken as soon as possible to implement the control, because the result Basic Thermal Risk Assessment score more than 60 point AIOH, 2013 . A review was conducted to assess the success of Heat Stress control and assess whether the controls were in accordance with existing standards. The research design used is qualitative descriptive with data collection using primary data and secondary data. This research describes the Engineering Control that is done not yet ideal, not yet adequate, and or not yet able to cope with Heat Stress. In Administrative Control, there has been no acclimatization and training. Needs to be done immediately improvement in mine ventilation conditions as an Engineering Control as the main control of Heat Stress and recommendation to create a special program for control Heat Stress."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48925
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catu Umirestu Nurdiani
"Pendahuluan: Data dari Occupational Safety and Health Association, (OSHA) menyatakan bahwa terjadi hampir sepuluh ribu kasus kecelakaan di laboratorium penelitian selama tahun 2005, melukai dua dari 100 ilmuwan. Rata-rata tingkat kejadian kecelakaan di laboratorium akademis sepuluh hingga lima puluh kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang terjadi di laboratorium industri. Beberapa penyebab kecelakaan di laboratorium dapat bersumber dari sikap dan tingkah laku para pekerja, keadaan yang tidak aman dan kurangnya pengawasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepatuhan dan faktor terkait penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di laboratorium pada mahasiswa Prodi Diploma Analis Kesehatan Universitas MH Thamrin
Metode: Studi penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Sampel sebanyak 328 mahasiswa Prodi Diploma Analis Kesehatan dengan variabel dependen adalah kepatuhan penggunaan APD dan variabel indepennya adalah faktor predisposisi (pengetahuan, sikap), faktor pemungkin (ketersediaan adanya APD, kenyamanan APD), faktor penguat (rekan mahasiswa, pengawasan, peraturan, sanksi). Analisis dilakukan dengan regresi logistik
Hasil: Responden yang patuh menggunakan APD sebanyak 227 (69,2%) dan yang tidak patuh menggunakan APD sebanyak 101 (30,8%). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor predisposisi: pengetahuan (OR=1,73), sikap (OR=1,15), faktor pemungkin: ketersediaan APD (OR=0,63), kenyamanan APD (OR=2,74), faktor penguat: rekan mahasiswa (OR=2,74), pengawasan (OR=1,17), peraturan (OR=0,25), sanksi (OR=0,82).
Kesimpulan dan saran: Variabel paling dominan yang berhubungan dengan kepatuhan penggunaan APD adalah pengetahuan dengan OR=1,73 yang artinya mahasiswa yang pengetahuan tentang APD nya tinggi berpeluang 1,73 kali lebih tinggi untuk patuh menggunakan APD dibandingkan mahasiswa yang pengetahuan tentang APD nya rendah. Untuk penelitian selanjutnya agar ditambahkan dengan teknik kualitatif.

Introduction: Data from the Occupational Safety and Health Association (OSHA) states that nearly ten thousand cases of accidents in research laboratories during 2005 injured two out of 100 scientists. The average incidence rate of accidents in academic laboratories is ten to fifty times higher than what happens in industrial laboratories. Some causes of accidents in the laboratory can be derived from attitudes and behavior of workers, unsafe conditions and lack of supervision. This study aims to determine compliance and factors related to the use of Personal Protective Equipment (PPE) in the laboratory for students of Health Analyst Diploma Study Program, University of MH Thamrin
Method: This research study is descriptive analytic with cross sectional design. A sample of 328 Health Analyst Diploma Study Program students with the dependent variable was compliance with PPE use and independent variables were predisposing factors (knowledge, attitude), enabling factors (availability of PPE, comfort PPE), reinforcement factors (student colleagues, supervision, regulation, sanctions) . Analysis was carried out by logistic regression
Results: Respondents who obeyed PPE were 227 (69.2%) and those who did not comply with PPE were 101 (30.8%). There was no significant relationship between predisposing factors: knowledge (OR = 1.73), attitudes (OR = 1.15), enabling factors: availability of PPE (OR = 0.63), comfort of PPE (OR = 2.74), reinforcement factors: student associates (OR = 2.74), supervision (OR = 1.17), regulations (OR = 0.25), sanctions (OR = 0.82).
Conclusions and suggestions: The most dominant variable related to compliance with the use of PPE was knowledge with OR = 1.73 which means that students with high APD knowledge had a 1.73 times higher chance of adhering to PPE compared to students whose knowledge of APD was low. For further research to be added with qualitative techniques."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52692
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mangara
"Latar Belakang: Penggunaan peralatan pelindung diri (PPE) dalam jangka panjang oleh tenaga kesehatan selama pandemi Covid-19 telah menimbulkan kekhawatiran tentang munculnya gejala stres panas. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara durasi penggunaan PPE dan munculnya gejala stres panas pada tenaga kesehatan di Indonesia.
Metode: Penelitian potong lintang ini menggunakan data sekunder yang dikumpulkan melalui studi potong lintang oleh Departemen Kesehatan Kerja Universitas Indonesia. Kuesioner disebarkan kepada tenaga kesehatan di berbagai fasilitas kesehatan di Indonesia untuk menentukan prevalensi gejala terkait panas dan menguji hubungannya dengan durasi penggunaan PPE. Dari tiga ratus lima puluh enam partisipan (n=356), tiga ratus sepuluh partisipan memenuhi kriteria untuk analisis lebih lanjut (n=310).
Hasil: Sebagian besar responden mengalami gejala stres panas sedang hingga berat, dengan haus (n= 61,0%) dan kelelahan (n=44,5%) menjadi yang paling umum. Nilai p kurang dari 0,05 menunjukkan signifikansi statistik. analisis multivariat menunjukkan bahwa hanya usia (p=<0,001) dan level PPE 2 (p=<0,010) yang memiliki pengaruh signifikan terhadap gejala-gejala ini. Faktor-faktor lain, seperti durasi penggunaan PPE (p=0,548), jenis kelamin (p=0,397), pekerjaan (p=0,521), bahan jubah (p=0,742), bekerja di ruangan ber-AC (p=0,383), melepaskan PPE selama istirahat (p=1,000), dan memiliki area istirahat khusus (p=0,112), tidak menunjukkan hubungan yang signifikan.
Kesimpulan: Penting bagi institusi layanan kesehatan untuk menerapkan tindakan pencegahan, menyediakan APD yang sesuai, memastikan akses ke tempat istirahat yang ditunjuk, dan mempertimbangkan usia,penyakit penyerta, dan kebutuhan individu petugas layanan kesehatan untuk meminimalkan risiko tekanan panas. Pemantauan dan penilaian paparan panas secara berkala dengan Menentukan ISBB dengan Menambahkan Faktor Penyesuaian Pakaian untuk Menentukan Tingkat Kerja Metabolik Efektif dengan mempertimbangkan Nilai Ambang Batas atau Batas Tindakan untuk Paparan Stres Panas untuk mencegah gejala stres panas di antara petugas kesehatan juga disarankan untuk memastikan kesehatan dan kesejahteraan mereka selama kondisi kerja yang panas. Penelitian lebih lanjut direkomendasikan untuk membahas pengukuran objektif, desain longitudinal, dan studi intervensi untuk lebih memahami dan mengurangi tekanan panas dalam pengaturan perawatan kesehatan.

Introduction: The prolonged use of personal protective equipment (PPE) among healthcare workers during the Covid-19 pandemic has raised concerns about the occurrence of heat stress symptoms. This study aims to investigate the relationship between the duration of PPE usage and the occurrence of heat stress symptoms among healthcare workers in Indonesia.
Methods: This cross-sectional study used secondary data collected through a cross-sectional study by the Department of Occupational Health, University of Indonesia. Questionnaires were distributed to health workers in various health facilities in Indonesia to determine the prevalence of heat-related symptoms and examine the relationship with the duration of PPE use. Out of three hundred and fifty-six participants (n=356), three hundred and ten participants met the criteria for further analysis (n=310).
Results: Most of the respondents experienced moderate to severe symptoms of heat stress, with thirst (n= 61.0%) and fatigue (n=44.5%) being the most common. A p value of less than 0.05 indicates statistical significance. multivariate analysis showed that only age (p=<0.001) and PPE level 2 (p=<0.010) had a significant effect on these symptoms. Other factors, such as duration of use of PPE (p=0.548), gender (p=0.397), occupation (p=0.521), robe material (p=0.742), working in an air-conditioned room (p=0.383), releasing PPE during rest (p=1.000), and having a specific resting area (p=0.112), did not show a significant relationship.
Conclusion: It is crucial for healthcare institutions to implement preventive measures, provide suitable PPE, ensure access to designated rest areas, and consider the age, underlying disease and individual needs of healthcare workers to minimize the risk of heat stress. Regular monitoring and assessment of heat exposure by Determine WBGT Add with Clothing Adjustment Factor (CAF) to Determine WBGT Effective Metabolic Work Rates and consider the Threshold Limit Value or Action Limit for Heat Stress Exposure in order to prevent heat stress symptoms among healthcare workers are also recommended to ensure their health and well-being during hot working conditions. Further research is recommended to address objective measurements, longitudinal designs, and intervention studies to better understand and mitigate heat stress in healthcare settings.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Qonita Putri
"Peningkatan penggunaan alat pelindung diri (APD) oleh tenaga kesehatan selama pandemi COVID-19 berkontribusi terhadap peningkatan timbulan limbah medis rumah sakit. RSUD Doris Sylvanus merupakan RS Rujukan COVID-19 Provinsi Kalimantan Tengah yang menangani baik pasien COVID-19 dan non COVID-19. Dalam rangka memenuhi standar kesehatan lingkungan rumah sakit yang tertuang pada Peraturan Menteri Kesehatan No.7 tahun 2019, rumah sakit perlu mengupayakan pengelolaan limbah medis rumah sakit yang benar karena rumah sakit memiliki dampak terhadap lingkungan sekitar yang cukup besar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis ketaatan RSUD Doris Sylvanus dalam melakukan pengelolaan limbah medis APD selama pandemi COVID-19 tahun 2021 sesuai peraturan perundangundangan.Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan pendekatan studi kasus melalui telaah dokumen, observasi langsung, dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa timbulan limbah medis meningkat sesuai dengan tren kasus COVID-19 dan sejalan dengan BOR rumah sakit. Estimasi proporsi limbah APD mencapai 22% di area COVID-19 dan 23% di area non COVID-19. Pengelolaan limbah medis APD mengikuti alur limbah medis secara umum karena pada akhirnya limbah APD akan dikelola layaknya limbah medis. Secara keseluruhan, pengelolaan limbah medis yang dilakukan RSDS telah taat terhadap Peraturan Menteri Kesehatan No.7 tahun 2019. Komponen yang masih tidak taat meliputi faktor SDM, kebijakan tertulis pimpinan rumah sakit, pelaporan berita acara penyerahan, jalur pengangkutan belum menggunakan jalur khusus dan warna kemasan. Hasil penelitian merekomendasikan pembuatan program seperti penimbangan limbah medis dan APD di ruangan, pelatihan SDM yang berkelanjutan, pembuatan kebijakan dan SPO, program evaluasi dan penelitian lanjutan terkait laju timbulan limbah medis, efisiensi penggunaan APD, dan faktor-faktor yang mempengaruhi ketaatan pengelolaan limbah medis di rumah sakit

The increased use of personal protective equipment (PPE) by health care workers during the COVID-19 pandemic has contributed to an increase in the medical waste generation. Doris Sylvanus General Hospital is a COVID-19 Referral Hospital in Central Kalimantan that provides care for both COVID-19 and non-COVID-19 patients. RSUD Doris Sylvanus is a COVID-19 Referral Hospital in Central Kalimantan Province that treats both COVID-19 and non-COVID-19 patients. In order to meet the environmental health standards in health care facilities as stipulated in the Minister of Health Regulation No. 7 of 2019, hospitals need to put attention on hospital medical waste management because of its huge impact on the surrounding environment. This study aimed to analyze the compliance of Doris Sylvanus General Hospital in managing PPE medical waste during COVID-19 pandemic in accordance with statutory regulations. This research was conducted qualitatively with a case study approach through document review, direct observation, and in-depth interviews. The results showed that medical waste generation increased in accordance with the trend of COVID-19 cases and in line with hospital Bed Occupancy Rate. The proportion of PPE waste showed 22% in the COVID-19 area and 23% in the non-COVID-19 area. The management of PPE medical waste follows the flow of medical waste because PPE waste will be handled like medical waste in the end. Overall, the medical waste management carried out by the RSDS has complied with the Minister of Health Regulation No. 7 of 2019. The components that are still disobedient include human resources factors, hospital policies, report of medical and PPE waste generation, transportation routes and waste bags colour. The results of the study recommend the creation of programs such as weighing medical waste and PPE in the room, continuous HR training, internal policy making and SOPs, evaluation programs and further research related to the rate of medical waste generation, the efficiency of the use of PPE, and factors that affect compliance with medical waste management in hospitals."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>