Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ulin Amrizal
"Permasalahan sampah yang dialami oleh Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Bantargebang yang dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta adalah semakin meningkatnya timbunan volume Sampah Kota (Municipal Solid Waste/MSW) ) yang dilaporkan pada tahun 2021 sebesar 5.733 ton/hari. Salah satu teknologi pengolahan sampah yang efektif untuk mengurangi volume sampah tersebut adalah Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) dengan proses termal (insinerator). Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan rancangan PLTSa Insinerator yang optimal secara teknologi dan finansial di Jakarta. Dalam penelitian ini, PLTSa Insinerator berkapasitas 120 MW mampu membakar sampah sebanyak 5.733 ton/hari yang memiliki nilai kalor 7,76 MJ/kg. Kelayakan finansial dilakukan melalui tinjauan Net Present Value (NPV) dan Break Even Point (BEP). Dari hasil yang diperoleh, varian kapasitas 9 x 15 MW PLTSa Insinerator menjadi yang paling menguntungkan dengan nilai NPV Rp 13,72 triliun dan BEP 7 tahun. Tingkat NPV dan BEP ini sangat menarik karena harga jual listrik yang tinggi yaitu 14,5 USD/kWh (Rp 2.181/kWh), karena listrik yang dihasilkan tergolong energi yang berasal dari pembangkit listrik energi baru dan terbarukan.

The waste problem experienced by the Bantargebang Integrated Waste Disposal Center managed by the Environmental Agency of Jakarta is the disposal of Municipal Solid Waste (MSW) volume that was reported in 2021 of 5,733 tons/day. One of the effective MSW processing technologies that can reduce its volume is the Waste to Energy (WTE) with a thermal process (incinerator). Therefore, this study’s aim is to determine the technologically and financially optimal design of a WTE Incinerator in Jakarta. In this study, a WTE Incinerator with a capacity of 120 MW can burn 5,733 tons/day of waste, which has a heating value of 7.76 MJ/kg. The financial feasibility was conducted through Net Present Value (NPV) and Break-Even Point (BEP) review. From the results obtained that the 9 x 15 MW capacity variant of WTE Incinerator is the most profitable with an NPV value of 13.72 trillion IDR and a BEP of 7 years. This level of NPV and BEP is very attractive due to the high electricity selling price of 14.5 USD/kWh (2,181 IDR/kWh), because the generated electricity is classified as energy from a new and renewable energy plants"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Lintang Amurwaizzani
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai tiga pokok permasalahan yaitu prosedural pengelolaan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) sejauh yang telah ada di Indonesia, dampak yang ditimbulkan bagi lingkungan dan manusia dan urgensi akan regulasi tentang Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) dilihat dari kasus pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Sumurbatu, Bantar Gebang. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini bersifat yuridis normatif.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa belum ada prosedural yang maksimal dalam pengoperasian PLTSa di Indonesia dan apabila tidak dioperasikan dengan maksimal, PLTSa memiliki risiko pencemaran udara yang akan bedampak besar bagi lingkungan dan manusia. Kasus pembangunan PLTSa Sumurbatu dapat dijadikan salah satu alasan kuat timbulnya urgensi pembuatan regulasi khusus tentang PLTSa. Karena itu terdapat urgensi pembentukan regulasi khusus tentang PLTSa dan beberapa alternatif yang harus dilakukan untuk memastikan perlindungan lingkungan dari risiko pencemaran lingkungan oleh pengoperasian PLTSa.

ABSTRACT
This thesis discusses three main issues, namely the procedural management of Waste-to-Energy Plant as far as it has been in Indonesia, the impact on the environment and humans and the urgency of regulation concerning Waste-to- Energy Plant seen from the case of the construction of Sumurbatu Waste-to-Energy Plant, Bantar Gebang. The research method used in writing this thesis is normative juridical.
The results of this study indicate that there is no maximum procedure in Waste-to-Energy Plant operation in Indonesia and if Waste-to-Energy Plant is not operated optimally, Waste-to-Energy Plant has great risk of air pollution which will have a large impact on the environment and humans. The case of Sumurbatu Waste- to-Energy Plant can be used as one of the strong reasons for the emergence of the urgency of making special regulations concerning Waste-to-Energy Plant. Therefore, there is an urgency to establish a special regulation on Waste-to-Energy Plant and several alternatives that must be done to ensure environmental protection from the risk of environmental pollution by the operation of Waste-to-Energy Plant."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library