Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yaris Riyaldi
"Periode tahun 1950an sektor ekonomi Indonesia masih di dominasi perusahaan- perusahaan milik Belanda. Perkembangan hubungan diplomasi Indonesia Belanda yang memburuk di akhir tahun 1950-an menyebabkan nasionalisasi terjadi secara massif di seluruh wilayah Indonesia. PLTA Ubrug yang terletak di Sukabumi telah dibangun sejak tahun 1918 dan di nasionalisasi setelah dikeluarkannya Undang- Undang Nomor 86 Tahun 1958 dan Peraturan Pemerintah no 18 tahun 1958. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan apa yang menjadi latarbelakang nasionalisasi PLTA, bagaimana proses nasionalisasi yang dilakukan, dan pengaruh apa yang terjadi setelah proses nasionalisasi PLTA Ubrug selesai. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode historis dengan mencari dan mengumpulkan sumber-sumber baik itu primer atau sekunder yang berhubungan dengan topik penelitian. Sumber-sumber yang digunakan adalah surat-surat dan keputusan Pemerintah mengenai nasionalisasi, wawancara dengan pemimpin PLTA Ubrug dimasa kini, dan berbagai sumber sekunder lainnya yang berasal dari kepustakaan. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa semasa awal pembangunan PLTA Ubrug pemanfaatannya banyak disalurkan ke berbagai sektor, kemudian dimasa pendudukan Jepang keberadaan PLTA Ubrug tidak terlalu tereksploitasi dan baru kembali tersentuh setelah orang-orang Belanda kembali, karena adanya desakan dari SBLGI dan suatu perwujudan dari kedaulatan politik, maka PLTA Ubrug Sukabumi di nasionalisasi pada tahun 1958 yang kemudian memberikan pengaruh terhadap keberlangsungan daerah Sukabumi.

During the 1950s, the Indonesian economic sector was still dominated by Dutch- owned companies. The development of diplomatic relations between Indonesia and the Netherlands which deteriorated in the late 1950s led to massive nationalization throughout Indonesia. The Ubrug hydropower plant located in Sukabumi has been built since 1918 and was nationalized after the issuance of Law Number 86 of 1958 and Government Regulation No. 18 of 1958. This research was conducted to answer questions about what was the background of the nationalization of PLTA, how was the nationalization process carried out, and what effect will happen after the Ubrug hydropower nationalization process is complete. The method used in this study uses historical methods by finding and collecting sources, either primary or secondary, related to the research topic. The sources used are letters and Government decrees regarding nationalization, interviews with current Ubrug hydropower leaders, and various other secondary sources from the literature. From the research results, it can be seen that during the early development of the Ubrug hydropower plant, its use was distributed to various sectors, then during the Japanese occupation, the Ubrug hydropower plant was not too exploited and only came back after the Dutch returned, due to pressure from SBLGI and a manifestation of political sovereignty. , then PLTA Ubrug Sukabumi was nationalized in 1958 which then had an influence on the sustainability of the Sukabumi area."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Langlang Gumilar
"Dalam rangka meningkatkan pasokan tenaga listrik di Pulau Jawa. Pemerintah dalam hal ini PT PLN, membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Pompa Cisokan Hulu yang terletak di Kabupaten Bandung Barat yang akan terhubung dengan saluran transmisi 500 kV Cibonong-Saguling. PLTA Pompa Cisokan ini memilki kapasitas terpasang 1040 MW ketika menjadi generator dan 1100 MW ketika menjadi pompa. PLTA pompa Cisokan diharapkan dapat menambah pasokan energi listrik pada saat beban puncak. Salah satu cara untuk mengurangi biaya pembangkitan ketika beban puncak adalah dengan menggantikan pengoperasian PLTG dan PLTGU dengan PLTA Pompa yang mempunyai biaya produksi lebih murah. Pada pengoperasian PLTA Pompa Cisokan perlu diperhatikan jadwal pemompaan dan jadwal ketika menjadi generator.
Pemompaan dilakukan pada waktu beban dasar, selanjutnya ketika beban puncak PLTA Pompa Cisokan berperan sebagai generator, sehingga PLTG dan PLTGU beroperasi pada batas aman minimum. Untuk pemompaan, energi listriknya diambil dari sistem dan biaya pemompaanya menggunakan biaya produksi sistem beban. Pada setiap skenario akan meminimalkan setiap PLTG dan PLTGU secara berurutan, dan selanjutnya dilakukan analisis perubahan biaya produksi sistem dan pengurangan biaya pembangkitan selama 24 jam. Ketika pengoperasian PLTA Pompa Cisokan dengan meminimalkan PLTG Muara Tawar, PLTG Grati, PLTG Gresik, dan PLTGU Muara Tawar didapat biaya produksi Cisokan sebesar 1.119,83 Rp/kWh, serta penghematan biaya pembangkitan selama 24 jam sebesar Rp 1.098.334.457,11.

In order to improve power supplies in Java. The government in this case PT PLN, build a Pump Storage Cisokan Hulu is located in West Bandung Regency that will be connected to the 500 kV transmission line Cibonong-Saguling. Cisokan Pump Storage has an installed capacity of 1040 MW when it becomes a generator and 1100 MW when it becomes the pump. Cisokan Pump Storage is expected to increase the supply of electricity during peak loads. One way to reduce the cost of generating when the peak load is to replace the operation of the gas power plant and steam gas power plant with pump storage that have cheaper cost of electricity. In the operation of Pump Storage Cisokan noteworthy pumping and generator schedule.
Pumping is done on the basis of load time, then when the peak load Pump Storage Cisokan acts as a generator, so that the gas power plant and steam gas power plant operates at minimum limits power. For pumping, electrical energy is taken from the system and the pumping cost using the system cost of electricity. In each scenario will minimize gas and steam gas power plant in sequence, and then performed the analysis of changes in the cost of electricity and cost reduction generation system for 24 hours. When operation Cisokan Pump Storage and than minimize Muara Tawar, Grati, and Gresik gas power plant and Muara Tawar steam gas power plant given Cisokan cost of electricity of 1.119,83 Rp / kWh, as well as generating cost savings of over 24 hours of Rp 1.098.334.457,11.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45668
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fachrizaldi Kevinko Syahidan
"Sistem tenaga listrik adalah jaringan interkoneksi yang berfungsi untuk mendistribusikan listrik dari pembangkit ke pengguna. Frekuensi sistem menjadi sebuah standar yang perlu diperhatikan dalam penentuan kualitas listrik yang baik dalam batas toleransi kurang lebih 47 hz hingga 52 Hz. Dengan nilai frekuensi yang berada dalam batas toleransi tersebut, maka kualitas daya yang disuplai dalam sistem tenaga listrik akan lebih optimal. Pengendalian PLTA Poso pada sistem tenaga listrik Area Poso merupakan salah satu cara mencapai stabilitas frekuensi. Pada tulisan skripsi ini, PLTA Poso dipilih sebagai pembangkit yang dikendalikan output daya menggunakan governor yang mengatur cadangan air pada bendungan nya dengan rincian kapasitas Poso (3x65 MW). Pembangkit yang dipilih bekerja dengan mengendalikan output daya sesuai dengan fluktuasi pada permintaan energi listrik sepanjang hari baik gangguan pada intermittensi PLTB Sidrap dan PLTB Tolo ataupun gangguan kabel distribusi ke beban. Sebagai pembangkit yang dapat mengendalikan frekuensi sistem, akan dilakukan pengujian pada aplikasi Digsilent untuk melihat pengaruh pengendalian PLTA Poso menggunakan governor hydro terhadap perubahan frekuensi yang terjadi pada sistem tenaga listrik apabila terjadi berbagai macam gangguan. Beberapa skenario gangguan yang disiapkan untuk menguji penggunaan PLTA adalah dengan adanya intermittensi pembangkit renewable energy dan gangguan kabel distribusi yang menyebabkan lepasnya beban pada sistem. Pada simulasi gangguan kabel distribusi pada Bus Pamona menyebabkan hilangnya beban sebesar 83,4 MW pada area Poso menyebabkan kenaikan frekuensi hingga mencapai 54,9 Hz akibat kelebihan suplai daya. Pengembalian frekuensi ke aturan grid 50 Hz menggunakan governor hydro pada PLTA Poso mengembalikan frekuensi sistem ke 50,09 Hz. Pada simulasi gangguan intermittensi PLTB Sidrap dan PLTB Tolo menyebabkan hilangnya suplai daya sebesar 135 MW pada area Poso menyebabkan penurunan frekuensi secara drastis hingga mencapai 27 Hz akibat beban berlebih. Pengembalian frekuensi ke aturan grid 50 Hz menggunakan governor hydro pada PLTA Poso mengembalikan frekuensi sistem ke 49,23 Hz. Hasil dari skenario menyatakan bahwa pengendalian PLTA Poso dengan menggunakan governor hydro dapat membantu mengatasi gangguan jenis intermittensi dan gangguan jenis lepas jalur distribusi.

The electric power system is an interconnected network that functions to distribute electricity from generators to users. The system frequency becomes a standard that needs to be considered in determining good electrical quality within a tolerance limit of approximately 47 Hz to 52 Hz. With the frequency value that is within the tolerance limit, the quality of the power supplied in the electric power system will be more optimal. Poso hydropower control in the Poso Area electric power system is one way to achieve frequency stability. In this thesis, the Poso hydropower plant was chosen as a power output controlled generator using a governor that regulates the water reserves in the dam with details of Poso's capacity (3x65 MW). The selected generator works by controlling power output in accordance with fluctuations in electrical energy demand throughout the day, both interference with the Sidrap Wind Farm and Tolo Wind Farm interruptions or distribution cable disturbances to the load. As a generator that can control the frequency of the system, a test will be carried out on the Digsilent application to see the effect of controlling the Poso hydropower plant using a hydro governor on frequency changes that occur in the electric power system in the event of various kinds of disturbances. Several fault scenarios are prepared to test the use of hydropower, namely the intermittent renewable energy generation and distribution cable disturbances that cause the load to be released on the system. In the simulation of distribution cable interference on the Pamona Bus, it causes a loss of 83.4 MW in the Poso area causing an increase in frequency to reach 54.9 Hz due to excess power supply. The frequency return to the 50 Hz grid rule using the hydro governor at the Poso hydropower plant returns the system frequency to 50.09 Hz. In the simulation of intermittent disturbance of the Sidrap Wind Farm and Tolo Wind Farm, the power supply loss of 135 MW in the Poso area causes a drastic decrease in frequency to 27 Hz due to overload. The frequency return to the 50 Hz grid rule using the hydro governor at the Poso hydropower plant returns the system frequency to 49.23 Hz. The results of the scenario state that the control of the Poso hydropower plant by using a hydro governor can help overcome the intermittent type disturbance and the off distribution line type disturbance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizal Pahlefi
"Harus kita akui bahwa paradigma pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan melalui peningkatan ekonomi telah memberikan berbagai kemajuan, namun dibalik keberhasilan itu pembangunan tersebut telah membawa berbagai dampak yang negatif. Momentum pembangunan dicapai dengan pengorbanan (at the expense of) deteriosasi ekologis, penyusutan sumber daya alam, timbulnya kesenjangan sosial dan dependensi.
Nampak dengan jelas bahwa pembangunan yang hanya berorientasi pada upaya mengejar pertumbuhan yang sering disebut dengan pembangunan konvensional dilakukan semata-mata untuk kepentingan manusia, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia tanpa memperhatikan masalah lingkungan. Dengan demikian pembangunan yang berwawasan lingkungan atau pembangunan berkelanjutan yang didalamnya memuat keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan faktor penting dalam menunjang lajunya pembangunan, diarahkan untuk mengatasi dampak negatif dari pola pembangunan dengan pendekatan pertumbuhan (pola konvensional).
Demikian halnya dengan pembangunan waduk PLTA Koto Panjang di Kabupaten Lima Puluh Kota, Propinsi Sumatera Barat yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemenuhan sumber energi listrik, tanpa disadari telah menimbulkan dampak terhadap kehidupan masyarakat yang berada di sekitar waduk. Oleh karena itu masalah yang diteliti dalarn penulisan tesis ini adalah apa dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan waduk PLTA Koto Panjang terhadap kehidupan masyarakat di sekitar waduk khususnya dilihat dari perubahan mata pencaharian.
Penelitian ini didasarkan pada beberapa kasus yang terjadi di beberapa daerah, seperti di Kedung Ombo. Dimana di daerah tersebut telah dibangun waduk/bendungan yang akhirnya telah menimbulkan dampak terhadap masyarakat yang berada di sekitar waduk. Dampak yang ditimbulkan antara lain hilangnya mata pencaharian, hilangnya tempat tinggal, hilangnya fasilitas kesehatan dan pendidikan, terganggunya pola kekerabatan, perubahan sistem nilai dan perubahan budaya. Pembangunan waduk PLTA Koto Panjang diyakini juga telah menimbulkan dampak terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di sekitar waduk khususnya dilihat dari perubahan mata pencaharian.
Oleh karena itu penelitian ini ditujukan untuk mengetahui dampak pembangunan waduk PLTA Kota Panjang terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat khususnya dilihat dari perubahan mata pencaharian masyarakat di sekitar waduk dan juga mengkaji jenis-jenis mata pencaharian yang muncul setelah pembangunan waduk PLTA Koto Panjang serta mendeskripsikan/menggambarkan perubahan-perubahan yang terjadi akibat perubahan mata pencaharian sebagai dampak dari pembangunan waduk PLTA Kota Panjang.
Hasil penelitian menunjukkan pertama, telah terjadi perubahan jenis-jenis mata pencaharian masyarakat setelah pembangunan waduk PLTA Kota Panjang. Yang dulunya sebelum pembangunan waduk mata pencaharian masyarakat sebagian besar adalah petani karet, setelah pembangunan waduk mata pencaharian mereka terjadi perubahan, diantaranya adalah peternak ikan, tukang ojek, pedagang, tukang bangunan dan penjahit pakaian. Kedua, telah terjadi beberapa perubahan akibat perubahan mata pencaharian masyarakat, diantaranya adalah perubahan keterampilan, perubahan wawasan bisnis dan keterlibatan wanita, perubahan penghasilan dan pola konsumsi serta perubahan kebiasaan hidup.
Dengan demikian pembangunan waduk PLTA Koto Panjang telah menimbulkan dampak terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat, hal ini ditunjukkan dari perubahan jenis-jenis mata pencaharian dan perubahan-perubahan akibat perubahan mata pencaharian, diantaranya perubahan keterampilan, perubahan wawasan bisnis dan keterlibatan wanita, perubahan penghasilan dan pola konsumsi serta perubahan kebiasaan hidup.
Oleh karena itu diperlukan program dari pemerintah daerah untuk membantu masyarakat yang terkena dampak pembangunan waduk PLTA Koto Panjang. Program-program tersebut dapat berupa pemberian penyuluhan di bidang perikanan untuk menambah pengetahuan dan keterampilan masyarakat, pemberian bantuan modal bagi pedagang yang kekurangan modal usaha, pemberian sembako bagi yang berpenghasilan rendah."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T5546
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arbi Nugroho
"ABSTRAK
Semakin bertambahnya jumlah manusia di dunia semakin meningkatnya juga kebutuhan energi, terbatasnya kebutuhan kesediaan sumber daya energi konvensional membuat berkembangnya penelitian tentang energi terbarukan. Salah satu energi terbarukan yang sedang berkembang ialah mengenai air. Di Indonesia, terdapat banyak sungai dan memiliki iklim hujan yang lumayan bagus untuk mengembangkan energi terbarukan ini. Untuk menciptakan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA Mikro yang dapat beroperasi pada berbagai kecepatan alir air maka dirancang sistem Otonomus PLTA Mikro.Untuk merancang sistem otonomus tersebut maka digunakan generator induksi catu ganda DFIG dan generator sinkron magnet permanen PMSG . Turbin menggerakkan DFIG dan PMSG yang terpasang dengan perantara rantai dan sproke gear, PMSG akan memberikan tegangan keluarannya sebagai masukan rotor untuk DFIG sehingga sistem generator menjadi sistem otonomus dikarenakan tidak memerlukan sumber daya eksternal. Tegangan listrik yang dihasilkan dari generator dihubungkan dengan Boost Converter dengan tujuan agar sistem memiliki level tegangan keluaran yang stabil dan sesuai dengan tegangan referensi yang diberikan.

ABSTRAK
The increasing number of people in the world is also increasing the need for energy, limited availability of conventional energy resources makes the development of research on renewable energy. One of the developing renewable energy is water. In Indonesia, there are many rivers and have a pretty good rainy climate to develop this renewable energy. To create a Micro Hydro Power Plant PLTA System that can operate at various water flow speeds, the Micro Hydro Power Plant System is designed.To design the autonomous system, a dual supply induction generator DFIG and permanent magnet synchronous generator PMSG are used. Turbine drives DFIG and PMSG installed with intermediate chain and sprock gear, PMSG will give its output voltage as rotor input for DFIG so that the generator system becomes autonomous system because it does not require external power source. The voltage generated from the generator is connected to the Boost Converter in order for the system to have a stable output voltage level and in accordance with the reference voltage provided. "
2017
S69139
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anatasya Shalsabilla
"Produksi amonia hijau dengan green hydrogen—elektrolisis air—dapat mempercepat penurunan emisi karbon sampai dengan 41% dari total produksi amonia global pada 2050. Namun, perbedaan penurunan nilai emisi berbagai skema sistem produksi dan rendahnya biaya produksi amonia hijau terhadap fossil-based ammonia mendorong penelitian aspek teknis sistem produksi amonia hijau dilakukan sebagai dasar analisis aspek lingkungan dan ekonomi dari variasi penggunaan sumber energi sistem produksi amonia hijau. Variasi sistem ditinjau dari tiga jenis sumber energi terbarukan, yaitu photovoltaic (PV)-baterai, pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP), dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA), sedangkan sistem secara keseluruhan terdiri atas unit elektrolisis air dengan teknologi alkaline electrolyser (AEL), unit separasi udara dengan metode distilasi kriogenik, dan unit sintesis amonia hijau dengan metode Haber-Bosch. Analisis aspek teknis dilakukan dengan simulasi proses ASPEN Plus, aspek lingkungan dengan metode life cycle assessment (LCA) serta ruang lingkup cradle-to-gate, dan aspek ekonomi dengan metode levelized cost untuk mendapatkan efisiensi energi sistem, nilai emisi CO2eq, dan levelized cost of ammonia (LCOA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi energi sistem pada konfigurasi sistem PLTA-AEL sebesar 39,16%, lebih tinggi secara signifikan dibandingkan PLTP-AEL (8,45%) dan PV-AEL (6,71%). Tinjauan aspek lingkungan menunjukkan bahwa PLTA-AEL dinilai paling menguntungkan dengan nilai emisi 0,84 kg CO2eq/kg NH3, diikuti oleh PLTP-AEL dan PV-AEL sebesar 0,87 kg CO2eq/kg NH3 dan 1,14 kg CO2eq/kg NH3 secara berurutan. Di sisi lain, PLTP-AEL menempati posisi teratas dari tinjauan aspek ekonomi dengan nilai LCOA 1.130 USD/ton NH3, diikuti oleh PLTP-AEL sebesar 1.179 USD/ton NH3 dan PV-AEL sebesar 1.356 USD/ton NH3. Aspek ekonomi pada ketiga konfigurasi sistem tersebut, yang belum mampu bersaing dengan grey ammonia, menjadi trade off atas keunggulan aspek lingkungan yang ditawarkan.

The production of green ammonia with green hydrogen—from water electrolysis— has the potential to accelerate the reduction of carbon emissions by up to 41% of the total global ammonia production by 2050. However, the differences in emission reduction values from various production system schemes and lower green ammonia production cost compared to fossil-based ammonia drive the research of technical aspects of green ammonia production systems. This serves as the basis for analyzing the environmental and economic aspects of the variations in energy sources used in green ammonia production systems. The variations in the system involve three types of renewable energy sources, namely photovoltaic (PV)-battery, geothermal power plant, and hydropower plant, while the overall system consists of an electrolysis unit using alkaline electrolyser technology (AEL), an air separation unit using cryogenic distillation methods, and a green ammonia synthesis unit using the Haber-Bosch method. Technical aspects are analyzed through process simulations using ASPEN Plus, environmental aspects through life cycle assessment (LCA) method with a cradle to gate scope, and economic aspects through the levelized cost method so the system energy efficiency, CO2eq emission values, and the levelized cost of ammonia (LCOA) can be obtained. The research results indicate that the overall system energy efficiency of the PLTA-AEL system configuration is 39.16%, significantly higher compared to PLTP-AEL (8.45%) and PV-AEL (6.71%). From an environmental point of view, PLTA-AEL is considered the most advantageous with an emission value of 0.84 kg CO2eq/kg NH3, followed by PLTP-AEL and PV-AEL with 0.87 kg CO2eq/kg NH3 and 1.14 kg CO2eq/kg NH3, respectively. On the other hand, PLTPAEL ranks highest from an economic point of view with an LCOA value of 1,130 USD/ton NH3, followed by PLTP-AEL at 1,179 USD/ton NH3 and PV-AEL at 1,356 USD/ton NH3. The economic aspects of the three system configurations, which are not yet able to compete with grey ammonia, become a trade-off against the environmental advantages they offer."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Muaz Afra Yunardi
"Kebutuhan listrik saat ini berkembang pesat. Sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan sumber energi terbarukan, termasuk air dengan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air. Studi potensi pemanfaatan aliran sungai Batang ini bertujuan seberapa besar potensi daya listrik optimum pada pemanfaatan aliran sungai Batang Merangin sebagai PLTA. Hasil dari perhitungan potensi daya listrik pada PLTA Kerinci menunjukkan bahwa daya listrik optimum yang dapat dihasilkan sebesar 366,27 MW dan energi yang dihasilkan setiap tahunnya sebesar 1.443,86 GWh. Arus kas proyek PLTA Kerinci terdiri dari estimasi teknik, pendapatan, biaya operasional dan pemeliharaan, inflasi, pajak, dan depresiasi. Analisis rasio manfaat-biaya dihitung sesuai dengan kemungkinan kondisi ekonomi selama masa konstruksi dan seumur hidup. Biaya investasi awal PLTA Kerinci adalah sekitar Rp 12.922.000.000.000. Nilai sekarang bersih yang diperoleh adalah Rp 423.372.934.373, tingkat pengembalian internal sebesar 10,7 %, pengembalian ekuitas selama 16,2 tahun dan rasio manfaat-biaya adalah sebesar 1,2. Hasil menunjukkan bahwa PLTA Kerinci secara teknikal dan finansial layak untuk dibangun.

The demand for electricity is currently growing rapidly. In accordance with the government's policy to optimize the use of renewable energy sources, including water, by constructing a hydroelectric power plant. The study of the potential utilization of the Batang river flow is aimed at how much of the optimum electric power potential in the utilization of the Batang Merangin river flow as a hydropower plant. The results of the calculation of the potential for electric power at the Kerinci PLTA show that the optimum electrical power that can be generated is 366.27 MW and the energy produced annually is 1,443.86 GWh. The cash flow of the Kerinci hydropower project consists of technical estimates, revenues, operating and maintenance costs, inflation, taxes, and depreciation. Benefit-cost ratio analysis is calculated according to probable economic conditions during construction and lifetime. The initial investment cost for the Kerinci hydropower plant is around Rp. 12,922,000,000,000. The net present value obtained is IDR 423,372,934,373, the internal rate of return is 10.7%, the return on equity is 16.2 years and the benefit-cost ratio is 1.2. The results show that the Kerinci hydropower plant is technically and financially feasible to build."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widodo Pudji Muljanto
"Pintu air merupakan salah satu bagian paling vital pada instalasi bendungan. Keandalan operasi dari pintu air merupakan syarat mutlak bagi keamanan pengoperasian suatu bendungan. Untuk itu dibutuhkan suatu langkah perawatan yang baik pada pintu air tersebut.
Pada proses perawatan/perbaikan pintu air perlu dipasang stop log pada sisi hulu bendungan untuk menahan air agar tidak mengganggu proses perbaikan. Pemasangan stop log hanya dapat dilakukan dengan bantuan over head crane yang dirancang khusus untuk ini. Dengan pertimbangan segi keamanan dan kemudahan pengoperasian dibuat suatu rancangan sistem pengendali over head crane stop log. Agar sistem dapat dioperasikan secara remote tanpa harus naik keatas menara pintu air bendungan, digunakan sistem interkoneksi antara PLC dengan PC kendali yang ditempatkan didalam suatu ruang kendali. Semua logika dan sekuensial operasi dari over head crane diprogramkan di dalam PLC, sedangkan proses komunikasi antara panel operator dengan panel pengendali PLC dilakukan dengan menggunakan media transmisi radio yang di modulasi dengan sinyal nada-nada DTMF.

Continuity and reliability operation of the spill-way gates on big water dam is very important consideration to be provided by the local operation company. Reliability and continuity of the said equipment will be keep in good condition if the said company making a good maintenance program for this gate. Before making maintenance activity to the spillway gates, one job to be done is to keep up-stream side of the gates free from water pressure. To do this, we have to use special unit equipment named stop-log gates unit equipped with special cranes. The purpose of these cranes is to arrange stacking of steel-logs at the gate-slot behind spillway gates.
In accordance to the safety and simplify operation of stop log crane point of view, we make design of the automation control for the said crane using Programmable Logic Controller with operated remotely from operator panel. Communication between operator panels to PLC I/O will using Radio-frequency modulated by DTMF signal."
2001
T4681
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Supriyadi
"The Role of an Engineer in Accelerating the Progress of a Hydroelectric Power Construction Project (PLTA) in Indonesia (Case Study of Nippon Koei Co., Ltd.'S Hydroelectric Power Projects)Indonesia is well endowed with hydropower potential, which is renewable and indigenous energy, with natural support of ample rainfall. The construction of hydropower (PLTA) will conserve the exportable resources such as oil, natural gas and coal, and thus contribute to Indonesia's foreign exchange earnings. The fact that the hydroelectric power is a kind of complex and diversified project involving many parties within the limited space and management, then the presence of a qualified consulting engineer is required to ensure that the Project be completed to quality, to time and to cost.
Selecting a consultant is one of the most important decisions an owner or client makes. The success of the Project often depends on obtaining the most able, experienced, and reputable consulting firm. The procurement of a consulting engineer is merely based on the following 3 (three) principal categories: (a) Experience in similar projects (20 % weight) ; (b) Approach and methodology (30 % weight) ; (c) Qualification and competence of the personnel proposed (50 % weight). These categories justify the qualification of a consulting firm selected. This thesis investigates the relationship between the qualification of a consulting engineer supervising the construction of a hydroelectric power and its progress.
Nippon Koei Co., Ltd., being the first private independent consulting firm in Japan established in 1946, was selected as the consulting firm with samples of projects including Tanggari-II, Besai, Renun and Musi Hydroelectric Power. Nippon Koei Co., Ltd. has been involved over a long period of time in the development of a number of hydroelectric power projects in Indonesia providing extensive accumulated experience and knowledge therefrom.
The required data (secondary data) was obtained from the Monthly Progress Report. The progress of the Project was easily noted from the "S-Curve" and the quality of the Consultant was reflected in the Manning Schedule. Other variables such as productivity level of each expert, the role of Owner and Contractor, and procurement method were assumed to be constant. SPSS 7.5 for Windows was used to run the data for regression analysis.
The result yielded a significant relationship in the form of a positive correlation between quality of the Consultant and progress of the Project. It is, therefore, justifiable to conclude that the more qualified consulting firm will positively accelerate the completion of the hydroelectric power projects in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ritonga, Ferdinand
"ABSTRAK
PT PLN (Persero) Sektor Saguling adalah salah satu unit Pengusahaan PT PLN (Persero) yang mengelola Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) Saguling, yang berlokasi di Rajamandala, Jawa Barat. Tugas pokok Sektor Sapling adalah membangkitkan tenaga listrik melalui unit PLTA Saguling sesuai dengan target yang direncanakan dan memeliharanya sehingga mampu beroperasi hingga umur desainnya.
Dari studi dokumentasi, ditemukan bahwa realisasi pelaksanaan pemeliharaan enam tahunan atau overhaul PLTA Saguling selalu mengalami keterlambatan yang mengakibatkan kerugian energi yang tidak dapat dibangkitkan yang equivalen dalam rupiah sebesar Rp. 3.988 Miliar / setiap unit overhaul.
Dari hasil studi dokumentasi dan observasi lapangan di PLTA Saguling, diperoleh bahwa unsur pendukung overhaul seperti suku cadang, peraiatan kerja, material kerja dan jumlah tenaga kerja pelaksana overhaul sudah terpenuhi, namun penyelesaian overhaul dengan tepat waktu tidak dapat tercapai dan kemajuan pekerjaan berjalan lambat. Mengingat faktor manusia yang paling dominan diantara unsur diatas, maka penulis beranggapan bahwa diperlukan penelitian yang lebih tajam terhadap tenaga pelaksananya. Dan dari hasil studi kepustakaan, penulis memperoleh beberapa pendapat Pakar yang menyatakan bahwa produktivitas dan kinerja seseorang akan mempengaruhi keberhasilan pencapaian sasaran. Selanjutnya dikatakan bahwa produktivitas dan kinerja dipengaruhi oleh pengetahuan dan keterampilan seseorang.
Dengan dasar pendapat diatas, penulis mengadakan penelitian tentang pengetahuan dan keterampilan tenaga pelaksana overhaul melalui penyebaran kuesioner yang berisi pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh tenaga pelaksana overhaul tersebut, dan dari hasil analisis jawaban kuesioner tersebut diperoleh bahwa pengetahuan dan keterampilan tenaga pelaksana overhaul berada dibawah tuntutan pekerjaan. Dengan mendasari hasil analisis tersebut, penulis menyarankan kepada PT PLN Sektor Saguling agar memberikan pendidikan dan pelatihan kepada tenaga pelaksana overhaul guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai tuntutan pekerjaan overhaul tersebut, sekaligus menyarankan metode pelaksanaan yang digunakan yaitu pelatihan ditempat kerja atau in the job training.
Dengan adanya pendidikan dan pelatihan tersebut, diharapkan pengetahuan dan keterampilan tenaga pelaksana overhaul akan meningkat sesuai dengan tuntutan pekerjaan overhaul, dan sekaligus akan meningkatkan produktivitas dan kinerja pegawai sehingga pelaksanaan overhaul tepat waktu akan tercapai. "
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>