Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Woodhead, H. G. W. (Henry George Wandesforde)
Shanghai : TheShanghai Evening Post and Mercury, 1931
951.04 WOO t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Siska Nurazizah Lestari
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam menghadapi kompetisi perdagangan dengan warga etnis Tionghoa, warga Belanda (vrijburgers) memang tidak dapat menandingi, sehingga timbul perasaan tidak senang. Hal itu membuat VOC menerapkan pembatasan pembatasan terhadap warga etnis Tionghoa. Sementara itu, kepiawaian etnis Tionghoa dalam berdagang opium menyebabkan etnis Tionghoa di Lasem tumbuh sangat kaya pada abad XIX. Setelah meredupnya bisnis candu, warga Tionghoa Lasem kembali lagi menggeluti bisnis batik yang telah lama ditinggalkan. Sejak abad ke 19, para pengrajin Tionghoa telah berperan penting dalam produksi sejumlah rumah produksi batik di pesisir di Lasem. Akan tetapi hubungan sosial antara pengusaha dan buruh kurang terjalin dengan baik, karena hak hak buruh tersebut kurang terpenuhi dengan baik. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dan termasuk dalam penelitian sejarah sosial ekonomi, di mana masyarakat Lasem abad XIX hingga XX sebagai objek. Adapun tujuan historiografis yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu mendokumentasikan sejarah sosial ekonomi sebagai dampak perkembangan bisnis opium dan batik di Lasem pada abad XIX sampai dengan abad XX.
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2018
959 PATRA 19:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Decky Rakhman
Abstrak :
Orang Tionghoa memiliki peran penting dalam bidang perdagangan di Nusantara, termasuk dalam perdagangan opium. Opium menjadi salah satu komoditas perdagangan yang penting bagi pemerintah Hindia-Belanda. Skripsi ini membahas reaksi pedagang Tionghoa terhadap perubahan sistem perdagangan opium dari sistem pacht sewa menjadi sistem regie wilayah di Jawa pada era kolonial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor kausatif dari perubahan sistem dan reaksi pedagang Tionghoa sebagai akibat dari pelaksanaan kebijakan pemerintah tersebut dan perkembangan-perkembangan lainnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini antara lain menunjukkan bahwa, pergantian sistem perdagangan tersebut telah mengurangi peran orang Tionghoa dalam perdagangan opium, sehingga menyebabkan munculnya berbagai reaksi dari kalangan pedagang Tionghoa, di antaranya adalah munculnya penyelundupan dan perdagangan gelap.
The Tionghoa have an important role in trade sector in Nusantara Indonesian archipelago , include in opium trade. Opium becomes one of the essentials trade commodities for the Dutch East Indies government. This undergradute thesis discusses the reactions of Tionghoa traders in Java towards the changes of opium trading system from pacht to regie in the colonial era. The purpose of this research is to identify the cause of the changes as well as the reaction of the Tionghoa traders toward its impact. The research uses historical method, which are heuristics, critics, interpretation, and historiography. One of the results shows that the opium trading system changes has diminished the role of Tionghoa traders in opium trade. Which resulted in the growth of several illegal economic activities, such as opium smuggling and the black market.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Susilantini
Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) D.I. Yogyakarta, 2016
899.221 END n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Zheng Yangwen
Abstrak :
In a remarkable and broad-ranging narrative, Yangwen Zheng's book explores the history of opium consumption in China from 1483 to the late twentieth century. The story begins in the mid-Ming dynasty, when opium was sent as a gift by vassal states and used as an aphrodisiac in court. Over time, the Chinese people from different classes and regions began to use it for recreational purposes, so beginning a complex culture of opium consumption. The book traces this transformation over a period of five hundred years, asking who introduced opium to China, how it spread across all sections of society, embraced by rich and poor alike as a culture and an institution. The book, which is accompanied by a fascinating collection of illustrations, will appeal to students and scholars of history, anthropology, sociology, political science, economics, and all those with an interest in China.
United Kingdom: Cambridge University Press, 2005
e20528380
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Humaeroh
Abstrak :
ABSTRAK
Pada awal abad kedua puluh, Pemerintah Kolonial Hindia Belanda mengubah kebijakan sistem perdagangan opium dari opiumpacht menjadi opiumregie dan mendirikan pabrik opium di Salemba sebagai untuk melaksanakan opiumregie. Perubahan kebijakan sistem perdagangan opium dan pendirian pabrik opium ini turut pula mengubah kehidupan di Batavia saat itu, baik dari sisi masyarakat maupun pemerintah kolonial. Melalui metode studi pustaka dan analisis deskriptif, skripsi ini mencoba menggambarkan bagaimana tanggapan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda dan masyarakat Batavia terhadap keberadaan pabrik opium tersebut. Dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Hindia Belanda lebih menerima keberadaan pabrik opium daripada masyarakat Batavia seperti keuntungan yang besar dan politik etis. Hal ini karena mereka mempunyai kepentingan tertentu terhadap pabrik tersebut. Sementara itu, masyarakat Batavia menanggapi pabrik opium sesuai dengan kepentingan etnis dan rasnya masing-masing. Namun, masyarakat pasif dalam menanggapi keberadaan pabrik tersebut sehingga tidak ada pujian maupun protes yang ditemukan secara signifikan dari adanya pabrik opium di Salemba tersebut.
ABSTRACT
At the beginning of the twentieth century, the Dutch East Indies Government changed the opium poppy system 39 s policy from opiumpacht to opiumregie and established a poppy factory in Salemba as an effort to carry out opiumregie. The change of opium trade system policy and the establishment of opium factory also changed the life in Batavia at that time, both from society and colonial government. Through the method of literature study and descriptive analysis, this scriptie tries to illustrate how the response of the Dutch East Indies Colonial Government and Batavian society to the existence of the opium factory. It can be concluded that the Government of the Dutch East Indies more accept the existence of opium factory than the Batavian society because of the large profits and ethical politics. Meanwhile, the Batavian people responded to the opium factory in accordance with their ethnic and racial interests. However, the passive community in response to the existence of the factory so that no praise or protest was found significantly from the existence of opium factory in Salemba.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellen Agustin Putri
Abstrak :
Perdagangan adalah kegiatan penting yang stabilitasnya dipengaruhi oleh komoditas yang diperjual-belikan. Sejak masuknya teh Cina ke Inggris,dibawa oleh pedagang Belanda ke Eropa, teh Cina perlahan menjadi komoditas yang sangat penting di Inggris. Karena kondisi sosial dan ekonomi di Inggris serta kebijakan perdagangan Tiongkok, teh Cina menjadi komoditas yang sangat diminati Inggris yang juga menghadapi berbagai kesulitan untuk memenuhi permintaan teh masyarakatnya. Kerajaan Inggris pun mulai mencari cara untuk mempertahankan perdagangan teh dengan menanam opium di India dalam jumlah besar dan menjual opium tersebut ke Tiongkok. Penggunaan opium di Tiongkok kemudian perlahan memengaruhi masyarakat dan juga pemerintah kedinastian secara negatif. Dampak negatif ini memaksa Tiongkok, yang saat itu dikuasai oleh Dinasti Qing, untuk mencoba berbagai cara untuk menghentikan perdagangan opium yang pada akhirnya memicu peperangan antara Tiongkok dan Inggris. Penelitian ini menganalisis sejauh mana teh Cina memengaruhi terjadinya Perang Opium I di Tiongkok (1839-1842). Maka tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui apa yang disebut dengan teh Cina, bagaimana proses masuk dan berkembangnya teh di Inggris, serta sampai sejauh mana pengaruh teh Cina terhadap pecahnya Perang Opium I di Tiongkok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teh Cina memang memengaruhi terjadinya Perang Opium I. Penulis menggunakan metode kualitatif dan mengolah data dengan teknik deskriptif analisis serta pendekatan historis.
Trade is an important activity whose stability is affected by the traded goods. Since Chinese tea was introduced to the English market, brought by the Dutch to Europe, it has slowly established itself as an important commodity in England. Due to social and economic condition in England and the Chinese governments` trading policy, tea became a highly sought after commodity for England which was facing some difficulties to fulfil its` people demand for tea. The English government then began to look for ways to maintain tea trade with the Chinese by planting opium in India in massive quantity and selling it to them. The use of opium then slowly affects parts of the Chinese society and imperial government in a negative sense. This negative impact forced China, which was then ruled by the Qing Dynasty, tried various ways to stop the opium trades which at the end ignited a war between China and England. This study tries to analyze how deeply Chinese tea affects the Opium War I in China (1839-1842). The purpose of this study is to understand what is classified as Chinese tea, how it entered and developed in England, and analyze to what extent it affects the Opium War I in China. This study shows that Chinese tea did help incite the Opium War I. Methods used in this study includes qualitative methods, descriptive analysis techniques in data processing, and analysis through a historical approach.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriani
Abstrak :
Sepanjang abad ke-19, seluruh wilayah Keresidenan Priangan merupakan kawasan terlarang (Verboden Kringen) bagi perdagangan opium. Segala bentuk kegiatan yang berhubungan dengan opium, seperti menjual, memiliki, mengimpor dan mendistribusikan opium, diklasifikasikan sebagai kegiatan ilegal. Hal ini justru memicu sejumlah kasus penyelundupan opium. Atas dasar pertimbangan untuk memerangi kasus penyelundupan opium dan atas dasar pertimbangan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan konsumsi opium secara bertahap, serta meningkatkan pendapatan, memasuki awal abad ke-20 Pemerintah Kolonial mengubah kebijakan pelarangan perdagangan opium dengan menghapuskan perdagangan opium. perdagangan opium. status kawasan terlarang (Verboden Kringen) di wilayah Karesidenan Priangan. dan memperkenalkan kebijakan Opiumregie di wilayah tersebut. Dengan adanya perubahan kebijakan perdagangan candu tersebut, candu resmi menjadi komoditas perdagangan yang legal di wilayah Karesidenan Priangan dan telah memberikan sejumlah dampak baik bagi Pemerintah Kolonial maupun masyarakat khususnya di Kota Bandung dalam berbagai aspek.
Throughout the 19th century, the entire territory of the Priangan Residency was a forbidden area (Verboden Kringen) for the opium trade. All forms of opium-related activities, such as selling, possessing, importing and distributing opium, are classified as illegal activities. This has actually triggered a number of cases of opium smuggling. On the basis of considerations to combat opium smuggling cases and on the basis of considerations to reduce or even eliminate opium consumption gradually, as well as increase income, entering the early 20th century the Colonial Government changed the policy of prohibiting the opium trade by abolishing the opium trade. opium trade. the status of a prohibited area (Verboden Kringen) in the Priangan Residency area. and introduce Opiumregie policy in the region. With the change in the opium trade policy, opium has officially become a legal trading commodity in the Priangan Residency area and has had a number of impacts both for the Colonial Government and the community, especially in the City of Bandung in various aspects.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hotma S. Evlin M.M.
Abstrak :
Perdagangan Candu pada akhir pemerintahan Kolonial Belanda di Indonesia tahun 1904-1942 merupakan masalah yang penulis uraikan dalam skripsi ini. Perdagangan candu pada masa pemerintahan Kolonial Belanda dilaksanakan melalui badan-badan yang ditunjuk resmi oleh pemerintah Kolonial Belanda. Seperti Opium Societeit,, Opium Directie, Opiumpacht, Opium Regie. Penulisan ini sendiri membahas perdagangan candu pada masa Opium Regie, yang berarti penjualan candu pada masa itu dilaksanakan langsung oleh pemerintah Kolonial Belanda dengan sistem pembagian wilayah dimana dalam setiap wilayah telah ditempatkan orang-orang yang ditunjuk resmi oleh pemerintah Hindia Belanda untuk menjalankan candu tersebut. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan gambaran bahwa perdagangan candu merupakan suatu komoditi yang tidak sedikit memberi keuntungan dalam bidang ekonomi bagi pemerintah Hindia Belanda pada masa pemerintahannya di Indonesia, namun juga memiliki dampak yang negatif pada masyarakat saat itu. Dalam penulisan skripsi ini penulis memakai bahan-bahan berupa sumber kepustakaan seperti buku-buku, majalah dan artikel yang sebagian besar masih dalam bahasa Belanda.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S12285
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>