Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sania Amiratus Sholihah
Abstrak :

Infeksi Daerah Operasi (IDO) merupakan penyebab utama dalam meningkatkan biaya perawatan, perpanjangan lama rawat inap serta perpanjangan waktu pemulihan pada ibu yang telah menjalani operasi sesar. Angka kejadian IDO di negara berkembang lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju. Ibu yang melakukan operasi sesar memiliki peluang hingga 20 kali lebih tinggi terkena morbiditas infeksi dibandingkan dengan wanita yang melahirkan melalui vagina. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi angka kejadian dan faktor risiko IDO pasca operasi sesar serta kaitannya dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Pertanyaan penelitian dijawab dengan studi literature review dan sintesis data dilakukan secara naratif. Pencarian studi pustaka menggunakan basis data ProQuest, PubMed, BJOG, Science Direct, Springer Link, Garuda RISTEKBRIN antara 2010 hingga 2020. Studi yang memiliki fokus penelitian faktor penyebab infeksi daerah operasi pasca operasi sesar digunakan dalam penelitian ini. Terdapat 43 studi yang dimasukkan dalam penelitian ini. Faktor risiko Infeksi Daerah Operasi (IDO) pasca operasi sesar yang diidentifikasi yaitu usia ibu, skor ASA ≥ 3, anemia, diabetes, obesitas, hipertensi, merokok, penggunaan tembakau, lokasi penduduk, jumlah pemeriksaan vagina lebih dari 3 kali, ketuban pecah dini, persalinan lama, usia kehamilan, indikasi operasi sesar (operasi sesar sebelumnya, paritas, penelusuran persalinan) korioamnionitis, lama rawat inap pra dan pasca operasi, antibiotik profilaksis, durasi operasi yang berkepanjangan, operasi darurat, transfusi darah, tingkat kontaminasi luka ≥ 3, jenis sayatan kulit vertikal atau garis tengah, teknik penutupan kulit, teknik anestesi dan tingkat petugas kesehatan bedah. Berdasarkan faktor penyebab terjadinya IDO pasca operasi sesar yang telah diidentifikasi, maka sejumlah upaya dapat dilakukan oleh rumah sakit untuk meningkatkan kualitas layanan operasi sesar.


Surgical site infection (SSI) is a major cause increased medical costs, increased length of stay and extended recovery time for women who had a cesarean section. The incidence of SSI in developing countries is higher than in developed countries. Mothers who had done cesarean section surgery have a chance up to 20 times higher of developing morbidity of infection compared to vaginal birth. Therefore this study aims to identify the incidence and risk factors of SSI postoperative cesarean also the relationship with improving the quality of health services. The research question was answered with a literature review research and results were summarized narratively. A literature search using databases from ProQuest, PubMed, BJOG, Science Direct, Springer Link andGaruda RISTEKBRIN between 2010 and 2020. The literature on risk of surgical site infection after cesarean surgery was discussed. In total, 43 studies were included in this review. Risk factor for surgical site infection (SSI) after cesarean section identified in this study were maternal age, ASA score ≥ 3, anaemia, diabetes, obesity, hypertension, smoking, tobacco use, residence, number of vaginal examinations > 3, premature rupture of membranes, prolonged labor, gestational age, indications of cesarean section (previous cesarean section, parity, arrest of labor), chorioamnionitis, length of pre and postoperative hospital stay, prophylactic antibiotics, prolonged duration of surgery, emergency surgery, blood transfusion, wound class ≥ 3, vertical or midline abdominal incision, skin closure technique, anesthetic technique and type of surgeon. Based on the risk factors of SSI after cesarean section that has been identified, several efforts can be made by hospitals to improve the quality of cesarean section services.

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sona Setiawan
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persalinan operasi sesar pada pasien BPJS Kesehatan di Rumah Sakit X menurut faktor risiko yang mendorong terjadinya persalinan operasi sesar. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional. Pendekatan secara kuantitatif menggunakan data sekunder yang didapatkan dari data rekam medis persalinan pada pasien BPJS Kesehatan di Rumah Sakit X, jumlah sampel sebanyak 240 responden. Faktor risiko pada ibu hamil meliputi umur ibu berisiko (< 21 tahun dan > 35 tahun) sebesar 28,8%, tinggi badan ibu berisiko (≤ 145 cm) sebesar 5,4%, jarak kehamilan berisiko (≤ 24 bulan) sebesar 25,4%, paritas yang berisiko (> 3 persalinan) sebesar 5%, graviditas yang berisiko (> 3 persalinan) sebesar 20,4%, proporsi ibu memiliki riwayat kegagalan kehamilan 22,9%, dan proporsi ibu memiliki riwayat operasi sesar sebesar 51,7%. Faktor risiko pada janin meliputi berat badan bayi berisiko (< 2500 dan > 4000 gram) sebesar 11,7%, proporsi denyut jantung janin tidak normal (< 120 dan > 160 kali/menit) sebesar 3,8%, umur kehamilan berisiko (< 37 dan ≥ 42 minggu) sebesar 5%, letak janin kondisi sungsang sebesar 5,8% dan kondisi lintang sebesar 2,9%. Kemudian, pasien BPJS Kesehatan di Rumah Sakit X yang memiliki faktor komplikasi obstetri 42,9%. ......This study aims to determine the description of cesarean delivery in BPJS Health patients at Hospital X according to the risk factors that encourage cesarean delivery. This research uses quantitative research with cross sectional method. The quantitative approach uses secondary data obtained from medical records of childbirth in BPJS Health patients at Hospital X, the number of samples is 240 respondents. Risk factors for pregnant women include the age of the mother at risk (< 21 years and > 35 years) of 28.8%, the height of the mother at risk (≤ 145 cm) of 5.4%, the distance between pregnancy at risk (≤ 24 months) of 25, 4%, parity at risk (> 3 deliveries) by 5%, gravidity at risk (> 3 deliveries) by 20.4%, proportion of mothers having a history of pregnancy failure 22.9%, and proportion of mothers having a history of cesarean section 51, 7%. Risk factors for the fetus include at-risk baby weight (< 2500 and > 4000 grams) of 11.7%, proportion of abnormal fetal heart rate (< 120 and > 160 beats/minute) of 3.8%, gestational age at risk (< 37 and 42 weeks) by 5%, the position of the fetus in the breech condition by 5.8% and the latitude by 2.9%. Then, BPJS Health patients at Hospital X who have obstetric complications factors are 42.9%.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Kurniasih
Abstrak :

Rasa sakit yang tidak ditangani dengan adekuat setelah operasi sesar dikaitkan dengan peningkatan kejadian nyeri kronis dan Post Traumatic Stress Syndrome (PTSS). Saat ini Ibu S berjenis kelamin perempuan, berusia 27 tahun, bekerja sebagai karyawan swasta, dengan status obstetri P1A0. Ibu S melahirkan secara sesar dengan indikasi pengapuran plasenta, persalinan berlangsung lancar dan tidak terdapat permasalahan yang muncul. Masalah yang saat ini paling mengganggu ialah nyeri pada luka sesar. Ibu S memberi nilai 6 dari nyeri yang dirasakan dan berdasarkan numeric pain intensity scale termasuk dalam golongan nyeri sedang. Ibu S mengatakan nyeri tersebut mengganggu aktivitas sehari – harinya sehingga memerlukan penanganan lebih lanjut terhadap nyeri yang dirasakan. Intervensi yang dilakukan ialah penatalaksanaan non – farmakologis yaitu endorphin massage dan terapi murottal Al – Qur’an. Setelah dilakukan intervensi selama empat hari dengan satu kali intervensi dalam sehari yang dibantu oleh suami Ibu S dalam pelaksanaan intervensi, Ibu S memberi nilai 5 dari nyerinya setelah melakukan intervensi.


Pain that is not treated adequately after cesarean section is associated with an increased incidence of chronic pain and Post Traumatic Stress Syndrome (PTSS). At present Mrs. S is female, 27 years old, works as a private employee, with P1A0 obstetric status. Mrs. S gave a cesarean delivery with indications of calcification of the placenta, labor went smoothly and no problems arose. The problem that is currently most disturbing is pain in cesarean wounds. Mrs. S gave a value of 6 of the pain felt and based on the numerical pain intensity scale included in the category of moderate pain. Mrs. S said that the pain interfered with her daily activities so that she needed further treatment of the pain felt. The interventions carried out were non-pharmacological management, namely endorphin massage and Al-Qur'an murottal therapy. After intervening for four days with one intervention a day assisted by Ms. S's husband in the implementation of the intervention, Ms. S gave a value of 5 of the pain after intervening.

Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Dwi Wicaksono
Abstrak :
Latar belakang: Operasi sesar merupakan salah satu tindakan yang paling sering dilakukan dibidang obstetrik bahkan hingga dalam satu rumah sakit. Angka kejadian infeksi daerah operasi sesar sangat bervariasi pada seluruh dunia berkisar pada 3-15%. Proses terjadinya IDO merupakan suatu proses multifaktorial yang meliputi mulai dari persiapan perioperatif, kondisi pasien, jenis operasi, jenis kuman dan lain-lain. Tujuan: Mengetahui karakteristik pasien, pola kuman, dan faktor risiko kejadian infeksi daerah operasi (IDO) di RSCM tahun 2016-2018. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode cohort retrospective. Subyek penelitian ini merupakan pasien yang menjalani operasi sesar di RSCM pada tahun 2016-2018 yang direkrut menggunakan metode consecutive sampling. Dari data yang didapatkan dilakukan analisis bivariat dan multivariat untuk menentukan faktor risiko terjadinya IDO pasca operasi sesar Hasil: Didapatkan sebanyak 2.052 kasus yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Sebanyak 85 kasus infeksi daerah operasi (IDO) didapatkan dari 2.052 tindakan yang dilakukan (4,14%). Sebanyak 85 kelompok kasus IDO dan 1.967 kelompok kasus kontrol diikutsertakan dalam analisis faktor risiko. Kuman paling sering didapatkan pada kultur kasus infeksi daerah operasi pasca operasi sesar adalah Staphylococcus aureus (16,5%), Klebsiella pneumoniae (12,9%), Escherischia coli (9,4%), Enterococcus faecalis (9,4%), dan lainnya (21,2%). Variabel yang berpengaruh terhadap kejadian IDO pasca secar adalah gawat janin (p=0,002 ;AOR = 2,265 IK95 % 1,350-3,801) dan IMT ≥30 kg/m2 (p=0,028; AOR 1,824 IK95% 1,066-3,121). Kesimpulan: Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian IDO pasca SC adalah gawat janin (p=0,002 ;AOR = 2,265 IK95 % 1,350-3,801) dan IMT ≥30 kg/m2 (p=0,028; AOR 1,824 IK95% 1,066-3,121).
Background: Caesarean section is one of the most performed operations in the field of obstetrics and even in hospital. The incidence of infections in cesarean section varies greatly around the world at 3-15%. Surgical site infection is a multifactorial process that starts from the perioperative preparation, the patient, the type of surgery, the type of germ and other factors. Objective: To determine the characteristics of patients, bacterial patterns, and risk factors for the incidence of surgical site infection (SSI) in Cipto Mangunkusumo National General Hospital in 2016-2018. Method: This study was an observational study using a retrospective cohort method. The subject of this study were patients undergoing cesarean section in Cipto Mangunkusumo National General Hospital in 2016-2018 recruited using consecutive sampling method. Based on the data obtained, bivariate and multivariate analysis were conducted to determine the factors affecting after caesarean section SSI Result: A total of 2.052 subjects were included in the study. There were 85 cases of surgical site infection (SSI) out of 2.052 operations (4.14 %). A total of 85 SSI case groups and 1.967 control groups were included in the risk factor analysis. Bacteria most commonly found in surgical site infection culture were Staphylococcus aureus (16,5%), Klebsiella pneumoniae (12,9%), Escherischia coli (9,4%), Enterococcus faecalis (9,4%), and others (21,2%). Variable associated with SSI in this study is fetal distress (p=0,002 ;AOR = 2,265 CI 95 % 1,350-3,801) and BMI ≥30 kg/m2 (p=0,028; AOR 1,824 CI 95% 1,066-3,121). Conclusion: Factors influencing the incidence of SSI after SC was fetal distress (p=0,002 ;AOR = 2,265 CI 95 % 1,350-3,801) and BMI ≥30 kg/m2 (p=0,028; AOR 1,824 CI 95% 1,066-3,121).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59132
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library