Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Vienty Andlika
Abstrak :
Fenomena hate speech atau ujaran kebencian semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penggunaan media sosial. Tesis ini bertujuan untuk mendeskripsikan online hate speech yang terjadi di media sosial dan menjelaskan hubungan anonimitas dengan frekuensi online hate speech di media sosial. Penelitian ini dilakukan terhadap kasus Bowo Alpenliebe, 13 tahun, artis aplikasi Tik Tok yang menerima berbagai ujaran kebencian di akun Instagramnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis isi. Penelitian ini menemukan bahwa tema online hate speech yang paling dominan adalah warna kulit dan usia. Akun Instagram yang anonim cenderung menulis online hate speech, sebaliknya akun yang tidak anonim cenderung menulis pesan yang positif dan netral. Dalam kasus ini juga ditemukan bahwa pelaku online hate speech adalah orang dewasa, bukan anak yang seusia dengan korban.
The phenomenon of hate speech is increasing along with the growth of the use of social media. This thesis aims to describe online hate speech that occur on social media and explain the relationship of anonymity with frequency online hate speech on social media. This research was conducted on the case of Bowo Alpenliebe, 13, the Tik Tok application artist who received various expressions of hatred on his Instagram account. This study uses a quantitative approach with the content analysis method. This study found that the most dominant themes of online hate speech are skin color and age. Anonymous Instagram accounts tend to write online hate speech, whereas non-anonymous accounts tend to write positive and neutral messages. In this case it was also found that online hate speech actors were adults, not children of the same age as victims.
2019
T52596
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Aulia Alfitriah Arifin
Abstrak :
Mitos kecantikan dalam masyarakat patriarki telah melahirkan standar kecantikan yang sebenarnya dibangun dari sistem sex/gender yang wajib dipatuhi setiap perempuan. Standar kecantikan patriarki tidak hanya dikonstruksi berdasarkan male gaze dan mengekslusikan pengalaman perempuan, tetapi juga menyengsarakan perempuan. Penilaian moral yang tertulis dalam gambar tubuh perempuan yang tidak sesuai dengan standar kecantikan patriarki menciptakan respon yang menindas tidak hanya dari cara perempuan memperlakukan dirinya melalui diet, operasi plastik, hair removal, dan penggunaan make up atau pakaian tertentu, tetapi juga dari orang lain. Dengan menggunakan kasus unggahan story Instagram Michelle Halim pada 10 Juli 2021, penulisan ini bertujuan untuk melihat respon yang menindas dari orang lain sebagai serangan yang ditunjukkan kepada perempuan yang menantang cara dominan dalam memandang tubuh sesuai dengan cita-cita kecantikan yang dibentuk oleh masyarakat patriarki. Berdasarkan hasil analisis penulis menggunakan teori feminis radikal, unggahan story Instagram Michelle Halim dan pendukungnya merupakan contoh serangan yang menindas berupa gendered and sexist online hate speech terhadap perempuan pendukung gerakan body positivity. Gendered and sexist online hate speech ini dapat terjadi sebagai akibat dari internalisasi standar kecantikan perempuan dalam masyarakat patriarki yang dilanggengkan oleh media sebagai alat untuk mempertahankan sistem penindasan (opresi) terhadap perempuan.
......Beauty myths in a patriarchal society have produced beauty standards built from the sex/gender system that every woman must obey. Not only constructed based on the male gaze and exempt women’s experiences, the patriarchal beauty standards also make women miserable. Moral judgments that cling to non-conforming female body images found in patriarchal beauty standards create an oppressive response not only from how women treat themselves through diet, plastic surgery, hair removal, and the use of make-up or certain clothes; but also from other people. By using the case of Michelle Halim’s Instagram story uploaded on July 10, 2021, this paper aims to see the oppressive response from others as an attack shown to women who challenge the dominant way of viewing the body under the ideals of beauty formed by patriarchal society. From the results of the author’s analysis using a radical feminist theory, the aforementioned Michelle Halim’s and her supporters' Instagram stories upload is an example of an oppressive attack in the form of gendered and sexist online hate speech against women who support body positivity movement. Gendered and sexist online hate speech can occur as a result of the internalization of women’s beauty standards in a patriarchal society perpetuated by the media as a tool to maintain a system of oppression against women.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library