Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Priharika Septyowati
"Dalam tesis ini dibahas cara pemilihan penggunaan obat bebas oleh kader CBIA (Cara Belajar Ibu Aktif) dan non CBIA di Pandeglang (2009), serta faktor pendorong penghambatnya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan diskusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kader CBIA menggunakan obat dengan sesuai aturan. Pada kader non CBIA meskipun tepat dalam dosis obat namun tidak tepat dalam hal jenis dan lama penggunaan obat. Selanjutnya, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pengetahuan obat cenderung meningkatkan kewaspadaan penggunaan obat, serta iklan obat elektronik diduga mempengaruhi pilihan nama obat yang akan digunakan. Faktor karakteristik individu, akses, keterpaparan informasi obat media elektronik serta dukungan tenaga kesehatan dan keluarga cenderung mempengaruhi perilaku pemilihan penggunaan obat bebas.

The research was aimed to study on selecting and utilizing the non prescription drug by cadres in Pandeglang Disrict, 2009. It also examined both supporting and inhibiting factors of the self-medication behavior. It was a qualitative research which employed in depth interview and group discussion methods to obtain data. The results concluded that among CBIA's cadres were likely to use the medicine properly. On the contrary, the non CBIA's cadre tended to select the wrong medicine and utilize inappropriate length of therapy. Furthermore, the results showed that knowledge on drug use might increase the awareness in the medicine utilization. Electronic advertisement could influence the informant's preference in selecting certain medicine brand. Therefore, the selection and utilization of non prescription medicine tended to be influenced by the following factors : individual characteristics, exposure to drug information and accessibility to electronic media. It was also influenced by both health professional and family support."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T28440
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Dwiharjanti
"Penggunaan obat yang tidak tepat dan berlebihan dapat mengakibatkan pemborosan sumber daya kesehatan, karena sebagian besar pasien membayar obat dengan biaya pribadi sehingga dapat menyebabkan kerugian biaya dan selain itu dapat menyebabkan reaksi obat yang merugikan dan meningkatkan gangguan kesehatan akibat dari efek samping obat. Selain itu, penggunaan antimikroba yang berlebihan dapat meningkatkan resistensi kuman terhadap obat ( untuk jenis antibiotika ) dan meningkatkan gangguan kesehatan akibat dari efek samping obat. Untuk itu WHO merekomendasikan 12 langkah intervensi untuk lebih meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang pemahaman penggunaan obat rasional serta penerapan kebijakan RS terhadap 8 dari 12 langkah intervensi yang direkomendasikan oleh WHO untuk lebih meningkatkan penggunaan obat yang rasional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan POR sangat penting untuk dilaksanakan, dan dipahami secara keseluruhan dan RSUP Persahabatan telah menerapkan 8 dari 12 langkah rekomendasi WHO untuk lebih meningkatkan pengunaan obat rasional sebesar 70,49%.

Drugs using need to be examined and we also need a correct data of quality and quantity of antibiotic use in order the antibiotic that being recommended by the doctor was safe, rational and effective. Inaccurate drugs using could cost the patient paid more money than he should be and made the patient facing the side effect of the antibiotic that have been given by the doctor, not to mention influencing their own health. Inaccurate antimicrobial using, could increase the resistance of bacteria against the drugs (the antibiotic ones), and also force the patient facing the side effect of the drugs. For those reasons above, WHO recommended 12 steps of intervention promoting rational drugs use.
The purpose of this research was to describe the understanding of rational drugs use and also system implementation and hospital policy of eight out of twelve intervention steps recommended by WHO to enhance the rational drugs use.
The research result showed that POR policy was so essential, not just to be understood but also need to be properly and entirely done. They already implemented 8 of 12 steps to promoting rational use of medicine and show the number of 70,49%."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31092
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Larasati Nurhidayah
"Penggunaan obat rasional adalah pemberian obat ke pasien yang tepat dengan kebutuhan terapi dalam periode waktu yang cukup dan harga yang terjangkau. Pengunaan obat rasional dinilai dari ketepatan penentuan kondisi pasien, pemberian informasi, dan tindak lanjut. Penggunaan obat rasional diterapkan untuk menjamin pasien mendapatkan pelayanan dan pengobatan sesuai kebutuhan untuk mencapai terget terapi dan mengindari risiko kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi peresepan dan penggunaan obat rasional pada pasien infeksi saluran akut non-Pneumonia dan diare non-spesifik sesuai indikator antibiotik pada Puskesmas Kecamatan Kramat Jati periode Januari-Februari 2023. Penelitian dilakukan dengan metode retrospektif pada data sekunder dengan purposive sampling pada resep pasien dengan diagnosa infeksi saluran pernafasan akut non-pneumonia atau diare non-spesifik. Data diolah untuk menentukan persentase penggunaan antibiotik dan rasionalitas penggunaan obat. Hasil data menunjukkan pengobatan ISPA non-Pneumonia menggunakan antibiotik sebanyak 4% dan 16% (Januari dan Februari) yang masih berada dibawah batas maksimal (<20%). Pengobatan diare non-spesifik menggunakan antibiotik sebanyak 4% pada kedua periode, dimana angka ini masih direntang penerimaan (<8%). Penggunaan obat untuk peresepan antibiotik pada pasien ISPA non-Pneumonia dan diare non-spesifik berada pada rentang penerimaan menurut Kemenkes RI.

Rational drug use is right distribution of drug to patients enough to fulfill therapy needs in certain period of time and afforable price. Rational drug use is assessed by right diagnosis, providing information, and follow-up. Rational drug use is applied to assure patients are receiving adequate service and treatment to achieve therapeutic goal and reduce health risk.  This study aims to evaluate prescriptions and drug use in patients with unspecified acute respiratory infection and unspecified diarrhea based on antibiotic indicator at Kramat Jati Subdistrict Public Health Center in January-February 2023. This research use retrospective method in secondary database with purposive sampling on patients with unspecified acute respiratory infection or unspecified diarrhea diagnoses. Prescriptions and data were processed to determine antibiotic usage percentage and drug use rationality. Result shows 4% and 16% of unspecified acute respiratory infection treatment use antibiotic in Januari and February respectively which are still in acceptable rate of <16%. Unspecified diarrhea had 4% rate of treatment with antibiotic in both periods which is still in acceptable rate of <8%. Antibiotic usage for unspecified acute respiratory infection and unspecified diarrhea are on acceptable rate according to Indonesia Health Department study.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saila Salsabila
"FORNAS disusun dengan tujuan untuk menjadi acuan bagi fasilitas pelayanan kesehatan dalam menjamin aksesibilitas obat yang berkhasiat, bermutu, aman, dan terjangkau dalam sistem JKN. Hasil pemantauan yang dilakukan oleh Direktorat Pelayanan Kefarmasian Kementerian Kesehatan pada tahun 2015 atas kesesuaian penggunaan FORNAS di fasilitas kesehatan memberikan hasil berupa kesesuaian penggunaan FORNAS pada FKTP di Dinkes Kabupaten/Kota sebesar ±70,77%. Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan sebagai salah satu bagian dari FKTP juga memerlukan adanya pemantauan untuk mengetahui apakah obat-obatan yang digunakan telah memasuki standar ketetapan nasional atau sekiranya dibutuhkan perbaikan yang lebih mendalam dalam pemilihan dan perencanaan obatnya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data berupa daftar konsumsi obat Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Tahun 2021 yang selanjutnya diklasifikasi berdasarkan obat yang ada di e-FORNAS dan obat yang diluar e-FORNAS. Persentase penggunaan obat dihitung dengan rumus: total pemakaian obat dikali kekuatan obat dalam gram dibagi ddd. Hasil perhitungan dan klasifikasi menunjukkan otal penggunaan 5 kelas terapi obat-obat diluar FORNAS Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Tahun 2021 sebesar 2,94% dan persentase kesesuaian penggunaan obat di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan dengan FORNAS pada tahun 2021 sebesar 97,04% tergolong dalam pengobatan yang rasional dan sangat baik karna telah melebihi target kesesuaian yang ditetapkan pemerintah dalam peraturan Direktorat Pelayanan Farmasi yaitu sebesar 70%.

FORNAS was prepared with the aim of becoming a reference for health service facilities in ensuring the accessibility of efficacy, quality, safety and affordable medicines in the JKN system. The results of monitoring carried out by the Directorate of Pharmaceutical Services of the Ministry of Health in 2015 regarding the suitability of using FORNAS in health facilities gave results in the form of suitability for using FORNAS in FKTP in Regency/City Health Offices of ±70.77%. The Grogol Petamburan District Health Center as a part of the FKTP also requires monitoring to find out whether the medicines used have met national standards or whether deeper improvements are needed in the selection and planning of medicines. The research was carried out using data in the form of a list of drug consumption at the Grogol Petamburan District Health Center for 2021, which was then classified based on drugs in e-FORNAS and drugs outside e-FORNAS. The percentage of drug use is calculated using the formula: total drug use multiplied by drug strength in grams divided by ddd. The results of calculations and classification show that the total use of 5 classes of drug therapy outside FORNAS at the Grogol Petamburan District Health Center in 2021 was 2.94% and the percentage of conformity between drug use at the Grogol Petamburan District Health Center with FORNAS in 2021 was 97.04%, which is classified as rational and very good because it has exceeded the suitability target set by the government in the regulations of the Directorate of Pharmaceutical Services which is 70%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniatul Hasanah
"ABSTRAK
Rekonsiliasi diperlukan untuk mendapatkan terapi pengobatan yang rasional. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara kelengkapan pengisian formulir rekonsiliasi pasien yang membawa obat sendiri dan penggunaan obat rasional di RSU X Bekasi. Rancangan penelitian menggunakan studi komparatif potong lintang yang membandingkan antara 56 formulir rekonsiliasi pasien yang diisi lengkap dan 133 formulir yang tidak diisi lengkap. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling. Sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi sebesar 189 formulir 40,6 dari semua formulir rekonsiliasi pasien rawat inap bulan November 2015 sampai dengan April 2016 466 formulir . Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square. Formulir rekonsiliasi pasien yang membawa obat sendiri sebagian besar tidak diisi lengkap 70,4 . Persentase petugas kesehatan yang paling banyak melakukan interview dan berkontribusi terhadap kelengkapan pengisian formulir rekonsiliasi pasien yang membawa obat sendiri adalah apoteker yang masing-masing berjumlah 56,1 dan 86,2 . Sebagian besar formulir rekonsiliasi pasien yang membawa obat sendiri tidak ditanda tangani oleh dokter 63,5 . Penggunaan obat tepat diagnosis dan tepat indikasi masing-masing 53,4 , tepat pemilihan obat 33,9 , tepat dosis 8,5 , tepat cara pemberian 37,6 , tepat interval waktu pemberian 13,8 dan tepat lama pemberian 14,8 . Penggunaan obat rasional berdasarkan pedoman klinis sebesar 7,9 . Rendahnya penggunaan obat rasional tidak dipengaruhi oleh kelengkapan pengisian formulir rekonsiliasi, kualifikasi petugas interview dan adanya tanda tangan dokter p > 0,05 .

ABSTRACT
Medication reconciliation was needed to gain rational medication use. The aim of the study was to analyze relationship between completeness filling of reconciliation form of in patient who take his own medicine and rational medicine use in Hermina Bekasi General Hospital. Study design using cross sectional comparative study that comparing 56 complete and 133 incomplete filling of reconciliation forms. Sample gained by total sampling method. Sample of study which is fulfill inclusion criteria was 189 forms 40.6 from the whole of in patient reconciliation forms gained from November 2015 to April 2016 466 forms . Data analysis using Chi square analysis. Most of the reconciliation form of in patient who take his own medicine were incomplete 70,4 . Pharmacist was the most medical staff who was done patient interview 56.1 and has the majority of contribution to make reconciliation form completed 86.2 . Most of reconciliation form of in patient who take his own medicine were unsigned by the doctor 63.5 . Rational medicine use which is appropriate to patient rsquo s diagnose and to medicine rsquo s indication was 53.4 for each, appropriate medicine choices was 33.9 , appropriate dosages was 8.5 , appropriate route of administration was 37.6 , adequate administration time interval and periode of time were 13.8 and 14.8 for each. Rational medicine use was only 7.9 and was not related to completeness filling of reconciliation forms, qualification of interviewer and doctor rsquo s sign p 0,05 ."
2016
T51287
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa Salsabila Lutfi
"Evaluasi penggunaan obat (EPO) diperlukan untuk menilai apakah obat telah digunakan secara rasional. Evaluasi penggunan obat dapat dilakukan dengan metode kualitatif ataupun kuantitatif. EPO kualitatif digunakan untuk melihat ketepatan penggunaan obat berdasarkan kesesuaian kriteria penggunaan obat yang berhubungan dengan peresepan dan indikasi peresepan. Sementara, EPO kuantitatif dapat dilakukan dengan menggunakan Anatomical Therapeutic Chemical (ATC)/Defined Daily Dose (DDD) dan Drug Utilization 90% (Kemenkes RI, 2017). Di Indonesia, perbaikan pola penggunaan obat salah satunya diwujudkan melalui upaya startegi peningkatan persentase penggunaan obat rasional di fasilitas kesehatan masyarakat seperti puskesmas dan klinik pratama. Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan primer bagi masyarakat harus menerapkan penggunaan obat rasional agar dapat mencapai tujuan kesehatan nasional. Peran apoteker di puskesmas tidak hanya berfokus pada pelayanan dan pengelolaan sediaan farmasi, namun juga dalam pelaksanaan pemantauan penggunaan obat. Pemantauan penggunaan obat bermanfaat untuk mendeteksi adanya ketidakrasionalan dalam peresepan seperti peresepan obat yang berlebih (over prescribing), kurang (under prescribing), boros (extravagant prescribing), atau penggunaan obat yang tidak tepat (incorrect proscribing). Tujuan tugas khusus ini antara lain, mengetahui profil penggunaan obat rasional di Puskesmas Kecamatan Kalideres periode Januari - Juni 2020 secara kualitatif dan kuantitatif dengan metode ATC/DDD dan DU90%.

Evaluating Drug Utilization is essential to assess whether medications have been used rationally. This evaluation can be qualitative or quantitative in nature. Qualitative DU assessment focuses on the appropriateness of drug use based on prescribing criteria and prescription indications. On the other hand, quantitative DU evaluation involves methods such as Anatomical Therapeutic Chemical (ATC)/Defined Daily Dose (DDD) and Drug Utilization 90% (Ministry of Health Indonesia, 2017). In Indonesia, improving drug usage patterns includes strategies aimed at increasing the percentage of rational drug use in public healthcare facilities such as health centers (puskesmas) and primary clinics. Puskesmas, as a primary healthcare facility for communities, must implement rational drug use to achieve national health goals. Pharmacists in puskesmas play a role not only in pharmaceutical services and management but also in monitoring drug usage. Monitoring drug usage helps detect irrational prescribing practices like over-prescribing, under-prescribing, extravagant prescribing, or incorrect proscribing. The specific objective of this paper is to understand the profile of rational drug usage at the Kalideres District Health Center between January and June 2020, using both qualitative and quantitative methods such as ATC/DDD and DU90%. This evaluation aims to provide insights into how medications are being prescribed, dispensed, and utilized within this specific healthcare facility during the mentioned period."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Irlinda Fitraisyah Ardhianti
"ABSTRAK
Penggunaan obat rasional merupakan salah satu elemen penting dalam mencapai kualitas kesehatan yang baik bagi masyarakat. Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan terdepan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar di tingkat masyarakat, sehingga penggunaan obat yang tidak rasional di puskesmas dapat menyebabkan kerugian bagi masyarakat luas. Penelitian ini bertujuan untuk menilai dan membandingkan rasionalitas penggunaan obat yang ditinjau dari indikator peresepan menurut WHO di dua puskesmas terakreditasi madya Kota Depok pada tahun 2019. Metode yang digunakan adalah metode potong lintang dimana data sampel berasal dari data resep pada periode bulan Januari-Desember 2019 di Puskesmas Abadi Jaya dan Sukmajaya Kota Depok. Hasil penelitian dibandingkan dengan target kerasionalan yang telah ditetapkan oleh WHO. Pada hasil penelitian, didapatkan total sampel sebanyak 216 resep dengan jumlah obat yang diresepkan sebanyak 693 obat. Karakteristik demografi sampel penelitian adalah pasien wanita sebanyak 64,4% dan pasien pria sebanyak 35,6% pada rentang usia 18-59 tahun. Pada Puskesmas Abadi Jaya dan Sukmajaya, nilai masing-masing parameternya adalah: jumlah obat tiap pasien 3,32 dan 3,09; peresepan obat generik 99,16% dan 98,50%; peresepan antibiotik 17,59% dan 25%; peresepan injeksi 0; dan peresepan obat Fornas 97,77% dan 95,21%. Terdapat perbedaan yang signifikan (p < 0,05) pada parameter persentase obat yang diresepkan dari formularium. Sedangkan pada parameter rata-rata jumlah obat, persentase peresepan obat generik, persentase pasien yang diresepkan antibiotik, dan persentase pasien yang diresepkan injeksi tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p > 0,05). Dari studi dapat disimpulkan bahwa penggunaan obat di kedua puskesmas pada seluruh parameter indikator peresepan tidak rasional, kecuali pada parameter peresepan antibiotik dan injeksi.

ABSTRACT
Rational use of drug is an important element in achieving good health qualities for community. Public Health Centers is a leading health service in the organization of primary health care at the community level, so irrational use of drug at Public Health Centers can cause harm to the wider community. Therefore, Public Health Centers should apply the rational use of drug according to the existing standards. This study was designed to assess and compare the rationality of drug use at two accredited Public Health Centers in Depok City through prescribing indicators according to WHO. Method of this study was cross-sectional observation where the sample was derived from prescription data in the period of January-December 2019 at two Public Health Centers in Depok City. The results of the study were compared with rational targets by WHO. The total number of samples was 216 prescriptions with 693 drugs. The demographic characteristics of the sample were 64.4% women and 35.6% men in the age range 18-59 years. In both Public Health Centers, the values of each parameter were: average drug prescribed 3,32 and 3,09; medicines prescribed by generic name 99,16% and 98,50%; antibiotic prescribed 17,59% and 25%; injection prescribed 0; and medicines prescribed from formulary 97,77% and 95,21%. Significant difference between Public Health Centers were only found in the percentage of formulary drug prescriptions (p < 0,05). It can be concluded that the use of drugs in both Public Health Centers was still irrational except for the use of antibiotics and injection."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wafa
"Praktek Kerja Profesi di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur dilaksanakan pada Bulan Oktober 2016. Kegiatan Praktek Kerja Profesi ini bertujuan agar calon Apoteker mampu memahami peranan, tugas dan tanggung jawab Apoteker dalam praktek pelayanan kefarmasian di Puskesmas sesuai dengan ketentuan perundangan dan etika farmasi yang berlaku dan dalam bidang kesehatan masyarakat, memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan prilaku profesionalisme serta wawasan dan pengalaman nyata untuk melakukan praktik profesi dan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas, melihat dan mempelajari strategi dan pengembangan praktik kerja profesi Apoteker di Puskesmas, memiliki gambaran nyata tentang permasalahan praktik dan pekerjan kefarmasian di Puskesmas, serta mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan tenaga kesehatan lain yang bertugas di Puskesmas. Tugas khusus yang diberikan berjudul Rekapitulasi Data Penggunaan Obat Rasional POR Januari-September 2016 di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur Periode Oktober 2016.

Profession Internship at Puskesmas Kecamatan Kramat Jati was held on October 2016. This internship aims so that student can understand the role, duties and responsibilities of the Pharmacist, gaining the skills and experiences on managerial activities and clinical pharmacy services, looking and learning the strategies and the development of the Pharmacist profession, obtaining an overview in the face of problems on pharmaceutical practices, as well as being able to interact with other health care personnel at Puskesmas. The specific assignment was given by title The Recapitulation of Rationality Medicine Using January September 2016 at Puskesmas Kecamatan Kramat Jati East Jakarta on October 2016."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Malinda
"Tujuan pelaksanaan praktek kerja profesi di Puskesmas Kecamata Jatingara Jakarta Timur periode bulan September 2016 adalah untuk memahami peran, tugas, dan tanggung jawab Apoteker di Puskesmas sesuai dengan perundangan dan etika pelayanan kefarmasian, memiliki wawasan, pengetahuan, dan pengalaman praktis untuk melakukan praktek pelayanan kefarmasian, memiliki gambaran nyata terhadap permasalahan praktek kefarmasian di puskesmas, dan mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan tenaga kesehatan lain yang bertugas di Puskesmas. Praktek kerja profesi dilakukan selama dua minggu dengan tugas khusus yaitu rekapitulasi laporan Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas kecamatan Jatinegara. Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian menurut Permenkes No 30 tahun 2014 meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinis. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di puskesmas telah sesuai, sedangkan pelayanan farmasi klinik yang belum dilakukan adalah Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat ESO.

The aims of internship at Puskesmas Kecamatan Jatinegara on July August 2015 are to understand the roles, duties, and responsibilities clinical pharmacist in hospital according to regulations and ethics in pharmaceutical care, have insight, knowledge, skill and practical experience for doing pharmaceutical care, and have an example about pharmaceutical care problem in Puskesmas, and can communicate with patient and others healthcare profession well. Internship was held for two weeks with a special assignment to recapitulated report of rational drug use in Puskesmas Kecamatan Jatinegara. The implimentation of Standarization of Pharmaceutical Care in Puskesmas according to Regulation of Minister of Health No 30 Year 2014 consist of managerial activities of pharmaceutical products, medical devices and single use medical equipments and clinical pharmacy services. The managerial activities of pharmaceutical products, medical devices and single use medical equipments in uskesmas is already suitable, and clinical pharmacy services that have not been implemented are Drug Related Problems Monitoring Therapy."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwi Ambarwati
"ABSTRAK
Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Akut (ISPA) non Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat dengan prevalensi yang cukup tinggi. Laporan Kota Bogor tahun 2015 menunjukkan prevalensi ISPA Non Pneumonia mencapai 45,64%. Penyebab utama ISPA non Pneumonia adalah virus, namun penelitian menunjukkan penggunaan antibiotik masih sangat tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rasionalitas pemberian antibiotik pada pasien ISPA non Pneumonia dan faktor yang mempengaruhi kerasionalan pemberian antibiotik serta pengelolaan program Penggunaan Obat Rasional (POR) di Puskesmas Tanah Sareal. Rancangan penelitian ini deskriptif analitik potong lintang dengan mengumpulkan data rekam medis pasien antara 5 tahun hingga 65 tahun, observasi pelayanan rawat jalan, dan wawancara dengan pihak terkait pelaksanaan program POR. Hasil penelitian menunjukkan proporsi pemberian antibiotik sebanyak 122 (34%) dari 359 pasien dan analisis rasionalitas dilakukan terhadap 102 pasien, Distribusi Penyakit ISPA Non-Pneumonia: Nasofaringitis Akut (63%) faringitis akut (30,6%), tonsilitis akut (5,3%), Sinusitis dan Otitis Media Akut 0,6%., sebagian besar antibiotik yang digunakan adalah amoxicillin dan cefadroxil. Ditemukan 84,3% pemberian antibiotik yang tidak tepat durasi dan faktor yang mempengaruhi rasionalitas antara lain; kurangnya kepatuhan dokter terhadap SOP pengobatan, peran apoteker belum optimal dan kurangnya monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program POR.

ABSTRACT
Non Pneumonial Acute Respiratory Tract Infection (ARTI) is one of public health problems with high prevalence and healthcare cost. Bogor City Report 2015 shows the prevalence of Non Pneumonial ARTI reach 45.64%. The main cause of non- Pneumonial ARTI is virus, but research indicates the use of antibiotics is still very high. This study aims to analyze the rationality of antibiotics on non-Pneumonia ARTI patients, factors affecting rationality of antibiotic administration and management of Rational Use of Medicine (RUM) program at Puskesmas Tanah Sareal. The design of this study is descriptive cross-sectional analysis by collecting patients medical record data between 5 years to 65 years, observation of outpatient services, and interviews with related staff on RUM program implementation. The results showed that the proportion of antibiotic administration was 122 (34%) of 359 patients and rationality analysis was performed on 102 patients, Non-Pneumonia Respiratory Disease Distribution: Acute Nasopharyngitis (63%) Acute Pharyngitis (30.6%), Acute Tonsillitis (5, 3%), Sinusitis and Otitis Media Acute 0.6%. Most of the antibiotics used were amoxicillin and cefadroxil. This study revealed 84.3% of improper antibiotics duration and factors affecting rationality, among others; lack ofa physian's dherence to clinical guideline, lack of pharmacist and monitoring evaluation of RUM implementation.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T51007
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>