Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nita Ariastuti
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (i) bagaimana pengaruh perubahan langsung (direct pass-through) dan perubahan tidak langsung (indirect pass-through) nilai tukar rupiah per dolar AS terhadap inflasi IHK di Indonesia, (ii) besarnya derajat direct pass-through dan indirect pass-through nilai tukar rupiah per dolar AS terhadap IHK Indonesia, dan (iii) apakah penerapan kombinasi antara FFER dan kebijakan moneter ITF berpengaruh dalam mengendalikan inflasi Indonesia selama periode penerapan IT. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu selama periode 2005.7 - 2011.6 atau selama awal penerapan ITF hingga 2011.9. Model diestimasi dengan menggunakan metode Vectorautoregresion (VAR) yang terdiri atas analisis Impulse Response dan Variance decomposition. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (i) Variabel nilai tukar rupiah per dolar AS signifikan berpengaruh secara tidak langsung terhadap IHK di Indonesia pada derajat α=5% dan secara bersama seluruh variabel dalam model VAR berpengaruh signifikan terhadap inflasi IHK pada derajat α = 5% baik pada direct pass-through maupun indirect pass-through. (ii) Derajat pass-through Indonesia adalah rendah dan positif atau berada dalam kategori incomplete pass-through, yaitu derajat pass-through yang berada pada selang nilai 0 - 1 untuk periode 6 bulan pada direct pass-through dan sampai 24 bulan pada indirect pass-through. Incomplete pass-through mengimplikasikan bahwa perubahan nilai tukar rupiah per dolar AS tidak seluruhnya ditransmisikan ke harga konsumen di dalam negeri. (iii) Penerapan ITF yang dikombinasikan dengan FFER berpengaruh dalam mengendalikan inflasi di Indonesia selama periode penerapan ITF (2005:7-2011:6). ......The objectives of this study are (i) to investigate the influernce of direct and indirest exchange rate pass-through effect of rupiah/US dollar on consumer price index in Indonesia, (ii) to determine the magnitude of the degree of pass-through for rupiah/US dollar exchange rates in Indonesia (iii) To investigate whether the application of the combination of Free Floating Exchange Rate and Inflation Targeting as a monetary policy framework has impluence on declining inflation in Indonesia during the Inflation Targeting era. The data used in this study are time series data to presents the evidence on exchange rate pass-through (ERPT) for Indonesia after the adoption of Inflation Targeting (IT) during 2005.7 - 2011.6. The model estimated by Vector autoregresion (VAR) which consist of Impulse Response dan Variance decomposition. The results of this research show that (i) rupiah/US dollar exchange rates have significantly influenced Consumer Price Index ata  = 5% via indirect pass-through and with all the other variables used in VAR model have significantly influenced Consumer Price Index ata  = 5% via both direct pass-through and indirect pass-through. (ii) The degree of pass-through during the implementation period of IT in Indonesia is known as having incomplete pass-trhough (0 - 1), imply that prices react less proportionately to exchange shock in Indonesia. (iii) The implementation of IT during the period of 2005-2011 combined with the application of FFER during the periode of 2005:7-2011:6 has supported the achievment of inflation control in Indonesia.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T29561
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wahidin
Abstrak :
Tesis ini membahas pengaruh perubahan (depresiasi/apresiasi) nilai tukar rupiah terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode error correction model (ECM). Dalam penelitian ini diasumsikan agen ekonomi berpikiran rasional (ratio/ expectation) sehingga mereka telah melakukan antisipaai terbadap perubahan nilai tukar yang akan terjadi berdasarkan ekspektasinya. Dalarn jangka panjang depresiasi nilai tukar yang terantisipasi akan menunjukkan tingkat output melalui pengarahnya dari sisi penawaran agregat yaitu melalui meningkatnya harga bahan baku/pendukung yang masih diimpor sedangkan depresiasi nilai tukar yang tidak terantisipasi akan menaikkan tingkat output melalui pengamhnya dari sisi permintaan agregat yaitu melalui peningkamn daya saing ekspor. Namun secara umum efek total dari depeesiasi dalarn jangka panjang akan menunmkan tingkat output. Dalam jangka pendek depresiasi nilai tukar yang tidak terantisipasi akan menaikkan pertumbuhan tingkat output sedangkan depresiasi nilai tukar yang terantisipasi tidak signifikan mempengaruhi pertumbuhan tingkat output sehingga efek total dari depresiasi dalam jangka pendek akan menaikkan pertumbuhan tingkat output.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T21024
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Dyna
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T27348
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Haryanto
Abstrak :
Studi ini meneliti dampak Covid-19 terhadap nilai tukar (Indonesia Rupiah terhadap Dollar AS) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data harian kasus Covid-19, nilai tukar dan periode CSPI dari 2 Maret hingga 30 April 2020. Hasil analisis menunjukkan: (1) peningkatan 1% pada kasus Covid-19 menyebabkan depresiasi sebesar Rupiah terhadap Dollar AS sebesar 0,02%, (2) peningkatan 1% dalam kasus Covid-19, menyebabkan koreksi ke CSPI sebesar 0,03%, (3) peningkatan 1% dari CSPI mengarah ke apresiasi Rupiah terhadap Dollar AS sebesar 0,311% . Dengan demikian, Covid-19 berdampak pada depresiasi Rupiah terhadap Dollar AS, dan berdampak menurun pada CSPI, sehingga diperlukan intervensi kebijakan untuk mengendalikan penyebaran wabah Covid-19, mengendalikan kepanikan agar tidak berdampak pada Rupiah dan pasar saham melalui berbagai kebijakan stimulus.
Jakarta: Badan Perencanaan PembangunaN Nasional (BAPPENAS), 2020
330 JPP 4:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Argamaya
Abstrak :
Diduga bahwa inflasi lebih persisten dan kebijakan moneter lebih akomodatif terhadap inflasi di bawah rezim nilai tukar mengambang. Penelitian di Indonesia menunjukan hasil yang berbeda dari dugaan semula, yaitu rata-rata persistensi inflasi di Indonesia baik sebelum dan sesudah memperhitungkan rata-rata perbedaan pengaruh oil shocks di bawah rezim nilai tukar tetap cenderung lebih persisten. Sedangkan kebijakan moneter datam mengakomodasi inflasi baik dalam rezim nilai tukar tetap maupun rezim nilai tukar mengambang setelah memperhitungkan rata-rata perbedaan pengaruh oil shocks cenderung tidak menunjukkan adanya perbedaan yang berarti. Hal ini terutama disebabkan oleh karakteristik laju inflasi di Indonesia lebih kuat dipengaruhi masalah di sisi penawaran dibandingkan dengan sisi permintaan, atau jumlah uang beredar, Selain itu, diduga akibat tidak independennya bank sentral dalam menentukan kebijakan moneter khususnya dalam jumlah uang beredar, sebagaimana dapat dilihat pada hasil pengujian kebijakan sterilisasL Dengan demikian, otoritas moneter memilHd keterbatasan dalam mengendalikan laju inflasi
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T257
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panji nurfirman
Abstrak :
ABSTRAK
Pertukaran mata uang dan pergerakan nilai tukar mata uang asing, khususnya US Dollar, sangat mempengaruhi hampir semua sisi kegiatan bisnis. Sehingga sangat penting bagi pelaku bisnis untuk melakukan analisa dan proyeksi atas pergerakan nilai tukar dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan bisnis.

Analisis pergerakan nilai tukar dilakukan dengan menganalisa pola pergerakan nilai tukar dan volatilitasnya dan hubungan nilai tukar dengan variabel ekonomi domestik dan suku bunga US Dollar di pasar uang internasional. Sebagai alat analisa digunakan model ekonometrik seperti: Regresi, ARIMA dan ARCH dan GARCH. Periode waktu yang dianalisa dalam karya akhir ¡ni adalah Januari 1994 ? Desember 1999, khusus untuk data mingguan adalah Minggu ke-1 Januari 1996 hingga Minggu ke-4 Desember 1999.

Dalam analisa pergerakan nilai tukar rupiah terhadap US Dollar ditemukan adanya perubahan struktur (structure break) sejak Agustus 1997, saat Bank Indonesia mencabut band intervensi, karena fluktuasi gerakan nilai tukar yang sangat tinggi dibandingkan gerakan normal sebelumnya. Volatilitas yang tinggi terlihat terutama pada gerakan mingguan sehingga harus digunakan model ARCH dan GARCH untuk mengakomodasi volatilitas tersebut. Volatilitas yang tinggi ini menunjukkan tingginya resiko dalam transaksi pertukaran rupiah dan US Dollar. Analisa atas model ARIMA dan ARCH dan GARCH menunjukkan bahwa suatu model peramalan yang handal tidak dapat dicapai dengan hanya menggunakan variabel nilai tukar ¡tu sendiri saja, dibutuhkan variabel lain sebagai regressor.

Berdasarkan kajian teori diidentifikasi empat variabel ekonomi yang mempengaruhi perubahan nilai tukar rupiah terhadap US Dollar: Perubahan jumlah uang beredar, inflasi, suku bunga dan neraca pembayaran. Perubahan jumlah uang beredar merupakan variabel ekonomi yang memiliki korelasi paling besar dengan perubahan nilni tukar. Sebagai mata uang lunak (soft Currencies), setiap penambahan jumlah rupiah yang beredar hamp?r seluruhnya akarm diserap olch perekonomian dalam negeri, karena Rupiah bukan rnerupakan cadangan internasional (international reserves) bagi negara lain. Oleh karena itu setiap penambahan jurnlab rupiab yang heredar, yang berarti peningkatan penawaran rupiah, akan langsung mendororig melemahnya nilai tukar rupiah. Perubahan jumlah uang beredar sebagai variabel bebas dapat menjelaskan lebih dari 85 persen variasi perubahan nilai tukar bulanan sehingga bandai untuk dipakai sebagai model perarnalari perubahan nilai tukar bulanan.

Analisis regresi menunjukkan tidak ada korelasi yang cukup besar antara inflasi dan perubahan niiai tukar pada bulan yang sama. Gerakan inflasi justru lebih cenderung mengikuti gerakan perubahan nilai tukar bulan sebelumnya. Dalam hal ini inflasi terjadì karena meiemahnya nilai tukar rupiah yang menyebabkan meningkatnya semua unsur biaya dalam mata uang asing sehingga inendorong terjadinya inflasi di balan berikutnya. Dalam jangka waktu yang lebih panjang, triwulanan, terdapat korelasi yang cukup kuat antara inflasi dan perubahan nilai tukar, Sementara suku bunga dan neraca pembayaran tidak memiliki korelasi yang cukup kuat dengan perubahan nilai tukar rupiah. Model peramalan perubahan nilai tukar triwulanan yang signifikan dan handal didapat dengan menggabungkan tiga variabel bebas: Perubahan jumlah uang beredar, inflasi dan neraca pembayaran.

Nilai tukar rupiah juga akan dipengaruhi oleh perbandingan antara tingkat pengembalian (rate of return) rupiah dengan tingkat pengembalian US Dollar. Sebelum Juli 1997 pada saat faktor resiko memegang rupiah belum menjadi sangat tinggi, selisih suku bunga rupiah dan US Dollar mendekati perubahan nilai tukar rupiah terhadap US Dollar sebagaimana yang dinyatakan dalam teori International Fisher Effect (IFE). Namun sejak akhir 1997, tingginya voiatilitas nilai tukar dan krisis ekonomi dan politik yang berkepanjangan telah meningkatkan resiko memegang rupiah menjadi sangat tinggi. Tingginya resiko ini menyebabkan selisih suku bunga tidak mampu lagi mendekati perubahan nilai tukar, perbedaan selisih suku bunga dan perubahan nilai tukar menjadi sangat besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa IFE dapat dipakai sebagai alat peramalan nilai tukar jika faktor resiko dan kondisi ekonomi dan politik normal, namun jika resiko menjadi sangat tinggi maka IFE tidak dapat dipakal sebagai alat peramalan.
2001
T4983
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Parianom
Abstrak :
Analisis variabel-variabel yang mempengaruhi perilaku nilai tukar rupiah: Dengan pendekatan Behavior equilibrium exchange rate (BEER) dan menggunakan Dummy untuk melihat pengaruh setelah indonesia menjadi Imporit netto minyak terhadap nilai tukar riil.
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T27353
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tubagus Edwin Suchranudin
Abstrak :
Tesis ini membahas persepsi pelaku pasar valuta asing yang merupakan aktor bukan negara dalam pasar keuangan global atas peristiwa internasional dan dampaknya terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (Amerika Serikat) selama bulan Juli 1997 sampai dengan Juni 1998.

Bahwa persepsi pelaku pasar valuta asing atas peristiwa internasional berdampak pada fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS didasarkan pada teori struktur finansial dari Susan Strange dan pendekatan sentimen pasar yang dikemukakan oleh George P. Hopper.

Metode yang dipergunakan untuk membahas tesis ini adalah deskriptif yang bertujuan membuat gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat serta menganalisis hubungan antarfenomena yang diselidiki. Objek penelitiannya adalah persepsi pelaku pasar valuta asing dan peristiwa internasional dalam kurun waktu antara Juli 1997 sampai dengan Juni 1998.

Pembahasan dibagi ke dalam tiga kajian: kajian pertama yang menekankan hubungan antara persepsi pelaku pasar valuta asing dengan peristiwa yang berasal dari dalam negeri; kajian kedua membahas hubungan antara persepsi pelaku pasar valuta asing dengan peristiwa luar negeri; dan kajian ketiga yang berdasarkan pengujian statistik.

Analisis hubungan antara peristiwa dalam negeri dengan persepsi pelaku pasar valas memperlihatkan terdapat hubungan yang cukup nyata antara keduanya. Naik turunnya kurs rupiah terhadap dolar AS bisa dijelaskan oleh positif atau negatifnya persepsi pelaku pasar valuta asing atas peristiwa yang terjadi di dalam negeri.

Analisis hubungan antara peristiwa luar negeri dan persepsi pelaku pasar valas juga menunjukkan bahwa antara keduanya terdapat keterkaitan yang cukup nyata yang bisa menjelaskan terjadinya fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Hasil pengujian statistik selama periode yang diamati menunjukkan bahwa walaupun korelasi antara peristiwa internasional baik itu yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri dengan persepsi pelaku pasar valuta asing kurang signifikan, dampak persepsi pelaku pasar valuta asing terhadap perubahan rupiah/dolar AS cukup signifikan yaitu sebesar 56,545%. Hasil ini membuktikan bahwa dampak persepsi pelaku pasar terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cukup nyata.

Ini membuktikan bahwa dalam struktur keuangan dunia yang merupakan gabungan antara sistem global dan sistem nasional, pelaku pasar yang memiliki dana dan beroperasi secara internasional dalam jual beli valuta asing memiliki power yang bisa menghambat dan mengurangi kewenangan pemerintah suatu negara dalam menjaga stabilitas nilai tukar mata uangnya.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7355
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Pramudya
Abstrak :
Perkembangan pasar modal yang cukup pesat pada dewasa ini membuat semakin maraknya masyarakat berinvestasi di lantai bursa. Karena investasi surat berharga di pasar modal lebih banyak menjanjikan keuntungan yang besar dibandingkan dengan investasi di tempat lain. Pada sisi lain pasar modal merupakan sarana alternatif untuk mencari dana yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk melakukan pengembangan usaha. Dalam melakukan suatu investasi tentunya mempertimbangkan adanya ketidakpastian/resiko. Dengan adanya hal itu para investor mensyaratkan adanya suatu tingkat pengembalian minimum dari suatu investasi. Tingkat pengembalian minimum ini merupakan biaya dari dana yang ditempatkan pada proyek investasi. Model yang umum dan sederhana yang digunakan adalah CAPM. Karena CAPM mempertimbangkan hanya pada return pasar. Selain model CAPM, arbitrage pricing theory ( APT ) dapat juga digunakan untuk menentukan suatu tingkat pengennbalian minimum suatu proyek investasi. Model APT tidak hanya mempertimbangkan return pasar tetapi juga variabel makro ekonomi yang berpengaruh pula terhadap besarnya return dari suatu investasi. Penelitian ini menerapkan model APT di BEJ, untuk menguji pengaruh latar makro ekonomi terhadap return saham sektoral dengan menggunakan model regresi. Pengamatan dilakukan secara bulanan dari Januari 1995 sampai dengan Juni 1997. Sampel yang digunakan adalah saham-saham yang tergabung secara sektoral menurut usaha sebagaimana dikelampokkan pada BEJ. Selain meneliti mengenai APT, dalam penelitian juga mengamati hubungan indeks saham sektoral dengan indeks gabungan dan indeks DMA, STS, NKI, FTL dan, HSH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa return saham sektoral di BEJ dipengaruhi secara signifikan oleh faktor-faktor makro ekonomi yaitu inflasi, tingkat bunga, return pasar, dan nilai tukar rupiah terhadap US$. Penggunaan beta yang distandarisir memberikan, informasi mengenai masing-masing faktor tersebut memiliki pengaruh dominan terhadap return saham sektoral tertentu, hanya variabel nilai tukar rupiah terhadap US$ memiliki pengaruh yang tidak dominan kecuali di sektor pertambangan. Penelitian ini juga melakukan regresi secara cross section untuk mengetahui pengaruh beta faktor terhadap return saham sektoral, ternyata hasilnya signifikan. Teori APT menyatakan bahwa intersep pada regresi cross section ini merupakan return yang bebas resiko. Adapun intersep yang diperoleh ternyata tidak berbeda jauh dengan tingkat bunga riil dari SBI. Indeks saham sektoral selain dipengaruhi oleh indeks domestic juga dipengaruhi oleh beberapa indeks bursa dunia. Dengan memperhatikan beta standirisir ternyata pengaruh dari indeks internasional yang lebih dominan adalah indeks DJIA, HSH dan NKJ dibanding dengan FTL,HSH. Studi ini juga menggunakan pendekatan kointegrasi untuk melihat pengaruh variasi dari variabel makro ekonomi terhadap return saham sektoral dan pengaruh variasi dari indeks dunia terhadap indeks saham sektoral baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Ternyata hanya return dan indeks saham sektor perdagangan yang memenuhi syarat dalam pengujian kointegrasi dengan menggunakan error correction model (ECM).
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maska Nanggara Asmarantaka
Abstrak :
ABSTRAK Penelitian ini membahas mengenai faktor yang mempengaruhi Return Saham Sektor Properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda dengan data panel yaitu menggabungkan antara data time series dan cross section. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang go public di sektor properti yang listed di BEI selama periode penelitian yaitu Januari 2010 sampai dengan Desember 2014 yaitu sebanyak 44 (empat puluh empat) perusahaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat suku bunga, volume perdagangan, nilai tukar rupiah terhadap USD, dan kebijakan Loan to Value (LTV) berpengaruh signifikan terhadap imbal hasil saham perusahaan sektor properti. Sedangkan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap imbal hasil saham, dan memiliki hubungan yang negatif. Kebijakan LTV terbukti efektif dalam menahan laju pertumbuhan kredit properti.
ABSTRACT This study discusses the Analysis of Impact of LTV Policy on Stock Return of Property Sector Listed at the Indonesian Stock Exchange. Testing the hypothesis in this study using multiple linear regression model with panel data that combines the data time series and cross section. The sample in this study are all companies that go public in the property sector listed at the Indonesia Stock Exchange in the period January 2010 to December 2014 as many as 44 fourty-four companies. The results showed that the interest rates, trade volume, exchange rate against the USD, and LTV policy significant effect on stock returns of property sector. While inflation is not a significant effect on stock returns, and have a negative relationship. LTV policy proved effective in slowing the growth rate of property credits.
2015
T45011
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>