Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lan, Nio Joe
Jakarta: Komunitas bambu, 2008
809 Lan d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Andita Junia Mulyadi
"Glukosa merupakan monosakarida yang paling melimpah keberadaannya di alam. Melalui reaksi katalitik, glukosa dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku pembuatan senyawa asam 2,5-furandikarboksilat (FDCA). FDCA yang bernilai guna tinggi karena potensinya sebagai material substitusi pembuatan plastik berbahan dasar fosil. Pada penelitian ini, konversi glukosa menjadi FDCA dilakukan menggunakan katalis NiO dengan support zeolit ZSM-5. ZSM-5 sebagai support disintesis terlebih dahulu menggunakan metode double template dan diimpregnasi dengan NiO dengan metode spray. Katalis NiO/ZSM-5 hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan berbagai metode karakterisasi seperti FTIR, XRD, SEM, dan SAA-BET. NiO/ZSM-5 yang diperoleh kemudian diuji aktivitas katalitiknya dalam reaksi konversi glukosa menjadi FDCA. Pelarut yang digunakan dalam reaksi ini adalah gamma-valerolakton (GVL) dan air. GVL merupakan pelarut ramah lingkungan dengan titik didih tinggi, yaitu 207 °C sehingga dipilih pada penelitian ini. Variasi kondisi reaksi yang dilakukan berupa suhu dan rasio pelarut GVL : air. Hasil uji katalitik menunjukkan kondisi optimum reaksi pada suhu 150 °C dan rasio pelarut GVL : air 1 : 1, dimana hasil yang diperoleh berupa persentase yield FDCA sebesar 2,27%.

Glucose is the most abundant monosaccharide in nature. Through catalytic reaction, glucose can be utilized as a raw material to produce a high-use-value compounds, Furandicarboxyluc acid (FDCA) as a subtitute of fossil-based plastics. In this study, the conversion of glucose to FDCA was carried out using double template method and was impregnated with NiO using spray method.  The as-synthesized NiO/ZSM-5 catalyst were then characterized using a various variation of characterization methods such as FTIR, XRD, SEM, and BET. The NiO/ZSM-5 were then tested for catalytic activity in the conversion reaction of glucose to FDCA. The solvents used in this reaction were gamma-valerolactone (GVL) and water. GVL is an environmentally friendly solvent with a high boiling point, which is 207 °C so it was chosen in this study.The factors tests in this study were temperature and the ratio of GVL : water. The catalytic reaction showed the optimum condition at 150 °C and ratio of GVL : water was 3 : 1, in which the yield of FDCA were 2,27%. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Haifa
"Tingkat kadar lingkungan serta manusia yang hidup di lingkungan tersebut. Oleh karena itu, sangat penting untuk menyelidiki konsentrasi urea dalam sampel klinis dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sensor urea dengan teknik elektrokimia menggunakan NiO berpori. Preparasi NiO berpori dilakukan dengan metode anodisasi dalam larutan KOH dan H2O dengan kehadiran gliserol. Karakterisasi NiO berpori menggunakan SEM-EDS, XRD, dan FTIR menunjukkan NiO berpori dengan pori berbentuk kotak dan diameter rata-rata sebesar 90 – 1700 nm. Pembentukan NiO berpori meningkatkan luas permukaan elektroda sebesar 2 kali dari Ni plat. Selanjutnya pengukuran larutan urea dalam KOH secara elektrokimia menggunakan sistem sel tiga elektroda dengan kawat Pt sebagai elektroda counter dan Ag/AgCl sebagai elektroda reference dengan teknik CV menunjukkan koefisien korelasi 0,995 pada rentang konsentrasi 0 – 100 μM dengan LOD 1,367 μM, LOQ 4,557 μM, dan sensitivitas 0,400 μA/μM.cm2 urea, dan keberulangan dengan nilai %RSD sebesar 3,69 dengan 10 kali pengulangan. Pengukuran larutan urea dalam KOH dilakukan juga dengan teknik amperometri pada potensial 0,53 V memiliki nilai LOD 15,102 μM, LOQ 50,342 μM, dan sensitivitas 0,205 μA/μM.cm2 urea, dan keberulangan dengan nilai %RSD sebesar 33,448 dengan 10 kali pengulangan. Aplikasi sensor yang dikembangkan dicoba untuk mengukur kadar urea dalam sampel urine menunjukkan kadar urea sebesar 519,953 μM urea dengan metode CV dan 757,582 μM urea dengan metode amperometri. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa sensor yang dikembangkan memiliki potensi untuk digunakan dalam sensor urea pada berbagai sampel.

The level of urea levels in the aquatic environment greatly affects the health of the environment and humans who live in that environment. Therefore, it is very important to investigate the urea concentration in clinical and environmental samples. This study aims to make a urea sensor with electrochemical techniques using porous NiO. The preparation of porous NiO was carried out by anodizing method in a solution of KOH and H2O in the presence of glycerol. The characterization of porous NiO using SEM-EDS, XRD, and FTIR showed porous NiO with square pores and an average diameter of 90 – 1700 nm. The formation of porous NiO increases the surface area of the electrode by 2 times than Ni plate. Furthermore, the measurement of the urea solution in KOH electrochemically using a three-electrode cell system with Pt wire as the counter electrode and Ag/AgCl as the reference electrode with the CV technique showed a correlation coefficient of 0,995 in the concentration range of 0 – 100 μM with an LOD of 1,367 μM, LOQ 4,557 μM, and sensitivity 0,400 μA/μM.cm2 urea, and repeatability with an %RSD value of 3,69 with 10 repetitions. Measurement of urea solution in KOH was also carried out using the amperometric technique at a potential of 0,53 V having an LOD value of 15,102 μM, LOQ 50,342 μM, and a sensitivity of 0,205 μA/μM.cm2 urea, and repeatability with an %RSD value of 33,448 with 10 times repetition. The sensor application developed was tested to measure urea levels in urine samples showing urea levels of 519,953 μM urea using the CV method and 757,582 μM urea using the amperometric method. The results indicate that the developed sensor has the potential to be used in urea sensors in various samples."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosephine Liliana Intan Danar Saputri
"Isatin (1H-indole-2,3-dione) merupakan senyawa heterosiklis alami yang diekstraksi dari berbagai tumbuhan dan memiliki aktifitas biologi sebagai agen antikanker. Chalcone dengan penambahan beberapa gugus fungsional (hydroxyl, carboxyl, phenyl, etc) memungkinkan menjadi template yang berguna bagi pengembangan agen antikanker yang baru. Seiring perkembangan jaman, isatin dan chalcone sudah sering dimanfaatkan sebagai prekursor dalam pembuatan obat-obatan antikanker, bahkan dalam proses pembuatannya menggunakan teknologi bersifat nano yang jauh lebih efisien dan efektif. Dalam penelitian ini, kami telah mensintesis nanopartikel Cu/NiO dengan metode sol-gel yang melibatkan ekstrak daun Annona muricata L. Nanopartikel Cu/NiO digunakan sebagai katalis untuk sintesis isatin-based chalcone dan senyawa ini akan diaplikasikan sebagai agen antikanker terhadap sel kanker MCF-7. Nanopartikel Cu/NiO yang diperoleh dikarakterisasi menggunakan FT-IR, XRD, FESEM-EDS. Menurut hasil karakterisasi, ukuran kristal untuk nanopartikel Cu/NiO sebesar 5,4566 nm dan ukuran partikel sebesar 25,081 ± 8,422 nm dengan bentuk bulat tidak beraturan. Sintesis senyawa isatin-based chalcone melalui metode refluks mengikuti mekanisme reaksi kondensasi claisen schmidt menggunakan 5% mmol nanopartikel Cu/NiO menghasilkan yield untuk masing-masing produk sebesar 50% (produk 1), 32,37% (produk 2), 24,29% (produk 3), 32,35% (produk 4), 50.86% (produk 5), dan 69.88% (produk 6). Efektivitas keenam produk terhadap sel kanker MCF-7 terlihat dari nilai IC50 sebagai berikut Produk 1 (IC50 = 0,00157 μg/ml), Produk 2 (IC50 = 100,897 μg/ml), Produk 3 (IC50 = 81,991 μg/ml), Produk 4 (IC50 = 8107,54 μg/ml), Produk 5 (IC50 = 77,9291 μg/ml), Produk 6 (IC50 = 25,4521 μg/ml). Berdasarkan nilai IC50 yang diperoleh menunjukkan bahwa Produk 1 dan Produk 6 memiliki aktivitas yang kuat jika dibandingkan dengan Produk 3 dan Produk 5 yang kemampuan aktivitasnya termasuk sedang. Namun, produk 2 dan produk 4 tidak memiliki aktivitas antikanker terhadap sel kanker MCF-7.

Isatin (1H-indole-2,3-dione) is a natural heterocyclic compound extracted from various plants and has biological activity as an anticancer agent. Chalcones with the addition of several functional groups (hydroxyl, carboxyl, phenyl, etc.) may become useful templates for the development of new anticancer agents. Along with the times, isatin and chalcone have often been used as precursors in the manufacture of anticancer drugs, even in the manufacturing process using nanotechnology which is much more efficient and effective. In this study, we have synthesized Cu/NiO nanoparticles using the sol-gel method involving Annona muricata L leaf extract. Cu/NiO nanoparticles are used as catalysts for the synthesis of isatin-based chalcone and these compounds will be applied as anticancer agents against MCF-cancer cells. 7. The Cu/NiO nanoparticles obtained were characterized using FT-IR, XRD, FESEM-EDS. According to the characterization results, the crystal size for Cu/NiO nanoparticles was 5.4566 nm and the particle size was 25.081 ± 8.422 nm with irregular spherical shapes. The synthesis of isatin based on chalcone using the reflux method refers to the Claisen Schmidt condensation reaction using 5% mmol Cu/NiO nanoparticles resulting in yields for each product of 50% (product 1), 32.37% (product 2), 24.29% (product 3), 32.35% (product 4), 50.86% (product 5), and 69.88% (product 6). The effectiveness of the six products against MCF-7 cancer cells can be seen from the IC50 values as follows Product 1 (IC50 = 0.00157 μg/ml), Product 2 (IC50 = 100.897 μg/ml), Product 3 (IC50 = 81.991 μg/ml), Product 4 (IC50 = 8107.54 μg/ml), Product 5 (IC50 = 77.9291 μg/ml), Product 6 (IC50 = 25.4521 μg/ml). Based on the IC50 value obtained, it shows that Product 1 and Product 6 have strong activity when compared to Product 3 and Product 5, which have moderate activity capabilities. However, product 2 and product 4 did not have anticancer activity against MCF-7 cancer cells."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erin Caroline
"Metilen biru merupakan pewarna organik berbahaya dari limbah industri tekstil yang menyebabkan permasalahan lingkungan yang serius. Degradasi metilen biru dapat dilakukan melalui proses fotokatalisis dengan semikonduktor berbasis oksida logam seperti NiO dan CuBi2O4. Pada penelitian ini, NiO disintesis melalui metode sol-gel, sedangkan CuBi2O4 disintesis melalui metode solvotermal. Nanokomposit NiO/CuBi2O4 telah berhasil dikembangkan dengan memodifikasi NiO dan CuBi2O4 melalui metode grinding-annealing, yang dikonfirmasi oleh hasil karakterisasi XRD, FTIR, TEM, dan UV-Vis DRS. Penurunan nilai energi celah pita NiO dari 3,39 eV akibat keberadaan CuBi2O4 dapat diamati. Energi celah pita NiO pada NiO/CuBi2O4 1:1, 1:2, dan 2:1 yang diperoleh dari hasil karakterisasi UV-Vis DRS adalah 2,95 eV, 2,89 eV, dan 3,15 eV. Selain itu, aktivitas fotokatalitik NiO, CuBi2O4, dan NiO/CuBi2O4 sebagai katalis juga dievaluasi melalui degradasi metilen biru di bawah radiasi sinar tampak selama 3 jam. Hasil menunjukkan bahwa modifikasi NiO dengan CuBi2O4 dapat meningkatkan aktivitas fotokatalitik. Persentase fotodegradasi metilen biru dengan 10 mg katalis NiO/CuBi2O4 2:1 adalah 74,12% dengan konstanta laju sebesar 6,07×10–3 menit–1, yang lebih tinggi dibandingkan NiO dan CuBi2O4 tanpa modifikasi

Methylene blue is a hazardous organic dye from textile industrial effluents which causes serious environmental problems. Degradation of methylene blue could be carried out through photocatalysis process using metal oxide-based semiconductors such as NiO and CuBi2O4. In this study, NiO was synthesized by sol-gel method, while CuBi2O4 was synthesized by solvothermal method. NiO/CuBi2O4 nanocomposite was successfully developed by modifying NiO and CuBi2O4 through grinding-annealing method, which was confirmed by the results of XRD, FTIR, TEM, and UV-Vis DRS characterization. The decrease in bandgap energy value of NiO from 3.39 eV due to the presence of CuBi2O4 could be observed. The bandgap energies of NiO in NiO/CuBi2O4 1:1, 1:2, and 2:1 obtained from the results of UV-Vis DRS characterization were 2.95 eV, 2.89 eV, and 3.15 eV. Furthermore, the photocatalytic activity of NiO, CuBi2O4, and NiO/CuBi2O4 as catalysts were also evaluated by methylene blue degradation under visible light irradiation for 3 hours. The results showed that modification NiO with CuBi2O4 could enhance the photocatalytic activity. The percentage of methylene blue photodegradation using 10 mg NiO/CuBi2O4 2:1 catalyst was 74.12% with a rate constant of 6.07×10–3 min–1, which was higher than NiO and CuBi2O4 without modification."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hafid Thoyibi
"Bahan bakar fosil telah memainkan peran penting dalam pembangunan masyarakat, tetapi dampak lingkungan yang ditimbulkan dan keterbatasan sumber dayanya menunjukan perlunya dilakukan transisi menuju energi berkelanjutan. Sel bahan bakar berbasis hidrogen menghadapi tantangan dalam hal penyimpanan dan transportasi. Amonia muncul sebagai alternatif yang menjanjikan dengan kepadatan energi yang tinggi dan efisiensi biaya. Penelitian ini mengeksplorasi sintesis nikel oksida berpori (p-NiO) melalui metode anodisasi untuk meningkatkan luas permukaan dan stabilitasnya sebagai anoda dalam Direct Ammonia Fuel Cell (DAFC). Berdasarkan hasil karakterisasi FTIR dan UV-DRS, dapat dilihat bahwa p-NiO telah berhasil disintesis di atas permukaan Ni foil melalui metode anodisasi. Proses anodisasi dilakukan pada beberapa variasi potensial yaitu 5 V, 15 V, 30 V, 45 V, dan 60 V, dimana berdasarkan hasil uji elektrokima voltametri siklik dalam pengujian luas permukaan elektro-aktif dan eletro-oksidasi amonia, NiO-45 menunjukkan hasil yang optimum. Selanjutnya, uji performa NiO-45V sebagai anoda pada DAFC menunjukkan densitas tertinggi sebesar 429,25 μW cm-2. Hasil ini menunjukkan potensi NiO-45 sebagai elektroda pada DAFC.

Fossil fuels have played a crucial role in societal development, but their environmental impacts and limited availability necessitate a transition to sustainable energy sources. Hydrogen-based fuel cells face challenges in storage and transportation. Ammonia emerges as a promising alternative due to its high energy density and cost efficiency. This study explores the synthesis of porous nickel oxide (p-NiO) via anodization to enhance its surface area and stability as an anode in Direct Ammonia Fuel Cells (DAFC). Based on FTIR and UV-DRS characterizations, the anodization process successfully formed p-NiO on the Ni foil surface. Anodization was carried out at various potentials (5 V, 15 V, 30 V, 45 V, and 60 V). From cyclic voltammetry electrochemical tests on surface area and ammonia electro-oxidation, NiO-45 exhibited optimal results. Furthermore, the performance test of NiO-45 as an anode in ammonia fuel cells demonstrated the highest power density of 429.25 μW cm⁻². These findings indicate that NiO-45 has potential as an electrode in ammonia fuel cells"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadel Al Farouq
"ABSTRAK
Polutan asap rokok dan gas CO menjadi salah satu polutan yang mudah ditemui di lingkungan sekitar. Pada kadar yang tinggi maupun rendah sangat berbahaya bagi kesehatan. Pengurangan kadarnya dapat memanfaatkan adsorben berupa karbon aktif. Karakter karbon aktif yang diperlukan perlu disesuaikan karakteristiknya untuk menjerap asap rokok dan gas CO. Salah satu bahan baku berpotensial yaitu batang jagung dengan komposisi 34,4% lignin, 33,1% selulosa, 28,9% hemiselulosa. Batang jagung melalui tahap preparasi, karbonisasi dan aktivasi. Tahap pertama akan dikarbonisasi pada suhu 500 oC selama 1 jam 30 menit. Lalu akan mengalami diaktivasi oleh 2 agen aktivator yaitu KOH dan NaOH dengan masing-masing divariasikan suhu aktivasinya pada suhu 650, 700, dan 750 oC. Tahap aktivasi fisik-kimia berlangsung dalam tubular furnace dengan dialiri gas N2 laju 300 ml/min selama 1 jam. Karbon aktif dengan karakteristik terbaik dihasilkan oleh aktivasi menggunakan KOH pada suhu 750 oC dengan yield 24,25%, bilangan Iod 602 mg/g dan SBET 599 m2/g. Untuk memperkuat daya adsorpsi, hasil karbon aktif akan dimodifikasi dengan impregnasi logam NiO. Modifikasi ini turut divariasikan dengan persentase loading 0,5%, 1% dan 2%. Pengujian adsorpsi terhadap gas CO dan asap rokok terbaik ditunjukkan oleh variasi loading 0,5% yang mampu mereduksi gas CO sebesar 29,9% dengan jumlah 37.372 ppm. yang didukung dengan karakteristik modifkasi terbaik dengan bilangan Iod 844 mg/g dan SBET 839 m2/g. Sehingga dengan penilitian ini memanfaatkan ketersediaan limbah batang jagung sebagai bahan baku karbon aktif untuk menjerap gas CO dan asap rokok.

ABSTRACT
Cigarette smoke pollutants and CO gas become one of the pollutants that are easily found in the surrounding environment. At high and low levels it is very dangerous for health. Reducing levels can utilize the adsorbent in the form of activated carbon. The character of activated carbon needed needs to be adjusted for its characteristics to absorb cigarette smoke and CO gas. One potential raw material is corn stalk with a composition of 34.4% lignin, 33.1% cellulose, 28.9% hemicellulose. Corn stalks through preparation, carbonization and activation. The first stage will be carbonized at 500 oC for 1 hour 30 minutes. Then it will be activated by 2 activator agents, namely KOH and NaOH with each of them activating the temperature at 650, 700 and 750 oC. The physical-chemical activation stage takes place in tubular furnaces with N2 gas flowing at a rate of 300 ml / min for 1 hour. Activated carbon with the best characteristics was generated by activation using KOH at a temperature of 750 oC with yield of 24.25%, Iodine number 602 mg/g and SBET 599 m2/g. To strengthen the adsorption power, the results of activated carbon will be modified by impregnating NiO metal. This modification is also varied with loading percentages of 0.5%, 1% and 2%. The best adsorption test on CO and cigarette smoke is indicated by variations in loading of 0.5% which can reduce CO gas by 29.9% with a total of 37,372 ppm. which is supported by the best modification characteristics with Iod number 844 mg/g and SBET 839 m2/g. So with this research utilizing the availability of corn stalk waste as raw material for activated carbon to absorb CO gas and cigarette smoke.

 

"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Permata Sari
"Vanilin dapat diperoleh dari lignin yang berasal dari biomassa lignoselulosa seperti tandan kosong kelapa sawit (TKKS) melalui reaksi depolimerisasi. Lignin dari tandan kosong kelapa sawit dapat diperoleh melalui proses isolasi dimana dilakukan proses delignifikasi untuk memperoleh black liquor. Pengendapan black liquor dengan asam sulfat menghasilkan lignin dengan kadar acid insoluble lignin (AIL) sebesar 19%. Reaksi depolimerisasi lignin dapat berlangsung pada temperatur 200oC dengan adanya katalis zeolit NaY yang telah dimodifikasi menjadi HY dan diimpregnasi dengan nikel oksida (NiO/HY).
Hasil analisa produk hasil depolimerisasi menunjukkan bahwa penggunaan katalis zeolit Y dari bahan sintetik menujukkan % yield yang lebih tinggi dibandingkan dengan katalis zeolit Y dari bahan alam. Selain itu, penambahan nikel oksida pada zeolit HY menyebabkan dihasilkannya % yield vanilin yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan zeolit HY tanpa impregnasi. Zeolit NaY berbasis bahan alam dibuat dari kaolin sebagai sumber silika dan alumina. Sumber silika berasal dari metakaolin yang merupakan hasil pemanasan kaolin pada suhu tinggi. Sedangkan sumber alumina berasal dari silika ekstraksi yang merupakan hasil dari ektraksi kaolin. Metode sintesis NaY alam yang diadaptasi dari metode Khemthong menggunakan seed gel dan feed stock gel dimana dilakukan proses ageing selama 1 hari untuk keberhasilan proses sintesis.

Vanilin can be obtained from lignin derived from lignocellulose biomass such as oil palm empty bunches (OPEFB) through depolymerization reactions. Lignin from oil palm empty bunches can be obtained through an isolation process where a delignification process is carried out to obtain black liquor. Precipitation of black liquor with sulfuric acid produces lignin with an acid insoluble lignin (AIL) level of 19%. The lignin depolymerization reaction can take place at a temperature of 200oC in the presence of a modified NaY zeolite catalyst into HY and impregnated with nickel oxide (NiO / HY).
The results of the depolymerization product analysis showed that the use of Y zeolite catalyst from synthetic materials showed a higher yield% compared to natural zeolite Y catalysts. In addition, the addition of nickel oxide to HY zeolite caused higher yield of vanillin yield compared to HY zeolite without impregnation. Natural material based NaY zeolite was made from kaolin as a source of silica and alumina. The source of silica comes from metakaolin which is the result of heating kaolin at high temperatures. While the alumina source comes from extraction silica which is the result of kaolin extraction. Natural NaY synthesis method adapted from the Khemthong method uses seed gel and feed stock gel where the aging process is carried out for 1 day for the success of the synthesis process.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T54124
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widia Nailul Muna
"Pada penelitian ini nanopartikel Alnanopartikel MgO, nanopartikel NiO, nanokomposit Al-MgO, dan nanokomposit AMgO-NiO berhasil dipreparasi menggunakan ekstrak rimpang kencur Kaempferia galanga melalui metode green synthesis Rimpang kencur dipilih karena mengandung senyawa metabolit sekunder yang dapat berperan sebagai sumber basa (penghidrolisa) dan zat penstabil capping agent Pada penelitian ini nanopartikel Al2O3, nanopartikel MgO, nanopartikel NiO, nanokomposit Al2O3-MgO, dan nanokomposit Al2O3-MgO-NiO berhasil dipreparasi menggunakan ekstrak rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) melalui metode green synthesis. Rimpang kencur dipilih karena mengandung senyawa metabolit sekunder yang dapat berperan sebagai sumber basa (penghidrolisa) dan zat penstabil (capping agent). Spektroskopi FTIR, XRD, PSA, SEM-EDX, dan TEM digunakan untuk mengkarakterisasi material hasil preparasi. Karakterisasi TEM menunjukkan bahwa nanokomposit Al2O3-MgO-NiO hasil preparasi menggunakan ekstrak rimpang kencur memiliki rata-rata ukuran sebesar 61,48 nm. Aktivitas katalitik dari nanokomposit Al2O3-MgO-NiO lebih tinggi dibandingkan nanokomposit Al2O3-MgO dan nanopartikel MgO terhadap konversi asam oleat dengan persen konversi masing-masing 45,99%; 41,34% dan 41,44%.

In this study, Al2O3 nanoparticles, MgO nanoparticles, NiO nanoparticles, Al2O3-MgO nanocomposites, and Al2O3-MgO-NiO nanocomposites were successfully preparation using Kaempferia galanga L. rhizome extracts by green synthesis method. The Kaempferia galanga L. rhizome was chosen because it contained secondary metabolites which could be collected as a source of bases and capping agents. FTIR spectroscopy, XRD, PSA, SEM-EDX, and TEM were used to characterize the prepared materials. The characterization of TEM showed that the prepared Al2O3-MgO-NiO nanocomposite using Kaempferia galanga L. rhizome extract had an average size of 61.48 nm. The catalytic activity of Al2O3-MgO-NiO nanocomposite was higher than Al2O3-MgO nanocomposite and MgO nanoparticles against oleic acid conversion with percent conversion of 45.99%, 41.34% and 41.44%, respectively."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Ayuningdyas
"Senyawa hidrazon merupakan senyawa yang masuk ke dalam kelas basa Schiff. Hidrazon dan turunannya termasuk kedalam senyawa yang bersifat versatile dan memiliki sifat biologis yang beragam akibat adanya gugus C=N. Hidrazon menjadi salah satu potensial ligan untuk kompleks logam karena memiliki kemampuan koordinasi yang baik sebagai ligan. Pada penelitian ini dilakukan sintesis 5 macam hidrazon yang dikatalisis oleh asam asetat glasial dengan gugus aromatik aldehida yang berbeda, diantaranya 4-metoksibenzaldehida, benzaldehida, 4-hidroksibenzaldehida, sinamaldehida, dan vanilin dengan rendemen secara berturut-turut 94,3%, 70%, 85%, 74,5%, dan 89,4%. Selain itu, terdapat 3 macam hidrazon yang disintesis dengan menggunakan nanokatalis NiO, yaitu hidrazon berbasis 4-metoksibenzaldehida, hidrazon berbasis benzaldehida, dan hidrazon berbasis sinamaldehida dengan rendemen masing masing sebesar 97,24%, 59%, dan 75%. Selanjutnya, kedua ligan dilakukan karakterisasi dengan menggunakan KLT, UV-Vis, dan FTIR. Khusus untuk ligan yang dikatalisis asam asetat glasial dilakukan karakterisasi tambahan berupa LC-MS. Ligan yang telah disintesis direaksikan dengan Zn(CH3COO)2 untuk membentuk senyawa kompleks. Adapun, produk dari senyawa kompleks bejumlah 5 dengan masing masing ligan 4-metoksibenzaldehida, benzaldehida, 4-hidroksibenzaldehida, sinamaldehida, dan vanilin memiliki rendemen secara berturut-turut 52,9%, 33%, 40,9% 51,2%, 86,5%, dan 38%. Senyawa kompleks yang terbentuk dikarakterisasi UV-Vis, FTIR, dan AAS. Pada sintesis ligan dan kompleks dilakukan uji bioaktivitas berupa antioksidan untuk membandingkan potensi antioksidan antara ligan dan senyawa kompleks tersebut.

Hydrazone is a compound from schiff base’s group whose versatile and has diverse biological properties due to the presence of C=N group. Hydrazone has a potential as a ligand of complex compound because they have a good coordination abilities as a ligand. In this research, there are 5 types of hydrazone with acetic acid as a catalyst whose been synthesized with different aromatic aldehyde group which include 4-methoxybenzaldehyde, benzaldehyde, 4-hydroxybenzaldehyde, cinnamaldehyde, and vanillin with yield respectively 94,3%, 70%, 85%, 74,5%, and 89,4%. Meanwhile, there are 3 types of aromatic aldehyde whose been synthesized with NiO nanocatalyst which include 4-methoxybenzaldehyde, benzaldehyde, and cinnamaldehyde with yield respectively 97,24%, 59%, and 75%. These ligand has been characterized with TLC, UV-Vis, FTIR, while there are addition LCMS characterization for ligand with acetic acid glacial as a catalyst. Furthermore, each ligand become a reagent for complexes synthesis and those complex have benn characterize with AAS, FTIR, and UV-Vis. For antioxidant bioactivity there are comparison between ligand and complex."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>