Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iwan Gustopo Utomo
Abstrak :
Perkembangan teknologi yang sangat cepat terutama diperlihatkan oleh konvergensi teknologi informasi (TI) dengan telekomunikasi. Konvergensi teknologi menjadikan jaringan telekomunikasi, baik sambungan tetap maupun nirkabel tidak hanya untuk mentransmisikan layanan suara, tetapi juga berbagai jenis data dan gambar, termasuk untuk akses Internet dan video. Teknologi FTTx dirasa sebagai salah satu opsi dalam pengelaran jaringan optik ini dengan beberapa keunggulan diantaranya adalah stabilitas bandwidth untuk menjangkau daerah yang jauh serta tersedianya bandwith kumulatif sampai dengan 1 Gbps, kondisi ini menjamin konvergensi layanan bisa dikirimkan ke pelanggan dengan kualitas yang baik Mengigat teknologi FTTx adalah teknologi baru yang saat ini mulai dikembangkan di Indonesia, maka perlu kiranya dilakukan analisa dalam pemilihan teknologi dengan mempertimbangkan 2 (dua) faktor utama yaitu aspek teknologi dan aspek bisnis.untuk menjamin bahwa implementasi ini dapat dilaksanakan dan memberikan keuntungan bagi operator. Dari hasil analisa yang kami lakukan, terlihat bahwa factor makro mendukung untuk implementasi teknologi fiber optic FTTx. Hal ini diperkuat dari hasil analisis ekonomi dimana diperoleh hasil investasi di sector ini layak untuk dijalankan. Secara teknologi pemilihan teknologi GPON FTTx tepat untuk diimplementasikan di Indonesia. ......Technological development is very fast, especially shown by the convergence of information technology (IT) with telecommunications. Convergence technology makes telecommunications networks, both fixed and wireless connection not only to transmit voice services, but also various types of data and images, including internet access and video. FTTx technologies considered as one option in the optical networks with several advantages including the stability of the bandwidth to reach remote areas and the availability of cumulative bandwidth up to 1 Gbps, this condition can guarantee the convergence of services delivered to customers with good quality. FTTx technology is new technology that is currently begin developed in Indonesia, it is necessary to do analysis in the choice of technology by considering two main factors : business aspect and technologies aspect to ensure that this implementation can be implemented and provide benefit to the operator. From this analysis we did, it seems that the macro factors support for the implementation FTTx optical fiber technology. This was confirmed from the results of economic analysis where the result of investment in this sector feasible. GPON FTTx Technology selection appropriate for implementation in Indonesia.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27750
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arfan Efendi
Abstrak :
Di era digital yang berkembang pesat, kebutuhan akan infrastruktur jaringan data center yang aman dan efisien menjadi semakin penting. Penggunaan Virtual Extensible LAN (VXLAN) dalam data center menawarkan skala dan fleksibilitas, tetapi tantangan muncul dalam menjaga keamanan data yang sensitif, terutama saat data  ditransmisikan melalui jaringan yang tidak terpercaya atau terbuka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan dan mengevaluasi kinerja infrastruktur data center berbasis VXLAN yang diintegrasikan dengan protokol L2TPV3 dan IPsec yang bertujuan untuk meningkatkan keamanan. Metode yang diterapkan meliputi konfigurasi VXLAN yang diintegrasikan dengan L2TPV3 dan IPsec dalam lingkungan jaringan yang disimulasikan menggunakan EVE-NG. Penelitian juga memanfaatkan otomatisasi dengan Python, Ansible, dan Git untuk efisiensi
konfigurasi dan manajemen jaringan. Pengujian dilakukan pada berbagai skenario, serta evaluasi kinerja jaringan dengan menggunakan dua perbandingan MTU untuk pengetesan latensi dan rata-rata RTT. Hasil dari pengujian mengindikasikan penambahan overhead pada waktu RTT rata-rata sebesar 4 ms untuk MTU standar dan 2000 byte, serta kenaikan sebesar 3 ms untuk MTU 1500 byte. Sementara untuk MTU yang lebih besar, yaitu 3000 byte dan 4000 byte, kenaikan RTT rata-rata lebih signifikan, yakni sekitar 4 ms dan 8 ms, berturut-turut. Temuan ini menyarankan bahwa MTU 1500 byte bisa menjadi pilihan yang lebih optimal, karena mencatatkan nilai RTT yang lebih stabil dan rendah dibandingkan dengan ukuran MTU yang lebih besar. Berdasarkan hasil penelitian, MTU 2000 byte menghasilkan kinerja yang tidak berbeda dengan MTU 1500 byte sehingga membuktikan MTU 2000 byte menjadi pilihan yang aman untuk implementasi metode yang diusulkan pada jumbo frame. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa integrasi L2TPV3 dan IPsec dapat melindungi paket menggunakan enkripsi dan berhasil di integrasikan dengan teknologi VXLAN. Hal ini terbukti dari hasil pengujian kinerja dan analisis paket, di mana data yang ditransmisikan melalui jalur yang dilindungi IPsec menunjukkan keamanan yang lebih baik dibandingkan dengan jalur tanpa IPsec. Selain itu, implementasi otomatisasi berhasil melakukan efisiensi terhadap pekerjaan konfigurasi VXLAN yang berulang. VXLAN dengan L2TPv3 dan IPSEC menyediakan solusi yang efektif dalam meningkatkan keamanan data center. Temuan ini membuka peluang untuk penerapan infrastruktur jaringan yang lebih aman dalam lingkungan data center modern. ......In the rapidly evolving digital era, the need for secure and efficient data center network infrastructure is increasingly important. The use of Virtual Extensible LAN (VXLAN) in data centers offers scalability and flexibility, but challenges arise in maintaining the security of sensitive data, especially when transmitted over untrusted or open networks. The purpose of this study is to develop and evaluate the performance of a VXLAN-based data center infrastructure integrated with L2TPV3 and IPsec protocols aimed at enhancing security. The applied methods include the configuration of VXLAN integrated with L2TPV3 and IPsec in a network environment simulated using EVE-NG. The study also leverages automation with Python, Ansible, and Git for efficient configuration and network management. Testing was conducted across various scenarios, along with network performance evaluation using two MTU sizes for testing latency and average RTT. The results indicate an added overhead of 4 ms for the average RTT for standard and 2000-byte MTUs, and an increase of 3 ms for the 1500-byte MTU. For larger MTUs, specifically 3000 and 4000 bytes, the increase in average RTT is more significant, approximately 4 ms and 8 ms respectively. These findings suggest that a 1500-byte MTU may be a more optimal choice, recording more stable and lower RTT values compared to larger MTU sizes. Based on the research findings, a 2000-byte MTU performs comparably to a 1500-byte MTU, proving to be a safe choice for implementing the proposed method in jumbo frames. The data obtained indicates that the integration of L2TPV3 and IPsec can protect packets using encryption and successfully integrates with VXLAN technology. This is evident from the performance testing and packet analysis results, where data transmitted through IPsec-protected paths shows better security compared to paths without IPsec. Furthermore, the implementation of automation has successfully increased efficiency for repetitive VXLAN configuration tasks. VXLAN with L2TPv3 and IPSec provides an effective solution for enhancing data center security. These findings open up opportunities for the deployment of more secure network infrastructure in modern data center environments.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pane, Taufik Ardiansyah
Abstrak :
Indonesia dihadapi pada tantangan globalisasi, di mana Indonesia belum memiliki kemampuan persaingan yang baik dengan bangsa lain. Selain itu, bangsa ini juga memiliki tugas untuk menyelesaikan persoalan missing link dan digital devide yang sampai scat ini belum tertuntaskan. Program Universal Service Obligation adalah salah satu program kewajiban layanan komunikasi yang menjadi tanggung jawab semua pihak untuk diakomodir oleh pemerintah. Dengan program ini, layanan komunikasi diberikan dengan membangun infrastruktur jaringan telekomunikasi, sehingga dapat memberikan aksesibilitas layanan komunikasi yang memadai kepada masyarakat. Pembangunan USO dirasakan lambat, bila Indonesia ingin menjawab tantangan globalisasi dalam beberapa tahun mendatang, maka implementasi USO dapat menggunakan salah satu alternatif dengan pemanfaatan frekuensi 2.4 GHz. Pemilihan teknologi nirkabel dengan memanfaatan frekuensi 2.4 GHz dapat menggunakan teknologi berbasis wireless internal protocol sebagai alternatif infrastruktur jaringan dengan wi-fi sebagai akses komunikasi data dengan salah satu karena frekuensi ini terbebas dari Biaya Hak Penggunaan Frekuensi, sehingga dalam pengaplikasiannya dapat mereduksi biaya operasional yang dikeluarkan. Akan tetapi, diperlukannya revisi regulasi untuk implementasi USO dengan pemanfaatan frekuensi 2.4 GHz agar menjadi lebih jelas penggunaan frekuensi ini yang akan didayagunakan untuk kepentingan USO dengan tetap dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai frekuensi bebas. Regulasi dalam implementasi USO sendiri perlu adanya revisi dengan ditambahkan pemanfaatan frekuensi ini sebagai salah satu alternatif solusi implementasi USO. Implementasi USO dengan pemanfaatan frekuensi ini dapat menghasilkan regulasi yang sinergi karena nnengatur kembali KM.34 Tahun 2004 dan KM.2 Tahun 2005. Diharapkan pemerintah dapat mempertimbangkan usulan ini karena akan memberikan implikasi yang positif kepada masyarakat secara lokal dan dalam jangka waktu panjang dapat memberikan efek positif secara nasional dengan suksesnya penggelaran program USO ini.
Indonesia is faced with globalization challenge, where Indonesia doesn?t have good challenge capability with other nations. Beside that, this nation also has a duty to finished missing link problem and digital devide which so far was undone. Universal Service Obligation program is one of the communication service obligation programs that become responsibility for every related company accommodated by government. With this program, communication service is given in construction of telecommunication network infrastructure, so that can give adequate communication service accessibility for society. USO development felt slow, if Indonesia want to answer globalization challenge in the next couple years, so USO implementation can apply one alternative of the benefit of 2.4 GHz frequency. The selection of wireless technology utilizing 2.4 GHz frequency can use technology based on wireless internet protocol as alternative of network infrastructure with wi-fi as data communication access because this frequency is free from right cost of frequency utilization, so in it application can reduce operational cost. However, the regulation revision is needed for USO implementation utilizing 2.4 GHz frequency, to make clear the utilization of this frequency which will exploit for USO interest and still can be used by society as free frequency. Regulation in USO implementation itself required some revision with addition frequency utilization as one of alternative solution in USO implementation. USO implementations uses this frequency can produce synergy regulation because rearrange KM.34 year 2004 and KM.2 year 2005. It is expected that government can consider this proposal because it will gave a positive implication into society locally and in long term it can gave positive effect by nationally with the succession of this USO program exhibition.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16855
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
This book provides a comprehensive review of China’s Internet development in the past 23 years since the country’s first access to the Internet, especially since the 18th National Congress of the Communist Party of China. It offers a systematic account of China’s experience in Internet development and governance, and establishes and presents China’s Internet Development Index System, covering network infrastructure, information technology, digital economy, e-governance, cyber security, and international cyberspace governance.
Berlin: Springer Berlin, Heidelberg, 2019
e20502757
eBooks  Universitas Indonesia Library