Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anisa Catur Wijayanti
Abstrak :
ABSTRAK
Status kesehatan bayi merupakan salah satu indikator yang sensitif untuk menilai kesehatan masyarakat di suatu negara. Penilaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilakukan dengan melihat beberapa indikator yang tercermin dalam kondisi morbiditas, mortalitas dan status gizi. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA) dan Angka Kematian Ibu (AKI). Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal, yaitu 0-28 hari pertama kehidupan. Data SDKI menunjukkan angka kematian neonatal dari tahun 1993-1997 sebesar 25 menjadi 20 per 1.000 kelahiran pada tahun 1998-2002, dan kemudian pada tahun 2003-2007 Angka Kematian Neonatal (AKN) menjadi 19 per 1.000 kelahiran (BKKBN dkk, 1997, 2003, 2007).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jumlah anak yang dilahirkan dengan kejadian kematian neonatal berdasarkan data SDKI Tahun 2007. Penelitian dilakukan dengan desain cross sectional menggunakan data SDKI Tahun 2007 dengan sampel sebanyak 15.273. analisis multivariat menggunakan Logistic Regression.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan jumlah anak yang dilahirkan terhadap kejadian kematian neonatal dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, jarak lahir, kunjungan ANC, tempat persalinan, riwayat operasi saesar dan jenis kelamin. Diketahui nilai POR sebesar 2,314 (95% CI : 1,122-4,7722) artinya ibu dengan jumlah anak yang dilahirkan 1 dan ≥ 4 memiliki risiko 2,314 kali untuk terjadinya kematian neonatal dibandingkan ibu yang memiliki jumlah anak yang dilahirkan 2-3 setelah dikontrol oleh tingkat pendidikan, jarak lahir, kunjungan ANC, tempat persalinan, operasi saesar dan jenis kelamin.
ABSTRACT
Health status of infant is one sensitive indicator to assess the public health in a country. Public health status assessment can be done by looking at some indicators that reflected in the condition of morbidity, mortality and nutritional status. Public health in Indonesia is illustrated by infant mortality Rate (IMR), Child Mortality Rate (CMR) and Maternal Mortality Rate (MMR). Several studies have shown that more than 50% of infant deaths occur in the neonatal period, that is the first 0-28 days of life. IDHS data shows that neonatal mortality rate from year 1993-1997 is 25 to 20 per 1.000 live births in 1998-2002 and Neonatal Mortality Rate (NMR) is 19 per 1.000 births in 2003-2007 (BKKBN et al, 1997, 2003, 2007).

This study aims to know the relationship of parity with neonatal mortality events based on IDHS data 2007. This study is done by using cross-sectional design using and taking the IDHS data 2007 with the samples of 15.273. in analysis of multivariate, it uses Logistic Regression.

The results show that the relationship of parity with neonatal mortality events are influenced by education level, birth spacing, ANC visiting, childbirth place, caesar operating history and gender. The value of POR known that is 2,314 (95% CI: 1,122 to 4,7722), it means that mother and parity 1 and ≥ 4 who have 2,314 times the risks for the occurrence of neonatal death than mother who has parity 2- 3 after controlled by education level, birth spacing, ANC visiting, childbirth place, Caesar operating and gender.
2013
T35917
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Witri Zuama Qomarania
Abstrak :
ABSTRAK
Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator pembangunan suatu bangsa. 60 persen kematian bayi terjadi pada periode neonatal 0-28 hari . Berdasarkan data SDKI 2012 angka kematian neonatal mengalami penurunan sebesar 41 persen dari 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1991 menjadi 19 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Namun selama dua periode terakhir 2007 dan 2012 angka kematian neonatal stagnan pada 19 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu faktor ibu yang dapat meningkatkan risiko kematian neonatal adalah paritas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status paritas dengan kematian neonatal berdasarkan data SDKI 2012. Desain penelitian yang digunakan adalah kasus kontrol dengan sampel sebanyak 324 responden terdiri dari 81 kasus dan 243 kontrol, yang merupakan bayi kelahiran terakhir pada persalinan tunggal dengan berat badan lahir ge;1000 gram dan memiliki data yang lengkap. Kasus merupakan bayi yang mengalami kematian pada usia 0-28 hari, sedangkan kontrol merupakan bayi yang hidup melewati usia 28 hari. Hasil analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik ganda, setelah dikontrol oleh variabel berat lahir didapatkan adanya perbedaan risiko yang signifikan untuk terjadinya kematian neonatal antara ibu dengan paritas 1 dan ge; 4 dibandingkan ibu dengan paritas 2-3. Ibu dengan status paritas 1 dan ge; 4 memiliki risiko 1,756 kali untuk mengalami kematian neonatal dibandingkan ibu dengan paritas 2-3.
ABSTRACT
Infant Mortality Rate is one indicator of development of a nation. 60 percent of infant deaths in the neonatal period 0 28 days . Based on the 2012 IDHS data, the neonatal mortality rate decreased by 41 percent from 32 per 1000 live births in 1991 to 19 per 1000 live birth in 2012. However, during the last two periods 2007 and 2012 the neonatal mortality rate is stagnant in 19 per 1000 live births. One of the maternal factors that may increase the risk of neonatal death is parity. The study aims to determine the association between parity and neonatal mortality based on IDHS 2012 data. The study design used case control with 324 respondents consist of 81 cases and 243 controls, which is the last birth on a single birth with birth weight 1000 grams and has complete data. Cases are babies who die from the age of 0 28 days, while control is a baby who lives more than the age of 28 days. The result of multivariate analysis using multiple logistic regression, after controlled by the variable of birth weight was found significant different of risk for neonatal mortality between mother with parity 1 and ge 4 compared to mother with parity 2 3. Mothers with parity status 1 and ge 4 having 1,756 times of the neonatal mortality compared to mothers with parity 2 3.
2017
T47637
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Arianty
Abstrak :
Angka Kematian Bayi masih menjadi masalah kesehatan yang belum teratasi. Untuk menurunkan Angka Kematian Bayi, SDGs memiliki target pada tahun 2030 mengakhiri kematian bayi yang dapat dicegah, melalui Kematian Neonatal. Angka Kematian Neonatal (AKN) dan Angka Kematian Post Neonatal (AKPN) di Indonesia menurun lambat dan masih relatif tinggi.  AKN dan AKPN di Indonesia belum mencapai target prioritas SDGs yaitu 12 kematian per 1000 kelahiran hidup. Belum diketahui faktor determinan strategis kematian neonatal dan postneonatal. Tujuan penelitian ini ialah untuk menilai determinan strategis pada faktor sosial dan lingkungan, faktor program kesehatan, dan faktor maternal dan neonatal terhadap kematian neonatal dan postneonatal di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data dari Survei Penduduk Antar Sensus 2015 (SUPAS 2015) dan Potensi Desa 2014 (Podes 2014). Populasi penelitian ialah seluruh blok sensus yang memiliki wanita usia subur (15-54 tahun) dan terdaftar dalam SUPAS 2015 dan PODES 2014.  Variabel independen yang digunakan ialah faktor ibu, sosial ekonomi, lingkungan, dan kontrol kesehatan. Variabel dependen yang digunakan AKN dan AKPN. Analisis data yang digunakan ialah Log-Linier Model Multivariat dengan desain Cross-sectional. Determinan strategis kematian neonatal ialah faktor maternal dan neonatal yaitu jarak kelahiran dan proporsi paritas 4+, masing-masing meningkatkan AKN=50% dan 22%. Faktor sosial dan lingkungan yaitu wilayah, pendidikan, status ekonomi, dan sumber air minum, masing-masing meningkatkan AKN=21%;  9%; 8%; dan 6%. Faktor program kesehatan yaitu densitas populasi dukun bayi desa meningkatkan AKN= 5%. Densitas populasi RS kabupaten, dan puskesmas kecamatan dengan masing-masing dapat menurunkan AKN 7% dan 5%. Determinan strategis kematian postneonatal ialah faktor maternal dan neonatal yaitu jarak kelahiran dan proporsi paritas 4+ masing-masing meningkatkan AKPN 32% dan 22%. Faktor sosial dan lingkungan yaitu wilayah Luar Jawa-Bali, sosial ekonomi, dan pendidikan dengan masing-masing meningkatkan AKPN 22%; 10%; dan 9%. Faktor program kesehatan yaitu densitas populasi dukun bayi desa,  dokter kecamatan, puskesmas kecamatan, rumah sakit kabupaten, dan bidan desa. Densitas populasi dukun bayi desa meningkatkan AKPN=7%. Densitas populasi dokter kecamatan, puskesmas kecamatan, rumah sakit kabupaten, dan bidan desa dapat menurunkan AKPN masing-masing 8%; 6%; 5%; 4%.Kematian neonatal lebih mempengaruhi terhadap faktor endogen yaitu jarak kelahiran. Sedangkan kematian postneonatal lebih mempengaruhi terhadap faktor eksogen yaitu status ekonomi, pendidikan ibu, densitas populasi dukun desa, densitas populasi dokter kecamatan, densitas populasi puskesmas kecamatan, dan densitas populasi bidan desa. Maka, diharapkan pemerintah dapat meningkatkan program keluarga berencana dengan meningkatkan kebutuhan kontrasepsi dan meningkatkan akses layanan kontrasepsi. Dengan demikian, Indonesia dapat meningkatkan angka prevalensi kontrasepsi yang tujuannya untuk mengatur jarak kelahiran sebelumnya. ......Infant mortality is still an unsolved health problem. To reduce the Infant Mortality Rate, the SDGs have a target by 2030 to end preventable infant mortality, through Neonatal Mortality. The Neonatal Mortality Rate (NMR) and Post Neonatal Mortality Rate (PNMR) in Indonesia had declined slowly and were still relatively high. NMR and PNMR in Indonesia have not yet reached the SDGs priority target of 12 deaths per 1000 live births. The strategic determinants of neonatal and postneonatal mortality were unknown. The purpose of this study was to assess strategic determinants of social and environmental factors, health program factors, and maternal and neonatal factors on neonatal and postneonatal mortality in Indonesia. This study used data from the 2015 Inter-Census Population Survey (SUPAS 2015) and 2014 Village Potential (Podes 2014). The study population was all census blocks that had women of childbearing age (15-54 years) and registered in the 2015 SUPAS and 2014 PODES. The independent variables used were maternal, socioeconomic, environmental, and health control factors. The dependent variable used was NMR and PNMR. Analysis of the data used was a Multivariate Log-Linear Model with a cross-sectional design. The strategic determinants of neonatal mortality was maternal and neonatal factors, namely birth distance and the proportion of parity 4+, increasing NMR=50% and 22%, respectively. Social and environmental factors, namely region, education, economic status, and unprotected water sources, each increase the NMR=21%; 9%; 8%; and 6%. The health program factor, namely high village traditional birth attendant density, increases NMR= 5%. The population density of district hospitals and sub-district health centers can reduce NMR by 7% and 5%, respectively. The strategic determinants of postneonatal mortality was maternal and neonatal factors, namely birth spacing and the proportion of parity 4+ which increase PNMR by 32% and 22%, respectively. Social and environmental factors, namely the outside Java-Bali region, socio-economic, and education with each increasing the PNMR 22%; 10%; and 9%. The health program factors are the population density of traditional birth attendants, sub-district doctors, sub-district health centers, district hospitals, and village midwives. The population density of traditional birth attendants increases the PNMR=7%. The population density of sub-district doctors, sub-district health centers, district hospitals, and village midwives can reduce PNMR by 8% each; 6%; 5%; 4%. Neonatal mortality was more influenced by endogenous factors, namely birth spacing. Meanwhile, postneonatal mortality was more influenced by exogenous factors, namely economic status, mother's education, population density of village traditional attendants, population density of sub-district doctors, population density of sub-district health centers, and population density of village midwives. So, it is hoped that the government can improve family planning programs by increasing the need for contraception and increasing access to contraceptive services. Thus, Indonesia can increase the prevalence rate of contraception with the aim of regulating the spacing of previous births.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilwa Taqiyyah Hanan
Abstrak :
Angka Kematian Neonatal AKN merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan ibu dan anak. Data WHO menunjukkan AKN Indonesia sebesar 13,7 dan SDKI 2012 menyatakan sebesar 19, yang mana memilki kontribusi terhadap 59 kematian bayi. AKB di tahun yan sama sebesar 32. Kondisi selama kehamilan menjadi faktor penyebab umum kematian neonatal, sehingga program pelayanan kesehatan ibu hamil menjadi penting dalam menurunkan AKN, seperti pemberian tablet besi dan suntik anti tetanus. AKN disebabkan oleh beberapa hal, satu diantaranya adalah BBLR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat asosiasi antara konsumsi tablet tambah darah dengan kejadian BBLR dan pada konsumsi keberapa akan berpengaruh terhadap penurunan risiko BBLR. Didapatkan dari analisis chi square bahwa konsumsi tablet tambah darah sesuai dengan anjuran pemerintah yaitu minimal 90, tidak menunjukan adanya hubungan, dengan p value= 0,415 dan nilai OR 1,072 95 CI 0,8441,366 . Pun setelelah dikontrol dengan variabel usia ibu melahirkan, status sosial dan ekonomi, pendidikan ibu, paritas dan kehamilan ganda, tetap menunjukkan asosiasi negatif. Peneliti mencoba mengubah cut off menjadi 150, maka didapatkan konsumsi >150 asosiasi menunjukan positif p value= 0,032 dan OR 1,372 95 CI 1,027-1,833 . Setelah dilakukan analisis dengan memasukkan variabel kontrol, asosiasi yang ditunjukkan menjadi negatif dan nilai OR menunjukan bahwa konsumsi tablet >150 memiliki 0,8 odds lebih kecil untuk terkena BBLR. Sehingga perlu ibu hamil perlu mengonsumsi secara rutin tablet tambah darah yang diberikan oleh petugas kesehatan setempat setidaknya selama 5 bulan lebih dalam rangka menurunkan risiko terjadinya BBLR.
Neonatal mortality rate NMR is one of inidicators that determine the maternal and child health. WHO shows that NMR in Indonesia is 13,7 and SDKI 2012 states 19, which has contribution to 59 infant mortality. Infant Mortaliry Rates is 32 at the same year. Bad conditions while mother was pregnant are common cause of neonatal mortality, so maternal health care programs are important to reduce NMR, such as iron tablets and anti tetanus injection. NMR is caused by several things, on of them is Low Birth Weight LBW. This research aims to know the association between iron tablets and the newborns with LBW and which consumption the risk of newborns with low weight will be decrease. After analysed with chi square consumption that government recommendation at least 90 doesnt show any relationship with p value 0,415 and OR 1,072 95 CI 0,8441,366. Even after controlled by maternal ages, wealth index, maternal education, parity, and multiple pregnancy. Researchers tried to convert the cut off to 150, and the result shows positive p value 0,032 and OR 1,327 95 CI 1,027 1,833 . After controls variables in, the association became negative with OR shows that consumption 150 has 0,8 odds smaller to LBW. So, pregnant women should consume the iron tablets routinely at least 5 months, better more, to reduce the risk of LBW.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amala Rahmatia Putri
Abstrak :
Periode neonatal bayi usia 0-28 hari dalam kelangsungan hidup anak merupakan periode yang sangat rentan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara cakupan pelayanan kesehatan yang terdiri atas kunjungan antenatal care lengkap K4, persalinan di fasilitas kesehatan PF, kunjungan neonatal pertama KN1, kunjungan antenatal care pertama K1, kunjungan neonatal lengkap KN Lengkap, kelas ibu hamil, Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi P4K, dan jumlah puskesmas mampu melaksanakan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar PONED dengan angka kematian neonatal AKN. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dengan unit analisis agregat kabupaten/kota se Jawa-Bali tahun 2016. Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari data Laporan Feedback Kesga Kemenkes RI. Hasil univariat menunjukkan AKN Jawa-Bali sebesar 5,98 per 1000 kelahiran hidup. Rata-rata persentase cakupan K1, K4, Pf, KN1, KN lengkap, Kelas Ibu Hamil, dan P4K sudah lebih dari 90, rata-rata persentase Puskesmas mampu PONED 32,72. Hasil bivariat menunjukkan korelasi antara penurunan AKN dengan P4K r=-0,177, p = 0,064. Kesimpulannya, faktor P4K berkorelasi dengan penurunan AKN. ......Neonatal period infant age 0 28 days in child survival is a very vulnerable period. This study aims to determine the relationship between coverage of health services consisting of complete antenatal care visit K4, delivery at health facility Pf, first neonatal visit KN1, first antenatal care visit K1, complete neonatal visits, maternity education program, birth planning and complication prevention program P4K, and Puskesmas which able to do Basic Essential Neonatus Obstetrics Service PONED with neonatal mortality rate NMR. This study uses ecological study design with aggregate analysis unit of districts cities in Java Bali in 2016. The data used are secondary data sourced from the report of the Directorate of Family Health, Health Ministry, Republic of Indonesia. The univariate result shows Java Bali NMR is 5.98 per 1000 live births. The average percentage of K1, K4, Pf, KN1, complete neonatal visits, maternity education program, and P4K have been more than 90, the average percentage of Puskesmas able to do PONED is 32,72. Bivariate results show the correlation between decreasing of AKN with Program of Birth Planning and Prevention of Complication P4K r 0,177, p 0,064. In conclusion, the P4K factor is correlated with the decrease in AKN.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinda Airin
Abstrak :
Dalam bidang kesehatan dan perawatan kebidanan, angka kematian janin merupakan parameter penting. Salah satu penyebab utama kematian janin adalah terjadinya asfiksia yang dapat mengakibatkan asidosis. Kondisi asidosis inilah yang sebenarnya menjadi acuan kesehatan janin, karena kondisi ini dapat mengakibatkan kerusakan sel di berbagai organ vital seperti hati, ginjal, jantung dan otak. Bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat, kondisi ini akan berakibat menurunnya kesehatan janin, kecacatan, atau berujung pada kematian janin. Perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran yang ada menggunakan metode yang invasif. Yang paling banyak digunakan dalam kurun waktu terakhir ini adalah metode NIRS (Near Infrared Spectroscopy,) karena lebih akurat dan tidak invasif. Meskipun demikian, metode NIRS ini hanya menunjukkan nilai saturasi oksigen, belum menampilkan langsung nilai pH sebagai parameter kondisi tingkat keasaman darah janin. Skripsi ini menjelaskan suatu rancang bangun yang mensimulasikan alat untuk mengukur nilai pH dalam kaitannya dengan saturasi oksigen menggunakan microcontroller Atmega 8535 dan diproses di perangkat lunak MATLAB. Sinyal input berasal dari suatu rangkaian analog untuk mensimulasikan perubahan intensitas cahaya. Pengolahan dan proses selanjutnya dilakukan oleh microcontroller dan MATLAB. Nilai akhir berupa nilai saturasi oksigen dan pH ditampilkan melalui GUI MATLAB. Pengujian dilakukan pada tiap subsistem, yaitu subsistem rangkaian analog sensor cahaya, subsistem microcontroller, subsistem komunikasi serial, dan subsistem MATLAB processing. Secara umum, simulator alat ukur nilai pH berdasarkan nilai saturasi oksigen yang dibuat pada skripsi ini telah berhasil bekerja sesuai rancangan.
In the field of health care and obstetrics, fetal death rate is the important parameter. One of the main causes of death of the fetus is asphyxia that can lead to acidosis. Acidosis is actually an indicator of fetal health, because this condition can cause damage to cells in various vital organs such as liver, kidney, heart and brain. If it's not dealt quickly and precisely, this condition will result to the decrease of fetal health, disability, or culminate to the death of the fetus. Nowadays, the development of science and medical technology used is invansive. The most widely method used is (NIRS) Near Infrared Spectroscopy because it is more accurate and not invasive. Nevertheless, this method only shows the value of oxygen saturation, not directly shows the pH value as a parameter of fetal blood levels of acidity condition. This report explains about designing and building a simulator of a mean to measure pH related to oxygen saturation using microcontroller of Atmega 8535 and is processed by MATLAB. The input signal comes from analog circuit to simulate the change of light intensity. The next process is done by microcontroller and MATLAB. The outputs; oxygen saturation and pH, are displayed by GUI MATLAB. The testing is done in every subsystem, that are analog circuit of light sensor subsystem, microcontroller subsystem, serial communication subsystem, and MATLAB processing and GUI display subsystem. Generally, the simulator of a mean to measure pH based on oxygen saturation made in this project is succeed as designed.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51475
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Indonesia's infant mortality rate declined to 64' infannt deaths per l ,000 live births in l99l _ Adolescent mothers. women who first married under the age of lS. and mothers who did not obtain antenatal care and tetanus immunizations were at greater risk of experiencing an infant death. In addition. levels of infant mortality were substantially higher when births were spaced closer together. For example, the infant mortality rate among adolescent mothers was l25 when births were spaced less than 24 .months apart and 96 when births were separated by more than two years. Roughly half of all infant deaths occur within the first 28 days of life in Indonesia. Findings indicate that mothers who were less than 20 years of age. who did not have antenatal care and tetanus immunizations. and who spaced births less than 24 months apart were more likely to experience a neonatal death. With the exception of antenatal care, these factors were also associated with elevated levels of postnatal mortality (infant deaths that occur when infants are between l-l2 months of age). However, postneonatal mortality was also higher among mothers who gave birth at home rather than in a health facility, who were assisted at delivery by non-medical staff and who had lower levels of educational attainment. Postneonatal mortality is determined by a broader array of program and socioeconomic measures than neonatal mortality. and may be reduced more readily through Family Planning/Mother and Child Health (FPAHCH) service interventions. In order to reduce both neonatal and postneonatal mortality. greater effort should be made to increase the age at first birth. space births more than two years. and attain higher tetanus coverage levels among expectant mothers.
Journal of Population, Vol. 3 No. 1 June 1997 : 19-36, 1997
JOPO-3-1-Jun1997-19
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmisih L. Yunus
Abstrak :
Angka kematian bayi dan neonatal cenderung lebih tinggi pada daerah pedesaan disebabkan oleh lemahnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Peningkatan pelayanan persalinan dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah dengan pemanfaatan pelayanan pertolongan persalinan. Pemanfaatan pelayanan pertolongan persalinan yang memadai diharapkan dapat meningkatkan status kesehatan ibu dan bayi baru lahir, sehingga ibu dapat melahirkan dengan selamat dan bayi dalam keadaan sehat. Pemanfaatan penolong persalinan merupakan salah satu indikator utama penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai gambaran akses pelayanan dan hubungannya dengan pemanfaatan layanan pertolongan persalinan. Penelitian ini merupakan studi observational dengan rancangan cross sectional. Pemilihan sampel dilakukan dengan cluster 2 tahap, secara probability proportional to size, jumlah sampel sebanyak 212 orang ibu yang pernah melahirkan 0-6 bulan. Data primer diperoleh melalui wawancara dan observasi. Analisis data menggunakan perangkat lunak Epi Info versi 6.0. Hasil penelitian menemukan bahwa proporsi pemanfaatan layanan pertolongan persalinan dengan tenaga kesehatan masih rendah yaitu sebesar 42,92%. Variabel yang berhubungan secara statistik dengan pemanfaatan layanan pertolongan persalinan adalah ketersediaan saran pelayanan kesehatan, jarak tempuh, ketersediaan petugas, biaya dan pengetahuan. Sementara itu tidak terdapat hubungan bermakna secara statistik antara ketersediaan sarana transportasi dan sikap dengan pemanfaatan layanan pertolongan persalinan, meskipun mempunyai proporsi mayoritas baik. Dari analisis lanjutan diperoleh faktor yang paling dominan dalam pemanfaatan layanan pertolongan persalinan adalah jarak tempuh, keberadaan petugas, biaya dan pengetahuan. Secara umum akses pelayanan kesehatan di Kabupaten Sarolangun sulit untuk dijangkau masyarakat dan pemanfaatan layanan pertolongan oleh tenaga kesehatan masih rendah. Upaya paling efektif dan efisien yang dapat dilakukan dalam rangka mendekatkan jarak masyarakat khususnya ibu-ibu hamil dan akan bersalin dengan penolong persalinan adalah menjamin setiap desa memiliki Polindes dengan bidan sebagai tenaga penolong persalinan yang aman disertai penyediaan bahan, obat-obat esensial dan peralatan yang cukup melalui advokasi kepada pengambil kebijakan di daerah, mennbuat suatu program pelatihan kompetensi pelayanan obstetrik dan neonatal dasar serta konseling yang efektif bagi ibu hamil secara berkesinambungan, meningkatkan pengetahuan dan pemahaman semua ibu hamil melalui pemberian informasi dan konseling oleh bidan di desa. Bidan dapat meningkatkan kemampuan baik kompetensi teknis maupun komunikasi untuk konseling. ...... A Relationship between Service Accessibility and the Use of Delivery Services in Sarolangun District in Jambi Province Year 2002Infant and neonatal mortality tends to be higher in the villages due to the access difficulties to public health services, including the use of delivery care service provision. The use of skilled birth attendance is important to improve maternal and neonatal health, so that it becomes a leading indicator maternal and neonatal death. The research objective is to obtain information on the relationship between service accessibility and the use of birth attendance. This research was an observational study with cross sectional design. Sampling selection is done through two cluster stages. By applying probability proportional to size, the samples obtained was 212 mothers who have had given delivery for 0-6 months. Primary data is obtained through interview and observation. Data was analyzed using epi info version 6.0. The result shows that the proportional of the using skilled birth attendance is still low, i.e. 42,92%. Statistically, variables related to the use of birth attendance were health distance, health provider availability, finance, and knowledge of the women. On the other hand, there was no relationship between transportation facility and the mother's attitude to ward the use of birth attendance, further analysis found that the most dominant factors for delivery care service usage were accessibility distance, health provider availability, finance, and knowledge of the mother. In conclusion, health care accessibility in Sarolangun District is difficult for the women to obtain skilled birth attendance. In order to shorten the distance, there were three most effective and efficient efforts. The first is that District Authority should make advocacy to ensure that every village has Polindes with midwife and supported by facility, essential medicine and adequate facility. The second was to make the competence, training program of basic obstetric and neonatal service and the continuous effective counseling for pregnant women. The third was that village midwife should give information and counseling to improve knowledge and understanding on pregnant women.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10359
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wynda Felisia
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui morbiditas dan mortalitas neonatal dini pada bayi presentasi bokong yang lahir pervaginam dan bedah kaisar di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran karakteristik ibu dan bayi presentasi bokong yang lahir di RSUPN Cipto Mangunkusurno? 2. Bagaimana gambaran nilai Apgar, trauma lahir mekanik dan mortalitas neonatal dini pada bayi presentasi bokong yang lahir di RSUPN Cipto Mangunkusumo? Tujuan penelitian Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang morbiditas (gambaran nilai Apgar, trauma lahir mekanik) dan mortalitas neonatal dini pada bayi yang lahir dengan presentasi bokong. Tujuan Khusus 1. Mengetahui karakteristik ibu dan bayi presentasi bokong menurut cara kelahiran 2. Mengetahui angka kejadian mortalitas neonatal dini bayi presentasi bokong 3. Mengetahui gambaran mortalitas neonatal dini menurut usia gestasi, berat lahir, paritas dart cara kelahiran pada bayi presentasi bokong. 4. Mengetahui gambaran nilai Apgar menurut usia gestasi, berat lahir, paritas dan cars kelahiran pada bayi presentasi bokong 5. Mengetahui gambaran trauma lahir mekanik menurut usia gestasi, berat lahir, paritas dan cara kelahiran pada bayi presentasi bokong .6. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan erat dengan mortalitas neonatal dini pada bayi presentasi bokong
2007
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarinah Bintang
Abstrak :
Angka Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia konstan pada 19 per 1.000 kelahiran hidup. Walaupun mengalami penurunan namun tergolong lambat dibandingkan angka kematian bayi dan balita. Kelahiran kembar merupakan salah satu faktor risiko dari kematian neonatal. Risiko yang ditimbulkan mencapai 6 kali dibandingkan kelahiran tunggal. Kemungkinan terjadinya peningkatan angka kelahiran kembar, dan risiko tinggi yang ditimbulkan, dapat menjadi ancaman bagi upaya penurunan kematian neonatal di Indonesia. Studi ini menggunakan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 dengan desain cross sectional. Tujuan penelitian untuk mengetahui proporsi kelahiran kembar, dan hubungan antara kelahiran kembar dengan kematian neonatal. Populasi studi melibatkan seluruh anak lahir hidup pada tahun 2007-2012 dari wanita usia subur (15-49 tahun). Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, diperoleh sampel sebanyak 15.083. Hasil studi menunjukkan angka kelahiran kembar di Indonesia sebesar 14 per 1.000 kelahiran, meningkat dari hasil studi sebelumnya 7,2 per 1.000 kelahiran pada tahun 1997-2007, dan ada hubungan bermakna antara kelahiran kembar dengan kematian neonatal dengan nilai POR 2,39; 95% CI 1,43-4,01; p-value 0,00, setelah dikontrol variabel paritas dan berat bayi lahir. Anak kembar berisiko tinggi karena cenderung lahir dengan berat bayi lahir rendah, oleh karena itu ibu dengan kehamilan kembar harus memenuhi kebutuhan nutrisi selama kehamilan serta perlu membatasi jumlah anak.
Neonatal Mortality Rate in Indonesia is a constant at 19 per 1,000 live births. Although decreased, but relatively slow compared to infant and under-five mortality rates. Multiple birth is one of the risk factors for neonatal death. The risk of neonatal mortality for multiple births reached 6 times compared to singleton. The likelihood of increased multiple births and the high risk posed could cause a threat to efforts of reducing neonatal mortality in Indonesia. This study used Indonesia Demographic Health Survey with cross sectional design. The aim is to determine the proportion of multiple births, and to analyze association of multiple births and neonatal mortality. The study population involved 15.083 children born alive in 2007-2012, from women of reproductive age. As results, the rate of multiple births in Indonesia by 14 per 1,000 births, increased from previous study 7,2 per 1.000 births in 1997-2007. There was a significant association between multiple births with neonatal mortality, POR 2,39; 95% CI 1,43-4,01; p-value 0,00, after controlled parity and birth weight. Twins tend to be born with low birth weight, so mothers with multiple pregnancy should meet nutritional needs during pregnancy and need to limit the number of children.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T53812
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>