Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sannidhya Rakhmadini
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan berdasarkan penelitian terdahulu tentang khasiat gambir sebagai analgesik dan efek katekin sebagai anti inflamasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa khasiat gambir (Uncaria gambier Roxb.) dari PT. ?X? yang diduga mempunyai efek anti inflamasi terhadap udem akibat induksi karagenin pada tikus putih jantan galur Sprague-Dawley. Tikus percobaan dibuat udem dengan karagenin 2% yang diberikan subplantar setengah jam setelah suspensi gambir dalam CMC 1% per oral dengan dosis 216 mg/200 g bb, 270 mg/200 g bb dan 337,5 mg/200 g bb. Sebagai kontrol digunakan tikus yang diberi natrium diklofenak dengan dosis 27 mg/200 g bb dan CMC 1% secara oral dan diperlakukan sama seperti kelompok uji. Volume udem diukur dengan pletismometer. Pemberian suspensi gambir dengan dosis 216 mg/200 g bb, 270 mg/200 g bb dan 337,5 mg/200 g bb memperlihatkan efek anti inflamasi yang bermakna pada jam kedua dan ketiga setelah injeksi karagenin. Suspensi gambir dengan dosis 270 mg/200 g bb dan 337,5 mg/200 g bb memperlihatkan efek anti inflamasi yang sebanding dengan obat anti inflamasi non steroid natrium diklofenak dosis 27 mg/200 g bb pada jam kedua setelah injeksi karagenin.
This study was based on the last researchs about efficacy of gambir as an analgesic and the anti-inflammatory effect of catechin. The aim of this study was to evaluate the anti-inflammatory effect of Gambir (Uncaria gambier Roxb.) from ?X? company on the carrageenin-induced inflammatory in male Sprague-Dawley albino rats. Inflammation in rats were induced by 2% carrageenin subplantar, half hour before oral adsministration of gambir suspension at various dose 216 mg/200 g bw, 270 mg/200 g bw and 337,5 mg/200 g bw. As control groups were used rats which were given diclofenac sodium 27 mg/200 g bw and CMC 1% at the same volume and were treated exactly as same as experiment groups. The volume of inflammation were measured with plethysmometer. The results were administration of gambir suspension at dose 216 mg/200 g bw, 270 mg/200 g bw and 337,5 mg/200 g bw had a significant anti-inflammatory effect at 2-3 hours after carrageenin injection. The anti-inflammatory effect of gambir suspension at dose 270 mg/ 200 g bw and 337,5 mg/200 g bw were equal as a non steroid anti-inflammatory drug diclofenac sodium at dose 27 mg/200 g bw two hours after carrageenin injection.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, 2006
S32546
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Revina
Abstrak :
Inflammation is tissue respons of the body to injury and infection, is ssually cure by medicine class AINS that has seriously side effect, such as disturbance digestion. Mangkokan leaf (Nothopanax scutellarium Merr.) in empirical can be used as antyinflammation. The aim of this study was to determine the optimal dose that had greatest inhibition edema effect in plantar of male white rats furrow Sprague–Dawley induced by 2% carrageenan. This study used Winter method that had modified at 30 male rats which had been divided into five groupes. First groupe had been given with CMC 0.5% as negative control, groupe II, III, and IV had been given with variation dose 0,9; 1,8 dan 3,6 g dried powder/200 g BW, and groupe V had been given diclofenac sodium as positive control, and each of them had been given orally. The measuring volume edema continued every one hour during seven hours. The result show that infusa of mangkokan leaf at dose 3,6 g dried powder/200 g BW has greatest inhibition percentage, about 38,65% and statitical value (p<0.05) showed significant differences with negative control at third until fourth hour after injection carrageenan.
Inflamasi merupakan suatu respon jaringan pada tubuh terhadap cedera dan infeksi, yang pada umumnya diterapi dengan obat golongan AINS yang memiliki efek samping serius, diantaranya gangguan pencernaan. Daun mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.) secara empiris digunakan sebagai antiinflamasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan dosis optimal yang dapat memberikan efek penghambatan udem terbesar pada telapak kaki tikus putih jantan galur Sprague-Dawley yang diinduksi karagenin 2%. Pada penelitian ini digunakan metode Winter yang telah dimodifikasi pada 30 ekor tikus putih jantan, yang dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok pertama diberikan CMC 0,5% sebagai kontrol negatif, kelompok II, III, dan IV diberikan variasi dosis ekstrak, yaitu 0,9; 1,8 dan 3,6 g serbuk kering/200 g BB tikus, serta kelompok V yang diberikan natrium diklofenak sebagai kontrol positif secara per oral. Pengukuran volume udem berturut-turut dilakukan setiap jam, selama 7 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa infus daun mangkokan memiliki persentase penghambatan tertinggi pada dosis 3,6 g serbuk kering/200 g BB tikus sebesar 38,65% dan berdasarkan uji statistik (p< 0,05) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna dengan kontrol negatif pada jam ketiga hingga keempat.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia , 2011
S33184
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Rizky Amalia
Abstrak :
Pada penelitian ini kitosan digunakan sebagai bahan penyalut natrium diklofenak dalam bentuk mikrosfer, sehingga waktu pelepasan obat ini dapat diperlambat. Mikrosfer dari kitosan dan natrium diklofenak dibuat menggunakan metode taut silang dengan glutaraldehid sebagai senyawa penaut silang. Preparasi enkapsulasi natrium diklofenak dengan kitosan dalam bentuk mikrosfer mengikuti metode Dubey (2003). Metode analisis yang digunakan adalah Spektrofotometri UV untuk menganalisis konsentrasi obat natrium diklofenak yang terdapat dalam mikrosfer selama pelepasan berlangsung. Scanning Electron Microscope untuk memastikan mikrosfer terbentuk dan melihat bentuk dari mikrosfer tersebut. Konsentrasi natrium diklofenak dalam mikrosfer sebesar 0,35 ; 0,46 dan 0,51 mg natrium diklofenak dalam mikrosfer per mg natrium diklofenak yang ditambahkan pada pembuatan mikrosfer. Efisiensi penjeratan yang paling tinggi mikrosfer dengan konsentrasi obat natrium diklofenak 8 mg/mL sebesar 51 %. Pada penambahan obat 8 mg/mL memberikan profil pelepasan yang lebih lambat dengan rentang waktu yang sama, pada jam ke 12,5 profil pelepasan mulai stabil. Hal ini sesuai dengan waktu pencernaan manusia yaitu 8 jam. Hasil ini menunjukkan bahwa kitosan dapat memperlambat pelepasan natrium diklofenak. Semakin tinggi konsentrasi obat maka semakin lambat pelepasan obat tersebut. Sebagai perbandingan dengan konsentrasi obat 2 mg/mL profil pelepasannya paling cepat dengan rentang waktu yang sama. ......In this research, chitosan is used as a coating material in the form of sodium diclofenac microspheres, so the time of drug release can be slowed. Microspheres of chitosan and sodium diclofenac were made using the method of cross-link with glutaraldehyde as cross link compound. The preparation of encapsulation of sodium diclofenac with chitosan in the form of microspheres follows Dubey method (2003). Analytical methods used are UV spectrophotometer to analyze the concentration of sodium diclofenac drug contained in microspheres during the release takes place. The Scanning Electron Microscope is to ensure the formed microspheres and see the shape of the microspheres. The concentration of sodium diclofenac in the microspheres of 0.35, 0.46 and 0.51 mg of sodium diclofenac in microspheres per mg of sodium diclofenac is added in the manufacture of microspheres. The highest entrapment efficiency of microspheres with the concentration of the 8 mg / mL drug sodium diclofenac is 51%. In addition, the drug 8 mg / mL gives a slower release profile with the same time frame, while at the 12.5 release profile began to stabilize. This is consistent with human digestion time of 8 hours. These results suggest that chitosan can slow the release of sodium diclofenac. The higher concentration of the drug, the drug release is slower. As the comparison, the drug concentration of 2 mg/mL has the fastest release profiles with the same time frame.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1601
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sandy Cahyadi
Abstrak :
Inflamasi umumnya diterapi dengan obat?obat konvensional yang memiliki efek samping serius, seperti gangguan saluran cerna, sehingga perlu dicari terapi lain yang memiliki efek samping yang lebih ringan, salah satunya dengan mengunakan kulit buah Punica granatum L. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan dosis optimal yang dapat memberikan efek penghambatan udem terbesar pada telapak kaki tikus putih yang diinduksi oleh karaginan. Pada penelitian ini digunakan metode Winter yang telah dimodifikasi pada 25 ekor tikus putih jantan, yang dibagi dalam 5 kelompok. Kelompok pertama diberikan CMC 0,5% sebagai kontrol negatif, kelompok II, III, dan IV diberikan variasi dosis ekstrak, yaitu 20, 40, dan 80 mg/200 g bb, serta kelompok V yang diberikan natrium diklofenak sebagai kontrol positif secara per oral. Berdasarkan uji tersebut terlihat bahwa ekstrak etanol 80% kulit buah delima merah memiliki persentase penghambatan tertinggi pada dosis 80 mg/200 g bb sebesar 29,58%. Data statistik (p < 0,05) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara dosis 80 mg/200 g bb dengan kontrol negatif pada jam kedua hingga keempat.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33174
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Khoiriah
Abstrak :
Sistem penghantaran obat transdermal adalah suatu sistem yang menghantarkan obat melalui kulit dengan tujuan mencapai sirkulasi sistemik. Sediaan transdermal membutuhkan eksipien yang dapat mengontrol pelepasan obat. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan eksipien CL6-Ko-A-XG 1:2 sebagai matriks hidrogel transdermal bagi obat natrium diklofenak dan mengevaluasi sediaan hidrogel dengan melakukan uji penetrasi secara in vitro dan in vivo. Uji penetrasi in vitro dilakukan dengan melewatkan obat pada membran kulit tikus menggunakan alat sel difusi franz. Analisis kadar obat dilakukan dengan spektrofotometer UV-Vis. Sementara uji penetrasi in vivo dilakukan dengan mengaplikasikan hidrogel pada kulit abdomen tikus jantan galur Sprague-Dawley dengan berat ± 200 gram. Analisis kadar obat dalam darah dilakukan dengan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi. Berdasarkan hasil uji penetrasi in vitro selama 12 jam didapatkan nilai fluks pada kondisi tunak yaitu 867,42 ± 101,27 μg.cm-2.jam-1 dan jumlah kumulatif natrium diklofenak terpenetrasi yaitu 10437,7 ± 1390,1 μg.cm-2 . Sementara hasil uji in vivo menunjukkan bahwa nilai area di bawah kurva (AUC) yaitu 6,20 ± 2,90 μg.ml-1.jam-1 dengan waktu rata-rata tinggal obat atau mean residence time (MRT) sebesar 4,82 jam ± 1,81. Berdasarkan hasil tersebut, eksipien CL6-Ko-A-XG 1:2 berpotensi digunakan sebagai matriks hidrogel untuk penghantaran obat secara transdermal.
Transdermal drug delivery system is a system that delivers drug through the skin to systemic circulation. The transdermal forumaltions need an excipient that control drug release. The purpose of this study was to utilize CL6-Co-A-XG 1: 2 excipients as a matrix for transdermal hydrogel containing diclofenac sodium and evaluate in vitro and in vivo drug penetration. In vitro penetration test was performed by passing the drug on rat skin membrane using a Franz diffusion cell and drug concentration was measured by using a UV-Vis spectrophotometer. Furthermore, in vivo penetration was performed by applying the hydrogel on abdominal skin of male Sprague-Dawley rats. In vivo plasma concentration of drug was determined by using high performance liquid chromatography. The results of in vitro penetration study showed that the flux value was 867.43 ± 101.27 μg.cm-2.hours- 1 during 12 hours and the cumulative amount of penetrated diclofenac sodium was 10437.7 ± 1390.1 μg.cm-2. Moreover, the in vivo penetration study showed that the area under curve (AUC) was 6.20 ± 2.90 μg.ml- 1.hour-1 and the mean residence time (MRT) was 4.82 ± 1.81 hour. According to the results, CL6-Co-A-XG excipient 1:2 could be potentially used as a hydrogel matrix for transdermal drug delivery.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S59652
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Lestari
Abstrak :
Poli(asam laktat-ko-glikolat) merupakan polimer sintetis biocompatible dan biodegradable, memiliki sifat mekanik dan laju degradasi yang dapat diatur, dan menghasilkan pelepasan obat terkontrol. Nanopartikel poli(asam laktat-ko-glikolat) termodifikasi karboksimetil kitosan disintesis untuk menahan pelepasan natrium diklofenak di lambung dengan pelepasan di usus halus meningkat secara terkontrol sehingga mengurangi efek samping pemberian natrium diklofenak berulang seperti iritas lambung dan kerusakan ginjal. Metode penguapan pelarut tipe emulsi ganda (water/oil/water) digunakan dalam sintesis dengan poli(vinil alkohol) sebagai pengemulsi. Studi menggunakan spektrofotometer infra merah dan differential scanning calorimeter menunjukkan interaksi antara natrium diklofenak dan polimer pada nanopartikel merupakan interaksi non kovalen dengan nanopartikel berbentuk spherical berdasarkan hasil pengukuran scanning electron microscope dan transmission electron microscope. Berdasarkan hasil optimasi, kondisi optimum diperoleh pada formulasi nanopartikel dengan rasio karboksimetil kitosan/poli(asam laktat-ko-glikolat)/natrium diklofenak sebesar 2:20:2 dengan ukuran partikel 233 nm berdasarkan pengukuran dengan particle size analyzer dan berukuran 300 nm berdasarkan pengukuran dengan transmission electron microscope. Formulasi ini menghasilkan kapasitas pemuatan dan efisiensi pemuatan sebesar 8,02 % dan 89,33 %, dengan pelepasan natrium diklofenak pada pH 1,2 yang rendah sebesar 0,2% dan pelepasan pada pH 6,8 yang tinggi mencapai 90,9% dalam waktu 24 jam. ......Poly(lactic-co-glycolic acid) is a biocompatible, biodegradable synthetic polymer, has tunable mechanical and degradation rate properties, and capability for controlled drug release. Carboxymethyl chitosan-modified poly(lactic-co-glycolic acid) nanoparticles were synthesized to enhance gastric retention of diclofenac sodium followed by a controlled release in the small intestine to reduce the side effects due to frequent administration, such as gastric irritation and renal damage. Synthesis of nanoparticles was carried out using a double emulsion (water/oil/water) solvent evaporation method with poly(vinyl alcohol) as the emulsifier. Studies using infrared spectrophotometer and differential scanning calorimeter show that the interaction between diclofenac sodium and polymer on nanoparticles is a non-covalent interaction with a spherical shape based on scanning electron microscope and transmission electron microscope characterization. Optimum conditions were obtained in the formulation with the ratio of carboxymethyl chitosan/PLGA/diclofenac sodium of 2:20:2, with the particle sizes of 233 nm and 300 nm based on particle size analyzer and transmission electron microscope measurements. The optimum formulation resulted has loading capacity and loading efficiency of 8.02% and 89.33%, with low release at pH 1.2 of 0.2% and controlled release at pH 6.8 of 90.9% up to 24 hours.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sisi Praista
Abstrak :
Natrium diklofenak merupakan obat golongan NSAID yang sering digunakan untuk mengatasi osteoartritis dengan persentase sebesar 55,88% di Indonesia. Pemberian peroral natrium diklofenak memiliki efek samping gangguan pada saluran cerna dan memiliki waktu paruh singkat. Untuk mengatasi hal tersebut, dibuat sediaan mikroemulsi dengan sistem penghantaran transdermal. Namun, dalam penghantaran sistem transdermal stratum korneum dapat menghalangi absorpsi obat melewati kulit karena stratum korneum tersusun dari sel mati dan pipih yang tersusun dari keratin kaya protein. Mentol merupakan peningkat penetrasi yang dapat meningkatkan absorpsi obat melewati kulit dengan cara meningkatkan permeabilitas kulit. Mikroemulsi merupakan sistem dua fase yang terdiri dari dari minyak dan air serta distabilkan oleh surfaktan. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi optimum mentol yang dapat menghasilkan penetrasi yang tinggi. Mikroemulsi natrium diklofenak dalam penelitian ini dibuat dengan menggunakan metode titrasi fase. Mikroemulsi jernih dan stabil didapatkan dengan konsentrasi tween 80 20%, propilen glikol 30%, minyak 3%, dan mentol (0%, 1%, 3%, dan 5%). Evaluasi sediaan mikroemulsi yang dilakukan adalah pengukuran pH, ukuran globul dan zeta potensial, bobot jenis, viskositas, tegangan permukaan, uji sentrifugasi, uji stabilitas, dan cycling test. Uji penetrasi obat melewati kulit dilakukan secara in vitro dengan metode Sel Difusi Franz. Hasil penelitian menunjukkan persen jumlah kumulatif terpenetrasi pada F1, F2, F3, dan F4 sebesar 9,2581%, 9,5114%, 28,1514%, dan 13,3155% dan keempat formulasi stabil secara fisik selama penyimpanan 12 minggu. Formulasi dengan mentol 3% memiliki penetrasi yang lebih tinggi dibandingkan formulasi dengan mentol 0%, 1%, dan 5%. ......Diclofenac sodium is one of NSAID group often used to treat osteoarthritis with percentage of 55,88% in Indonesia. Oral administration sodium diclofenac gives side effect on gastrointenstinal tract and has short half-life. To overcome this problem, diclofenac sodium was prepared by microemulsion with transdermal administration. However, on transdermal delivery system stratum corneum can inhibit drug absorption because stratum corneum consist of a dead and flatted cells that rich of protein. Menthol is one of penetration enhancer which can increase drug absorption through the skin by increasing skin permeability. Microemulsion is double phase system consisting of water and oil stabilized by surfactant. The aim of this study was to determine optimum concentration of menthol that can produce high penetration. Microemulsion of diclofenac sodium in this study was prepared by phase titration method. Clear and stable microemulsion were obtained with concentration of tween 80 20%, propylene glycol 30%, oil 3%, and menthol (0%, 1%, 3%, and 5%). Evaluation of microemulsion done by measuring pH, diameter of globul and zeta potential, density, viscosity, surface tension, stability testing, and cycling test. In Vitro drug penetration test was conducted using Franz Diffusion Cell menthod. The result show percent cumulative in F1, F2, F3, and F4 were 9,2581%, 9,5114%, 28,1514%, and 13,3155% and four formulation physically stable during storage 12 weeks. The formulation with 3% menthol had higher penetration that the formulation with 0%, 1%, and 5% menthol.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Retno Apriani
Abstrak :
Akar kucing (Acalypha indica Linn.) maupun jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) dapat digunakan untuk mengatasi gejala inflamasi akut pada penyakit asam urat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antiinflamasi kombinasi ekstrak air akar tanaman akar kucing dan ekstrak etanol 70% rimpang jahe merah ditinjau dari penurunan volume udem telapak kaki tikus yang diinduksi karaginan. Penelitian ini menggunakan modifikasi metode Winter, dilakukan pada 28 tikus putih jantan galur Sprague Dawley yang dibagi menjadi 7 kelompok. Kelompok I sebagai kontrol negatif diberikan CMC 0,5%, kelompok II, III, dan IV diberikan kombinasi akar kucing dan jahe merah, kelompok V diberikan akar kucing dosis tunggal, kelompok VI diberikan jahe merah dosis tunggal dan kelompok VII sebagai kontrol positif diberikan natrium diklofenak. Bahan uji diberikan secara oral 1 jam sebelum diinduksi dengan 0,4 ml karaginan 2%. Pengukuran volume telapak kaki dilakukan setiap jam selama enam jam setelah induksi karaginan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi 5,4 g/200 g bb ekstrak akar kucing dan 28 mg/200 g bb ekstrak jahe merah memiliki persentase penghambatan udem terbesar, setara dengan natrium diklofenak dosis 27 mg/200 g bb tikus.
Indian acalypha (Acalypha indica Linn.) and red ginger (Zingiber officinale Rosc.) can be used to overcome the symptom of acute inflammation in gout. The aim of this study was to determine the anti inflammatory effect of combination aqueous extract of indian acalypha roots and 70% ethanol extract of red ginger rhizome, viewed from the decrease paw edema volume of rats carrageenan induced. This study used Winter method that had modified at 28 Sprague Dawley male rats which had been divided into 7 groups. Group I as a negative control had been given with CMC 0.5%, group II, III, and IV had been given with combination of indian acalypha and red ginger, group V had been given a single dose of indian acalypha, group VI had been given a single dose of red ginger and group VII as a positive control had been given with sodium diclofenac. Each of them were given orally 1 h before carrageenan induced (0,4 ml 2% b/v). The paw volume was measured every hour for six hours after injection carrageenan. The results showed that the combination of aqueous extract of indian acalypha roots (5.4 g/200 g BW) and ethanol extract of red ginger rhizome (28 mg/200 g BW) have the largest percentage inhibition of paw edema and this effect was comparable to that standard drug, diclofenac sodium (27 mg/200 g BW).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S52
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suesti Devi Purnamasari
Abstrak :
ABSTRAK
Natrium diklofenak adalah obat antiinflamasi yang dapat mengiritasi lambung dan mengalami metabolisme lintas pertama. Untuk mengatasi hal ini, natrium diklofenak dibuat dalam bentuk sediaan transdermal. Dalam penelitian ini dibuat dua bentuk sediaan transdermal yaitu emulsi dan mikroemulsi, guna membandingkan perbedaan jumlah kumulatif natrium diklofenak yang terpenetrasi. Formulasi sediaan emulsi dan mikroemulsi menggunakan Virgin Coconut Oil sebagai fase minyak dengan natrium diklofenak sebagai model obat. Daya penetrasi sediaan emulsi dan mikroemulsi melalui kulit diuji secara in-vitro dengan alat sel difusi Franz menggunakan membran abdomen tikus galur Spraque-Dawley. Jumlah kumulatif natrium dikofenak yang terpenetrasi selama 8 jam dari sediaan emulsi dan mikroemulsi berturut-turut adalah 911,00 ± 3,67 μg/cm2 dan 445,41 ± 6,14 μg/cm2. Fluks natrium diklofenak pada sediaan emulsi dan mikroemulsi berturut-turut adalah 107,42 ± 1,25 μg/cm2.jam dan 49,29 ± 0,63 μg/cm2.jam. Persentase kumulatif jumlah natrium diklofenak dalam sediaan emulsi dan mikroemulsi yang terpenetrasi berturut-turut adalah 15,68 ± 1,17 % dan 8,80 ± 0,12 %. Selain itu juga dilakukan uji stabilitas fisik meliputi cycling test, uji sentrifugasi dan pengamatan pada penyimpanan selama 8 minggu pada suhu kamar (28° ± 2°C), suhu rendah (4° ± 2°C) dan suhu tinggi (40° ± 2°C). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan mikroemulsi memiliki stabilitas fisik yang lebih baik daripada sediaan emulsi.
abstract
Diclofenac sodium is a drug that can irritate the gastrointestinal tract and has first pass metabolisme, to overcome this problem, diclofenac sodium was made in transdermal dosage form. In the present study was formulated two kinds of transdermal dosage form in order to compare the differences in the total cumulative penetration of diclofenac sodium, i.e. emulsion and microemulsion using Virgin Coconut Oil as Oil Phase. Penetration ability through skin was examined by in-vitro Franz diffusion cell test using Sprague-Dawley rat abdomen skin. Total cumulative amount of diclofenac sodium penetrated from emulsion and microemusion were 911,00 ± 3,67 μg/cm2 and 445,41 ± 6,14 μg/cm2, respectively. Flux of diclofenac sodium from emulsion and microemulsion were 107,42 ± 1,25 μg/cm2.jam and 49,29 ± 0,63 μg/cm2.jam, respectively. The cumulative percentage of diclofenac sodium penetrated from emulsion and microemulsion were 15,68 ± 1,17 % and 8,80 ± 0,12 %, respectively. On the other hand, stability test including cycling test, centrifugation test and eight weeks storage at room temperature (28° ± 2°C), low temperature (4° ± 2°C) and high temperature (40° ± 2°C) was also done. The results showed that the microemulsion was more physically stable than emulsion.
Universitas Indonesia, 2012
S43302
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Purwinda Herin Marliasih
Abstrak :
ABSTRAK
HPMCP HP-55 dan Eudragit L 100-55 adalah polimer sensitif pH yang dapat menahan pelepasan obat pada pH asam dan melepaskan obat pada pH diatas 5,5 serta digunakan sebagai bahan penyalut dalam sediaan lepas tunda. Natrium diklofenak merupakan golongan antiinflamasi AINS yang memiliki efek samping mengiritasi mukosa lambung dipilih sebagai model obat. Mikrokapsul HPMCP HP-55 dibuat dengan metode penguapan pelarut sedangkan mikrokapsul Eudragit L 100-55 dengan metode semprot kering. SEM, PSA, sieve analizer, dan uji pelepasan obat secara in vitro digunakan untuk mengkarakterisasi mikrokapsul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikrokapsul HPMCP HP-55 terdistribusi pada rentang 181-1180 μm dan mikrokapsul Eudragit L 100-55 pada rentang 0,4-20 μm. Uji pelepasan natrium diklofenak dari mikrokapsul HPMCP HP-55 dengan rasio 1:2 dan 1:3 menunjukkan pelepasan sebesar 7,31 dan 5,75% dalam medium HCl pH 1,2 serta 96,04% dan 93,27% dalam medium dapar fosfat pH 6,8. Sedangkan mikrokapsul Eudragit L 100-55 pada rasio 1:1 menunjukkan pelepasan sebesar 0,47% dalam medium HCl pH 1,2 dan 88,75% dalam medium dapar fosfat pH 6,8. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa mikrokapsul HPMCP HP-55 rasio 1:2 dan 1:3 serta mikrokapsul Eudragit L 100-55 rasio 1:1, memenuhi persyaratan sebagai sediaan lepas tunda.
ABSTRACT
HPMCP HP-55 and Eudragit L 100-55 are pH sensitive polymers which can retain drug release at acidic pH, releases drug at pH above 5.5 and used as coating material in the delayed release dosage form. Diclofenac sodium is an antiinflammatory NSAID which has side effect irritating gastric mucosa, was chosen as model drug. HPMCP HP-55 microcapsules prepared by solvent evaporation method, while Eudragit L 100-55 microcapsules by spray-dry method. SEM, PSA, sieve analyzer, and drug release test in vitro is used to characterize microcapsules. The results showed that HPMCP HP-55 microcapsules distributed in range 181-1180 μm and microcapsules Eudragit L 100-55 in range 0.4 to 20 μm. The release test of diclofenac sodium microcapsules HPMCP HP-55 with ratio 1:2 and 1:3 showed the release 7.31 and 5.75% in medium HCl pH 1.2, 96.04% and 93.27% in the medium buffer phosphate pH 6.8. Meanwhile, Eudragit L 100-55 microcapsules at ratio of 1:1 showed the release of 0.47% in acid medium pH 1.2 and 88.75% at phosphat medium pH 6.8. From the results it is concluded that the HPMCP HP-55 microcapsules ratio 1:2 and 1:3 and Eudragit L 100-55 microcapsules ratio 1:1, qualify as delayed release dosage form.
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S1471
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>