Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Rina Rahmawati
"Ditjen. Imigrasi sebagai pelaksana tugas dan fungsi Kementerian Hukum dan HAM RI di bidang keimigrasian telah memanfaatkan SI/TI yang mengintegrasikan seluruh fungsi keimigrasian baik di dalam maupun luar negeri, yaitu dengan Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian (SIMKIM). Lingkup SIMKIM yang meliputi hampir seluruh aspek layanan keimigrasian menyebabkan ketersediaan layanan SIMKIM menjadi sangat penting. Tidak tersedianya layanan SIMKIM menyebabkan proses pelayanan keimigrasian menjadi tidak berjalan. Terjadinya insiden terkait keamanan informasi dalam organisasi serta maraknya kasus serangan siber di instansi pemerintah Indonesia, menuntut kepastian pengamanan SIMKIM untuk melindungi data krusial yang dimiliki. Tingginya ketergantungan Imigrasi terhadap SIMKIM dan dalam rangka menjaga kredibilitas instansi, dibutuhkan suatu perencanaan manajemen risiko keamanan informasi untuk menjamin kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan layanan SIMKIM.
Dalam menyusun perencanaan manajemen risiko keamanan informasi SIMKIM, penelitian dilakukan dengan menggunakan kerangka kerja ISO/IEC 27005:2018 sebagai kerangka kerja utama dalam proses manajemen risiko, NIST SP 800-30 Rev. 1 sebagai panduan pelaksanaan aktivitas penilaian risiko, dan NIST SP 800-53 Rev. 5 sebagai acuan penentuan rekomendasi. Dari penilaian risiko, diidentifikasi 23 skenario risiko yang perlu dimitigasi oleh organisasi dan 5 skenario risiko yang dapat dialihkan ke pihak ketiga. Penelitian ini menghasilkan dokumen rancangan manajemen risiko keamanan informasi SIMKIM.
The Directorate General of Immigration as the executor of the duties and functions of the Ministry of Law and Human Rights of Republic of Indonesia in the Immigration sector has utilized IS/IT that integrates all immigration functions both at inside and outside territory of Indonesia, namely the Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian (SIMKIM). The scope of SIMKIM which covers almost all aspects of immigration services makes the availability of SIMKIM services very important. The unavailability of SIMKIM services causes the immigration service process to not work. The occurrence of incidents related to information security within the organization as well as the rise of cases of cyber attacks in Indonesian government agencies, demands the certainty of SIMKIM security to protect the crucial data held. Immigration's high dependence on SIMKIM and to maintain the credibility of the agency, an information security risk management plan is needed to ensure the confidentiality, integrity, and availability of SIMKIM services.In preparing the information security risk management plan for SIMKIM, the research uses the ISO/IEC 27005 framework as the main framework in the risk management process, NIST SP 800-30 Rev. 1 as a guide for the implementation of risk assessment activities, and NIST SP 800-53 Rev. 5 as a reference for determining recommendations. From the risk assessment, 23 risk scenarios were identified that need to be mitigated by the organization and 5 risk scenarios that can be transferred to third parties. This research produces a SIMKIM information security risk management design document."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Irwin Utama
"Di era digital saat ini, serangan siber terus meningkat dengan berbagai modus, salah satunya adalah rekayasa sosial yang memanfaatkan psikologi manusia untuk mendapatkan akses tidak sah ke sistem dan informasi. Penelitian ini bertujuan untuk merancang kerangka kerja pencegahan rekayasa sosial dengan menggunakan pendekatan Kerangka Kerja Kepribadian Rekayasa Sosial dan NIST SP 800-53 Rev. 5 di Perusahaan XYZ. Penelitian ini mengidentifikasi elemen-elemen kunci dari kepribadian yang rentan terhadap rekayasa sosial melalui pengukuran menggunakan BFI-10 (Big Five Inventory Ten Item Scale) dan simulasi serangan phishing. BFI-10 adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur lima dimensi utama ciri kepribadian, yaitu Ekstraversi, Keterbukaan, Mudah Setuju, Neurotisisme, dan Ketelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan korelasi antara prinsip persuasi dengan ciri-ciri kepribadian saat respon compromised. Walaupun demkian semua klasifikasi generasi rentan menjadi korban dari serangan rekayasa sosial. Kesadaran dan pelatihan keamanan yang dilakukan efektif dalam mengurangi ancaman rekayasa sosial dan berhasil menurunkan jumlah karyawan yang mengklik situs phishing sebesar 37% dan jumlah karyawan yang memasukkan data pribadi ke situs phishing sebesar 43%. Kemudian penelitian ini menghasilkan Kerangka Kerja Pencegahan Rekayaasa Sosial yang menggabungkan Kerangka Kerja Kepribadian Sosial dan kontrol keamanan yang terkait dengan aspek manusia dari NIST SP 800-53 Rev. 5. Tahapan kerangka kerja meliputi tahap asesmen risiko, tahap penetapan kebijakan dan prosedur, tahap operasional, serta tahap perbaikan berkelanjutan. Dengan demikian, penelitian ini memberikan kontribusi signifikan dalam membangun pertahanan yang lebih kuat dan responsif terhadap serangan rekayasa sosial, serta meningkatkan ketahanan siber perusahaan secara keseluruhan.
In the current digital age, the frequency of cyber attacks is on the rise, employing several methods, including social engineering, which exploits human psychology to illicitly obtain access to networks and information. This research aims to create a framework for preventing social engineering utilizing the Social Engineering Personality Framework methodology and NIST SP 800-53 Rev. 5 at XYZ Company. This study analyzes the specific aspects of personality that are susceptible to manipulation through social engineering. It uses the BFI-10 (Big Five Inventory Ten Item Scale) and simulated phishing assaults to gather data. The BFI-10 is a tool utilized for assessing the big five personality traits, specifically Extraversion, Openness, Agreeableness, Neuroticism, and Conscientiousness. The results showed that there was a correlation between the principles of persuasion and personality traits when the response was compromised. However, all generation classifications are vulnerable to social engineering attacks. The security awareness and training initiatives reduced the number of employees clicking on phishing sites by 37% and the number of employees filling in personal data to phishing sites by 43%. This research then resulted in a Social Engineering Prevention Framework that incorporates the Social Personality Framework and the human-related security controls of NIST SP 800-53 Rev. 5. The framework consists of four stages: risk assessment, policy and process establishment, operational, and continual improvement. This research significantly contributes to enhancing the development of more robust and adaptive defenses against social engineering assaults, while also enhancing the overall cyber resilience of enterprises."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library