Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Fatimah
Abstrak :
Kebisingan merupakan salah satu polutan dan hasil samping pemanfaatan teknologi. Menurut Permenkes no. 718 tahun 1987, kebisingan diartikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu atau membahayakan kesehatan, yang bersumber dari industri dan transportasi/lalu lintas. Ketika tingkat kebisingan di suatu lokasi kerja sudah melampaui ambang batas yang dipersyaratkan berdasarkan SNI 2004, maka penanganan terhadap sumber maupun titik-titik penjalarannya perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini untuk diketahuinya adanya hubungan intensitas kebisingan di tempat kerja dengan NIHL pada karyawan di bagian produksi PT. SCTI. Populasi penelitian ini meliputi karyawan di PT. SCTI, dan sebagai sampel yaitu karyawan yang bekerja di bagian produksi PT. SCTI dengan masa kerja ≥ 3 tahun dan berumur < 40 tahun berjumlah 105 responden, sampel diambil secara Stratified Random Sampling (SRS). Rancangan desain studi yaitu cross sectional. Data diambil dengan 2 (dua) cara yaitu melakukan pengukuran dan wawancara dengan kuesioner. Analisa data pada penelitian ini menggunakan program analisis yang ada di FKM UI. Hasil penelitian diperoleh, rata-rata intensitas kebisingan di lingkungan kerja adalah 96,0 dB (A) dengan intensitas terendah 78,2 dB (A) dan tertinggi 98,4 dB (A). Sedangkan rata-rata lama pajanan kebisingan per hari responden di Departemen Spinning dan Weaving adalah 10 menit sampai dengan 3,5 jam. Hasil audiogram menunjukkan, responden paling banyak tidak menderita NIHL yaitu 82 orang (781%) sedangkan yang menderita NIHL ada 23 orang (21,9%). Berdasarkan analisis hubungan antara intensitas kebisingan di lingkungan kerja dengan NIHL didapatkan nilai p = 0,023, berarti pada alpha 5% terlihat ada hubungan yang signifikan antara intensitas kebisingan di lingkungan kerja dengan NIHL. Analisis multivariat menunjukkan, variabel yang berhubungan bermakna (signifikan) dan mempunyai pengaruh paling besar terhadap NIHL adalah variabel intensitas kebisingan, dengan Odds Ratio (OR) = 1,115. Variabel umur, jenis kelamin, memakai APT, dan merokok merupakan variabel konfonding. Kesimpulan penelitian ini yaitu intensitas kebisingan merupakan faktor yang paling dominan dan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap NIHL setelah dikontrol variabel umur, jenis kelamin, memakai APT, dan merokok. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan untuk mengambil kebijakan terutama bidang kesehatan karyawan, khususnya untuk mengurangi dampak akibat dari bising di lingkungan kerja. Selain itu dapat memberikan informasi yang valid dan reliable pada Instansi program terkait, mengenai prevalensi dari NIHL pada sebagian besar karyawan pabrik tekstil. ...... Noise is one of pollutant and by product of technology benefit. According by decree of the health minister no. 718 in 1987, noise deciphrable as unwanted sound and can annoyed or endangered of health that source from industry and transportation. When noise levels at workplaces exceeding Threshold Limit Values (TLV) based on SNI 2004 then handling to source need to do. Objectives of the research to find out there was relation of noise intensity at workplaces with NIHL on worker in PT. SCTI production departement. Population in the research is worker in PT. SCTI and as a sample that is worker in production departement has working life ≥ 3 year and be old < 40 tahun amount to 105 respondent, with Stratified Random Sampling (SRS) and a cross-sectional study. Data handling with two way that is measurement and direct interview using questionnaire. Data analysis in the research using analysis program at FKM UI. Results: noise intensity average at workplaces is 96,0 dB (A), lowest intensity 78,2 dB (A) and highest 98,4 dB (A), with exposed to time weighted average is 10 minute-3,5 hour. The most respondent who is not suffer NIHL 82 person (78,1%) and suffer NIHL 23 person (21,9%). According to relationship analysis between noise intensity at workplaces with NIHL acquired p value = 0,023, mean that on 5% alpha there was significant relationship between noise intensity at workplaces with NIHL. Multivariate analysis indicating that noise intensity variable which is significant relationship and have biggest effects to NIHL (Odds Ratio (OR) = 1,115). Variable of age, sex, APT, and smoker as confounding variable. Conclusion: noise intensity is the most dominant factor and have biggest effects to NIHL after controlable by variable of age, sex, APT, and smoker. The research result expectation can helping company to taking policy on worker health sector, particularly to reduce the effect in consequence of noise at workplaces. Beside that is can giving an information which is valid and reliable to relevant program instance about prevalence from NIHL on the most worker in textile factory.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T41315
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Darmawan Diswan
Abstrak :
Latar Belakang. Audiometri nada murni (PTA) adalah metode yang umum digunakan untuk deteksi dini gangguan pendengaran pada pekerja terpajan bising. Tetapi diketahui bahwa PTA tidak dapat mendeteksi gangguan pada sel-sel rambut luar yang biasa terjadi pada tahap awal gangguan pendengaran. Emisi otoakustik (OAE) digunakan untuk mendeteksi tahap awal gangguan pendengaran, namun efektivitasnya dalam program surveilans pendengaran masih belum diketahui. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas OAE dalam program surveilans pendengaran untuk mendeteksi gangguan pendengaran akibat bising (NIHL). Metode. Berbagai database elektronik termasuk Pubmed, Google Scholar, Scopus, dan Proquest ditelusuri dari awal hingga April 2022. Data diekstraksi dari setiap artikel, dan kualitas penelitian dinilai menggunakan alat Quality Assessment of Diagnostic Accuracy Studies-2 (QUADAS-2). Skrining dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak COVIDENCE. Hasil disintesiskan secara naratif. Hasil. Pencarian mendapatkan 412 artikel, di mana 8 artikel disertakan dalam analisis. Sensitivitas, spesifisitas, dan nilai prediktif positif untuk distortion product otoacoustic emissions (DPOAE) adalah 19,4%-100%, 74%-97,1%, dan 13,6%-97,2%. Sensitivitas, spesifisitas, dan nilai prediktif positif untuk transiently evoked otoacoustic emissions (TEOAE) adalah 12,5%-100%, 33,33%-90%, dan 47,37-90%. Kesimpulan. Temuan ini mengindikasikan bahwa DPOAE dapat digunakan sebagai alat diagnostik tambahan untuk gangguan pendengaran pada frekuensi 2kHz dan 4kHz. Namun, masih ada bukti yang terbatas tentang efektivitasnya untuk mendeteksi NIHL. ......Background. Pure-tone audiometry (PTA) are commonly used as early detection of hearing loss among workers exposed to noise. Nevertheless, PTA cannot detect the damage in the outer hair cells that usually occur in the early stage. Otoacoustic emissions (OAE) is introduced to detect the early stage of hearing loss, however its effectiveness in the hearing surveillance program is still unknown. Therefore, this study aims to evaluate the effectiveness of OAE in hearing surveillance program to detect noise-induced hearing loss (NIHL). Methods. Multiple electronic databases including Pubmed, Google Scholar, Scopus and Proquest were searched from inception until April 2022. Data were extracted from each article, and study quality was assessed using the Quality Assessment of Diagnostic Accuracy Studies-2 (QUADAS-2) tool. Screening was performed using COVIDENCE software. Narrative synthesis was used for outcomes. Results. The search retrieved 412 records, in which 8 studies included in the analysis. The overall sensitivity, specificity, and positive predictive value for distortion product otoacoustic emissions (DPOAE) were 19.4%-100%, 74%-97.1% and 13.6%-97.2% respectively. The overall sensitivity, specificity, and positive predictive value for transiently evoked otoacoustic emissions (TEOAE) were 12.5%-100%, 33.33%-90% and 47.37-90% respectively. Conclusions. These findings indicated DPOAE might be used as adjunctive diagnostic tool of hearing loss for 2kHz and 4kHz frequencies. However, there are still limited evidence on its effectiveness to detect NIHL.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Octarini Prasetyowati
Abstrak :
NIHL merupakan masalah kesehatan utama pada pekerja yang terpajan bising di industri manufakturing. Efek dari bising selain menimbulkan NIHL juga efek hiperkolesterolemia. Sudah ada penelitian sebelumnya yang menunjukkan pengaruh bising terhadapa NIHL, namun penelitian pengaruh bising terhadap hiperkolesterolemia dan pengaruh hiperkolesterolemia dengan kejadian NIHL belum banyak diteliti lebih lanjut.Tujuan Untuk mengetahui hasil analisis pajanan bising terhadap kejadian NIHL dan hiperkolesterolemia pada pekerja produsen alat beratMetode Penelitian ini menggunakan studi cohort retrospektif dengan menggunakan data sekunder dari hasil pemeriksaan berkala perusahaan PT.X selama 4 tahun berturut-turut dari tahun 2013 sampai 2016, dimana pemilihan sampelnya menggunakan kriteria matching indeks massa tubuh. Keluarannya adalah NIHL dan Hiperkolesterolemia, dengan variabel penelitian umur, masa kerja, merokok dan konsumsi alkohol. Variabel dianalisis menggunakan univariat, bivariat dan multivariat menggunakan SPSS 20.0. Hasil Penelitian ini menggunakan 34 sampel untuk kelompok yang terpajan bising dan 34 sampel untuk kelompok yang tidak terpajan bising. Prevalensi NIHL meningkat setiap tahunnya, mulai dari 19,1 ditahun 2014 kemudian meningkat menjadi 23,5 ditahun 2015 lalu pada tahun 2016 meningkat hampir 2 kali lipatnya yaitu 57,4. Prevalensi Hiperkolesterolemia di tahun 2014 sebesar 10,3, kemudian meningkat drastis di tahun 2015 menjadi 52,9, yang kemudian turun menjadi 41,2 pada tahun 2016. Hubungan antara pajanan bising dengan hiperkolesterolemia didapatkan nilai p=0,662, Crude RR 1,13, 95 IK 0,64-2,01, dari analisis multivariate didapatkan bahwa pekerja yang terpajan bising dengan kejadian NIHL didapatkan p=0,000, Adjusted RR 15,86 3,96-63,51 .Kesimpulan Pada responden yang terpajan bising, tidak terbukti mempengaruhi kejadian hiperkolesterolemia, sedangkan hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa presponden yang terpajan bising memiliki risiko 15 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak terpajan bising. ...... NIHL is a major health problem in workers exposed to noise in the manufacturing industry. Loud noise from work can cause NIHL and hypercholesterolemia. There have been many studies that show the influence of noise to NIHL, but the research on the impact of noise to hypercholesterolemia have not been studied further.Objective To determine the results of the analysis of noise exposure on the incidence of NIHL and hypercholesterolemia in heavy equipment manufacturersMethods This study used a retrospective cohort study using secondary data from the results of periodic medical check up PT.X company for 4 years in a row from 2013 to 2016, where its sample selection using the body mass index matching criteria. The output is NIHL and Hypercholesterolemia, with the variables are age, work time, smoking and alcohol consumption. The variables were analyzed using univariate, bivariate and multivariate analyzes using SPSS 20.0. Result This study using 34 samples for the group exposed to noise and 34 samples of unexposed noised. The prevalence of NIHL is increasing every year, ranging from 19.1 in the year 2014 and then increased to 23.5 by 2015 and then in 2016 increased nearly 2 times, and its 57.4. The prevalence of hypercholesterolemia in 2014 was 10.3, and then increased dramatically in 2015 to 52.9, which then fell to 41.2 in 2016. The respondents were exposed to noised, not showing the incidence of hypercholesterolemia with p value 0.662, Crude RR 1.136, 95 CI 0.641 to 2.01, while the results of multivariate analysis showed that presponden exposed to noise the p value is 0,000, Adjusted RR 15,86 and 95 CI 3,96 63,51.Conclusion The respondents were exposed to noised, not showing the incidence of hypercholesterolemia, while the results of multivariate analysis showed that presponden exposed to noise had a risk 15 times higher compared to unexposed noised.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Dewa Ketut Karla Widana
Abstrak :
Gangguan pendengaran pada teknisi (ground-crew) pesawat tempur TNI AU cukup menonjol sampai saat ini. Gangguan pendengaran dapat disebabkan antara lain oleh pajanan kebisingan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan pengaruh kebisingan dari kegiatan pengoperasian pesawat tempur TN! AU terhadap terjadinya gangguan pendengaran pada teknisi (ground crew) di Lanud lswahyudi dan pengaruh faktor risiko umur, training, riwayat kesehatan, riwayat gangguan kesehatan pendengaran keluarga, hobi, masa kerja dan penggunaan alat pelindung telinga (APT). Penelitian ini menggunakan disain studi "kasus kontrol" dengan populasi para teknisi (ground crew) pesawat tempur TM AU di Lanud lswahyudi. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 261 yang terdiri dari 87 kasus dan 174 kontrol dan pengambiian sampel dengan teknik cluster random sampling. Diagnosis gangguan pendengaran jenis Noise Induced Hearing Loss (NIHL) ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan klinis dan pemeriksaan dengan alat audiometri_ Pengukuran pajanan bahaya kebisingan menggunakan: Octave Band Noise Analyzer untuk mengukur frekuensi, Sound Level Meter untuk mengukur tingkat kebisingan, dan Personal Noise Dosimeter untuk mengukur dosis bising yang diterima pekerja, sedangkan faktor risiko lainnya pengukuran menggunakan daftar kuesioner, pengamatan dan wawancara. Analisis statistik menggunakan univariat, bivariat dengan chi-square dan multivariat dengan regresi logistik ganda model faktor risiko, dengan menggunakan perangkat lunak SPSS versi 13.0. Temuan penting dari penelitian ini : (1) Proporsi gangguan pendengaran (NIHL) pada teknisi 11,2%; (2) Pajanan bahaya bising : frekuensi 16 - 20 KHz; tingkat kebisingan rata-rata selama 8 jam berkisar 75 - 112 dBALeq dan tertinggi 141,8 dBA; dosis bising yang diterima teknisi tertinggi 51,286,14 %; (3) Faktor yang berpengaruh terhadap gangguan pendengaran adalah bahaya kebisingan >85 dBA (OR : 8,308) ; umur ?35 tahun (OR :11,995); training (OR : 13,946); masa kerja >12 tahun (OR : 21,426); (4) Pengaruh bahaya kebisingan setelah dikontrol oleh konfounder Craning dan masa kerja dengan ORadjust 8,863; (5) dari temuan penelitian dihasilkan model dengan peluang gangguan pendengaran (NIHL) pada teknisi dari variabel dosis, training dan masa kerja 6,32%. Para teknisi pesawat tempur TM AU di Lanud lswahyudi yang terpajan bising >85 dBA-Leq atau dosis >100% mempunyai risiko terjadi gangguan pendengaran lebih besar daripada teknisi yang terpajan bising 585 dBA-Leq atau dosis 5100% secara bersama-sama dengan faktor risiko training dart masa kerja. Untuk itu perlu pengendalian bahaya bising yang dilakukan secara komprehensif dengan menggabungkan pengendalian secara teknis dan administratif serta penggunaan APT yang memadai merupakan suatu keharusan karena pajanan bising yang sangat tinggi.
Hearing loss among at technicians (ground-crew) Indonesian Air Force is the main occupational disease still happening. it can be triggered by hazardous noise exposure. The objective of this research is to know about the picture and effect of the noise in every operation of fighting aircraft toward hearing loss among technicians ( ground crew) of Indonesian Airforce in Iswahyudi Airforcebase, and the effects of the other risks factor such as age, training, health history, history of hearing loss of family, hobby, length in services and usage of personal protective of ear ( APT). This research applied is a "case-control" study with population of technicians ( ground crew) IAF in Iswahyudi Airforcebase. Total sample were 261 technicians consisting of 87 cases and 174 controls with was designed by cluster sampling random. Diagnosis of Noise Induced Hearing Loss ( NIHL) type of Sensory-Neural is classified based on the clinic inspection result and audiometry test. The measurement of noise exposure was using Octave Band of Noise Analyzer to measure the frequency, Sound Level Meter was to measure the noise pressure levels, and then Personal Noise Dosemeter was to measure noise dose which is accepted by technichians, while other risk factors of measurement use list of Questioner, interview and observation. Statistical analysis uses univariate, bivariate with chi-square and multivariate analysis with double logistics regression of risk factor model, by using software of SPSS version 13.0. The Important finding from this research are : (1) Proportion hearing loss ( NIHL) at technician 11,2%; (2) Noisy hazard exposure : frequency 16 - 20 KHZ; the rate of noise levels during 8 hours is 75 - 112 dBA-Leq and highest 141,8 dBA; the highest noise dose accepted by technician is 51,286,14 %; ( 3) Factors having an effect toward hearing loss is noise exposure > 85 dBA ( OR : 8,308) ; ages ?35 years ( OR : 11,995); training ( OR : 13,946); length in service > 12 years ( OR : 21,426); (4) The effect of noise exposure after being controlled by confounder training and length of service with OR adjust 8,863; ( 5) From these research finding models with probability of hearing loss ( NIHL) among technicians can be found from dose variable, length of service and training is 6,32%. The technicians of Indonesian Air Force in Iswahyudi Airforcebase who are exposed to noise more than 85 dBA-Leq or noise doses more than 100% having more risk of hearing loss than technicians who are exposed to noise less than 85 dBA-Leq or noise doses less than 100% together with risk factor of training and length of service. To reduce hearing loss occurrence among technicians of Indonesian Air Force in the Iswahyudi Airforcebase it is necessary to have policy and strong commitment that is control by comprehensively joined operation technically and administrative as well as the adequate provide Hearing Protective of Equipment, because of very high noisy exposure.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19058
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library