Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Argia Adhidhanendra
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan adaptasi dari penelitian sebelumnya oleh Kenny Skagerlund et al (2018) dengan menggunakan model yang ditawarkan oleh penelitian tersebut dalam cakupan yang sempit dan tepat waktu (just in time), sesuai dengan saran Fernandes et al (2014) untuk penelitian literasi finansial agar dapat menjadi landasan intervensi yang tepat. Industri musik independen hari ini mewakili 39% dari total industri musik, namun industri musik sendiri hanya berkontribusi 0.48% terhadap GDP industri kreatif di Indonesia.  Penelitian ini menganalisis mengapa kontribusi industri musik begitu kecil dengan mengamati literasi finansial industri musik independen beserta variabel dibaliknya (construct) sesuai dengan model yang ditawarakan Skagerlund et al (2018). Studi ini menemukan bahwa model yang ditawarkan tidak bisa diimplementasikan pada industri musik independen dan studi yang sifatnya spesifik pada suatu industri lebih jauhnya harus bersifat induktif, bukan deduktif. Studi ini juga menemukan adanya kegelisahan yang bersifat industrial.
ABSTRACT
This research is an adaptation of a prior research by Kenny Skagerlund et al (2018) to test the model proposed by said research within a narrow and just in time scope, as suggested by Fernandes et al (2014). The indepedent music industry has come a long way, now holding 39% of the whole music industry, but the industry at large only contributed 0.48% to the total GDP of Indonesia. This study explored the cause of this by analyzing the independent music industrys financial literacy and its construct, as proposed by Skagerlund et al (2018). This study finds that the proposed model cannot be implemented in the independent music industry and any industry-specific model of financial literacy and its construct should be done in an inductive approach rather than deductive. This study also finds  that theres an industrial anxiety that should be explored in further research.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fara Ramadhina
Abstrak :
Maraknya pembajakan dan munculnya internet mendukung penurunan penjualan album musik fisik di Indonesia. Produsen musik akhirnya melakukan upaya baru yaitu menjual musik dalam bentuk layanan nada sambung pribadi. Namun dalam rangka memasarkannya, grup musik independen thedyingsirens tidak memiliki cukup modal untuk berkompetisi dengan musisi mayor yang gencar berpromosi melalui media konvensional, padahal kebutuhannya untuk menjadi unik sangatlah penting diantara keserupaan warna musik yang diusung oleh grup musik lain. Dengan mempertimbangan karakteristik khalayak sasaran, solusinya adalah pemasaran interaktif. Dengan ide berjudul my dying message, yang merupakan sebuah manifestasi dari perkataan yang tidak terucap dan perasaan yang tidak terungkap, program ini akan diimplementasikan dalam social media, surat, acara musik sederhana, serta poster dengan total biaya sekitar 38 juta rupiah. ......The rise of piracy and the emergence of the Internet support a decline sales of physical music albums in Indonesia. Music producers finally make a new effort, selling their music in the form of Ring Back Tone. But in order to market their own dial tone, thedyingsirens indie bands do not have enough capital power, to compete with those came from major labels who are aggressively promote their product through conventional media. Moreover, the needs to be unique is very important for there are too much similarities in terms of music and content carried by other bands. The best solution is using interactive marketing. With the idea titled my dying message, which is a manifestation of unspoken words and unrevealed feelings, this program will be implemented in the medium of online video, blogs, twitter, facebook, letters, simple musical events, as well as posters with a total cost of about 38 million rupiah.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Pinorsinta Febriani
Abstrak :
Indonesia memiliki potensi yang besar dalam industri musik. Salah satunya, pada sektor musik independen. Fenomena musik independen menjadi minat baru di tengah masyarakat karena dianggap berbeda dan menimbulkan eksklusivitas seni. Musisi yang memilih untuk berada di jalur independen, dapat menciptakan karya musik sesuai dengan selera yang mereka sukai bahkan menghasilkan berbagai genre dalam lagunya. Salah satu yang disoroti adalah musikalitas independen pada genre folk pop. Adhitia Sofyan dan Pamungkas merupakan dua musisi independen yang mengadopsi genre tersebut ke dalam musiknya. Keduanya, berhasil menyentuh berbagai kalangan dalam pasar musik industri baik lokal maupun global. Kemudahan yang ditawarkan oleh perkembangan digital saat ini menjadi faktor yang sangat mendukung mereka dalam melakukan strategi komunikasi pemasarannya. Hadirnya berbagai platform digital dimanfaatkan sebagai potensi untuk mengimplementasi elemen bauran pemasaran sebagai strategi komunikasi pemasaran yang mereka lakukan. Contohnya, pada berbagai layanan streaming musik seperti Spotify, Joox, Youtube Music, Deezer dan sebagainya yang dijadikan saluran untuk mendistribusikan hasil rilisan musik mereka. ......Indonesia has great potential in the music industry. One of them is in the independent music sector. The phenomenon of independent music has become a new interest in society because it is considered different and generate exclusivity in art. Musicians who choose to be independent can create music according to their preferences and even produce some genres in their songs. One of the highlight is independent musicality in the folk pop genre. Adhitia Sofyan and Pamungkas are two independent musicians who have adopted this genre into their music. Both of them have successfully approached various circles in the industrial music market in local and global. The convenience offered by digital developments is currently a factor that really supports them in carrying out their marketing communication strategies. The presence of any digital platforms is used as a potential for implementing marketing mix elements as their marketing communication strategy. For example, some music streaming services such as Spotify, Joox, Youtube Music, Deezer and etc. used as channels to distribute their music releases.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Raras Prawitaningrum
Abstrak :
Perkembangan teknologi tak bisa dipungkiri mengakibatkan perubahan di beberapa industri, salah satunya dalam industri musik. Industri musik yang pada awalnya dikuasai oleh industri arus utama mengalami perubahan dengan kemunculan kolektif independen karena didukung oleh beberapa faktor. Kolektif musik independen menggunakan pengalaman dan pengamatannya untuk membangun suatu industri yang berbeda agar bisa bertahan dan meraih kesuksesan di industri musik tanpa menggunakan mediasi. Hasil dari penelitian ini adalah memaparkan bagaimana strategi band independen rock metal asal Jakarta, Seringai, dalam menjual musik dan atributnya tanpa adanya mediasi, yakni label rekaman. ......Technology development undeniably caused changes in certain industries, one of them is music industry. Music industry that was initially dominated by mainstream industry is changing with the emergence of collective independent that is supported by several factors. Collective independent music use experience and observation to build a different industry to survive and achieve success in music industry without using mediation. Result of this study is to explain the strategy of an independent rock metal band from Jakarta, Seringai, in selling music and its attributes without mediation, which is record label.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library