Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Batubara, Geothani Harapan Putera
Abstrak :
Pencemaran mikroplastik di seluruh bagian lautan telah menjadi masalah global. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah dan bentuk mikroplastik yang terdapat pada ikan teri (Stolephorus indicus) dan ikan gulamo (Johnius belangerii) di perairan Muara Sungai Musi, Sumatera Selatan, Indonesia. Penelitian ini terdiri dari empat stasiun: 12 sampel ikan teri dan ikan gulamo diambil dari setiap stasiun melalui hasil tengkapan nelayan dengan menggunakan jaring. Untuk degradasi bahan organik dan deteksi partikel mikrolastik, baik yang berada di ikan teri dan ikan gulamo (pada bagian insang dan pencernaan) dilakukan dengan menggunakan hidrogen peroksida, kemudian dilakukan penambahan NaCl untuk memisahkan bahan organik dari mikroplastik sehingga dapat dilihat lebih jelas. Hasil penelitian menunjukkan adanya 3 jenis partikel mikrolastik yang ditemukan pada ikan teri dan ikan gulamo; fiber, merupakan jenis yang paling banyak ditemukan (91.54% pada ikan teri; 97.87% pada ikan gulamo), kemudian film (5.03% pada ikan teri dan 1,6% pada ikan gulamo), dan fragmen (3,43% pada ikan teri dan 0,53% pada ikan gulamo). Kelimpahan mikroplastik terbesar pada ikan teri ditemukan di stasiun 4 dengan 141±6,42 partikel/ind dan 828 partikel/g. stasiun 4 juga menjadi tempat dimana ditemukan kelimpahan mikroplastik terbesar pada ikan gulamo dengan jumlah 422±6.03 partikel/ind dan 111 mikroplastik/g. Analisis statistk deskriptif dilakukan dengan menggunakan uji Spearmanndan uji Kruskal – Wallis. Hasil Uji Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan antara kelimpahan mikroplastik pada ikan teri dengan massa tubuh, sedangkan pada gulamo ditemukan adanya hubungan kelimpahan mikroplastik terhadap berat badan dengan sifat berbanding lurus. Hasil Uji Kruskall-Wallis menunjukkan tidak adanya perbedaan jumlah partikel mikroplastik yang signifikan pada ikan teri, sedangkan gulamo memiliki perbedaan yang signifikan pada jumlah partikel mikroplastik. ......Microplastic pollution in all parts of the ocean has become a global problem; therefore, we aimed to determine the amount and form of microplastics found in anchovies (Stolephorus indicus) and Gulamo (Johnius belangerii) in the mouth of the Musi River, South Sumatra, Indonesia. This study consisted of four stations: 12 anchovy and gulamo samples were collected from fishermen catches using fishing nets. To degrade organic matter and enable detection of microplastic particles, both anchovy and gulamo gastrointestinal contents and gills were subjected to hydrogen peroxide digestion, followed by the addition of NaCl to separate the organic matter from microplastics so can be see more clearly. There were 3 types of microplastics were found in anchovies and gulamos: fiber, the most common type (91,54% in anchovies; 97,87% in gulamos), followed by films (5,03% in anchovies; 1,6% in gulamos) and fragments (3,43% in anchovies; 0,53% in gulamos). In anchovies, the greatest abundance of microplastics was observed at station 4 with 141±6.42 particles/individual and 828 particles/g. In Gulamo, a large abundance of microplastics was found at station 4 with 422±6.03 particles/individual and 111 microplastics/g. Descriptive statistical analysis was performed using withe Spearman test and the Kruskal-Wallis test. The Spearmaan test showed no correlation between anchovy and body mass, whereas in gulamo, the correlation to body weight was directly proportional. The Kruskall-Wallis test showed no significant difference in the number of microplastic particles in anchovies, whereas the gulamo had a significant difference
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wartono Hadie
Abstrak :
Studi tentang variasi genetik dan truss morphometric telah dilakukan pada dua populasi ikan lele di Sungai Musi dan Bengawan Solo dengan tujuan untuk mengetahui hubungan kekerabatan antara keduanya. Populasi yang diamati adalah lele lokal (Clarias batrachus) untuk kedua habitat dan lete keli (Clarias meladerma) di Sungai Musi sebagai pembanding. Sampel ikan lele diambil dari masing-masing habitat sebanyak 100 individul populasi untuk pengukuran truss. Pengukuran morfometrik dilakukan dengan ukuran komersial konvensional yakni panjang total (PT), panjang standar (PS), panjang badan (PB), dan panjang kepala (PK), serta rasio termakan (edible portion). Pengukuran secara truss morfometrik dilakukan dengan mernbagi menjadi 4 truss cell dan 6 titik homologus (dengan 21 variabel truss). Analisis elektroforesis protein (protein electrophoresis) dilakukan pada 12 enzim dari 40 individu masing-masing populasi. Jaringan yang dianalisis berasal dari hati dan otot daging bagian dorso ventral di belakang insang sebelah kid. Waktu yang digunakan untuk proses elektroforesis adalah 4 jam pada kekuatan 80 mA. Dengan menggunakan 21 variabel truss (P < 0,05) populasi Clarias batrachus di S. Musi dengan Clarias meladerma mempunyai kemiripan yang lebih tinggi dan terpisah dengan populasi C. batrachus dari B. Solo. Demikian pula dengan ukuran komersial konvensional yakni PK dan edible portion. Pengetahuan ini dapat digunakan untuk meningkatkan mutu genetik terutama untuk budidaya. Dad 12 enzim yang dianalisis diperoleh 16 lokus dan 4 (25%) diantaranya heterozigot. Heterozigositas pada tingkat populasi (H) adalah 0,029 (populasi Bengawan Solo), 0,063 (populasi Sungai Musi), dan 0,167 untuk Clarias meladenna dari Sungai Musi. Jarak genetik C. batrachus dari S. Musi lebih dekat kepada populasi Bengawan Solo daripada populasi C. meladerma yang juga berasal dari Sungai Musi. ...... Clarias batrachus, or Catfish, is a popular fish, especially in java, where they serve as a natural food resources in most villages. Catfish comprises several species included in 30 families found world wide, with 7 families widely distributed throughout Asia, including Indonesia. At least four species are known in Indonesia, each having a different local name. Nevertheless, information concerning the genetic variation/diversity and phenotype of C. batrachus in Indonesia is not yet available. The aim of these study is to established the relationship between morphometric and enzymatic haracters of C. batrachus from different geographic distribution, namely from the Musi river in Sumatra and Bengawan Solo river in Java. The results obtained from these studies will serve as a basic information for further research and development of this species. The studies were conducted on two different populations of C. batrachus in the Musi and Bengawan Solo river, and a population of C. meladerma of Musi. The truss morphometric study was conducted on 100 fish from each species collected by fishing and trapping. The fish was divided into 6 truss length and 4 truss cells. Fourty fish were then frozen at -24°C for analysis of enzymes polymorphisms. Genetic variation based on enzyme polymorphisms and multivariate analysis of truss morphometric characters suggest that catfish populations from Bengawan Solo and Musi river do not form panmictic population. Electrophoretic analysis of 12 enzymes using aqueous muscle and liver tissues revealed the product of 16 loci. Genetic variation among these enzymes in this species was observed in 4 loci (Mdh, Pgm, Gpi, and Me) at 25% of the total number of loci. Avarage heterozygosities for C. batrachus was 0.029 (Bengawan Solo) and 0.063 (Musi river), while avarage heterozygosity of C. meladerma (Musi river) was 0.167. Truss morphometric measurement have successfully shown to be a good technique for distinguishing catfish originated from different geographic areas. Most of the significant variation in morphological shapes of catfish population were found in the anterior (head) rather than the posterior part of the body. The information obtained from these studies may be used in aquaculture for strain improvement through selection and testing.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gustrilea Almiza
Abstrak :
Sungai Musi merupakan salah satu sungai terpanjang di Pulau Sumatera yang terletak di Provinsi Sumatera Selatan dan muaranya berada di Kabupaten Banyuasin. Muara dan Sungai Musi banyak dimanfaatkan untuk aktivitas ekonomi seperti sanitasi, jalur transportasi, dan kegiatan perikanan. Jumlah penduduk yang tinggi dan banyaknya pemukiman yang berada di jalur sungai musi, serta adanya aktivitas di perairan tersebut akan menghasilkan sampah plastik baik makroplastik maupun mikroplastik. Sampah dari sungai akan menuju muara dan mencemari pesisir serta laut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi serta kelimpahan makro- dan mikroplastik yang ada di hulu dan muara Sungai Musi. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan pengambilan sampel secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di hulu dan muara Sungai Musi sudah tercemar oleh sampah plastik, dan adanya perbedaan kelimpahan makro- dan mikroplastik antar stasiun penelitian. Kelimpahan makroplastik berkisar antara 5-32 item/m2 dengan rata-rata berat yaitu 27,82-126,89 g/m2 dan 5 jenis makroplastik yang mendominasi yaitu serpihan plastik; kemasan makanan; gayung/ember/botol plastik lainnya; kantong plastik; dan gelas plastik. Jenis mikroplastik yang ditemukan yaitu dalam bentuk fragmen; fiber; film; dan pellet/granula. Kelimpahan mikroplastik di air permukaan berkisar antara 342-793 partikel/L yang didominasi oleh fragmen, kelimpahan mikroplastik di sedimen berkisar antara 4.458,67-5.514,67 partikel/kg didominasi oleh fragmen. Beberapa langkah pengelolaan sampah plastik berdasarkan hasil penelitian antara lain yaitu: meningkatkan monitoring dan penelitian sampah plastik; kampanye pendidikan publik jangka panjang; membuat peraturan daerah tentang penggunaan plastik; dan pengelolaan sampah plastik yang baik dan secara berkala. ......Musi River is one of the longest rivers in Sumatra Island, which flows through South Sumatra Province and its estuary reaches out in Banyuasin Regency. Musi River and especially its estuary are highly used for economic activities such as mode of transport, fishing as well as sanitation. The high density of population and the increasing number of settlements in the Musi River banks result in increasing plastic waste-both macroplastic and microplastic which flows into the estuary and pollutes the coast and sea. The objective of this study is to determine the distribution and the abundance of macro-and microplastic in the upstream and estuary of Musi River. This research used a quantitative descriptive approach with purposive sampling method. The results of the study showed that the upstream and estuary of Musi River had been polluted by plastic waste and also showed the differences in macro- and microplastic abundance between research stations. Macroplastic abundance ranging from 5-32 items/m2 with an average weight of 27.82-126.89 gr/m2 and the dominant macroplastic types are plastic fragments; food wrappers; other jugs/containers; bags(films); and cups. Whereas the types of microplastic found are in the form of fragments; fiber; film; and pellets/granules. Microplastic abundance in the surface of water ranged from 342-793 particles/L which were dominated by fragment, whereas microplastic abundance in sediments ranged from 4,458.67-5,514.67 particles/kg which were dominated by fragment. Consequently the results of the study propose several steps to manage plastic waste in the coastal area development including: increasing identification and monitoring of plastic waste problems; long-term community education; local regulations regarding the use of plastic; and manage of plastic waste regularly.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
A study to know the zonation, characteristics of water and kinds of fish was conducted in musi river from June to November 2002...
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Kompas, 2010
577.64 JEL
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Asih Putrina Taim
Abstrak :
Daerah Aliran Sungai Musi dan Sungai Batanghari Sebagai Pusat Perkembangan Peradaban Masa Hindu-Buddha Abad ke 4 hingga ke-13 M di Sumatera Bagian Selatan. Sungai Musi dan Sungai Batanghari adalah dua aliran sungai besar dan dominan di wilayah Sumatera Bagian Selatan, berbagai aspek kehidupan di wilayah ini amat dipengaruhi dan bergantung pada keberadaan kedua sungai ini. Pentingnya kedua sungai ini sejak masa lalu. terlihat dari begitu padatnya temuan arkeologis terutama masa Hindu Buddha di sepanjang kedua daerah aliran sungai. Disertasi ini merupakan hasil penelitian untuk mengetahui dan mengidentifikasi kawasan kebudayaan di Daerah aliran Sungai Musi dan Batanghari pada awal keberadaan tinggalan budaya Hindu Buddha hingga abad ke- 13 Masehi. Metode yang digunakan adalah secara kwalitatif melihat sebaran temuan dan karakteristik situs serta kronologinya. Melalui konsep landskap dan keruangan serta penafsiran (post prosessual archaeology) dapat diketahui persebaran dan perkembangannya sejak abad ke-4 M hingga abad ke-13 M. Dengan demikian dapat diketahui pemanfaatan lingkungan DAS oleh masyarakat masa lalu dalam berbagai aspek kepentingan baik ekonomi maupun keagamaan pada abad ke- 4 hingga ke- 13 Masehi. Hasil penting yang didapat dari penelitian ini adalah perkembangan permukiman situs arkeologi di sepanjang DAS Musi dan Batanghari pada abad ke-4 M hingga 13 M, kondisi alam (sungai) yang juga berpengaruh dengan keberadaan situs, dan kesatuan budaya masa Hindu Buddha di DAS Musi dan Batanghari.  ......The Basin of Musi and Batanghari River as the Center for the Development of Hindu-Buddhist Civilization in 4th to 13th Century AD in Southern Sumatra. The Musi River and the Batanghari River are the two major and dominant rivers in the South Sumatra region, various aspects of life in this region are strongly influenced and depend on the existence of these two rivers. The importance of these two rivers since the past. it can be seen from the dense archeological findings, especially the Hindu Buddhist period along both watersheds. This dissertation is the result of research to identify and identify cultural areas in the Musi and Batanghari watersheds at the beginning of the existence of the Hindu Buddhist cultural heritage until the 13th century AD. The method used is qualitative and quantitative looking at the distribution of findings and characteristics of the site and its chronology. Through the concept of landscape and spatial as well as interpretation (post prosessual archeology) the distribution and development can be seen from the 4th century AD to the 13th century AD Thus it can be seen the use of the watershed environment by past communities in various aspects of economic, and religious interests in 4th century to 13th AD. Important results obtained from this study are the development of archeological site settlements along the Musi and Batanghari watersheds in the 4th century AD to 13 AD, natural conditions (rivers) which also affect the existence of the site, and cultural unity of the Hindu Buddhist period in the Musi River Basin and Batanghari. 
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library