Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sembiring, Liston
Abstrak :
Karakteristik fluida saat mengalir penting untuk diketahui dalam berbagai jenis industri untuk mengoptimalkan pemakaian energi pompa. Tujuan penelitian ini adalah melihat kurva aliran lumpur dengan menggunakan pipa kapiler. Lumpur dengan variasi konsentrasi kepadatan 50%, 40%, dan 30% dialirkan melalui pipa kapiler vertikal dengan beda tekanan dari ketinggian. Diameter pipa d = 3 mm dan panjang 550 mm. Hasil pengujian aliran lumpur pada variasi konsentrasi kepadatan yang berbeda, ternyata menunjukkan kandungan padatan yang terkandung di dalam lumpur mempengaruhi besar gaya geser yang timbul pada kurva aliran fluida dimana pada kenaikan shear rate diikuti dengan penurunan nilai apparent viscosity. Lumpur menunjukkan aliran tipe shear thinning fluid atau masuk dalam jenis fluida pseudoplastik (plastik semu) dengan power law index n = 0.91-0.95. ......Fluid characteristic while flowing is important to be known in some industries prior to use energy for pump efficiently and effectively. The purpose of this experiment is carried out to observe mud flow curve by means of capillary viscometer. The mud with the variation of solid concentration 50%, 40%, and 30% is flowed through vertical capillary pipe with different pressure by height. Pipe diameter d = 3 mm and length l = 550 mm. The result of mud flow experiment with variation of solid content shows that the percentage of solid content influences the shear stress of mud where increasing of shear rate will be followed by decreasing of apparent viscosity. Mud has tendency to be shear thinning fluid type and pseudo plastic with n = 0.91 - 0.95.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S37351
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ibrahim Setiawan
Abstrak :
Fluida Non Newtonian yang mempunyai sifat viskoelastik telah menjadi salah satu pilihan dalam teknologi campuran material industri saat ini.Tujuan dilakukannya skripsi ini adalah untuk mendesain dan membuat alat viscometer tipe koaksial silinder putar yang berfungsi untuk menguji sifat sifat kekentalan aliran dan membuat kurva aliran fluida newtonian dan fluida non newtonian. Untuk percobaan ini maka jenis fluida yang digunakan adalah air sebagai fluida kalibrasi dan lumpur sebagi fluida uji.Rasio jari jari antara tabung silinder dalam (Bob)dengan tabung silinder luar (Cup)adalah 1,25. Dengan mengukur kecepatan sudut silinder luar yang dapat diatur kecepatannya dan juga torsi yang didapatkan pada silinder dalam maka tegangan geser fluida,kekentalan sesaat fluida dan gradien kecepatannya dapat ditentukan. Hasil menunjukkan kekentalan sesaat dari fluida lumpur mengalami penurunan seiring pertambahan gradien kecepatannya.Nilai Kekentalan air adalah konstan meskipun mengalami kenaikan nilai gradien kecepatannya.Air termasuk fluida Newtonian dan Lumpur termasuk fluida non Newtonian tipe pseudoplastik.Nilai power law index (n), untuk setiap konsentrasi lumpur 25 %,45 % dan 60% memiliki nilai n < 1 (model pseudoplastik) sedangkan nilai power law index untuk air adalah n =1,oleh karena itu air digolongkan sebagai fluida newtonian.
Non Newtonian which have a viscoelastic properties has become one of the best choice in material selection in industrial material technology.The aim of this final task is to design and to build the Coaxial Viscometer which have function to test the viscosities of different kind of fluids and also to create a curve of Newtonian Fluid and Non Newtonian Fluid. For this experiment using a water as calibration fluid and mud with concentration 20% as a test fluid.The radius ratio between the outer radius cup with inner radius bob is 1,25.By measuring the tangential velocity which can be regulated its speed and also the torsion from the Bob so the shear stress,apparent viscosity and the velocities then can be determined. The results shows that the apparent viscosities of mud decrease with increasement of velocity gradient.in the other hand the viscosity of water remain constant as the velocity gradient increase.Water is newtonian fluid and mud is non Newtonian Fluid pseudoplastic type.The index power law (n) for mud 25 %,45% and 65% have value n < 1 (model pseudoplastik) and for water n =1(Newtonian fluids).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S37355
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Mud of sawit represent processing of coconut of sawit phase of first able to be used as by materials of feeding in livestock having value of gizi high where chemical value of mud of sawit is BK 90,5% PK 11,5%,LK 19,1%,SK 17%,Ca 0,5% and P 0,75% and also gros energy 18 % or 3.353 kkal/kg of energy metabolism (Nitis, 1981)....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho Budi Susilo
Abstrak :
Provinsi Kepulauan Riau memiliki sumberdaya pesisir dan laut melimpah dengan indeks ekonomi biru tertinggi di Indonesia. Pulau Setunak merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Riau dengan mata pencaharian masyarakat adalah nelayan. Ketergantungan terhadap sumberdaya pesisir dan laut, dengan mekanisme penangkapan ikan konvensional dan intensifikasi cuaca buruk membuat proses pemenuhan penghidupan menjadi rentan secara ekonomi yang membuat semakin terjebak dalam kemiskinan. Disisi lain, keberadaan ekosistem mangrove di sekitar mereka belum dimanfaatkan secara optimal. Penelitian ini bertujuan: (1) menilai faktor fisik-kimiawi lingkungan, distribusi mangrove, kelimpahan Kepiting Bakau; (2) menganalisis hubungan faktor fisik-kimiawi lingkungan terhadap distribusi mangrove dan kelimpahan Kepiting Bakau; (3) mengukur persepsi masyarakat terhadap budidaya Kepiting Bakau di ekosistem mangrove; dan (4) mengembangkan konsep budidaya Kepiting Bakau (Scylla serrata) berkelanjutan pada media wanamina. Dengan metode Line-Transect Plot, Principal Component Analysis, Correcpondence Analysis dan Social Return on Invesment (SROI), penelitian ini diharapkan mampu membangun konsep budidaya Kepiting Bakau (Scylla serrata) berkelanjutan. Hasil pengolahan data didapatkan keragaman mangrove sesuai tingkat pertumbuhannya yaitu 11 spesies tingkat pohon, 14 tingkat anakan dan 8 spesies tingkat anakan yang terlingkup kedalam 8 spesies mangrove sejati dan 6 spesies mangrove asosiasi, serta spesies Rizhopora apiculata memiliki kerapatan tertinggi. Stasiun 2 merupakan titik paling ideal terhadap kehidupan KepitingBakau terkait distribusi mangrove maupun faktor fisik-kimiawi lingkungan. Tingkat persepsi masyarakat terhadap ekosistem mangrove di Pulau Setunak dominan netral, sehingga perlu dilakukan intervensi terhadap persepsi tersebut. Melalui program pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan konsep pentahelix antar pemangku kepentingan dan analisis simulasi SROI (yaitu membandingkan input atau investasi terhadap outcome program) Konsep Budidaya Kepiting Bakau (Scylla serrata) Berkelanjutan pada Media Wanamina didapatkan indeks 1,65 yang berarti untuk investsi Rp. 1,- akan menghasilkan outcome Rp. 1,65,- yang artinya program tersebut layak untuk diimplementasikan. ......The Riau Islands Province has abundant coastal and marine resources with the highest blue economy index in Indonesia. Setunak Island is part of the Riau Islands Province, where the livelihood of the community is fishing. Dependence on coastal and marine resources, coupled with conventional fishing mechanisms and intensified bad weather, makes the livelihood process economically vulnerable, leading to further entrapment in poverty. At the same time, the presence of mangrove ecosystems around them has not been optimally utilized. This study aims to: (1) assess the physical-chemical environmental factors, mangrove distribution, and Mud Crab abundance; (2) analyze the relationship between physicalchemical environmental factors and mangrove distribution and mangrove crab abundance; (3) measure community perceptions of mangrove crab cultivation in mangrove ecosystems; and (4) develop a sustainable Mud Crab (Scylla serrata) cultivation concept using silvofishery method. Using Line-Transect Plot, Principal Component Analysis, Correspondence Analysis, and Social Return on Investment (SROI) methods, this study is expected to develop a sustainable Mud Crab (Scylla serrata) cultivation concept using silvofishery method. Data processing results in the diversity of mangroves according to their growth levels, namely 11 species of tree level, 14 saplings level, and 8 species of seedling level, encompassing 8 true mangrove species and 6 associate mangrove species, with Rizhopora apiculata having the highest density. Station 2 is the most ideal point for Mud Crab life regarding mangrove distribution and physical-chemical environmental factors. The level of community perception of mangrove ecosystems on Setunak Island is predominantly neutral, so interventionis needed to address this perception. Through community empowerment programs with a pentahelix concept approach between stakeholders and SROI simulation analysis (comparing input or investment to program outcomes), The Sustainable Mud Crab (Scylla serrata) Cultivation Concept using Silvofishery Method obtained an index of 1.65, meaning that for an investment of IDR 1, it will produce an outcome of IDR 1.65, which means that the program is feasible for implementation.
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas air di perairan Mayangan, satu ekosistem pesisir di wilayah Subang Jawa Barat terkait dengan pemacuan stok kepiting bakau (Scylla sp). Beberapa uji parameter kualitas air telah dilakukan pada bulan Februari, Mei, dan Desember, tahun 2007 pada 15 stasiun pengamatan yang meliputi daerah padat mangrove, pantai yang terkena abrasi dengan sedikit mangrove dan sepanjang aliran sungai yang ada di daerah mangrove tersebut. Dalam penelitian ini digunakan metoda survey, dengan pengambilan contoh berstrata. Berdasarkan hasil pengamatan, kondisi perairan ditandai oleh pH antara 7,7 8,3, oksigen terlarut 1,94-3,787 mg/L, salinitas 19,27 -33,02 persendan#1607; , nitrat 2,483 3,986 mg/L, nitrit 0,007 - 0,187 mg/L, NH4 1,611 2,648 mg/L, dan fosfat 0,026 -0,334 mg/L.
2010
551 LIMNO 17:1 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Abdito Rachman
Abstrak :
Penentuan jenis fluida pengeboran merupakan hal yang sangat penting dalam proses pengeboran minyak dan gas bumi. Sifat hidrolika dan rheology dari fluida pengeboran menjadi faktor utama penunjang produktifitas pengeboran. Oil-based mud merupakan lumpur pengeboran yang biasanya hanya digunakan disituasi sulit dimana lumpur water based sulit mengerjakan. Penentuan jenis oil-based mud berdasarkan data lithology formasi tanah dapat memudahkan kita dalam merencanakan kegiatan pengeboran. Spesifikasi pada oil-based mud digunakan untuk mendapatkan sifat fisik lumpur yang aman untuk menembus formasi, mengurangi kesalahan agar tidak terjadi terjadi fluid loss dan retak formasi, bahkan dalam kondisi terburuk dipersiapkan untuk menghadapi kick dan blowout. Formasi tanah yang unik dan sifatnya yang yang sulit ditebak mengharuskan penentuan material oil-based mud sangat penting untuk diperhatikan. Pemilihan bahan material yang tepat dapat mempengaruhi efiesiensi kerja lumpur pengeboran, dan dipastikan untuk mampu mengurangi resiko kesalahan yang akan mengakibatkan biaya perawatan sebesar 60 - 70% dari total seluruh biaya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses pengeboran yang terjadi di production casing di wilayah kalimatan timur dan mencari tahu menegenai spesifikasi lumpur yang optimum dilihat dari data-data acuan yang ada. Dan juga untuk mengetahui formulasi drilling fluid oil-based mud yang sesuai dengan kondisi wilayah. ......Determining the type of drilling fluid is very important in the process of drilling for oil and gas. The nature of hydraulics and rheology of drilling fluid become the main factors in supporting drilling productivity. Oil-based mud is drilling mud which are frequently used on heavy situation which is water based mud can?t do. Determination of the types of oil-based mud based on data of soil formation lithology can facilitate us in planning of drilling operations. Spesifications of oil based mud is used to get physical properties of the sludge is safe to penetrate the formation, reduce errors in case of fluid loss and crack formation, even in the worst conditions are prepared to deal with a kick and blowout. An unique formation and its nature which can?t be predictable, makes the choosing material of oil-based mud become very important. The selection of the right materials can affect on the work efficiency of driiling mud, and it is certain to be able to reduce the error risk that would result of maintenance costs by 60-70% of total costs. This research aims to analyze the drilling process which is happen in productio on casing at east borneo from using the data and information from another well before. And also to knowing suitable formulation of oil based mud at that region.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S62732
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Sumaljo
Abstrak :
Salah satu sektor industri yang memberikan kontribusi adalah industri perminyakan. Industri ini selain memberi dampak positif, juga menimbulkan dampak negatif berupa limbah diantaranya lumpur dari pengeboran. Ada dua jenis Lumpur yang dipakai yaitu oil base mud dan water base mud. Berat jenis lumpur merupakan fungsi utama untuk menahan tekanan dari bawah tanah supaya tidak terjadi semburan liar. Untuk mendapatkan berat jenis tersebut harus digunakan bahan kimia yang mempunyai kandungan logom berat. Rumusan permasalahan yang dapat disusun adalah sebagai berikut: 1. Apakah dengan mengubah penerapan konsep teknologi water base mud menjadi oil base mud dalam kegiatan pengeboran minyak lepas pantai, beban limbah berupa air lumpur buangan dapat dikurangi karena lumpur masih tetap dapat dipakai untuk pengeboran berikutnya? 2. Apakah penerapan konsep pengurangan komponen aditif dari sumber dalam kegiatan pengeboran minyak bumi di lepas pantai dapat menimbulkan dampak kemungkinan terjadinya semburan liar dan memberikan dampak manfaat bagi industri perminyakan tersebut yaitu berkurangnya beban limbah yang dihasilkan? 3. Apakah penerapan konsep minimisasi limbah dalam kegiatan pengeboran minyak bumi di lepas pantai tersebut di atas dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi bagi industri perminyakan? 4. Apakah kegiatan pengeboran minyak lepas pantai di daerah operasi minyak lapangan Maxus mempunyai pengaruh dampak negatif terhadap kualitas air laut dan dampak positif langsung terhadap persepsi masyarakat sekitarnya? Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh pengurangan penggunaan bahan kimia (aditif) pada lumpur pengeboran terhadap kualitas limbah yang dihasilkan dan kemungkinan terjadinya semburan liar. 2. Untuk mengetahui pengaruh penerapan perubahan media air menjadi media minyak dalam pembuatan lumpur terhadap beban limbah yang dihasilkan setelah operasi Pengeboran. 3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan konsep minimisasi limbah dalam kegiatan pengeboran minyak bumi di lepas pantai terhadap tingkat efisiensi biaya produksi pada industri perminyakan. 4. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan operasi pengeboran minyak lepas pantai di daerah operasi minyak lapangan Maxus terhadap kualitas air laut dan terhadap persepsi masyarakat sekitarnya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Pengurangan penggunaan bahan kimia (aditif) pada lumpur Pengeboran akan mengurangi bahaya limbah yang dihasilkan serta mengurangi resiko terjadinya semburan liar. 2. Penerapan perubahan media air menjadi media minyak dalam pembuatan lumpur akan menurunkan beban limbah yang dihasilkan setelah operasi Pengeboran. 3. Penerapan konsep minimisasi limbah dalam kegiatan pengeboran minyak bumi di lepas pantai akan meningkatkan efisiensi biaya produksi pada industri perminyakan. 4. Kegiatan operasi pengeboran minyak lepas pantai di daerah operasi minyak lapangan Maxus menimbulkan dampak menurunnya kualitas air laut dan persepsi negatif masyarakat sekitarnya. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survei dan ekspos fakto. Penelition ini dilakukan di daerah operasi wilayah Maxus di Laut Jawa dan berlangsung selama kurang lebih 6 bulan, yaitu sejak Desember 2001 - Juni 2002. Tahapan penelitian meliputi penentuan jenis penelitian yaitu penelitian kuantitatif dengan metode survei dan ekspos fakto, penentuan lokasi penelitian yaitu di daerah operasi Maxus, penentuan rancangan penelitian yang meliputi variabel penelitian. tahapan penelitian, pengumpulan data, dan analisis data serta, perencanaan upaya minimisasi limbah lumpur dari sumbernya. Secara umum parameter kualitas badan air masih berada pada kisaran di bawah baku mutu dengan dijumpai beberapa unsur logam berat Ni, Cd dan Pb yang masih di atas ambang baku mutu. Keberadaan ketiga unsur logam berat tersebut meskipun masih di atas baku mutu tetapi belum terlihat pengaruhnya terhadap kehidupan biota laut. Dari survey tentang pengaruh kegiatan operasi Pengeboran terhadap persepsi masyarakat, ternyata disimpulkan bahwa persepsi masyarakat terhadap kegiatan tersebut positif. Dengan kondisi tekanan awal dan akhir yang berbeda, secara prinsip bila penggunaan berat jenis lumpur pada operasi Pengeboran terlalu besar kemungkinan terjadi hilang lumpur sangat besar. Bila terjadi kehilangan lumpur maka kemungkinan terjadinya semburan liar sangat besar. Secara prinsip, volume limbah yang dibuang di lingkungan pada media water base mud lebih besar bila dibandingkan dengan memakai media oil base mud. Kesimpulan peneliiian ini adalah: 1. Pemakaian oil base mud dapat mengurangi jumlah volume pembuangan limbah lumpur, karena lumpur bekas oil base mud masih dapat digunakan kembali. 2. Penurunan berat jenis sesuai dengan penurunan tekanan formasi akan .mengurangi jumlah pemakaian bahan kimia, terutama yang mengandung logam berat. sehingga dampak yang ditimbulkan juga makin berkurang. Penurunan jumlah bahan kimia akan menurunkan biaya operasi dan pengelolaan lingkungan. 3. Secara umum semua parameter kualitas badan air masih berada dalam batas baku mutu yang ditetapkan sehingga daerah wilayah operasi masih cukup baik. Tetapi beberapa komponen logam berat seperti Ni, Pb, dan Cd masih berada di atas baku mutu, namun secara berangsur ketiga unsur tersebut cenderung mengalami penurunan. 4. Penilaian masyarakat tentang kegiatan operasi minyak dan gas Maxus terhadap kehidupan kegiatan sosial ekonomi mereka ternyata positif baik. 5. Meskipun kualitas air dan persepsi masyarakat baik, tetapi perubahan parameter bawah tanah menghendaki penurunan berat jenis yang dipakai, karena pemakaian berat jenis yang tinggi memungkinkan terjadinya kehilangan lumpur. Bila hal tersebut terjadi, penahan tekanan formasi tidak ada sehingga akibatnya semburan liar dapat terjadi.
Minimizing Mud Waste in Offshore Oil Drilling (A case study at the Maxus Offshore Oil Drilling Platform in the Java Sea)One of the industrial sectors that provide considerable contribution has been petroleum industry. This industry brings out positive effect, and it also causes negative effect in the form of various sorts of waste including mud and sludge produced by the drilling activity. There are two types of mud in use, oil base mud and water base mud. The specific gravity of the mud constitutes the prime function that is to restrain the underground pressure from surging up, and thus no wild spouts would occur. In order to obtain such specific gravity we must employ certain chemicals that have heavy metal content. The formulation of the problematic questions can be practically arranged as follows: 1. Can the alteration made in the application of water base mud concept into that of oil base mud in the offshore oil drilling activity reduce the waste load that comprises muddy waste water, considering the fact that the application of oil base mud technology makes the mud remain potentially usable in the next drilling? 2. Can the application of concept on additive component reduction from the source in the offshore petroleum drilling activity raise possible effect that causes wild spouts, and will such application give beneficial effect to the oil industry, that is the decrease in the waste load produced? 3. Can the application of waste minimization concept in the offshore petroleum drilling activity as mentioned above improve the efficiency of production cost in the oil industry? 4. Is offshore oil drilling in the Maxus operation area viewed positively by the existing community in the vicinity of the project? The objectives of the research are: 1. To know and understand the extent of the effect resulting from reducing the (additive) chemicals applied in the drilling mud to the quality of the waste produced, and to the possible occurrence of wild spouts. 2. To see the effect of change from the application of the water media into oil media in mud production, especially towards the waste load associated with the drilling operation. 3. To see the effect of waste minimization concept in the offshore oil drilling activity towards the level of the efficiency in production cost. 4. To observe the effect of Maxus offshore oil drilling operation activities to the sea water quality and to the community existing in the neighborhood. The hypothesis in the present research includes: 1. Reduction in the use of (additive) chemicals in the drilling mud will mitigate the hazards of the waste produced, and to lessen the risk of wild spouts occurrence. 2. The change from water media into oil media in mud production eation will decrease the waste load associated with drilling operation. 3. The application of waste minimization in offshore petroleum drilling will improve the efficiency of production costs in the oil industry. 4. The offshore oil drilling activities in the Maxus field is detrimental to the sea water quality, and creates negative perception to the community. This is a quantitative research conducted through survey and fact exposing method. The present research was conducted at the Maxus operations in the Java Sea, and took approximately 6 months, starting from December 2001 to June 2002. The phases in the research cover the designation of the research type, which is to be a quantitative research with survey and fact exposing method, and the designation of the research site, namely the Maxus operation zone. The designation of the research arrangement covers research variables, research phases, data collection, and data analysis as well as planning the efforts to minimize the mud waste from the source. In general, the water body quality lies in the range of being under quality standard with a number of heavy metals elements (Ni, Cd, and Pb) above the threshold limit value. Although, three heavy metal elements are above the standard value, their effect to the sea aquatic life is yet to be seen. From the survey conducted on the negative influence brought about by the drilling operation to the local society's perception, it turns out that such community's perception toward the activity is favorably positive. With the beginning and end pressure being different, it can be principally postulated that when the use of the mud's specific gravity at the drilling operation is excessively high it is very likely that the loss of the mud is substantially high. When such high loss of mud occurs it is very likely that a wild spout will occur. In principle, the volume of waste entering is greater for the water base mud media compared to the oil base mud. The conclusions of the present research are: 1. The application of oil base mud reduces the volume of the disposed mud waste, because the oil base mud media can be reused. 2. The decrease in the specific gravity will, in accordance with the decrease in the formation pressure, reduce the number of the chemicals in use, particularly of those that contain heavy metal. As a result, the environment impact will be less. Subsequently, the reduction of chemicals wed reduces the operating and environmental management costs. 3. For the most part, all water quality parameters are within the acceptable limit. This means that the environmental quality of the operation area is reasonably good. However, there are several heavy metal components such as Ni, Cd, and Pb that are above the threshold limit value. However, the quantity of these three elements tends to gradually go down. 4. The opinion of the local community on the oil and gas operation activities proves to be positive. 5. In spite of the good water quality and the favorable perception from the local people. The change in underground parameter necessitates a decrease in the mud specific gravity mud will potentially result in more mud loss. When this happens, wild spouts are bound to happen as there is not enough mud to counter the pressure.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T 11055
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuryanto
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini tentang "Penanganan akibat bencana luapan lumpur panas PT. Lapindo Brantas di Kecamatan Porong oleh Polres Sidoarjo" Yaitu : tindakan-tindakan manajerial maupun operasionaI yang dilakukan oleh Polres Sidoarjo dalam menangani akibat yang ditimbulkan oleh bencana luapan lumpur panas PT Lapindo Brantas di Kecamatan Porong. Fokus penanganan yang dilakukan adalah warga masyarakat yang menjadi korban bencana luapan lumpur. Tesis ini disusun berdasarkan penelitian yang menggunakan pendekatan kwalitatif, dimana teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan, pengamatan terlibat, wawancara dengan pedoman serta pemeriksaan dokumen. Gambaran umum daerah penelitian yaitu : Kecamatan Porong, Tanggulangin dan Jabon Kabupaten Sidoarjo. Sebelum terjadinya bencana semburan lumpur, kecamatan ini merupakan wilayah yang sangat potensial. Kondisi sosial ekonomi, tidak kurang 123 industri terdapat di tiga kecamatan tersebut. Di sektor pertanian dan perkebunan wilayah tersebut merupakan wilayah yang subur, lahan pertanian dan perkebunan ditanami padi dan tebu. Sektor perikanan, di tiga kecamatan tersebut juga terdapat tambak yang cukup luas. Sektor pertambangan, terdapat eksplorasi gas bumi milik PT Lapindo Brantas sebanyak 19 sumur gas. Di sektor perdagangan, terdapat pertokoan dan pasar bahkan sudah banyak minimarket. Sosial budaya, terdapat sekolah SD s/d SLTA juga sekolah agama. Kegiatan keagamaan terutama agama Islam untuk mernperkuat ukuwah Islamiyah serta menumbuhkan suasana kekerabatan sesama warga masyarakat tumbuh subur di daerah tersebut. Bencana luapan Lumpur telah menciptakan 4 macam kerugian yaitu kerugian materiil yang sifatnya permanen, kerugian fisik, kerugian mental, dan kerugian sosial. Masyarakat setempat meminta PT Lapindo Brantas sebagai penyebab terjadinya bencana untuk bertanggungjawab atas kerugian tersebut. Ada 4 tanggungjawab yang ditanggung oleh PT Lapindo Brantas yaitu tanggungjawab kemanusiaan, tanggungjawab kerugian, tanggungjawab penutupan semburan dan luapan lumpur serta tanggungjawab hukum. Upaya penanganan bencana yang dilakukan oleh Pemkab Sidoarjo, Pokes Sidoarjo serta instansi terkait lainnya didasarkan pada SK Bupati Sidoarjo nomor: 18816891404.1.1.312006 tanggal 15 Juni 2006 tentang Pembentukan Tim Terpadu Penanganan Bencana Luapan Lumpur Di Kecamatan Porong dan Sekitarnya Tahun 2006. Selain berpedoman pada SK Bupati tersebut Polres Sidoarjo juga telah menyusun organisasi penanganan bencana melalui Operasi "Rencana Kontijensi Khusus" Penanganan Dampak Luapan Lumpur Porong Sidoarjo. Prinlak Ops Polres Sidoarjo "Rencana Kontijensi Khusus Tentang Penanganan Dampak Luapan Lumpur Porong Sidoarjo " No.Pol : RlPrinlak Ops/591LX12006. Penanganan bencana dibagi dalam tiga tahap yaitu tahap sebelum kejadian bencana, tahap saat terjadinya bencana, tahap setelah kejadian bencana serta adanya rehabilitasi mental korban bencana. Mengingat banyaknya instansi pemerintah yang terlibat dalam penanganan bencana sebagaimana SK Bupati tersebut maka diperlukan adanya koordinasi dan hubungan tata cara kerja yang baik antara Pokes Sidoarjo dengan beberapa instansi terkait lainnya. Namun Koordinasi dan HTCK ini kurang terlaksana dengan baik. Penanganan bencana yang dilakukan oleh Polres Sidoarjo dan instansi terkait lainnya secara garis besar telah mempedomani 6 siklus Disaster Management yaitu pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, respon, pemulihan dan pembangunan. Namun pada tindakan pemulihan pada bencana luapan lumpur tidak bisa dilakukan karena korban menderita kerugian materiil yang sifatnya permanen. Pada penanganan bencana tersebut juga dilaksanakan Simulasi menghadapi ancaman jebolnya tanggul penahan luapan lumpur. Simulasi bertujuan untuk memberikan gambaran penanganan bencana agar masyarakat yang menjadi korban tidak panik dan aparat kepolisian serta instansi terkait lainnya memahami tentang apa yang harus dikerjakan dalam melakukan penanganan bencana. Hubungan tata cara kerja dan koordinasi antara instansi terkait kurang berjalan dengan baik. HTCK dan koordinasi masih terpengaruh oleh sistem birokrasi pemerintahan yang bersifat Patrimonial. Koordinasi yang dilakukan hanya bersifat reaktif saja. Ini yang menjadi kendala dalam pelaksanaan penanganan bencana sehingga penanganan bencana menjadi parsial. Masing-masing instansi melakukan penanganan sesuai kebijakan pimpinan masing-masing yang sifatnya temporer.
ABSTRACT
The thesis is about the handling of the impact of hot mud of PT Lapindo Brantas in Porong Sub-district by Sidoarjo Resort Police. The thesis discusses the managerial and operational action conducted by Sidoarjo Resort Police in handling the impact of hot mud of PT Lapindo Brantas in Porong Sub-district. The focus of the thesis is the handling the community as the victims of the disaster. The writer employs qualitative approach and data is collected by using several methods, such as observation, involved observation, interview, and document review. As we all know that before the disaster happened, Porong Sub-district had been known as a potential area There were at least 123 factories or manufacturers, large areas of agriculture, fisheries, oil and gas exploration in which some of them belong to PT Lapindo Brantas. The disaster caused by the hot mud has created four kinds of loss: (1) permanent material losses, (2) physical loss, (3) mental loss, and (4) social loss. The local community has asked PT Lapindo Brantas as the party which caused the disaster to be responsible for the disaster. There are four responsibilities that must be borne by PT Lapindo Brantas: (1) humanity responsibility, (2) losses responsibility, (3) the responsibility of closing the hole and the overflow of the mud, and (4) law responsibility. The handling efforts conducted by Sidoarjo Local Government, Sidoarjo Resort Police as well as other related agencies are based on the decree of Sidoarjo Regent, No. 18816891404.1.1.312006 dated 15 June 2006 regarding the establishment of the Integrated Team for the Handling of the Overflow of the hot mud in Porong Sub-district and its surroundings. In addition, Sidoarjo Resort Police has set up the organization of such handling through an operation called "Special Contingency Plan", No. Pol.: R/Prinlak Ops1591IX12006. Such handling is classified into three stages: (1) before the disaster, (2) when the disaster happened, and (3) after the disaster as well as the rehabilitation of the victims' mental. The results of the research reveal that the coordination and working organization among the agencies have not run well yet. Such coordination and working organization among the agencies are still influenced by patrimonial system of the government bureaucrat. Coordination is still conducted in a reactive way. Each agency does the handling based on the temporary policies of their administrators.
2007
T20739
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianturi, Bukti
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam proses modernisasi dan pembangunan ekonomi selama ini menunjukkan korporasi sebagai pelaku pembangunan semakin memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Namun seiring dengan semakin besarnya peranan korporasi dalam pembangunan ekonomi, realitas menunjukkan bahwa banyak terjadi dampak yang merugikan masyarakat akibat aktivitas-aktivitas yang tidak bertanggungjawab dengan berbagai modus operandi yang dilakukan oleh korporasi, khususnya terhadap pencemaran lingkungan hidup. Semenjak adanya kasus pencemaran lingkungan, permasalahan, apakah sebuah korporasi dapat dibebani suatu pertanggungjawaban menjadi suatu hal yang menarik untuk diperdebatkan. Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH), telah diatur tentang tuntutan pertanggungjawaban perdata yang dapat diajukan oleh masyarakat yang menjadi korban pencemaran lingkungan maupun tuntutan pertanggungjawaban pidana dan sanksinya terhadap badan hukum yang melakukan pencemaran juga terhadap mereka yang memberi perintah atau yang menjadi pemimpin dalam perbuatan tersebut. Selama ini dalam kejadian kasus pencemaran/perusakan lingkungan yang diajukan ke Pengadilan, yang menjadi tersangka adalah persoon, sementara korporasi dan Direksi tidak tersentuh oleh penegak hukum. Dalam konteks tersebut, Penulis melakukan penelitian dan berusaha menganalisis tanggungjawab pengurus perusahaan/direksi dan pemegang saham Lapindo Brantas Inc., balk pertanggungjawaban perdata maupun pertanggungjawaban pidana. Di akhir penelitian tesis, penulis menarik kesimpulan bahwa pertanggungjawaban perdata maupun pidana dalam peristiwa semburan lumpur panas di Porong Sidoarjo tidak sebatas pada persoon teknisi lapangan tetapi juga menjangkau perusahaan, para direksilpengurus perusahaan dan para pemegang saham. Dalam penelitian ini juga, penulis mencoba mengkaji penerapan strict liability pada peristiwa semburan lumpur panas di Porong Sidoarjo tersebut.
2007
T19320
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mundakir
Abstrak :
Bencana lumpur Lapindo yang terjadi sejak 29 Mei 2006 hingga sekarang ini merupakan bencana terlama yang terjadi di Indonesia. Bencana ini telah menimbulkan berbagi kerusakan, kehilangan dan perubahan yang berdampak pada kelangsungan hidup masyarakat korban. Salah satu dampak yang terjadi akibat bencana lumpur ini adalah dampak psikososial. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan metode fenomenologi deskriptif. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi dampak psikologis, dampak sosial, dan harapan untuk penyelesaian masalah serta layanan kesehatan yang dibutuhkan. Jumlah partisipan yang terlibat dalam penelitian ini sampai dengan terjadi saturasi data sebanyak 7 orang. Prosedur sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan menggunakan tehnik key person. Prosedur pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam dengan bentuk pertanyaan semi terstruktur. Hasil wawancara direkam menggunakan Voice Record Digital, kemudian dilakukan transkrip verbatim dan dianalisis dengan menggunakan metode langkah - langkah Colaizi (1978, dalam Daymon & Dolloway, 2008). Hasil penelitian ini teridentifikasi 9 tema inti dan 2 tema tambahan. Sembilan tema inti tersebut adalah perubahan emosi, perubahan kognitif, mekanisme koping, perubahan fungsi keluarga, perubahan hubungan sosial kemasyarakatan, dukungan social, harapan penyelesaian masalah kepada pemerintah dan kepada PT Lapindo, kebutuhan layanan kesehatan fisik dan kesehatan psikologis. Sedangkan dua tema tambahan yaitu resiko dan gangguan perkembangan, dan distres spiritual. Kesimpulan penelitian ini adalah masyarakat korban lumpur Lapindo mengalami dampak psikosoial dan berharap kepada pemerintah dan PT Lapindo menyelesaikan pembayaran tahap II (80%) serta menyediakan layanan kesehatan fisik maupun psikososial. Penelitian ini merekomendasikan perlunya intervensi psikososial kepada masyarakat korban dan penelitian lanjutan setelah masyarakat korban menempati rumah baru.
Lapindo mud disaster that occurred since 29 May 2006 is considered as the longest disaster that occurred in Indonesia. This disaster has caused damage and lost of property which has been affecting the viability of the residents of the affected areas. Psychosocial well being is one af the impacts of disaster. Research was conducted using qualitative design with descriptive phenomenology method. The purpose required of this research was to identify the psychological impact, social impact, and hope for the settlement of problems and health services. Number of participants were involved in this research based on the saturation of data was 7 people. This study used purposive sampling technique using the key informant. Procedure of data collection techniques using depth interviews with a semi-structured form of used questions. The Digital Voice Record was utilized to record the interviews, and verbatim transcripts made and analyzed using the methods of Colaizi (1978, in Daymon & Dolloway, 2008). This study revealed 9 theme of core and 2 additional theme. Nine the core theme is emotional changes, cognitive changes, coping mechanism, changes in family function, changes in social relationships, social support, hope to the problem to the government and PT Lapindo, physical health service needs and psychological health. While two additional theme that is risk and growth trouble, and distres spiritual. Conclusion of this research society of victim of mud of Lapindo experience of impact of psikosoial and hope to government and PT Lapindo settle the payment phase II (80%) and also provide service of health of physical and also psikososial. This research recommend the importance of intervention of psikososial to society of victim and research of continuation after society of victim take possession of new residences.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>