Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pariyo
Abstrak :
Bank Muamalat sebagai pionir bank syariah di Indonesia terus melakukan pengembangan terhadap penawaran produk-produk perbankan syariah yang secara umum digolongkan atas tiga bagian yaitu : (1) produk penyaluran dana, yang meliputi antara lain : prinsip jual beli, sewa, bagi hasil dan akad pelengkap. (2) produk penghimpunan dana, yang meliputi : prinsip wadi'ah, mudaharabah dan akad pelengkap. (3) jasa perbankan antara lain : shad; Qardh dan lain-lain. Struktur dana pihak ketiga masih didominasi oleh deposito berjangka mudharabah yang mencapai Rp. 97 Milyar atau 48,14% dari total dana pihak ketiga. Sementara itu, walaupun tabungan mudharabah mencatat pertumbuhan yang mengesankan sebesar 64,13 persen, kontribusinya terhadap total dana pihak ketiga hanya sebesar 29,1%. Penelitian juga dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan satu variabel dependent (dana pihak ketiga) dan tiga variabel independent (SBI, Valuta Asing USD dan SWBI).
Economic Macro Variable Influences The Third Hand Of Collected Fund (The Occuration Case Of Indonesian Muamalat Bank Period Of Year 2000-2003) Bank Muamalat as the pioneer of syariah bank in Indonesia keeps going to develop for offering the products of syariah banking is globally classified into three parts are such as : (I) product of fund distribution, which includes : principal of trading, rental, sharing and complementary agreement. (2) product of fund collection, which includes : principal wadi'ah, mudharabah and complementary agreement. (3) banking services are such as : sharf, Qardh and etc. Fund structure of the third hand is still dominated by mudharabah of distance deposit is until Rp 97 billion or 48,14% from the total fund of third hand. Meanwhile, though the mudharabah saving notices of the impressive development is 64,13%, the contribution of the total fund of the third hand is only 29,1%. The occuration was done as quantitively by using one variable dependent (fund of the third hand) and three variables independent (SBI, USD currency and SWBI).
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T13295
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danastri Sisherdianti
Abstrak :
Penelitian ini mengetahui ada tidaknya pengaruh shock terhadap fluktuasi faktor-faktor GDP, inflasi, SBI dan Kurs terhadap USD terhadap NPF dan FDR. Pada saat krisis maupun pasca krisis ekonomi. Untuk tujuan tersebut maka dilakukan pengujian menggunakan Vector Autoregressive (VAR) dengan menggunakan data bulanan dan kwartalan dari Januari 1997 hingga Juli 2008 yang diambil dari laporan keuangan BMI dan BI. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dari masing-masing penelitian terlihat bahwa secara umum variabel NPF dan FDR merespon setiap shock yang ditimbulkan oleh masing-masing variabel ekonomi makro. Dengan demikian bahwa dari hasil penelitian tidak ada variabel ekonomi makro yang dominan terhadap NPF dan FDR.
This research was done to see, whether several factors such as GDP, inflation, SBI and currency had their influence on USD, NPF and FDR during and after the economic crisis. To find out whether there are any correlations or not, this research used Vector Autoregressive (VAR) method, by using monthly and quarterly data from January 1997 to July 2008. Which taken from BMI and BI financial reports. The test results showed that in general, macro economic variable had no influence toward NPF and FDR, both during and after the economic crisis. Even though from the test results, there is a GDP variable which had positive correlation both during and after the economic crisis. However, it has no significant impact on NPF and FDR. Perhaps there is another variable which become internal strength from BMI in completing its finance.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T25468
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Novietha Indra Sallama
Abstrak :
Untuk mengantisipasi penurunan tingkat kecukupan modal yang dimiliki bank, dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu menerbitkan saham baru atau menerbitkan obligasi subordinasi. Cara yang terakhir ini yang banyak dilakukan oleh bank, baik konvensional maupun syariah. Di Indonesia, telah dikenal adanya obligasi syariah yang menggunakan skim ijarah dan mudharabah. Perbedaan yang mendasar antara obligasi syariah dan konvensional adalah pada obligasi syariah return tidak ditetapkan secara nominal, tetapi dengan memberikan nisbah bagi hasil untuk pemegang obligasi, serta penggunaan dana hasil emisi obligasi tersebut harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Dengan menerbitkan obligasi subordinasi, berarti menambah modal yang ada pada bank, sekaligus akan memperkuat struktur permodalan bank tersebut. Jika struktur modal sudah kuat, bank akan leluasa dalam melakukan ekspansi pembiayaan. Ini dimungkinkan karena rasio kecukupan modal bank masih berada di atas ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia. Selanjutnva pembiayaan yang semakin ekspansif akan meningkatkan pendapatan bagi bank tersebut, Penelitian yang dilakukan pada Bank Muamalat Indonesia menunjukkan bahwa ada peningkatan pembiayaan dan tingkat kecukupan modal (solvabilitas) setelah emisi obligasi, tetapi tidak pada kinerja rentabilitas dan likuiditas akibat tingginya tingkat bagi hasil yang ditetapkan bank.
In order to anticipate the decreasing of capital adequate ratio suffered by a bank, it can take any of the two ways, namely issuing new shares, or issuing subordinated debentures. The latter has been taken many times by different banks, both conventional and sharia ones. In Indonesia, it's known the presence of sharia bonds upon the scheme of ijarah and mudharabah. The fundamental difference between sharia bonds and conventional bonds is that in sharia bonds the return is not determined nominally, rather, by adding some ratio of revenue sharing for the debt holders, and where the utilization of fund resulted from the bonds emission shall conform to the principles of sharia. Issuing subordinated debentures would mean additional capital for the bank, and at the same time strengthening the capital structure of the bank. If the capital is strong, the bank will be freer to conduct financing expansion. This is enabled, because the bank's capital adequacy ratio is still above the point as ruled by Bank Indonesia. Furthermore, the more expansive financing will increase the bank's revenue. The research performed at Bank Muamalat Indonesia has shown increment of financing as well as capital adequacy ratio (solvability) after sub-debt emission, but not of the bank's performance in rent ability and liquidity. Due to the height of ratio of revenue sharing determined by the bank for the debt holders.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T15141
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library