Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iyan Robiansyah
Abstrak :
Abstrak Moringa peregrina dan M. oleifera adalah dua spesies Moringa (Kelor) yang tersebar secara alami di Arab Saudi. Kedua spesies ini memiliki sifat tahan kekeringan serta memiliki kandungan nutrisi dan bahan obat yang sangat tinggi. Penelitian keanekaragaman genetik akan sangat berguna untuk meningkatkan kualitas nutrisi dan kandungan bahan obat kedua tanaman ini. Penelitian ini bertujuan mengkarakterisasi biotipe baru dari spesies Moringa Arab Saudi yang teramati di daerah Al Bahah. Sebanyak 11 primer RAPD dan 15 primer ISSR digunakan untuk mengkarakterisasi biotipe baru dan membandingkannya dengan M. peregrina dan M. oleifera. Level polimorfisme yang dihasilkan setiap penanda molekular dihitung dan koefisien Nei diperkirakan untuk mengetahui jarak genetik dari setiap spesies. Level polimorfisme dari RAPD dan ISSR secara berturut-turut adalah 59.7% dan 75%. Analisis dari RAPD dan ISSR menunjukkan bahwa biotipe baru memiliki 53 pita (43.44%) yang sama dengan M. peregrina dan M. oleifera, 29 pita (23.77%) dengan M. peregrina saja, 22 pita (18.03%) dengan M. oleifera saja, dan 18 pita (14.75%) unik. Berdasarkan data RAPD, jarak genetik antara M. oleifera dan M. peregrina adalah 0.59 sedangkan jarak genetik biotipe baru dengan M. peregrina dan M. oleifera secara berturut-turut adalah 0.41 dan 0.54. Berdasar data ISSR, jarak genetik antara M. oleifera dan M. peregrina adalah 0.98 sedangkan jarak genetik biotipe baru dengan M. peregrina dan M. oleifera secara berturut-turut adalah 0.59 dan 0.56. ......Moringa peregrina and M. oleifera are the only Moringa (Kelor) species found in Saudi Arabia. Both species are drought resistant and have very high nutritional and medicinal properties. Detection of genetic diversity is of great value for the improvement of nutritional and medicinal value of these plants. The aim of the present I. Robiansyah et al. Characterization of A New Biotype Moringa of Saudi Arabia Using RAPD And ISSR Markers 100 | study was to characterize a new biotype Moringa observed in Al Bahah Region, Saudi Arabia. We used 11 RAPD and 15 ISSR primers to characterize and compare the new biotype with M. peregrina and M. oleifera. Level of polymorphism generated by each marker was calculated. We also calculate Nei's coefficient to measure the genetic distance between the studied species. Level of polymorphism generated by RAPD and ISSR was 59.7% and 75%, respectively. RAPD and ISSR primers revealed that the new biotype shared 53 amplicons (43.44%) with both M. peregrina and M. oleifera, 29 amplicons with M. peregrina (2377%), 22 amplicons (18.03%) with M. oleifera, and displayed 18 unshared amplicons (14.75%). Based on RAPD data, genetic distance between M. oleifera and M. peregrina was 0.59, whereas genetic distance between the new biotype and M. oleifera and M. peregrina was 0.41 and 0.54, respectively. For ISSR data, genetic distance between M. oleifera and M. peregrina was 0.98, whereas genetic distance between the new biotype and M. oleifera and M. peregrina was 0.59 and 0.56, respectively
Bogor: Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya-LIPI, 2015
580 BKR 18:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Sadam Safutra
Abstrak :
Moringa oleifera (MO) telah terbukti memiliki efek neuroprotektif, namun efek neuroprotektif melalui jalur senescence belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek neuroprotektif ekstrak air daun (MOE) dan minyak biji MO (MOO) terhadap disfungsi otak melalui jalur senescence pada mencit yang diberi diet tinggi lemak dan fruktosa. Mencit DDY jantan sebanyak 10 ekor dibagi secara acak menjadi 4 kelompok: Normal; Diet Tinggi Lemak + Fruktosa 25% (HFD+FR); HFD+FR + MOE 500 mg/kgBB (HFD+FR+MOE); dan HFD+FR + MOO 2 mL/kgBB (HFD+FR+MOO). Dilakukan penilaian kognitif dengan Uji Y-maze dan Novel Objective Recognition (NOR). Dianalisis ekspresi p16, p21, dan BDNF dengan metode RT-PCR serta pewarnaan SA-β-Gal pada jaringan otak. Dilakukan analisis interaksi senyawa ekstrak air daun dan minyak biji Moringa oleifera terhadap protein target dengan molecular docking. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian bersama MOE maupun MOO dapat meningkatkan persentase alternasi dan pengenalan objek baru, menurunkan ekspresi p16 dan p21, meningkat ekspresi BDNF, menurunkan intensitas warna biru pada organ otak. Berdasarkan analisis dengan molecular docking menunjukkan adanya interaksi senyawa terhadap reseptor TrkB. Temuan-temuan ini menunjukkan ekstrak air daun dan minyak biji Moringa oleifera memiliki potensi neuroprotektif melalui jalur senescence. ......Moringa oleifera (MO) has been shown to have neuroprotective effects, but neuroprotective effects through the senescence pathway are not yet known. This study aimed to determine the neuroprotective effect of leaf water extract (MOE) and MO seed oil (MOO) against brain dysfunction through the senescence pathway in mice fed a diet high in fat and fructose. 10 male DDY mice were randomly divided into 4 groups: Normal; High Fat + Fructose Diet 25% (HFD+FR); HFD+FR + MOE 500 mg/kgBB (HFD+FR+MOE); and HFD+FR + MOO 2 mL/kgBB (HFD+FR+MOO). Cognitive assessment was carried out with the Y-maze Test and Novel Objective Recognition (NOR). Expression of p16, p21, and BDNF was analyzed by RT-PCR method and SA-β-Gal staining in brain tissue. Analysis of the interaction of leaf water extract compounds and Moringa oleifera seed oil on target proteins by molecular docking was carried out. The results of the analysis showed that co-administration of MOE and MOO can increase the percentage of alternation and recognition of new objects, decrease p16 and p21 expression, increase BDNF expression, decrease the intensity of blue color in brain organs. Based on analysis with molecular docking showed the interaction of compounds with TrkB receptor. These findings suggest the leaf water extract and seed oil of Moringa oleifera have neuroprotective potential through the senescence pathway.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Ratna Dewi
Abstrak :
Penyakit neurodegeneratif cenderung meningkat seiring bertambahnya usia, dan salah satu penyebabnya adalah stres oksidatif. Stres oksidatif terjadi ketika peningkatan ROS yang berlebihan tidak dapat diimbangi oleh antioksidan tubuh. Peningkatan ROS dapat disebabkan oleh pemberian H2O2, namun dapat diatasi dengan pemberian antioksidan eksogen seperti Moringa oleifera (MO) yang kaya akan flavonoid. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis efek ekstrak air MO pada sel neuroblastoma SH-SY5Y yang terpapar H2O2, dengan fokus pada stres oksidatif, apoptosis, dan penanda neuroprotektif. Metode penelitian dilakukan secara in vitro menggunakan sel SH-SY5Y yang diuji dengan berbagai konsentrasi H2O2 atau MO. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak air MO pada konsentrasi 25 ug/ml dapat mencegah stres oksidatif pada sel SH-SY5Y yang terpapar H2O2 dengan konsentrasi 1 mM. Mekanisme penurunan stres oksidatif ditandai dengan peningkatan ekspresi mRNA SOD1, GPx1, dan katalase, serta penurunan apoptosis yang ditandai dengan penurunan ekspresi mRNA Bax dan Caspase-3. Pemberian ekstrak air MO juga meningkatkan ekspresi mRNA BDNF. Oleh karena itu, MO memiliki potensi sebagai agen antioksidan yang efektif dalam melindungi sel saraf dari kerusakan oksidatif dan mencegah neurodegenerasi yang terkait dengan stres oksidatif. Penelitian ini memberikan pandangan awal yang menjanjikan untuk pengembangan ekstrak MO dengan fokus pada stres oksidatif, apoptosis, dan penanda neuroprotektif lebih lanjut di masa depan. ......Neurodegenerative diseases tend to increase with age, and one of the causes is oxidative stress. Oxidative stress occurs when excessive reactive oxygen species (ROS) cannot be balanced by the body's antioxidants. Increased ROS can be induced by hydrogen peroxide (H2O2) administration, but it can be mitigated by the administration of exogenous antioxidants such as Moringa oleifera (MO), which is rich in flavonoids. The objective of this research was to analyze the effects of MO water extract on SH-SY5Y neuroblastoma cells treated with H2O2, focusing on oxidative stress, apoptosis, and neuroprotective markers. The research was conducted in vitro using SH-SY5Y cells exposed to various concentrations of H2O2 or MO. The results showed that the administration of MO water extracts at a concentration of 25 μg/ml could prevent oxidative stress in SH-SY5Y cells treated with 1 mM H2O2. The mechanism of oxidative stress reduction was characterized by increased mRNA expression of SOD1, GPx1, and catalase, as well as decreased apoptosis indicated by decreased mRNA expression of Bax and Caspase-3. The administration of MO water extract also increased BDNF mRNA expression. Therefore, MO has the potential as an effective antioxidant agent to protect nerve cells from oxidative damage and prevent oxidative stress-related neurodegeneration. This research provides promising preliminary insights for further development of MO extract focusing on Oxidative Stress, Apoptosis, and Neuroprotective markers in the future.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emni Purwoningsih
Abstrak :
Latar belakang: Moringa oleifera (MO) secara luas telah dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan makanan dan juga obat tradisional. M. oleifera telah terbukti memiliki berbagai efek farmakologi diantaranya efek neuroprotektif. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis efek neuroprotektif dan mekanisme dasar dari ekstrak etanol 70% daun (MOE) dan minyak biji M. oleifera (MOO) pada mencit yang mengalami depresi, kecemasan dan fungsi kognitif akibat induksi stres kronik. Metode: Dalam penelitian ini kami menguji analisis fitokimia MOE dengan LC-MS dan MOO dengan GC-MS. Dua puluh empat mencit jantan dengan berat badan 25-30 g, dibagi secara acak menjadi 6 kelompok yaitu kelompok normal (mencit normal diberi 0,5% CMC), WIRS (mencit stres dengan induksi WIRS+CMC 0,5%), kelompok WIRS+MOE400 (mencit stres+ MOE 400 mg/kg BB), WIRS+MOE800 (mencit stres + MOE 800 mg/kg BB), WIRS+MOO1 (mencit stress + MOO 1 ml/kg BB), dan WIRS+MOO2 (mencit stress + MOO 2 ml/kg BB). Pemberian MOE dan MOO diberikan secara oral selama 23 hari. Induksi WIRS dilakukan pada hari 1 sampai 15 selama 2 jam, dan hari ke 16 dilakukan selama 6 jam. Selanjutnya dilakukan uji perilaku dengan open field test untuk prilaku kecemasan, forced swim test untuk perilaku depresif, dan uji memori dengan Y-maze test dan novel objective recognition test. Pada hari ke-24 mencit dikorbankan dan diambil darah serta jaringan otak untuk dianalisis lebih lanjut. Hasil: MOE mengandung 5,8% (b/b) total fenol dan 2,70% (b/b) total flavonoid, sedangkan MOO mengandung 0,04% (b/b) total fenol, tetapi flavonoid tidak terdeteksi. GC-MS menghasilkan MOO yang mengandung senyawa asam lemak, sterol, vitamin E dan senyawa aromatik, sedangkan MOE didominasi oleh senyawa flavonoid, asam lemak dan alkaloid juga ditemukan. Pemberian MOE 400 mg/kg BB dan MOO 2 mL/kg BB, kadar protein dan ekspresi BDNF meningkatkan signifikan (p<0,050) dibanding kelompok WIRS, selanjutnya MOE 800 mg/kg BB dan MOO 1 dan 2 mL/kg BB aktivitas asetilkolinesterase (AChE) menurun signifikan (p<0,05) dibandingkan kelompok WIRS. MOE 400 dan 800 mg/kg BB dan MOO 1 mL/kg BB, tingkat depresi dan kecemasan menurun signifikan serta memori meningkat signifikan dibandingkan kelompok WIRS. Sedangkan MOO 2 mL/kg BB tingkat kecemasan tidak berbeda dari kelompok WIRS. Kesimpulan: MOE dan MOO memiliki efek neuroprotektif dengan memperbaiki fungsi kognitif dan menurunkan tingkat depresi dan kecemasan melalui mekanisme penghambatan aktivitas AChE dan meningkatkan kadar protein dan ekspresi mRNA BDNF. ......Background: Moringa oleifera (MO) has been widely used by Indonesian people as a functional food and as traditional medicine. M. oleifera has been shown to have various pharmacological effects including neuroprotective effects. The aim of this study was to analyze the neuroprotective effects and the basic mechanisms of 70% ethanol extract (MOE) and seed oil of M. oleifera (MOO) in mice depression-like behavior, anxiety-like behavior, and cognitive decline due to chronic stress induction. Methods: In this study we examine the phytochemical analyze of MOE by LC-MS and MOO by GC-MS. Twenty-four male mice with a body weight of 25-30 g, were randomly divided into 6 groups. Normal group (normal mice given 0.5% CMC), WIRS (stressed mice with induced water immersion restraint stress/WIRS+CMC 0.5%) group, WIRS+MOE400 (stressed mice+ MOE 400 mg/kg BW) group, WIRS+MOE800 (stress mice + MOE 800 mg/kg BW) group, and WIRS+MOO1 (stress mice + MOO 1 ml/kg BW) group, and WIRS+MOO2 (stress mice + MOO 2 ml/kg BW) group. The MOE and MOO were orally administration for 23 days. MOE and MOO were administered orally for 23 days. WIRS induction was performed for 2 hours on days 1 to 15, and for 6 hours on day 16. The open field test for anxious behavior, the forced swim test for depressive behavior, and a memory test using the Y-maze test and the novel objective recognition test were then performed sequentially on days 17-23. On day 24th the mice were sacrificed and the blood as well as the brain tissue were collected for further analyze. Results: MOE contained 5.8% (w/w) of total phenols and 2.70% (w/w) of total flavonoids, while MOO contained 0.04% (w/w) of total phenols, but no flavonoids were detected. GC-MS produced MOO which contained fatty acid compounds, sterols, vitamin E and aromatic compounds, while MOE which was dominated by flavonoids, fatty acids, and alkaloids, were also found. Giving MOE 400 mg/kg BW and MOO 2 mL/kg BW, protein levels and expression of BDNF increased significantly (p<0.050) compared to the WIRS group, then MOE 800 mg/kg BW and MOO 1 and 2 mL/kg BW acetylcholinesterase activity (AChE) decreased significantly (p<0.05) compared to the WIRS group. MOE 400 and 800 mg/kg BW and MOO 1 mL/kg BW, the levels of depression and anxiety decreased significantly, and memory increased significantly compared to the WIRS group. Whereas MOO 2 mL/kg BW the anxiety level was not different from the WIRS group. Conclusion: MOE and MOO have neuroprotective effects by improving cognitive function and reducing levels of depression and anxiety through mechanisms of inhibiting acetylcholinesterase activity and increasing protein levels and BDNF mRNA expression.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maghfirah Anastamia Mariska
Abstrak :
Peningkatan insidensi infeksi S. aureus melatarbelakangi peningkatan penggunaan antibiotik yang melawan S. aureus, sehingga kejadian resistensi antibiotik semakin meningkat. Ekstrak tanaman M. oleifera Lamk. telah diteliti di berbagai negara dan didapatkan hasil berupa efek antibakteri terhadap S. aureus. Penelitian ini bertujuan mengetahui efek antibakteri ekstrak daun M. oleifera Lamk. terhadap bakteri S. aureus. Penelitian dikerjakan di laboratorium Departemen Mikrobiologi FKUI dengan rancangan eksperimental dan menggunakan metode makrodilusi tabung. Konsentrasi ekstrak yang diuji efek antibakterinya adalah 3.200 mg/mL, 1.600 mg/mL, 800 mg/mL, 400 mg/mL, dan 200 mg/mL. Selain kelompok uji, juga terdapat 6 kelompok kontrol, yaitu brain heart infusion (BHI); BHI dan bakteri; BHI, dimethyl sulfoxide (DMSO), dan bakteri; BHI dan esktrak; eritromisin; dan eritromisin dan bakteri. Hasil pertumbuhan bakteri setiap tabung dinilai sebagai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan pertumbuhan pada agar nutrisi dinilai sebagai Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM). Setiap konsentrasi juga dihitung jumlah koloni yang tumbuh pada plate count agar (PCA) menggunakan colony counter. Percobaan dilakukan dengan enam kali pengulangan. Ekstrak daun M. oleifera Lamk. memiliki KHM 800 mg/mL dan KBM pada konsentrasi1.600 mg/mL terhadap S. aureus. Jumlah koloni bakteri pada KHM dari pengamatan PCA adalah 55,83±10,685 (rerata±SD) dan pada KBM adalah steril (0 CFU/mL). Hasil uji ANOVA dan Post Hoc Bonferroni adalah terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) baik antarkelompok uji maupun antara kelompok uji dan kontrol, sementara tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) antarkelompok kontrol positif. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun M. oleifera Lamk. memiliki potensi antibakteri terhadap S. aureus.
The increasing incidence of S. aureus infection is the background for the increasing use of antibiotics against S. aureus, so the occurrence of antibiotic resistance is increasing. M. oleifera Lamk. plant extract has been studied in several countries and the results revealed that there was an antibacterial effect againsts S. aureus. The aim of this research is to discover antibacterial effect of M. oleifera Lamk. leaves extract against S. aureus bacteria. Research conducted at Microbiology Department Laboratory of FKUI with an experimental study design and using tube macrodilution method. The extract concentrations tested for its antibacterial effect were 3.200 mg/mL, 1.600 mg/mL, 800 mg/mL, 400 mg/mL, and 200 mg/mL. There were also six control groups, i.e. brain heart infusion (BHI); BHI and bacteria; BHI, dimethyl sulfoxide (DMSO), and bacteria; BHI and extract; erythromycin; and erythromycin and bacteria. Result of bacterial growth of each tube was determined as Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and on nutrient agar was determined as Minimum Bactericidal Concentration (MBC). Each concentration also planted on plate count agar (PCA), so the number of colonies were counted using colony counter. The experiment was repeated six times. The result revealed that MIC and MBC of M. oleifera leaves extract against S. aureus are 800 mg/mL and 1.600 mg/mL. The number of bacterial colonies of MIC through PCA observation was 55,83±10,685 (mean±SD) and on MBC was sterile. According to One-way ANOVA and Post Hoc Bonferroni test, there were statistical difference (p<0,05) between test and control groups, and between test groups, while there were no statistical difference between control groups itself. This research conclude that M. oleifera Lamk. leaves extract has an antibacterial effect against S. aureus.
Depok: Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Hafiidh Surya Putra
Abstrak :
Latar Belakang. Moringa oleifera merupakan tanaman yang banyak tumbuh di area tropis seperti Asia dan Afrika yang ditemukan memiliki komponen bioaktif yang memiliki aktivitas antiseptik. Penggunaan antiseptik memiliki peranan penting dalam pencegahan dan pengobatan infeksi bakteri, salah satunya adalah Klebsiella pneumoniae, bakteri batang gram negatif yang dapat menyebabkan infeksi nosokomial dan resisten terhadap antibiotik. Infeksi oleh bakteri ini menjadi perhatian lebih akibat adanya resistensi dan kemampuannya membentuk biofilm pada permukaan alat medis. Metode. Bakteri yang digunakan pada penelitian ini adalah Klebsiella pneumoniae. Sampel yang diuji efektivitasnya sebagai antiseptik adalah ekstrak daun Moringa oleifera 80% dengan pelarut karboksimetil selulosa. Penelitian ini dilakukan dengan cara menghitung pertumbuhan koloni K. pneumoniae pada sampel perlakuan dan kontrol dengan waktu kontak 1, 2, dan 5 menit. Efektivitas antiseptik sampel dinilai dengan perhitungan dari prinsip percentage kill, yaitu ≥ 90%. Hasil. Hasil perhitungan percentage kill ekstrak daun M. oleifera dalam menghambat pertumbuhan koloni K. pneumoniae dengan waktu kontak selama 1, 2, dan 5 menit masing-masing adalah 65,7%, 85,6%, dan 90,1%. Efektivitas antiseptik didapatkan pada waktu kontak 5 menit, senilai 90,1%. Kesimpulan. Ekstrak daun M. oleifera memiliki aktivitas antiseptic yang efektif terhadap K. pneumoniae. ......Background. Moringa oleifera is a plant that thrives in tropical areas such as Asia and Africa, known to contain bioactive components with antiseptic properties. The use of antiseptics plays a crucial role in the prevention and treatment of bacterial infections. Klebsiella pneumoniae is a gram-negative rod-shaped bacterium that causes nosocomial infections and exhibits significant antibiotic resistance. Infections caused by this bacterium are of particular concern due to its resistance and its ability to form biofilms on medical device surfaces. Method. The bacteria used in this study are Klebsiella pneumoniae. The sample tested for its antiseptic effectiveness is an 80% extract of Moringa oleifera leaves with carboxymethyl cellulose as a solvent. This research was conducted by counting the growth of K. pneumoniae colonies in treatment and control samples with contact times of 1, 2, and 5 minutes. The antiseptic effectiveness of the sample is assessed based on the percentage kill principle, which is ≥90%. Results. The results of the percentage kill calculation for the M. oleifera leaf extract in inhibiting the growth of K. pneumoniae with contact times of 1, 2, and 5 minutes were 65.7%, 85.6%, and 90.1%, respectively. Antiseptic effectiveness was achieved at a 5-minute contact time, with a value of 90.1%. Conclusion. Moringa oleifera leaf extract has effective antiseptic activity against K. pneumoniae.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Muhammad Kevin Baswara
Abstrak :
Latar Belakang: Candida albicans adalah mikroorganisme komensal yang umum ditemui sebagai flora normal pada tubuh. Namun demikian gangguan kondisi imun dapat menyebabkan jamur ini menjadi berubah menjadi patogen. Mikroorganisme ini salah satu penyebab mortalitas dan morbiditas di dunia. Penggunaan antiseptik bermanfaat untuk pencegahan dan pengobatan infeksi jamur. Moringa oleifera merupakan tanaman yang sering ditemukan di Afrika dan Asia dan memiliki berbagai komponen bioaktif yang memiliki potensi sebagai antiseptik. Metode: Jamur yang digunakan pada penelitian ini C. albicans ATCC 14053. Sampel yang diuji keefektifannya adalah ekstrak daun M. oleifera dengan pelarut etanol 70%. Penelitian ini dilakukan dengan mengukur pertumbuhan koloni C. albicans pada kontrol dan sampel dengan waktu kontak 1, 2, dan 5 menit. Efektivitas antiseptik dinilai dengan melakukan penghitungan sesuai prinsip percentage kill. Hasil: Hasil perhitungan koloni C. albicans dengan metode percentage kill dalam waktu kontak selama 1, 2, dan 5 menit masing-masing adalah 62.39%, 80.85%, dan 90%. Waktu kontak selama 5 menit memiliki efektivitas yang baik. Kesimpulan: Ekstrak daun M. oleifera memiliki potensi sebagai antiseptik yang efektif terhadap C. albicans. ......Introduction: Candida albicans is a commensal microorganism that is commonly found as normal flora in the body. However, immune disorders can cause this fungus to turn into a pathogen. This microorganism is one of the causes of mortality and morbidity in the world. The use of antiseptics is useful for preventing and treating fungal infections. Moringa oleifera is a plant that is often found in Africa and Asia and has various bioactive components that have potency as antiseptic. Method: The fungus used in this research was C. albicans ATCC 14053. The sample whose effectiveness was tested was M. oleifera leaf extract with ethanol 70% solvent. This research was carried out by measuring the growth of C. albicans colonies on controls and samples with contact times of 1, 2 and 5 minutes. The effectiveness of antiseptics was assessed by calculating according to the percentage kill principle. Results: The results of calculating C. albicans colonies using the percentage kill method in contact times of 1, 2, and 5 minutes were 62.39%, 80.85%, and 90%, respectively. A contact time of 5 minutes has good effectiveness. Concl\\\: M. oleifera leaf extract has the potential to be an effective antiseptic against C. albicans
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Venessa Chai
Abstrak :
Penyakit jantung, terutama infark miokard, merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Mekanisme yang mendasarinya adalah ketidakseimbangan produksi ROS dengan antioksidan. Suplemen antioksidan tidak dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit kardiovaskular karena harus bekerja secara kombinasi dengan komponen bioaktif lainnya, sehingga mendorong penelitian terapi dari bahan herbal. Moringa oleifera mengandung berbagai senyawa aktif dan tinggi oksidan sehingga memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Penelitian ini ingin membuktikan efek kardioprotektif dari ekstrak air daun Moringa oleifera terhadap parameter stres oksidatif, yaitu MDA dan SOD, pada infark miokard tikus yang diinduksi isoproterenol. Penelitian ini memakai bahan biologi tersimpan berupa kelompok kontrol negatif, kelompok ISO dengan pemberian isoproterenol 85mg/kgBB, dan kelompok ISO+MO dengan pemberian ekstrak air daun Moringa oleifera 200mg/kgBB dan isoproterenol 85mg/kgBB. Kadar protein sampel dihitung dengan uji Bradford, kadar SOD dengan EZ-SOD assay kit, dan kadar MDA dengan TBARS. Pemberian ekstrak air daun Moringa oleifera tidak menunjukkan perbedaan signifikan dari kadar MDA di antara ketiga kelompok (p=0,630). Pada pemeriksaan kadar SOD, didapatkan penurunan kadar SOD yang tidak signifikan pada kelompok ISO+MO dibandingkan dengan kelompok ISO (p=0,548). Penelitian ini tidak dapat membuktikan efek kardioprotektif dari ekstrak air daun Moringa oleifera terhadap kadar MDA dan SOD pada jaringan jantung tikus yang diinduksi isoproterenol. ......Heart disease, including myocardial infarction, is the leading cause of death worldwide. One of the mechanisms underlying myocardial infarction is oxidative stress. Antioxidant supplements cannot reduce the risk of cardiovascular disease because they work in combination with other bioactive components, thus encouraging the search for herbal therapy. Moringa oleifera contain various active compounds and high amounts of antioxidants so that it has high antioxidant activity. This study aims to determine the effect of aqueous extract of Moringa oleifera leaves on MDA and SOD levels in isoproterenol-induced myocardial infarction rat. This study used negative control group, ISO group that received 85mg/kgBW isoproterenol, and ISO+MO group that received 200mg/kgBW Moringa oleifera leaf water extract and isoproterenol. Protein level was determined using Bradford test, MDA level was determined using TBARS, and SOD level was determined using EZ-SOD assay kit. MDA levels did not differ significantly between the three groups after administration of Moringa oleifera leaf water extract (p=0.630). In SOD levels, there was no significant decreased in ISO+MO groups compare with ISO group (p=0.548). This study was unable to prove the cardioprotective effect of Moringa oleifera leaf water extract against MDA and SOD levels in isoproterenol-induced myocardial infarction of rat tissue.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Asri Kartika Ratri
Abstrak :
Biji tanaman Moringa oleifera atau kelor memiliki berbagai aktivitas farmakologis dan dapat dikembangkan menjadi produk topikal. Penggunaan minyak biji kelor secara langsung ke kulit berpotensi iritasi sehingga perlu diinkorporasikan ke dalam sistem pembawa, salah satunya krim nanoemulsi. Krim dapat menghidrasi kulit secara kontinyu dan sering digunakan secara luas oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan karakteristik dan aktivitas antioksidan minyak biji kelor, kemudian diformulasikan menjadi krim nanoemulsi yang selanjutnya akan dievaluasi secara fisik, stabilitas, kadar asam oleat, dan aktivitas antioksidannya. Minyak biji kelor yang sudah dikarakterisasi dibuat menjadi nanoemulsi menggunakan optimasi segitiga fase pseudoterner, dengan memvariasikan sukrosa monopalmitat sebagai surfaktan, propilen glikol sebagai kosurfaktan, dan minyak biji kelor. Setelah itu dipilih satu formula nanoemulsi optimum untuk diinkorporasikan ke dalam sediaan krim. Sediaan krim dievaluasi secara fisik, dilakukan penetapan kadar asam lemak dengan kromatografi gas, diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH, dan uji stabilitas berupa uji mekanik, cycling test, dan penyimpanan selama 12 minggu. Nanoemulsi optimum memiliki komposisi 6% minyak biji kelor; 5,25% sukrosa monopalmitat; 8,75% propilen glikol; dan 80% air. Sedangkan sediaan krim optimum mengandung 10% nanoemulsi. Uji mekanik berupa sentrifugasi dan uji cycling menunjukkan krim tidak mengalami perubahan fisik sebelum dan setelah uji. Setelah dilakukan uji stabilitas dan penyimpanan selama 12 minggu, didapatkan hasil bahwa krim nanoemulsi minyak biji kelor tidak banyak mengalami perubahan fisik tetapi mengalami peningkatan viskositas dan distribusi ukuran partikel. Uji aktivitas antioksidan yang dilakukan pada minggu ke-0 menyatakan bahwa krim nanoemulsi minyak biji kelor memiliki nilai IC50 sebesar 29.360,69 µg/mL dan minggu ke-12 memiliki nilai IC50 sebesar 49.166,1 µg/mL. Nilai ini berbeda jauh dengan standar asam askorbat yang memiliki IC50 sebesar 9,707 µg/mL. Hasil evaluasi tersebut menunjukkan bahwa belum didapatkan formula optimum krim nanoemulsi minyak biji kelor. ......Seeds from Moringa oleifera have various pharmacological activities and can be developed into topical products. The use of Moringa seed oil directly on the skin might cause irritation, hence needs to be incorporated into a carrier system, one of which is nanoemulsion cream. A cream can hydrate the skin and is still widely used. This study aims to obtain the characteristics and antioxidant activity of Moringa seed oil, then it is formulated into a nanoemulsion cream which will then be evaluated for stability and antioxidant activity. In this study, the characterized Moringa seed oil was optimized into nanoemulsion using pseudoternary phase diagram by varying sucrose monopalmitate as the surfactant, propylene glycol as cosurfactant, and moringa seed oil. Then, the optimum formula was selected to be incorporated into the cream preparations. Cream preparations were then evaluated physically, fatty acid content was determined by gas chromatography, antioxidant activity was tested by DPPH method, and the stability was tested by mechanical test, cycling test, and storage for 12 weeks. The optimum nanoemulsion had a composition of 6% Moringa seed oil; 5.25% sucrose monopalmitate; 8.75% propylene glycol; and 80% water. The optimum cream preparation contains 10% nanoemulsion. Mechanical tests (centrifugation) and cycling tests showed that the cream did not experience any physical changes. After testing the stability and storage for 12 weeks, the results showed that the cream did not experience physical change but increased viscosity and particle size distribution. The antioxidant activity test conducted at week 0 showed the IC50 value of the cream is 29.360.69 g/mL and at week 12 the IC50 value is 49.166.1 g/mL. Those values are quite different from the standard ascorbic acid which has an IC50 of 9.707 g/mL. The evaluation results indicate that the optimum formula for Moringa seed oil nanoemulsion cream had not been obtained.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>