Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Uke Yohani Sukawan
Abstrak :
ABSTRAK Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Monosodium glutamat (MSG) adalah garam monosodium dengan asam glutamat yang sering digunakan sebagai bahan penyedap masakan untuk merangsang selera makan. Penggunaan MSG secara berlebihan terutama oleh ibu-ibu yang sedang menyusui, dikhawatirkan akan memberikan dampak negatif terhadap anak yang disusuinya. Pada penelitian hewan percobaan dalam perioda neonatal telah ditemukan bukti bahwa MSG dapat menyebabkan kerusakan pada hipotalamus, fungsi reproduksi, dan beberapa organ lainnya. Hasil pengamatan tersebut menimbulkan pemikiran untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian MSG melalui ASI terhadap fekunditas anaknya yang betina. Dosis MSG pada penelitian ini adalah 4800, 9600, 12000, dan 14400 mg/kg BB/hari melalui pencekokkan pada induk mencit betina galur Swiss Webster selama menyusui anaknya (21 hari). Parameter yang dinilai adalah jumlah anak (F2), jumlah korpus luteum (F1) umur 90 hari, dan jumlah folikel (Fl) umur 90 hari. Sebagai parameter tambahan adalah berat badan lahir (F2), berat badan (F 1) umur 90 hari, dan berat ovarium (Fl) umur 90 hari. Hasil Penelitian dan Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan jumlah anak (F2) yang bermakna (P<0,05) pada kelompok yang diberi perlakuan dengan MSG dosis 9600 mg/kg BB/hari, dan sangat bermakna (P<0,01) pada kelompok yang diberi perlakuan dengan MSG dosis 12000 dan 14400 mg/kg BB/hari dibandingkan dengan kelompok kontrol. Terdapat penurunan jumlah korpus luteum (Fl) umur 90 hari yang bermakna (P<0,05) pada kelompok yang diberi perlakuan dengan MSG dosis 4800 dan 9600 mg/kg BB/hari, dan sangat bermakna (P<0,01) pada kelompok yang diberi perlakuan dengan MSG dosis 12000 dan 14400 mg/kg BB/hari dibandingkan dengan kelompok kontrol. Adanya kenaikan berat badan (F1) umur 90 hari yang bermakna (P<0,05) pada kelompok yang diberi perlakuan dengan MSG dosis 4800 dan 9600 mg/kg BB/hari, dan sangat bermakna (P<0,01) pada kelompok yang diberi perlakuan dengan MSG dosis 12000 dan 14400 mg/kg BB/hari dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sedangkan jumlah folikel (F1) umur 90 hari, berat badan lahir (F2), dan berat ovarium (Fl) umur 90 hari tidak mengalami perubahan yang bermakna (P>0,05). Kesimpulan yang didapat dari basil penelitian ini adalah pemberian MSG dengan dosis 4800 sit :114400 mg/kg BB/hari secara oral pada induk mencit betina galur Swiss Webster selama menyusui (21 hari) dapat menurunkan fekunditas anaknya yang betina.
ABSTRACT Monosodium glutamate (MSG), a monosodium salt with sodium acids, has become widely used in food cooking as a taste-active ingredient. Excessive usage of MSG by women who is breast feeding their infant are being afraid of having negative effects to the infant. The experimental study on animal within neonatal period indicated that MSG may cause a severe damage of hypothalamus, reproductive function, and some other vital organs. Those findings give an idea to carry out an investigation on the effects of MSG administration through mother milk on the fecundity of female breast fed infant. MSG administration in this investigation are of doses of 4800, 9600, 12000, and 14400 mg/kg body weight/day done orally to female Swiss Webster strain mice during breast feeding (21 days). The main parameter observed are the total number of new born mice (F2). number of corpus luteum (F 1) at 90 days of age, and the number of follicle (F 1) at 90 days of age, whilst the additional parameter are the body weight of new born mice (F2) at 1 day of age, body weight (F 1) at 90 days of age, and the weight of ovaries (Fl) at 90 days of age. Results of Study and Conclusions : The results of study indicated that a significant decrease (P<0,05) of the number of new born mice (F2) was occurred on a group treated by MSG of 9600 mg/kg body weight/day, and a very significant decrease (P<0,01) on groups treated by MSG of 12000 and 14400 mg/kg body weight/day compared with the group of control. The were significant decreases (P<0,05) on groups treated by MSG of 4800 and 9600 mg/kg body weight/day, and very significant decreases (P<0,01) on groups treated by MSG of 12000 and 14400 mg/kg body weight/day compared with the group of control. There were no significant changes (P>0,05) in the number of follicle (F I) at 90 days of age, body weight of new born mice at 1 day of age, and weight of ovaries (F1) at 90 days of age. This study concluded that, MSG administration of the doses of 4800 up to 14400 mg/kg body weight/day orally on female Swiss Webster strain mice during breast feeding (21 days) may decrease the fecundity of female new born mice.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Misbakhul Munir
Abstrak :
Monosodium Glutamat (MSG) merupakan garam natrium dari glutamate yang merupakan asam amino nonessensial yang dapat bersifat eksitotoksik. Terdapat dugaan bahwa glutamat yang berlebihan berpotensi menyebabkan kerusakan dihati dengan mekanisme eksitotoksik karena reseptor glutamate juga ditemukan di hati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metabolisme hati yang berkaitan dengan Fungsi hati (enzim GPT) dan glukoneogenesis pada tikus jantan dewasa setelah pemberian MSG dan penghentiannya. Sebanyak 45 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan dibagi menjadi 3 kelompok : Kelompok kontrol(diberi akuades), kelompok pemberian MSG 4 gr/KgBB/hari dan kelompok pemberian MSG 6 gr/KgBB/hari. Perlakuan diberikan melalui sonde selama 30 hari. Setiap kelompok dibagi lagi menjadi 3 kelompok berdasarkan waktu pengambilan jaringan hati (30+1, 30+14 dan 30+28), jaringan hati diambil untuk pengiukuran kadar protein, glukosa dan aktivitas spesifik enzim GPT. Pemberian MSG 4 gr/KgBB/hari tidak menyebabkan perubahan kadar glukosa (P=0,132), tetapi terjadi peningkatan bermakna aktifitas spesifik enzim GPT (p=0,038) pada jaringan hati tikus. Pemberian MSG 6 gr/KgBB/hari menyebabkan penurunan bermakna kadar glukosa ( p=0,065 ) paska penghentian 28 hari, tetapi terjadi penekanan tidak bermakna pada aktifitas spesifik enzim GPT ( 0, 651) pada jaringan hati. ...... Monosodium Glutamate (MSG) is the sodium salt of glutamate which is an amino acid nonessensial. Wich tend to be exitotoxic. There are allegations that excessive glutamate could potentially caused damage to the liver, because glutamate receptors are also found in the liver. This study aim was to determine the liver metabolism related to the specific activity of the glutamate pyruvate transaminase and gluconeogenesis in adult male rats after administration of MSG and its termination. A total of 45 rats (Rattus norvegicus) males were divided into 3 groups: control group (distilled water), the group MSG 4 g / Kg BB / day and MSG 6 g / KgBB / day administration. The treatment is given by sonde for 30 days. Each group was subdivided into three groups based on the time period after MSG discontinued (30 + 1, 30 + 14 and 30 + 28), the liver tissue is taken for measuring: protein, glucose concentration, and GPT specific activity. Administration of MSG 4 g / kgBB / day did not lead to changes in glucose levels (P = 0.132), but there was a significant increase in GPT specific activity (p = 0.038) in the rat liver tissue. Administration of MSG 6 g / kg BB/ day caused a significant decrease in glucose levels (p = 0.065) after discontinuation of 28 days, but there was not significant different in the specific activity of the GPT enzyme (p=0, 651) in the liver tissue.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allifia Fitriani Citra
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk proses modifikasi bentonit alam Tapanuli menjadi organobentonit dengan cara menginterkalasi bentonit menggunakan monosodium glutamat yang berasal dari penyedap masakan. Peningkatan kandungan montmorillonit dilakukan dengan proses fraksinasi-sedimentasi pada suspensi bentonit. Monmorillonit yang diperoleh, diseragamkan kation penyeimbangnya dengan ion Na+ menjadi Na-Bentonit. Selanjutnya penentuan nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) dilakukan dengan menggunakan metode memakai senyawa kompleks [Cu(en)22+], dan diperoleh nilai KTK sebesar 46,74 mek/100g bentonit. Sintesis organobentonit dilakukan dengan menambahkan larutan monosodium glutamat pada pH 3,22 yaitu pH pada titik isoelektrik asam glutamat agar terbentuk muatan positif pada gugus amina monosodium glutamat (-NH3+), yang dapat berinteraksi dengan muatan negatif pada permukaan antarlapis bentonit. Hasil proses interkalasi diuji dengan menggunakan XRD dan FTIR. Organobentonit yang diperoleh diaplikasikan untuk adsorpsi logam berat ion kadmium dan timbal. Hasilnya menunjukkan bahwa walaupun tidak terjadi perbedaan yang signifikan, organobentonit 2 KTK memiliki daya adsorpsi lebih baik dibandingkan dengan 1 KTK dan bentonit alam. Adsorpsi terhadap ion Pb relatif lebih baik daripada ion Cd.
This study is to intercalate a Natural clay of Tapanuli using monosodium glutamate sourced from food flavoring. Prior to intercalation of bentonit, the clay was purified through a sedimentation process in order to obtain clay with high content of montmorilonite. The cation on the monmorillonite fraction then was converted into Na-Monmorillonite by adding NaCl solution. Furthermore, the Cation Exchange Capacity (CEC) of Na-Monmorillonite was determined using [Cu(en)22+] complex, and was obtained to be 46.74 meq/100g. Organoclay synthesis was prepared by adding equivalent amount of monosodium glutamate solution at the isoelectric point of glutamate acid at pH 3.22. The isoeletric point was choosen in order to form a positive charge on monosodium glutamate (-NH3+) that can interact with negative charge on the surface of the clay interlayer. The presence of intercalated glutamate in the bentonite interlayer was performed using XRD and FTIR spectrometry. The intercalated bentonite (organoclay) was applied to absorb cadmium and lead ions. The result showed that the organoclay 2 CEC has the better adsorption capacity compared to the 1 CEC and natural clay eventhough not different significantly. Clay absorption capacity of cadmium and lead ions are not much different, but the organobentonite the absorption capacity of lead is higher than the absorption capacity of cadmium.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54046
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library