Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kevin Varian Marcevianto
"Latar Belakang: Sebanyak 86% pasien dengan administrasi cairan mengalami akumulasi cairan positif hingga menyebabkan 35% dari seluruh pasien ICU tahun 2009-2012 mengalami volume cairan berlebih. Efek terburuk akibat hal ini adalah kegagalan multi sistem organ tubuh. Sehingga, salah satu penanganan volume cairan berlebih adalah intervensi diuresis untuk menyelesaikan masalah fisiologis. Masih belum dibuktikan melalui penelitian mengenai manfaat penyelesaian disfungsi sistem organ dari diuresis furosemid untuk menurunkan balans cairan di saat pasien justru mengalami hipoperfusi organ serta berbagai efek samping dari furosemid tersebut.
Tujuan: Atas dasar itu, dilakukan penelitian berupa analisis hubungan antara perubahan status disfungsi sistem organ berdasarkan skor MSOFA dengan penggunaan furosemid, beserta analisis data demografik dan klinik pasien volume cairan berlebih di perawatan intensif.
Metode: Desain penelitian merupakan kohort retrospektif dengan pengambilan data dari 194 sampel rekam medik yang didapatkan secara consecutive sampling. Data penggunaan furosemid dan perubahan skor MSOFA pada pasien fluid overload dimasukkan dalam tabel 2x2, kemudian dianalisis menggunakan metode chi square.
Hasil: Hasil membuktikan bahwa terdapat hubungan signifikan antara perubahan status disfungsi sistem organ dengan penggunaan furosemid pada pasien perawatan intensif (p<0,05). Nilai risiko relatif menunjukkan bahwa penggunaan furosemide justru menghasilkan nilai MSOFA yang lebih tinggi sebanyak 1,271 kali daripada pasien yang tidak menggunakan furosemide (95% IK 1,108 - 1,458).
Diskusi: Penggunaan furosemid memperburuk disfungsi organ berdasarkan skor MSOFA. Hal ini dapat terjadi akibat efek iatrogenik kekurangan balans cairan dan efek samping. Data klinis yang berkorelasi signifikan dan perlu dianalisa lebih lanjut, mencakup: balans cairan sebelum dan sesudah terapi, faktor risiko, dan komponen disfungsi sistem organ.

Background: Eighty-six percent of patients were administrated with IV Fluid resuscitation had positive fluid accumulation that results in fluid overload in 35% of all ICU patients in 2009-2012. The worst consequence of this situation is multi organs failures. Thus, one of the fluid overload treatment is pharmacological diuresis to solve the physiological problems. Despite of its adverse effects and fluid balance decrement on the hypoperfusion organ, the organ failure resolution of furosemide usage has not been proven through any research. Hence, a research which analyzed the correlation of organ system failure status based on modified sequential organ failure assessment score with furosemide usage on intensive care patient and their demographics data has been conducted.
Method: The research design was a retrospective cohort which analyzed 194 subjects from Cipto Mangunkusumo Hospital ICU medical records selected by consecutive sampling method. Data of furosemide usage and MSOFA Score changes were recorded to the 2x2 table, then they were analyzed by chi square method.
Results: The result proves that there is significant association between worsening organ system failure with furosemide usage on critically ill patients (p<0,05), especially in cardiovascular and central venous system. The relative risk result shows that furosemide usage resulted in higher MSOFA score 1,271 times more than those patients with no furosemide diuresis usage (95% CI 1,108 - 1,458).
Conclusions: The furosemide usage worsens the organ failure based on MSOFA score. These can be resulted by iatrogenic effect of too negative fluid balance and furosemide's adverse effects in the patients. There are clinical data which have significant correlation and can be analysed further, including: fluid balance before and after therapy, risk factors, and organ failure components.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggraini Permata Sari
"Latar Belakang: Jumlah pasien penyakit kritis semakin meningkat dengan mortalitas yang cukup tinggi, sehingga diperlukan model prediksi yang memiliki performa yang baik untuk memprediksi mortalitas. MSOFA adalah salah satu sistem skor yang dapat memprediksi mortalitas 28 hari. Walaupun validasi MSOFA menunjukkan hasil yang baik di berbagai negara, masih diperlukan untuk melakukan validasi di Indonesia dan mencari parameter lain untuk meningkatkan ketepatan prediksi mortalitas. Kadar magnesium darah perlu diperhitungkan penggunaannya dalam memprediksi mortalitas terutama jika ditambahkan pada skor MSOFA.
Tujuan: Menilai performa kalibrasi dan diskriminasi MSOFA serta nilai tambah kadar magnesium total dalam memprediksi mortalitas pasien penyakit kritis medis di Unit Perawatan Intensif Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo (UPI RSUPNCM).
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort prospektif dengan subjek penelitian pasien penyakit kritis medis yang dirawat di UPI RSUPNCM pada periode April-Juli 2013. Hasil pemeriksaan fisik, Glasgow Coma Scale, saturasi oksigen perifer, serum kreatinin dan magnesium dinilai saat pasien masuk ke UPI. Outcome dinilai saat pasien mencapai hari ke 28 setelah hari perawatan pertama. Performa kalibrasi dinilai dengan plot kalibrasi dan uji Hosmer-Lemeshow. Performa diskriminasi dinilai dengan area under the curve (AUC). Kemampuan prediksi skor MSOFA bersama magnesium ditentukan dengan ROC dari nilai predicted probability terhadap mortalitas.
Hasil: Sebanyak 150 pasien diikutsertakan dalam penelitian dengan angka mortalitas 33,3%. Plot kalibrasi MSOFA menunjukkan koefisien korelasi r = 0,7 dan uji Hosmer-Lemeshow menunjukkan p = 0,08. Performa diskriminasi ditunjukkan dengan nilai AUC 0,83 (IK 95% 0,76-0,90). Kadar magnesium darah tidak memiliki nilai tambah terhadap MSOFA dalam memprediksi mortalitas pasien penyakit kritis.
Simpulan: MSOFA memiliki performa kalibrasi dan diskriminasi yang baik dan kadar magnesium darah tidak memiliki nilai tambah terhadap MSOFA dalam memprediksi mortalitas pasien penyakit kritis.

Background: Critically ill patients are increasing in number with high mortality rate and good performance of prediction model is needed to predict mortality. MSOFA is one of the scoring systems which can predict 28 days mortality. MSOFA has showed a good validation in many patients abroad, yet still need to be tested in Indonesia and improving its performance. Total magnesium serum can be used as an added value to improve MSOFA performance.
Objective: To evaluate calibration and discrimination of MSOFA and magnesium as an added value to predict mortality in critically ill patients.
Methods: This is a prospective cohort study of medical critically ill patient who admitted to Intensive Care Cipto Mangunkusumo Hospital. Physical examination, Glasgow Coma Scale, peripheral oxygen saturation, creatinine and magnesium serum were obtained when the patient was admitted at ICU. Outcome was assessed when patients have reached 28 days after the first day of admission. Calibration was evaluated calibration plot and Hosmer-Lemeshow test. Discrimination was evaluated with area under the curve (AUC). Prediction performance of MSOFA and magnesium were evaluated with ROC curve.
Results: 150 patients was submitted to this study with mortality rate 33,3%. Calibration plot of MSOFA showed r = 0,7 and Hosmer-Lemeshow test showed p = 0,08. Discrimination was shown by ROC curve with AUC 0,83 (CI 95% 0,76-0,90). Magnesium total serum has no added value to MSOFA as a mortality predictor in critically ill patients.
Conclusion: MSOFA has good callibration and discrimination performance, and magnesium blood level has no added value to MSOFA for predicting mortality in critically ill patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library