Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saleh Wikarsa
"Dipiridamol sebagai obat pencegah komplikasi tromboembolik dalam terapi pasca operasi katup jantung dan terapi jangka panjang angina pectoris akan diabsorpsi dengan baik dalam lambung. Untuk dapat menjaga konsentrasi terapetik dalam waktu lama dan untuk meningkatkan ketersediaan hayatinya diperlukan sediaan lepas lambat dengan waktu tinggal di lambung yang lama. Untuk mencapai tujuan tersebut pada penelitian ini akan dibuat tablet lepas lambat
dipiridamol yang dapat mengapung dengan persyaratan yang dibuat sesuai dengan konsentrasi terapi dipiridamol. Tablet dibuat dengan metode granulasi basah dengan menggunakan aquades sebagai cairan pengikat menggunakan hidroksipropil metil selulosa (HPMC) K4M, Ac-di-sol, Avicel PH 102, talk dan Mg stearat. Uji pelepasan dipiridamol
dilakukan secara in vitro menggunakan alat tipe 2 (dayung) dengan kecepatan pengadukan 50 rpm dalam medium HCl 0,1 N sebanyak 900 mL pada suhu 37 ± 0,5 °C selama 8 jam. Formulasi tablet dengan komposisi dipiridamol 50 mg, HPMC K4M (30%), Ac-di-sol (20%), Avicel PH 102 (37%), talk (2%), dan Mg Stearat (1%) menghasilkan tablet
mengapung dengan pelepasan sebesar 59,61 ± 23,35% pada jam ke-4 dan 89,34 ± 34,19% pada jam ke-8 yang memenuhi persyaratan pelepasan.
Dipyridamole is a drug for prevention of postoperative thromboembolic complication of heart valve replacement and long term therapy of angina pectoris will be well absorbed in stomach. To maintain therapeutic plasma concentration in long time and to increase bioavalaibility is needed a sustained release dosage form having the long residence time in the stomach. The objective
of this research was to make floating sustained release tablet of dipyridamole conforming to the requirement that was
set up by dipyridamol therapeutic concentration. Tablets were made by wet granulation method using aquadest as a liquid binder, HPMC K4M, Ac-di-sol, Avicel PH 102, talk, and Mg stearat. Dissolution assay was carried out using type 2 release tester at rotation speed of 50 rpm in medium 900 mL HCl 0.1 N at 37 ± 0.5 °C for 8 hours. The
formulation containing of 50 mg dipirydamole, HPMC K4M (30%), Ac-di-sol (20%), Avicel PH 102 (37%), talk (2%), and Mg stearat (1%) released 59.61 ± 6.73% and 89.34 ± 5.87% of dipyridamole respectively after 4 and 8 hours that conformed to the requirement."
[Institut Teknologi Bandung. Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung. Sekolah Farmasi], 2011
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"A study to investigate the effect of various cencentrations of hydroxypropyl methylcellulose (HPMC) 4,6 and 8% /w/v,with a tablet weight gain of 4% on the physical quality and dissolution of 300 mg ...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Heryanti Primasari
"Eksipien koproses merupakan suatu konsep baru yang melibatkan interaksi antara dua atau lebih eksipien. Tujuan utama koproses adalah meningkatkan fungsionalitas bahan secara sinergis dan menutupi sifat yang tidak diinginkan dari masing-masing eksipien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik eksipien koproses dari pragelatinisasi pati singkong (PPS) dan metilselulosa (MC), serta memanfaatkan eksipien tersebut dalam formulasi mikrosfer sebagai matriks hidrofilik. Koproses PPS-MC dibuat dengan tiga perbandingan yaitu 2:1, 3:1, dan 4:1 yang kemudian dikarakterisasi. Koproses PPS-MC yang dipilih sebagai bahan pembentuk matriks mikrosfer adalah perbandingan 2:1 karena memiliki nilai viskositas dan kekuatan gel yang lebih besar dibandingkan kedua rasio lainnya. Mikrosfer dengan model obat natrium diklofenak dibuat dengan metode semprot kering dan dievaluasi. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa mikrosfer PPS-MC 2:1 memiliki ukuran diameter volume rata-rata pada rentang 16,61-21,41μm dan efisiensi penjerapan yang berkisar antara 108,01-144,47%. Uji pelepasan obat selama delapan jam secara in vitro pada medium fosfat pH 7,2 dari mikrosfer koproses PPS-MC 2:1 menunjukkan bahwa pelepasan natrium diklofenak dari keempat formula yaitu formula B, C, D dan E masing-masing sebesar 95,71; 72,82; 69,10 dan 66,35%.

Coprocessed excipients is a novel concept involves interactions of two or more excipients. The main aim of coprocessed excipients is to provide a synergy of functionality improvements as well as masking the undesirable properties of the individual excipients. The purposes of the study were to characterized coprocessed excipients which is made of pregelatinized cassava starch (PCS) and methylcellulose (MC) and used it as hydrophilic matrix in the microspheres formulation. Coprocessed PCS-MC which is characterized were made by the ratio of 2:1, 3:1, and 4:1. The result of characterization shows that the gel strength and viscosity value of coprocessed PCS-MC 2:1 was greater than coprocessed PCSMC 3:1 or 4:1, so the well-chosen coprocessed as former of microspheres matrix is 2:1 ratio. Microspheres containing diclofenac sodium as a model drug were prepared by spray-drying technique and the obtained-microspheres were evaluated. The results showed that the produced microspheres of coprocessed PCS-MC 2:1 have average particles sizes ranging from 16.61 to 21.41 μm and the entrapment efficiency of range between 108.01-144.47%. During 8 hours in vitro release study, the release of diclofenac sodium from the microspheres of PCS-MC 2:1 on formula B, C, D and E in pH 7.2 are 95.71; 72.82; 69.10 and 66.35%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33086
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eviana
"ABSTRACT
Salah satu metode dalam pembuatan sistem pengantaran obat ke dalam usus besar adalah pembuatan obat yang sensitif dan bereaksi teradap kondisi lingkungan lokal pada usus besar, seperti pH dan enzim. Melapisi obat dengan polimer merupakan salah satu cara dari metode tersebut. Dalam penelitian ini, obat yang digunakan adalah bahan herbal yaitu ekstrak kulit manggis yang memiliki kandungan turunan xanthone yakni mangostin yang terbukti sebagai zat antioksidan, antiproliferatif, proapoptosis, antiinflamasi, dan antikarsinogenik Mikropartikel ini akan diisi ke dalam kapsul dengan metode hand-filling. Kapsul yang telah berisi obat tersebut akan dilapisi oleh biopolimer. Biopolimer yang digunakan di dalam penelitian ini adalah hidroksipropil metilselulosa HPMC , alginat, dan pektin. HPMC digunakan karena sifatnya yang mampu meningkatkan sifat mekanis dari polimer pelapis. Penggunaan alginat karena sifatnya yang tidak akan larut pada pH asam. Pektin digunakan karena adanya enzim pektinase yang hanya diproduksi di usus besar yang mampu mendegradasi pektin. Pelapisan biopolimer dilakukan dengan menggunakan cetakan. Kapsul dimasukkan ke dalam cetakan yang telah berisi cairan biopolimer pelapis. Pengujian kapsul yang telah dilapisi biopolimer adalah uji disolusi, uji pelepasan secara invitro, dan uji SEM. Kombinasi HPMC 0,3 M dengan alginat dengan variasi 3,5, dan 10 dan pektin dengan variasi konsentrasi 1 dan 2 dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi alginat dan pektin terhadap disolusi kapsul. Melalui uji disolusi, konsentrasi HPMC dengan konsentrasi 0.3 M dan pektin 2 merupakan konsentrasi terbaik. Uji pelepasan obat secara in vitro dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan pektin dan variasi alginat terhadap pelepasan obat. Hasil pengujian rilis dalam larutan sintetis gastrointestinal menunjukkan hasil terbaik diperoleh dari pelapisan kapsul dengan HPMC 0,3 M, alginat 3, dan pektin 2 dengan persentase pelepasan kumulatif sebesar 36.9 . Hasil penelitian ini menunjukkan potensi kapsul rumput laut yang dilapisi HPMC, alginat, dan pektin bisa digunakan sebagai alat pengantar zat aktif xanthone ke lokasi target yaitu kolon di sistem pencernaan.Salah satu metode dalam pembuatan sistem pengantaran obat ke dalam usus besar adalah pembuatan obat yang sensitif dan bereaksi teradap kondisi lingkungan lokal pada usus besar, seperti pH dan enzim. Melapisi obat dengan polimer merupakan salah satu cara dari metode tersebut. Dalam penelitian ini, obat yang digunakan adalah bahan herbal yaitu ekstrak kulit manggis yang memiliki kandungan turunan xanthone yakni mangostin yang terbukti sebagai zat antioksidan, antiproliferatif, proapoptosis, antiinflamasi, dan antikarsinogenik Mikropartikel ini akan diisi ke dalam kapsul dengan metode hand-filling. Kapsul yang telah berisi obat tersebut akan dilapisi oleh biopolimer. Biopolimer yang digunakan di dalam penelitian ini adalah hidroksipropil metilselulosa HPMC, alginat, dan pektin. HPMC digunakan karena sifatnya yang mampu meningkatkan sifat mekanis dari polimer pelapis. Penggunaan alginat karena sifatnya yang tidak akan larut pada pH asam. Pektin digunakan karena adanya enzim pektinase yang hanya diproduksi di usus besar yang mampu mendegradasi pektin. Pelapisan biopolimer dilakukan dengan menggunakan cetakan. Kapsul dimasukkan ke dalam cetakan yang telah berisi cairan biopolimer pelapis. Pengujian kapsul yang telah dilapisi biopolimer adalah uji disolusi, uji pelepasan secara invitro, dan uji SEM. Kombinasi HPMC 0,3 M dengan alginat dengan variasi 3,5, dan 10 dan pektin dengan variasi konsentrasi 1 dan 2 dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi alginat dan pektin terhadap disolusi kapsul. Melalui uji disolusi, konsentrasi HPMC dengan konsentrasi 0.3 M dan pektin 2 merupakan konsentrasi terbaik. Uji pelepasan obat secara in vitro dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan pektin dan variasi alginat terhadap pelepasan obat. Hasil pengujian rilis dalam larutan sintetis gastrointestinal menunjukkan hasil terbaik diperoleh dari pelapisan kapsul dengan HPMC 0,3 M, alginat 3, dan pektin 2 dengan persentase pelepasan kumulatif sebesar 36.9. Hasil penelitian ini menunjukkan potensi kapsul rumput laut yang dilapisi HPMC, alginat, dan pektin bisa digunakan sebagai alat pengantar zat aktif xanthone ke lokasi target yaitu kolon di sistem pencernaan.

ABSTRACT
One of the method in drug delivery systems colon spesific is the drug manufacture that sensitive and resistant to physiology conditions of colon, such as pH and enzymes. To achieve this condition, one of the method that can be used is drug coating with polymer. In this research, selected drug main ingredient is herbal ingredient of mangosteen peel extract that contains xanthones derivatives which is proven as antioxidant, antiproliferative, proapoptosis, antiinflammatory, and anticarcinogenic substances. The microparticle will be filled into the capsule by hand filling method. Capsules that have filled the drug will be coated by biopolymers. The biopolymers used in this research are hydroxypropyl methylcellulose HPMC , alginat, and pectin. HPMC is used because of its properties that can improve the mechanical properties of polymer coatings. The use of alginate due to its insolubility in acid fluid. Pectin is used because of the pectinase enzyme produced only in the colon which is able to degrade pectin. Biopolymer coating is done using a mold. The capsule is inserted into a mold that already contains a coating biopolymer liquid. Tests that will be performed are dissolution test, invitro release test, and SEM test. Combination of HPMC 0,3 M with alginat with concentration variation of 3,5, and 10 and pectin with concentration variation of 1 and 2 was done to determine the effect of alginat and pectin concentration in capsule dissolution. Through dissolution test, HPMC 0,3 M and pectin 2 is the best concentration. The in vitro drug release test was conducted to determine the effect of pectin addition and alginat concentration variation in drug release. The release test showed the best results obtained from the coating capsule with HPMC 0,3 M, alginat 3, and pectin 2 with cumulative release percentage of 36.9. The results of this study indicate the potential of seaweed capsules coated HPMC, alginat, and pectin can be used as delivery system of xanthone active substances to target location of colon in the digestive system. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library