Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hamelink, Jacques
Amsterdam: De Bezige Bij, 1977
BLD 839.36 HAM st
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Decorative menhir is one of archaeological remains in West Sumatera that consists of various forms and sizes . Some decorative motifs are still exist till now, and used as traditional decorative of Minangkabau songket weaving.
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Triwurjani
Abstrak :
Austronesian diaspora shows that around 60% of Austronesian-speaking people live in Indonesia. Among the locations with traces of Austronesian cultural remains is the information about the diaspora of Research reveals that the continuing megalithic tradition. The problem is: if megalithic culture was brought by migrants in which Austronesian period did the menhirs should be placed, the proto-historic or recent Austronesian; how is the dispersal pattern of the menhirs; and who were the bearers of the culture. Therefore we have to reveal the form and dispersal of the megalithic culture and Austronesian migration in Lima Puluh Koto Area. The aim of this research is revealing cultural history through the migrant's adaptation within the perspective of Austronesian diaspora. Thus information about the diaspora of the Austronesians and the ethnogenesis of Indoneisan nation can be recognized. Research reveals that the continuing megalithic tradition which is used the qualitative method and assumed base on archaeological remains at Lima Puluh Koto area is a distribution of menhirs, that forms clusters in accordance with nagari (state) at certain area, and they are dispersed up to the hilly area. Some of these menhirs have sacred function but there are also those with profane functions like marks of village, house yard, or street boundaries, as well as the marker of village or hamlet roads.
Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, 2016
930 ARKEO 36:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Husnison Nizar
Abstrak :
Menhir berhias merupakan salah satu bentuk peninggalan tradisi megalitik yang masih terdapat di daerah Limapuluhkoto, Sumatera Barat. Bentuk menhir berhias yang terdapat di situs-situs Megalitik Limapuluhkoto tampak memperlihatkan keanekaragam bentuk, hiasan, ukuran. Adanya keanekarageman itu merupakan masalah utama yang dibahas didalam penelitian ini. Masalah lain yang menjadi perhatian adalah mengenai fungsi menhir berhias yang terdapat di situs-situs megalitik Limapuluhkoto. Apakah menhir berhias itu mempunyai fungsi yang berbeda dari menhir-menhir yang terdapat di daerah lain di Indonesia. Untuk itu harus diketahui fungsi-fungsi menhir yang terdapat di daerah Indonesia. Dalam penelitian ini yang dipergunakan sebagai data utama adalah menhir berhias yang terdapat di setiap situs yang ada di daerah Limapuluhkoto, dengan jumlah temuan menhir berhias 38, sedangkan temuan lain yang ada pada se_tiap situs merupakan data pembantu yang dapat dianggap se_bagai memperkuat interpretasi nantinya. Analisa menhir berhias dilakukan dengan menggunakan klasifikasi taksonomi yaitu klasifikasi yang memusatkan perhatian pada sejumlah atribut-atribut, dan atribut ter_sebut digunakan sebagai indikator di dalam menentukan tipe sehingga dari hasil analisa di dapat beberapa tipe menhir berhias. Untuk dapat menentukan fungsi menhir berhias, ma_ka terlebih dulu harus dicari atau harus ditentukan arti setiap hiasan yang dapat diamati pada masing-masing menhir berhias. Setelah anti setiap hiasan dapat diketahui, maka dihubungkan dengan fungsi menhir yang sudah diketahui dari hasil penelitian para ahli terdahulu, make, diambil suatu kesimpulan tentang fungsi menhir'berhias yang terdapat di setiap situs-situs megalitik Limapuluhkoto. Hasil analisa menhir berhias menunjukkan adanya 3 tipe dan 4 sub tipe. Hasil analisa tentang fungsi menhir memperlihatkan adanya fungsi khusus, yaitu sebagai tanda kubur masyarakat tradisi megalitik di daerah Limapuluhkoto yang masih memuja dan menghormati arwah nenek moyang mereka dengan jalan memberikan hiasan-hiasan pada setiap media yang berfungsi sebagai tanda kubur.
1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfi Yondri
Abstrak :
Sebagai obyek penulisan skripsi, pemilihan judul di atas didasarkan berbagai hal. Pokok pembahasan adalah menhir yang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan megalitik di Indonesia. Benda yang dijadikan obyek penelitian adalah menhir yang ada di situs Bawahparit, Desa Kototinggi, Kecamatan Suliki Gunung Emas, Kabupaten Dimaruluhkoto , Propinsi Sumatra Barat. Pada menhir tersebut dilakukan deskripsi untuk mengetahui bentuk, ukuran, hiasan, bahan serta hasil penggaliannya dan juga klasifikasi serta tipologi. Selain itu juga dibahas mengenai teknologi pembuatan, sumber bahan serta fungsi menhir itu sendiri di situs Bawahparit. Pada bagian akhir diadakan tinjauan mengenai latar belakang religi dan sistim kemasyarakatan yang berkembang sejak masa megalitik.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S11779
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ketut Wiradnyana
Abstrak :
ABSTRAK
Kerap fungsi menhir itu dikaitkan dengan medium pemujaan, tanda kubur, penjaga area/perkampungan atau tambatan hewan kurban. Fungsi-fungsi dimaksud diketahui terkait dengan aspek visual atau fungsi yang bersifat praktis. Menhir dalam budaya masyarakat Batak Toba di pulau Samosir yang disebut dengan tunggal panaluan dan borotan juga memiliki fungsi dimaksud. kedua benda budaya itu juga memiliki fungsi lainnya yang terkait dengan aspek kosmogono. Berkenaan dengan itu maka tujuan uraian ini adalah mengetahui fungsi tunggal panaluan dan borotan dalam kaitannya dengan kosmogoni. Hal tersebut dilakukan melalui metode deskriptif- intepretatif yang disertai data etnografi budaya Batak Toba untuk kemudian dibandingkan dengan budaya dan fungsi sejenis di tempat lainnya. Pemanfaatan metode tersebut dalam pencapaian tujuan penelitian menghasilkan fungsi tunggal panaluan dan borotan sebagai jembatan bagi roh untuk menyatukan ketiga tingkatan alam.
Medan: Balai Arkeologi Sumatera Utara, 2017
930 BAS 20:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wolff, Laurisa Henriette
Abstrak :
Aturan dan tata cara hidup yang berciri tradisional diartikan sebagai suatu kehidupan masyarakat yang bersifat turun-temurun, berkembang dari generasi ke generasi melalui kesepakatan tertulis dan tidak tertulis (Ihromi, 1996: 24-26) Aturan dan tata cara hidup tersebut menjangkau beberapa aspek kehidupan, terutama terlihat pada aspek keagamaan atau aspek-aspek yang bersifat kepercayaan seperti upacara pemujaan, penataan kubur, penataan ruang upacara, dan perkawinan yang selalu mengandung ciri-ciri kontinuitas atau yang terjadi berulang-ulang. Ciri-ciri kontinuitas terjadi dari masa prasejarah dalam beberapa aspek kehidupan. Hal itu dapat terlihat dari gejala-gejala umum pada tinggalannya. Untuk melihat ciri-ciri yang sama dari peninggalan-peninggalan masa prasejarah diperlukan penggambaran secara detail dari setiap unsur yang mewakilkannya. Masyarakat prasejarah di Indonesia memiliki kepercayaan terhadap pendirian bangunan-bangunan batu besar yang dikenal dengan tradisi megalitik (mega berarti besar, lithos berarti batu). Tradisi megalitik selalu berdasarkan pada kepercayaan akan adanya hubungan antara yang hidup dan yang mati terutama kepercayaan akan adanya pengaruh kuat dan yang telah mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman (Soejono, 1993:205). Tradisi itu telah berlangsung dari masa bercocok-tanam sampai sekarang. Kebudayaan megalitik merupakan kebudayaan dari masa prasejarah yang diperkirakan dapat digunakan sebagai contoh kasus dari salah satu kebudayaan karena masih berlangsung sampai sekarang. Untuk dapat merekonstruksi kebudayaan megalitik dari suatu wilayah, diperlukan gambaran yang rinci dan menyeluruh dari tiap-tiap peninggalannya dari setiap situs yang terdapat di wilayah tersebut. Peninggalan megalitik, baik yang berasal dari masa prasejarah dan yang sudah tidak digunakan lagi (dead monuments) maupun dari daerah-daerah yang masih menggunakan benda-benda peninggalan megalitik dalam kegiatan keagamaan (living monuments), dapat memperkaya pemahaman kita tentang kebudayaan megalitik. Terdapat sejumlah ragam peninggalan megalitik yang tersebar hampir di seluruh Indonesia, antara lain di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Sumbawa Barat, Jawa dan Bali. Tradisi megalitik yang masih digunakan terdapat di beberapa daerah di Indonesia, yaitu Nias, Toraja, dan Sumba. Ada beraneka ragam bentuk bangunan megalitik dari masa prasejarah yang ditemukan. Bentuk-bentuk bangunannya dapat berdiri sendiri ataupun berkelompok. Maksud utama dari pendirian bangunan tersebut adalah untuk pemujaan terhadap arwah leluhur atau yang telah mati, dan pengharapan kesejahteraan bagi yang masih hidup, serta kesempurnaan bagi yang telah meninggal dunia (Soejono 1993:210). Bentuk-bentuk bangunan megalitik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai tempat penguburan dan sebagai pelengkap pemujaan terhadap yang telah mati. Bentuk-bentuk tempat penguburan dapat berupa dolmen, peti kubur batu, bilik batu, sarkofagus, kalamba atau bejana batu, waruga, batu kandang, dan bate temugelang. Benda megalitik yang merupakan pelengkap pemujaan terhadap arwah leluhur seperti menhir, patung batu, batu saji, batu lumpang, batu lesung, batu dakon, pelinggih batu, tembok batu atau jalan berlapis batu. Di Jawa Barat ditemukan beranekaragam peninggalan dari masa prasejarah yang menunjukkan ciri-ciri tradisi megalitik seperti menhir, bangunan berundak, area menhir batu dater, batu pelor, bejana batu, susunan batu berbentuk persegi panjang dan bulat, dan batu dakon. Daerah temuan-temuan kebudayaan megalitik tersebut di Jawa Barat antara lain adalah di Bogor, Pandeglang, Cianjur, Garet, Cirebon, Ciamis dan Sukabumi.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S11780
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinny Riandini
Abstrak :
Banyaknya menhir di Kecamatan Ciampea, baik yang berdiri di dalam bangunan maupun yang berdiri sendiri merupakan suatu gejala yang menarik untuk dikaji sebagai sebuah penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat kecenderungan dalam bentuk, ukuran, posisi, dan penempatan menhir-menhir tersebut serta keterkaitannya dengan fungsi menhir-menhir itu sendiri. Data yang digunakan adalah seluruh menhir yang terdapat di Kecamatan Ciampea baik yang berdiri di dalam bangunan maupun yang berdiri sendiri. Menhir-menhir tersebut tersebar di lima situs. Adapun situs-situs tersebut adalah Situs Kramat Kasang, Situs Balaikambang, Situs Area Domas, Situs Komplek Jamipaciing, dan Situs Pasir Manggis. Seperti layaknya penelitian Arkeologi pads umumnya, metode analisis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis khusus dan metode analisis kontekstual. Pada analisis khusus, menhir-menhir tersebut diamati satu persatu mengenai bentuk, ukuran, dan orientasi dari tiap-tiap menhir yang ada di daerah penelitian. Setelah dilakukan analisis khusus, hasil dari analisis khusus ini digunakan untuk membuat pengelompokan menhir dengan membuat integrasi dari varibel-variabel analisis tersebut dengan tujuan untuk mengetahui tipe beserta variasi_variasinya. Setelah mendapatkan hasil tersebut, penelitian dilanjutkan dengan analisis kontekstual. Analisis kontekstual ini dilakukan untuk melihat adakah kecenderungan hubungan antara tipe-tipe menhir tersebut terhadap situsnya yang menjadi matriks dari keberadaan menhir itu sendiri. Pada akhirnya setelah rangkaian pendeskripsian dan tahapan analisis yang telah dilakukan, menghasilkan kesimpulan bahwa menhir yang terdapat di Situs Kecamatan Ciampea ini sebagian besar berbentuk balok pipih (Bd), dengan ukuran menhir yang relatif kecil (1lk) dengan tinggi maksimal 18-68 cm. Di letakkan di sebelah tenggara (Kh), dan di letakkan dengan posisi memanjang ke arah timur (PD). Apabila dikaitkan dengan fungsi berdasarkan tipe dan juga penempatannya maka terdapat menhir yang diperkirakan sebagai penopang, pembatas tema dan juga sebagai sarana pemujaan.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11566
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library