Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lailan Azizah
Abstrak :
Meskipun telah digunakan secara luas, obat anti inflamasi non steroid dihubungkan dengan insiden efek samping yang tinggi terhadap saluran cerna. Penghambatan enzim siklooksigenase merupakan dasar efikasi dan toksisitas obat anti inflamasi non steroid. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi jenis obat anti inflamasi non steroid yang digunakan di poliklinik penyakit saraf Rumkital Dr. Mintohardjo Jakarta dan mengevaluasi tolerabilitas meloxicam 15 mg dengan natrium diklofenak 100 mg terhadap saluran cerna. Metode dalam penelitian ini adalah observasi cross-sectional dan cohort prospektif pada periode Desember 2010 - Maret 2011. Pengambilan data mengenai keluhan dispepsia terkait penggunaan obat anti inflamasi non steroid terdiri dari nyeri abdomen atas, mual, muntah, kembung abdomen dan cepat kenyang dilakukan melalui wawancara berdasarkan kuesioner PADYQ (The porto alegre dyspeptic symptoms questionnaire) yaitu sebelum, setelah 2 minggu dan setelah 4 minggu pengobatan. Hasil penelitian menyatakan bahwa obat anti inflamasi non steroid yang paling banyak diresepkan di poliklinik penyakit saraf Rumkital Dr. Mintohardjo adalah meloxicam (48,21%), selanjutnya natrium diklofenak (31,07%), asam mefenamat (15,36%), piroxicam (3,93%) dan asetaminofen (1,43%). Meloxicam secara bermakna menunjukkan resiko yang lebih kecil terhadap insiden saluran cerna daripada natrium diklofenak setelah 2 minggu pengobatan dalam hal keluhan nyeri abdomen atas dan kembung abdomen dengan nilai kebermaknaan pengujian masing-masing sebesar 0,020 dan 0,037. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui meloxicam memiliki tolerabilitas saluran cerna lebih baik daripada natrium diklofenak setelah 2 minggu pengobatan. ......Although widely used, non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) are associated with a high incidence of gastrointestinal side-effects. Inhibition of the cyclooxygenase (COX) enzyme is the basis for both the efficacy and toxicity of NSAIDs. The aim of this study was to avaluate the non-steroidal antiinflammatory drugs were used in neuro polyclinic hospital of Dr. Mintohardjo Jakarta, and to evaluate gastrointestinal tolerability of meloxicam 15 mg compared with diclofenac sodium 100 mg. The methode of this study was crosssectional observation and cohort prospective on December 2010-March 2011. The data of dyspepsia associated were used non-steroidal anti-inflammatory drugs consist of pain in upper abdomen, nausea, vomiting, upper abdominal bloating and early satiety collected with PADYQ (The porto alegre dyspeptic symptoms questionnaire) were assessed at baseline and after 2 and 4 weeks of treatment. The non-steroidal anti-inflammatory drugs used in neuro polyclinic hospital of Dr. Mintohardjo Jakarta were meloxicam (48,21%), diclofenac sodium (31,07%), mefenamic acid (15,36%), piroxicam (3,93%) dan acetaminophen (1,43%). Insiden of adverse event after 2 weeks treatment was significantly lower in the meloxicam group compared with diclofenac sodium group in pain in upper abdomen and upper abdominal bloating (P=0.020 and P=0.037). These result suggest that meloxicam was much better tolerated than diclofenac sodium after 2 weeks treatment.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T28573
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gede Yuda Atmaja
Abstrak :
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mebandingkan efek analgetik, efek samping, lama rawatan dan perbandingan biaya antara ketorolac intravena dengan Meloxicam oral pada pasien pasca ureterorenoskopi. Metode: Pasien yang menjalani tindakan ureterorenoskopi di Rumah Sakit Meuraxa, Banda Aceh dari bulan Juli sampai September 2017. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok terapi analgetik dengan ketorolac 30 mg dan kelompok Meloxicam 7,5 mg. Efek analgetik kedua kelompok diamati selama dalam rawatan di rumah sakit yang dinilai dengan Visual Analog Scale VAS . Hubungan antar variabel dinilai dengan menggunakan Chi Square dan Mann-Whitney U. Hasil: 46 pasien yang terlibat dalam penelitian ini dengan rata-rata usia 40.57 13.53 tahun, dimana 23 pasien mendapat terapi ketorolac dan 23 pasien mendapat terapi meloxicam. Lama rata-rata rawatan pada kedua kelompok pasien adalah 3.13 0.46 hari. Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan pada nilai VAS pada kedua kelompok analgetik baik pada rawatan hari pertama p 0.134 , kedua p 0.623 maupun ketiga p 0.529 . Komplikasi yang paling sering dikeluhkan pasien adalah mual, yang terjadi 7 30.4 pasien kelompok ketorolac dan 2 8.7 pasien kelompok meloxicam, namun tidak ada perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok ini p 0.063 . Terdapat perbedaan yang cukup jauh pada biaya yang diperlukan untuk terapi analgetik selama dalam perawatan, dimana kelompok ketorolac rata-rata menghabiskan Rp. 162.384,00 sedangkan kelompok meloxicam sebesar Rp. 5.604,00. Kesimpulan: Tidak ada perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok analgetik baik dari nilai VAS, efek samping maupun lama rawatan di rumah sakit. Namun kelompok analgetik meloxicam memerlukan biaya yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok analgetik ketorolac. ...... Aim: Purpose of this study to compare analgesic effects, side effects, length of hospitalization and cost between intravenous ketorolac and oral Meloxicam in post ureterorenoscopy patients. Methods: Patients undergoing ureterorenoscopy at Meuraxa Hospital, Banda Aceh from July to September 2017. Patients who met the inclusion criteria were divided into two groups, analgetic therapy with ketorolac 30 mg group and the Meloxicam 7.5 mg group. The analgesic effects of both groups were observed during the hospitalization and assessed with Visual Analog Scale VAS . Association between variables were assessed using Chi Square and Mann Whitney U. Results: Forty six patients were involved in this study with an average age of 40.57 13.53 years, 23 patients received ketorolac therapy and 23 patients received meloxicam therapy. The mean length of hospitalization in both groups was 3.13 0.46 days. There was no significant difference in VAS values in both analgesic groups on the first day p 0.134 , second day p 0.623 or third day p 0.529 . The most common side effect was nausea, which occurred in 7 30.4 patients of ketorolac group and 2 8.7 patients in the meloxicam group, but there was no significant difference in both groups p 0.063 . There is a considerable difference in the costs required for analgesic therapy during hospitalization, in which the average ketorolac group spends Rp 162.384,00 while the meloxicam group spends Rp 5.604,00. Conclusion: There were no significant differences in both analgesic groups either from VAS values, side effects or length of hospitalization. However, the meloxicam analgesic group requires a lower cost when compared with the ketorolac group
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lailan Azizah
Abstrak :
Penghambatan enzim siklooksigenase merupakan dasar efikasi dan toksisitas obat anti inflamasi non steroid. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi jenis obat anti inflamasi non steroid yang digunakan di poliklinik penyakit saraf Rumkital Dr. Mintohardjo Jakarta dan mengevaluasi tolerabilitas meloxicam 15 mg dengan natrium diklofenak 100 mg terhadap saluran cerna. Metode penelitian ini observasi cross-sectional dan cohort prospektif pada periode Desember 2010?Maret 2011. Pengambilan data mengenai keluhan dispepsia terkait penggunaan obat anti inflamasi non steroid terdiri dari nyeri abdomen atas, mual, muntah, kembung abdomen dan cepat kenyang dilakukan melalui wawancara berdasarkan kuesioner PADYQ (The porto alegre dyspeptic symptoms questionnaire) yaitu sebelum, setelah 2 minggu, dan setelah 4 minggu pengobatan. Hasil penelitian menyatakan obat anti inflamasi non steroid paling banyak diresepkan di poliklinik penyakit saraf Rumkital Dr. Mintohardjo adalah meloxicam (48,21%), selanjutnya natrium diklofenak (31,07%), asam mefenamat (15,36%), piroxicam (3,93%) dan asetaminofen (1,43%). Meloxicam secara bermakna menunjukkan resiko yang lebih kecil terhadap insiden saluran cerna daripada natrium diklofenak setelah 2 minggu pengobatan dalam hal keluhan nyeri abdomen atas dan kembung abdomen dengan nilai kebermaknaan pengujian masing-masing sebesar 0,020 dan 0,037. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui meloxicam memiliki tolerabilitas saluran cerna lebih baik daripada natrium diklofenak setelah 2 minggu pengobatan. ......Non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) are associated with a high incidence of gastrointestinal side-effects. Inhibition of the cyclooxygenase (COX) enzyme is the basis for both the efficacy and toxicity of NSAIDs. The aim of this study was to avaluate the nonsteroidal anti-inflammatory drugs were used in neuro polyclinic hospital of Dr. Mintohardjo Jakarta, and to evaluate gastrointestinal tolerability of meloxicam 15 mg compared with diclofenac sodium 100 mg. The methode of this study was cross-sectional observation and cohort prospective on December 2010-March 2011. The data of dyspepsia associated were used non-steroidal anti-inflammatory drugs consist of pain in upper abdomen, nausea, vomiting, upper abdominal bloating and early satiety collected with PADYQ (The porto alegre dyspeptic symptoms questionnaire) were assessed at baseline and after 2 and 4 weeks of treatment. The non-steroidal anti-inflammatory drugs used in neuro polyclinic hospital of Dr. Mintohardjo Jakarta were meloxicam (48.21%), diclofenac sodium (31.07%), mefenamic acid (15.36%), piroxicam (3.93%) dan acetaminophen (1.43%). Insiden of adverse event after 2 weeks treatment was significantly lower in the meloxicam group compared with diclofenac sodium group in pain in upper abdomen and upper abdominal bloating (p=0.020 and p=0.037). These result suggest that meloxicam was much better tolerated than diclofenac sodium after 2 weeks treatment.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sopiyatul Marwa
Abstrak :
Meloksikam adalah salah satu obat anti inflamasi non-steroid (AINS) yang memiliki kelarutan rendah dan menyebabkan terjadinya iritasi lambung. Oleh karena itu, untuk menghindari efek tersebut meloksikam dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan transdermal. penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan mikroemulsi yang stabil serta mengetahui pengaruh konsentrasi mentol terhadap jumlah kumulatif meloksikam yang terpenetrasi. konsentrasi mentol yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2,5-5%. Kemampuan penetrasi sediaan mikroemulsi melalui kulit diuji secara in-vitro dengan alat sel difusi Franz menggunakan membran abdomen tikus galur Sparague-Dawley. Dari hasil uji jumlah kumulatif meloksikam yang terpenetrasi selama 8 jam dari sediaan mikroemulsi formula 1, 2, dan 3 berturut-turut adalah 67,7600 µg/cm2 ± 15,0743%, 126,6567 µg/cm2 ± 25,8984% dan 130,5000 µg/cm2 ± 25,0126%. Sedangkan jumlah fluks meloksikam dalam sediaan mikroemulsi formula 1, 2 dan 3 berturut-turut adalah 23,2043 µg/cm2.jam ± 43,6386, 40,1221 µg/cm2.jam ± 31,7465% dan 41,2888 µg/cm2.jam ± 32,0791%. Dari hasil uji penetrasi dapat disimpulkan bahwa penambahan mentol 2,5% dan 5% dapat berpengaruh pada jumlah kumulatif dan jumlah fluks meloksikam dalam sediaan. ......Meloxicam is a non-steroidal anti-inflammatory drug (NSAID) which has low solubility and causes gastric irritation. Therefore, to avoid this effect, meloxicam can be formulated in a transdermal dosage form. This study aims to make a stable microemulsion preparation and to determine the effect of menthol concentration on the cumulative amount of meloxicam penetrated. The concentration of menthol used in this study was 2.5-5%. Penetration ability through skin was examined by in-vitro Franz diffusion cell test using Sprague-Dawley rat abdomen skin. From the test results, the cumulative amount of meloxicam that penetrated for 8 hours from the microemulsion formulations formulas 1, 2 and 3 were 67.7600 g/cm2 ± 15.0743%, 126.6567 g/cm2 ± 25.8984% and 130.5000 g/cm2 ± 25.0126%. Meanwhile, the amount of meloxicam flux in the microemulsion formula 1, 2 and 3 was 23.2043 g/cm2.hour ± 43.6386, 40.1221 g/cm2.hour ± 31.7465% and 41.2888 g/cm2.hours ± 32.0791%. From the results of the penetration test, it can be concluded that the addition of menthol 2.5% and 5% can affect the cumulative amount and the amount of meloxicam flux in the preparation.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library