Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rachmat Haryanto
Abstrak :
ABSTRAK
Kehadiran keturunan Cina seringkali menimbulkan rasa tidak suka dari beberapa kelompok di masyarakat mereka seringkali menjadi sasaran apabila terjadi sesuatu yang menyulitkan kehidupan bangsa Kerusuhan Mei 1998 menjadi salah satu contohnya peristiwa yang sedikit banyak disebabkan oleh ketidakmampuan pemerintah mengatasi krisis moneter justru menjadi ajang pelampiasan amarah bukan terhadap pemerintah sebagai pihak bertanggung jawab melainkan pada warga keturunan Cina Hal itu bukan muncul secara otomatis dan peneliti ingin mengupas peranan media massa dalam pengalihan isu dari anti Soeharto menjadi anti Cina pada harian Kompas dan Republika dengan menggunakan metode analisa wacana van Dijk Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan media dalam pengalihan isu tidak ada karena orde baru melakukan kontrol di segala bidang termasuk media membuat mereka hanya mengikuti keinginan pemerintah Jadi disini pemerintah merupakan pihak yang menciptakan sebuah simulacrum sejak dahulu sehingga pikiran rakyat menjadi takut terhadap orde baru dan menyalahkan kelompok masyarakat lainnya ketika terjadi sesuatu
ABSTRACT
Chinese descent presence makes few Indonesian society groups feels uncomfortable many times in few occasions they become the target when there rsquo s a problem with the country May 1998 riot is one of the example caused most likely because of the government can rsquo t handle the monetary crisis become a stage to anger impingement to Chinese descent That thing isn rsquo t come by itself and in this occasion researcher wants to find out mass media role on issue diversion from anti Soeharto become anti Chinese on Kompas and Republika reporting by using van Dijk rsquo s discourse analysis method The results shows if the media has no part in this issue diversion because the new order regime controls every single part of it rsquo s citizen life including massa media reporting so it makes the mass media just follow what the government wants and like to report In the end it affected how rsquo s the citizen mindset when facing this kind of problem it makes them fear of the government and as the outcome they blame another society group when something bad happens and this another group is Chinese descent
2014
S60147
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Faela Nisa
Abstrak :
ABSTRAK
Alasan pentlngnya penelitian skrlpsi in! adalah pertama, untuk melihat apllkasi Social Identity Model of Deindividuation Phenomena (SIDE) dalam menjelaskan tingkah laku penjarahan massa terhadap pertokoan karena selama in! penjelasan terhadap tingkah laku kerumunan sebagian besar menggunakan tech Le Bon. Kedua, secara kuantitatif, aksi penjarahan massa pada pertokoan sangat besar sehingga menimbulkan kerugian yang besar. Dan disamping kedua alasan di atas, sedikitnya penelitian tentang penjarahan massa di Indonesia menjadikan pentingnya mengadakan penelitian tentang penjarahan massa agar peristiwa penjarahan massa dapat diantisipasi dan ditangani di kemudian hari. Skripsi menggunakan metode kualitatif dengan mengambil kasus penjarahan massa di wilayah Menteng Jakarta. Skripsi menggunakan Metode Triangulasi Data. Adapun data yang dipakai adalah pertama: hasil laporan wawancara dengan responden (penjarah, saksi kejadian dan satpam), kedua: artikel koran dan majalah tentang kejadian dan ketiga: foto kejadlan dan klip video tentang penjarahan massa di wilayah Menteng Jakarta pada peristiwa Mei 1998. Dengan menggunakan Trianguiasi Data diharapkan hasil peneiitian akan iebih baik dan lebih dapat dipercaya. Skripsi berusaha menguji tiga hipotesis yang dibuat berdasarkan teori SIDE, hipotesis keempat dan hipotesis kelima yang dibuat Reicher (1996). Berdasarkan dari uraian pada Bab Analisis Data dan Interpretasi hasil skripsi menunjukkan bahwa "Orang-orang yang berada dalam kerumunan di sekitar Menteng Prada pada peristiwa Mei 1998 tidak kehilangan identitas dirinya". Hasil skripsi juga menunjukkan bahwa "Orang-orang dalam kerumunan beramai-ramai masuk toko dan mengambil barang cenderung bukan karena adanya persepsi bahwa selama ini orang-orang pribumi tertindas oleh orang-orang Tionghoa akan tetapi karena kecenderungan adanya persepsi bahwa selama ini orangorang pribumi mendapat perlakuan tidak adil dari pemerintahan Orde Baru". Yang terakhir, "Adanya perasaan sesama in-group membuat individu-individu dalam kerumunan saling membantu dan saling mendukung dalam tingkah laku penjarahan massa". Berdasarkan hasil skripsi, beberapa saran untuk peneiitian selanjutnya adalah penggunaan kombinasi metode kualitatif dan kuantitatif untuk meneliti tingkah laku penjarahan massa, perlu dilakukan peneiitian tentang peta identitas sosial yang mungkin dibangkitkan dari tiap-tiap daerah di Indonesia Selain itu, serta program intervensi untuk dapat mengantisipasi kerusuhan dan penjarahan yang dilatarbelakangi persepsi terhadap suku tertentu. Program itu berupa ikian di media massa tentang persatuan, kebersamaan dan pendidikan masyarakat yang bisa mengembangkan sikap yang menganggap bahwa keanekaragaman itu positif dan merupakan aset/modal nasional.
1999
S2685
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadli Zon
Jakarta: Institute for Policy Studies, 2009
322.4 FAD p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Anggraeni
Abstrak :
Menurut Pengamatan dan Penelusuran penulis,Kerusuhan Mei 1998 adalah hasil rekayasa dari pihak-pihak yang memanfaatkan krisis eonomi dan kondisi sosial politik yang rawan,serta sentimen rasial yang sudah ada dan dibina dengan sengaja.Maka terjadilah peusakan besar besaran dari tempat usaha maupun tempat tingal warga etnis Tionghoa,dengan mengorbankan sejumlah besar warga non-tionghoa terutama yang tidak mampu,yang dihasut dan di giring ke dalam gedung gedung yang kemudian dibakar oleh mereka yang dengan enteng disebut sebagai"penjarah". Kekejian ini termasuk perkosaan,telah menggugah tokoh tokoh masyarakat,pekerja kemanusiaan dan pembela HAM sedemikian rupa,sehingga mereka menggalang kekuatan untuk menyatakan protes,yang juga disampaikan kepada Presiden B.J.Habibie pada 15 juli 1998.Presiden menyatakan mengutuk kejahatan seksual tersebut dan menjanjikan perlindungan kepada semua warganegara. Buku ini adalah sebuah upaya untuk menuliskan sejarah perempuan. Mengutip Andy Yentriyani, sebuah upaya untuk menjauhkan kita menjadi bangsa amnesia. Upaya ini tentu perlu diikuti dengan sejumlah langkah sinergis untuk terus mendorong pengakuan negara atas pemerkosaan dan kekerasan terhadap perempuan yang terjadi dalam peristiwa Mei 1998 sekaligus mengupayakan pemulihan dan keadilan bagi korban serta memastikan agar peristiwa serupa tidak terjadi lagi di masa yang akan datang
Jakarta: Kompas, 2023
305.420 DEW t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Juaneitta Tyas Damayanti
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan ideologi media yang terhubung dengan konteks sosial di balik pemberitaan turunnya Presiden Suharto oleh Wall Street Journal selama kerusuhan Mei 1998 berlangsung sampai Suharto mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998 dan setelahnya sebagai bentuk analisis diskursus media dengan menggunakan analisa wacana milik Fairclough. Penelitian ini dilakukan dengan teori kritis dari analisa wacana yang mengidentifikasi intertekstualitas seperti overleksikalisasi, kutipan, dan klausa. Teori tersebut diaplikasikan pada pemberitaan media yang merepresentasikan Suharto untuk mengetahui keberpihakan politik Wall Street Journal dan konteks sosial di Amerika ketika peristiwa berlangsung. Hasil dari penelitian ini menemukan keberpihakan media dalam Suahrto dan keterkaitannya dengan krisis ekonomi 1998. Pembahasan tersebut mengindikasikan bahwa keberpihakan tersebut merepresentasikan tidak hanya Suharto sebagai pahlawan yang membawa Indonesia ke dalam era pembangunan yang besar, namun juga menunjukan respon positif terhadap Suharto ditengah-tengah krisis dan menggambarkan golongan muslim sebagai oposisi pemerintah yang mengendalikan protes.
ABSTRACT
This research aims to find the media rsquo s ideology in relation to social context behind the coverage of Suharto rsquo s resignation on the Wall Street Journal during 1998 riot from May 13th until Suharto resignation speech on May 21st 1998 and the next day as an analysis of media discourse using Fairclough rsquo s critical discourse analysis framework. This research is conducted using critical theory from the discourse analysis which identifies intertextuality overlexicalisation, quotation, and clauses. The theory is applied onto media coverage which represents Suharto in order to study the political tendency of the Wall Street Journal and the social context in the United States at the time of the occurrence. The result of this research finds media bias towards Suharto and 1998 crisis in Indonesia. The discussion indicates that the bias is not only presenting Suharto as a hero who had brought Indonesia into a great development era, but also present positive understanding towards the occasion and portraying the Muslims as the opposition of the government who lead the protest.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Laode Harjudin
Abstrak :
Upaya memahami realitas kekuasaan telah melahirkan beragam konsep yang cukup memperkaya khasanah teori poiitik. Teori dan analisis politik pun berkembang bersamaan dengan perubahan pola dan realitas kekuasaan. Sebagian besar analisis lebih banyak memahami fenomena kekuasaan pada level permukaan dari struktur kekuasaan. Padahal pemapanan dan perubahan kekuasaan tidak terbatas pada upaya kontroi mekanisme teknis-struktural, tetapi tak kalah hebatnya pengendaiian terhadap wacana sosial dan kultural yang mewujud dalam konstruksi bahasa yang ditanamkan secara ideologis.

Berangkat dan pemahaman di atas, Studi ini berusaha menjelaskan proses pengokohan hegemoni kekuasaan melalui konstruksi dan pengendalian wacana poiitik pada masa Orde Baru dengan memilih rentang waktu menjelang SU MPR 1998 hingga munculnya Era Reformasi 1998. Karena itu, Studi ini berupaya menjelaskan 'bagaimana proses konstruksi bahasa politik dalam memperkokoh hegemoni kekuasaan? Sedangkan manfaat penelilian : secara teoritis, penelitian ini, diharapkan mampu memperkaya keberagaman wawasan tentang kajian poliiik dari perspektif analisis wacana kritis (critical discourse analysis), dan secara praktis dapat memberikan konstribusi terhadap usaha memahami mekanisme penguasa dalam memperkokoh hegemoninya.

Analisis kajian ini lebih banyak menekankan perspektif interpretatif dalam paradigma kritik. Perspektif yang cukup memberi nuansa kritis adalah analisis wawna kritis yang dikembangkan Nomian Fairclough. Perspektif ini berusaha menemukan makna dari suatu teks dan berusaha menjelaskan proses produksi wacana dalam konteks sosial. Interpretasi dan makna teks dan, Iebih luas, wacana menghendaki kehadiran hermeneutik yang dielaborasi oleh Gadamer dan Heidegger, sebagai sebuah metode penafsiran. Sinergi dua perspektiftersebut bisa mampu mengungkapkan makna dari permainan wacana yang implisit. Sehingga maksud-maksud terselubung pun terdeteksi. Bahasa sebagai unit analisa dilihat dari kaca mata genealogis, Foucault. Dari sini, bahasa tidak dilihat sekedar sebagai perkara gramatik, tetapi Iebih merupakan ajang perlarungan kekuasaan. Ruang (space) tempat konflik berbagai kepentingan polilik, kekuasaan, dan hegemoni tergelar.

Pada talaran yang Iebih konseptual, studi ini menemukan wujudnya pada pemikiran Antonio Gramsci Dalam memandang kekuasaan, Gramsci Iebih mengedepankan penekanan kultural-ideologis yang sekaligus, konsep ini, menandai perpisahannya dengan konsep Manda yang economic determinant Gramsci mengembangkan istilah hegemoni yang berarli konstruksi ideologi oleh pihak yang dominan untuk mencapai konsensus dari pihak yang dikuasai melalui penggunaan kepemimpinan moral, intelekual dan politik yang menjelmakan diri dalam bentuk monopoli teks dan tafsirnya. Proses ke arah pencapaian dan restrukturisasi hegemoni ditempuh dengan 'teknologisasi wacana'. Proses ini merupakan bagian dari stiategi dominasi sosial kelompok yang dominan untuk memantapkan eksistensinya secara hegemonik lewat kontrol praktek wacana (discursive practice).

Di masa kekuasaan rezim Orde Baru berlangsung, proses-proses seperti dijelaskan itu telah memgroleh peneguhan selama Iebih kurang 32 tahun. Wacana politik berhasil dikontrol dalam koridor negara Pancasila dengan mempropagandakan kata ?pembangunan" dan ?stabilitasi". Di atas dan dengan kedua kata inilah berlangsung pengoperasian ideologi yang menyamar dalam kemasan-kemasan wacana polilik. Setiap bahasa politik yang mewujud dalam pemyataan-pernyataan elite di tingkat negara selalu mencerminkan bias pro hegemoni negara. Argumen ?untuk kepentingan bersama' tidak Iebih dari sebuah kalimat yang sarat muatan ideologi. Tujuannya untuk merangkul keterlibatan banyak orang agar kekuasaan letap legitimate. Cara itu merupakan penggiringan kesadaran sehingga masyarakat, secara perlahan-lahan terhegemoni, dan kekuasaan tetap Iestari dalam genggaman tangan penguasa. Kecuali ketika rakyat terbangun dari ketidaksadaran dan mulai menggugat berbagai hal, maka bangunan kekuasaan mengalami keruntuhan. Tamatlah Orde Baru.
2001
T2506
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gian Kartasasmita
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami fenomena kekerasan yang kerapkali dialami etnis Tionghoa sebagai bentuk diskriminasi rasial dan politik ketika terjadinya krisis ekonomi dan sosial di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode sejarah lisan sebagai upaya mengkonstruksi pengalamanpengalamn dan suara-suara kelompok minoritas yang terlupakan oleh sejarah. Melalui kerangka teori interpretasi Paul Ricoeur, peneliti menyusun dan mengolah data dengan menggunakan teori Rene Girard mengenai kambing hitam dan teori Anthony Giddens mengenai dualitas struktur. Hasil analisa wawancara berdasarkan kesaksian-kesaksian yang diperoleh dari 8 etnis Tionghoa yang juga merupakan korban penjarahan dan pembakaran dan saksi mata, menunjukkan bahwa ketika kondisi sosial dan ekonomi semakin memburuk ditambah dengan ketidakstabilan situasi politik menjelang lengsernya Presiden Soeharto, kelompok minoritas menjadi korban dari kekuasaan segilitir elit politik yang ingin mempertahankan kekuasaannya. Para korban maupun saksi mata merasakan dan menyaksikan bagaimana usaha dan kerja keras mereka hancur seketika. Kerugian materi tidaklah sebanding dengan perasaan takut dan syak wasangka akan kemungkinan terulangnya aksi kekerasan yang sama di kemudian hari. Penelitian ini memperlihatkan bagaimana secara sistematis etnis Tionghoa dikorbankan dan bagaimana praktek rasisme secara struktural saling berkaitan dan berhubungan dalam sebuah narasi sejarah.
ABSTRACT
The aim of the study is to comprehend the act of violence which occurs most frequently towards ethnic Chinese as a form of racial and political discrimination in time of great economy and social crisis. With oral history as the research methodology, this study attempts to reconstruct personal experiences from the voices of the forgotten into a historical narration. Using the theoretical framework of interpretation by Paul Ricoeur, the research analyzes the data using Rene Girard theory on scapegoat and Anthony Giddens? on duality of structure. Based on the testimonies gathered from 8 victims and eyewitnesses of ethnic Chinese, it can be concluded that as the crisis hit the nation, they fall victims mainly of economic and political interests by the ruling elite.As the victims and eyewitnesses watch their life work being destroyed by the angry crowd, they realize how fragile their lives are and how uncertain the future can be for them. The study demonstrates how ethnic Chinese are systematically persecuted and how structural racism inextricably intertwined in the historical narration.
Depok: 2011
D1172
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library