Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Benjamin
Abstrak :
Perubahan penggunaan tanah dan sawah-sawah pertanian menjadi daerah pemukiman baru dan lokasi pabrik-pabrik di daerah penelitian ini mempengaruhi kehidupan ekonomi penduduk di daerah tersebut. Sebelum terjadi perubahan, umumnya orang bekerja di bidang pertanian. Setelah terjadi perubahan , mereka berangsur-angsur beralih mata pencarian ke bidang non pertanian. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka pera-lihan mata pencarian dari bidang pertanian ke bidang non pertanian diduga membawa perbedaan antara pelaksanaan sosialisasi yang pernah dialaminya dengan pelaksanaan sosialisasi terhadap anak-anaknya. Adapun tujuan penelitian ini , di antaranya 1. Sehu-bungan dengan adanya perubahan penggunaan tanah dan sawah-sawah pertanian menjadi daerah pemukiman baru dan lokasi pabrik-pabrik sampai di mana terjadi peralihan mata pencarian oleh individu sebagai anggota masyarakat dan peralihan mata pencarian yang terjadi antara orang tua dengan generasi selanjutnya; 2. Sehubungan dengan adanya perubahan penggunaan tanah dan sawah-sawah pertanian serta peralihan mata pencarian sampai di mana terjadi pelaksanaan sosialisasi terhadap anak-anak yang dilakukan oleh orang tua maupun oleh generasi selanjutnya. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap. Pertama peninjauan daerah penelitian, melihat ciri-ciri demografis dari masyarakatnya dan aktivitas penduduk serta pencacahan jumlah populasi. Tahap kedua pengujian daftar pertanyaan dan tahap ketiga pengumpulan data. Keempat tahap pengolahan data dan analisis data dan terakhir tahap penulisan laporan penelitian. Penetuan lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan secara teoritis bahwa daerah tersebut memiliki karakteristik yang sesuai dengan tujuan penelitian ini. Lokasi penelitian Dusun Palsigunung Desa Tugu adalah dusun yang letaknya paling strategis, di mana sekarang tanah dan sawah-sawah pertanian milik warga dusun tersebut menjadi daerah pemukiman baru dan lokasi pabrik-pabrik. Selanjutnya perailihan RW 01 Dusun Palsigunung Desa Tugu karena RW tersebut merupa-kan juara lomba ketertiban administrasi desa tahun 1978 1988 dan banyak berdiri pabrik-pabrik di sekitarnya. Obyek penelitian ini adalah orang tua, yang diwakili oleh responden kepala keluarga untuk penjelasan tentang peralihan pekerjaan dan pelaksanaan sosialisasi, sedangkan istri responden kepala keluarga sebagai pelengkap keterangan pelaksanaan sosialisasi. Pencatatan dan pemilihan responden berdasarkan daftar kepala keluarga pada setlap RT RW 01 Dusun Palsigunung, dan karena populasinya kecil diambil secara total sampling. Untuk pengumpulan data memakai beberapa teknik, di antaranya teknik observasi dan interview. Adapun metode yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data adalah tabulasi silang. Analisis tabulasi silang dilakukan dengan membagi variabel-variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang ditentukan berdasarkan tabel frekuensi. Tabel-tabel tersebut sebagai bahan dasar untuk analisis. Dalam penyajian interpretasi data hanya angka-angka penting saja yang dilihat untuk dianalisis. Berdasarkan hasi1 penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa memang tanah dan sawah-sawah pertanian yang semula merupakan alat produksi primer dimana orang bekerja sebagai petani, berubah menjadi alat produksi sekunder atau industri dimana orang bekerja sebagai pegawai, buruh tetap maupun tidak tetap pada suatu pabrik dan pedagang atau orang bekerja pada bidang jasa. Umumnya dulu pekerjaan utama orang tua responden kepala keluarga sebagai petani atau buruh tani. Mereka kebanyakan termasuk petani tingkat atas yang mempunyai petak sawah di atas 1 ha. Sekarang umumnya responden kepala keluarga bekerja di bidang non pertanian dan kebanyakan bekerja sebagai tenaga produksi dan tenaga ybdi., sebagai operator alat angkutan dan tenaga pekerja kasar. Mereka selaku kepala keluarga yang pernah beralih mata pencarian kebanyakan beralih mata pencarian dari bidang non pertanian ke non pertanian, yaitu peralihan mata pencarian secara intra-generasi. Berdasarkan mata pencarian responden kepala keluarga dan tingkat penghasilannya kebanyakan tergolong status bawah. Bila dibandingkan antara mata pencarian orang tua responden dan mata pencarian responden kepala keluarga sekarang banyak yang bekerja di bidang non pertanian. Peralihan mata pencarian tersebut lebih cenderung mensarah pada mobilitas vertikal di mana perubahan status mengarah ke tingkat bawah. Nampaknya dulu orang tua responden kepala keluarga maupun orang tua istri responden cenderung sering melakukan pelaksanaan sosialisasi represi dan ada kecenderungan orang tua mereka membedakan antara anak laki-laki dengan anak perempuan di dalam pelaksanaan sosialisasi. Sekarang mereka selaku responden tidak membedakan di dalam memperlakukan anak laki-laki maupun anak perempuan, walaupun ada yang masih mengajak anak-anak terlibat langsung dalam mencari nafkah. Sekarang sebagian kecil responden yang masih melakukan sosialisasi represi dan sebagian besar mengarah pada pelaksanaan sosialisasi partisipasi. Dengan demikian terja-dinya peralihan mata pencarian secara inter-generasi, membawa perbedaan pelaksanaan sosialisasi terhadap anak-anak oleh orang tua dari berbagai generasi.
Depok: Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inas Syahirah
Abstrak :
ABSTRAK
Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, mata pencaharian masyarakat di desa Teluk Meranti terbatas pada hasil hutan yakni kayu. Masyarakat desa memanfaatkan hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka melalui kegiatan pembalakan yang berlangsung dikala itu. Kegiatan pembalakan memberikan perubahan pada masyarakat desa Teluk Meranti baik secara sosial maupun ekonomi. Pada masa pemerintahan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono kegiatan pembalakan secara resmi ditutup, masyarakat desa di Teluk Meranti tidak lagi melakukan kegiatan pembalakan. Setelah berakhirnya kegiatan pembalakan masyarakat desa Teluk Meranti mulai bekerja di sektor perkebunan seperti karet dan sawit. Berkebun sawit dinilai mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat desa di Teluk Meranti. Hampir seluruh masyarakat di desa Teluk Meranti bekerja menjadi pekebun sawit. Saat ini masyarakat di desa Teluk Meranti sedang dihadapi dengan adanya kebijakan pelarangan membuka lahan dengan cara membakar no burn policy . Teknik membakar lahan adalah sebagian tahap yang dilakukan oleh masyarakat desa untuk memudahkan mereka dalam proses berkebun di tanah gambut. Datangnya kebijakan itu membuat masyarakat desa di Teluk Meranti hidup dalam ketidakpastian, masyarakat secara langsung tidak dapat melakukan kegiatan yang terbatas pada penggunaan lahan. Untuk itu skripsi ini membahas mengenai strategi mata pencaharian di desa Teluk Meranti dibawah kebijakan larangan membakar, masyarakat desa di Teluk Meranti umumnya menggunakan berbagai macam modal assets yang mereka miliki untuk dapat bertahan hidup di desa Teluk Meranti, selain itu masyarakat juga meningkatkan hubungan-hubungan sosial agar memudahkan mereka mendapatkan akses lahan ketika terjadinya peristiwa yang sifatnya lsquo; situasional rsquo;. Penelitian skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara mendalam.
ABSTRACT During the reign of President Soeharto, the people 39 s livelihood in the village of Teluk Meranti limited to the timber forest products. Villagers use the forest for their daily needs through ongoing logging activities at that time. Event logging provides changes to the Teluk Meranti community both socially and economically. During the administration of President Susilo Bambang Yudhoyono officially closed logging, villagers in Teluk Meranti no longer carry out logging activities. After the expiration of the logging activities villagers in Teluk Meranti started to work in sectors such as rubber and oil palm plantations. Gardening palm is considered to give the needs of the rural communities in the Teluk Meranti. Almost all villagers in Teluk Meranti work into oil palm planters. Teluk Meranti villagers now currenty are being faced with the kebijakan larangan membakar no burn policy . Burn techniques of land are some steps done by the villagers to facilitate them in the process of gardening in the peat soil. The coming of the policy was made public in Teluk Meranti village live in uncertainty, people directly can not perform activities were confined to land use. So, the purpose of this the thesis is to discuss the livelihood strategies in Teluk Meranti under burn ban policy, villagers in Teluk Meranti generally use a wide range of capital assets that they have to survive in Teluk Meranti, other than that, villagers also increase social relation that enable them to get access to land when the occurrence of events that are 39 situational 39 . This thesis research used a qualitative approach to data collection through observation and interview.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S66117
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumarno
Abstrak :
I Made Sand y (1985) mengemukakan bahwa ba q i rakyat Indonesia ada beberapa q ej ala alam yan g mempengaruhi kehidupann ya, geiala itu adalah iklim., gempa dan vulkanisme Daerah Yang terpenqaruh vulkanisme C gunung api biasanya memiliki tanah yan g subur, disamping itu bencana yang diakibatkan ileh letusan j ucia cukup besar yaltu rnembuat tanah Yang tadinya bisa ditanami/subur meniadi tanah yang tidak bisa ditanami/rusak. Sehubuncian dengan hal tersebut diatas maka masalah Yang akan diutarakan disini adalah 1. Bag aimana perubahan tin q kat kerusakan tanah sesudah Gunung Merapi meletus ? 2. E4aqaimana pola mata pencahariart penduduk daerah bencana sebelum dan sesudah Sunun g Merapi meletus? 3. Di wilayah mana saja terdapat pergeseran pola mata penca harian penduduk sesudah Gunung Merapi meletus? Analisa yang diperoleh adalah sebagai berikut 1. Tingkat•kerusakan tanah. Hasil pembahasan yang diperoleh terdapat 3 kelas kiasifikasi yaltu rusak berat terda pat di desa Sudirnoro, Nglumut Kaliurang, Pucang Anomq Nq ablak Kemiren dan desa Gulon. Rusak sédang terdapat di desa Pandan Retno Tegal Randu, Ngarqosuko., Salam dan desa S.irahan sedan g rusak rinqan terdapat di desa Gunun g Pring, Brin q in, Jeruk Aciun g . Sucen dan desa Muntilan. 2. Pergeseran pola mata pencaharian. Sebelum Gunung Nerapi meletus penduduk yang tinggal didaerah bencana Gunung Merapi umumnya hidup sebagai petani yaitu 70% untuk tiap desa. Setelah terj adi letusan Gunung Merapi terdapat pergeseran pola mata pencaharian Daerah yang bergeser besarpada periode 1970-1984 terdapat di desa Sudimoro Ng 1 umut Ka 1 iurang. Fucan q Anom Jeruk Agung dan desa Gulon. Yan g bergeser sedan g terdapat di desa Tectal Randu, Brin g in, Ngablak Mranggen. Folengan, :emiren Kradenan. Srumbun g . Salam dan desa Sirahan, sedang yang berqeser kecil terdapat di. desa Pandan Retno, Nq argosuko. Sucen, Muntilan dan desa Gunung Fring.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nike Qisthiarini
Abstrak :
Lingkungan dan pembangunan merupakan isu yang telah lama dibahas dalam masyarakat internasional. Dalam hal ini terdapat kesepakatan internasional bahwa keduanya harus diintegrasikan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Istilah pembangunan berkelanjutan di Indonesia sudah sejak lama dikenal namun sayangnya implementasinya di lapangan belum cukup baik. NGO sebagai salah satu aktor yang memiliki peran strategis banyak membantu dalam mendorong mewujudkan pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Dalam hal ini kita dapat melihat upaya NGO dalam mendorong pembangunan berkelanjutan dengan proyek-proyek yang dilaksanakan. Salah satu NGO yang mendorong mewujudkan upaya berkelanjutan adalah WI-IP. Lebih khusus, dapat dilihat dalam proyek Green Coast. Proyek Green Coast merupakan proyek rehabilitasi ekosistem pesisir pasca tsunami Aceh dan Nias. Proyek Green Coast merupakan proyek rehabilitasi ekosistem dengan menggabungkan upaya pemberdayaan ekonomi. Dalam penelitian ini, akan dibahas mengenai peran dan strategi WI-IP dalam proyek ini. Penelitian merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode kajian kepustakaan. Hasil penelitian ini memperlihatkan strategi yang digunakan WI-IP dalam proyek ini antara lain information politics, leverage politics dan accountability politics. ......Environment and development is an issue that has long been discussed within the international community. In this case there is international agreement that they should be integrated to achieve sustainable development. The term sustainable development in Indonesia have long been known for implementation on the ground but unfortunately not good enough. NGOs as one of the actors who have a strategic role in encouraging a lot of help to achieve sustainable development in Indonesia. In this case we can see the efforts of NGOs in promoting sustainable development with projects undertaken. One NGO that encourages ongoing efforts to realize is WI-IP. More specifically, it can be seen in the Green Coast project. Green Coast Project is a project of post-tsunami rehabilitation of coastal ecosystems in Aceh and Nias. Green Coast project is the rehabilitation of the ecosystem by combining the efforts of economic empowerment. In this study, will discuss the role and WI-IP strategy in this project. The study is a qualitative research study using the literature. The results of this study show that the strategy used WI-IP in the project include information politics, leverage politics and accountability politics.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Leny Mahromatul Ulya
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dinamika sosial keluarga sebagai salah satu cara untuk bertahan hidup dalam menghadapi dampak perubahan bentang alam yaitu sedimentasi. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yang menerapkan teknik observasi, pengamatan terlibat, dan wawancara mendalam sebagai metode pengumpulan data. Keluarga sebagai unit sosial terkecil setelah individu menjadi satu alat kebertahanan yang cukup kuat dalam menjalani proses adaptasi di Desa Klaces. Salah satu caranya yaitu dengan memanfaatkan sumber daya, baik yang tersedia di darat maupun di laut, menjadi sumber mata pencaharian. Pemanfaatan (SDA) ini juga didukung dengan pengelolaan (SDM) yang mendukung guna mendatangkan keuntungan di sektor ekonomi. Demi menjaga kestabilan hubungan kerja sama, masyarakat Desa Klaces juga menjadikan hubungan jaringan sosial berasaskan kekeluargaan sebagai landasan bertahan hidup. Tujuannya adalah untuk mengikat hubungan kerja sama antar keluarga, contohnya dengan memberikan bantuan dalam bentuk barang atau jasa yang diharapkan suatu waktu akan dibalas sesuai yang diberikan. ...... This thesis aims to understand family social dynamics as one way to survive in the face of the impact of landscape change (sedimentation). This is a qualitative research, which applies observation technique, observation involved, and in-depth interview as data collection method. The family as the smallest social unit after the individual becomes a powerful defense tool in undergoing adaptation process in Klaces Village. One way is to utilize the resources, both available on land and at sea, into a source of livelihood. Utilization (SDA) is also supported by the management (HR) is qualified to bring profits in the economic sector. In order to maintain the stability of cooperative relations, Klaces villagers also make social networking relationships based on kinship as the foundation of survival. The goal is to tie the relationship of cooperation between families, for example by providing assistance in the form of goods or services expected one time will be rewarded as given.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Naffi Sanggenafa
Abstrak :
Latar Belakang Kajian mengenai pemimpin tradisional pada masyarakat di Irian Jaya khususnya di daerah pedalaman belum banyak dibahas, dan kalaupun ada masih didasarkan pada penelitian-penelitian yang dihasilkan oleh para antropolog, pamong praja, dan para pekabar Injil pada masa pemerintah Belanda beberapa tahun lampau. Penelitian tersebut masih terbatas pada upaya pendeskripsian data etnografi mengenai daerah di mana kegiatan mereka berlangsung. Upaya tersebut lebih ditekankan pada pencatatan berbagai aspek kehidupan sosial budaya, dengan tidak memberikan fokus pada suatu aspek tertentu. Kecuali itu, studi yang pernah dilakukan oleh Pospisil (1958;1978) di antara orang Ekagi yang berupaya membuat deskripsi serta menganalisa kebudayaan dari orang Ekagi. Salah satu aspek yang diungkapkan dalam hasil penelitiannya yaitu aspek hukum yang dipertautkan dengan aspek ekonomi, politik, dan masalah kepemimpinan. Aspek yang disebutkan terakhir ini lebih difokuskan pada kasus-kasus yang berkaitan dengan penyelesaian sengketa, serta bagaimana pengaruh dari luar terhadap kepemimpinan tradisional. Orang Ekagi seperti juga suku-suku lain yang mendiami daerah pedalaman (pegunungan tengah) dalam struktur pemerintahan adat mereka mengenal adanya pemimpin tradisional, yang masing-masing mempunyai sapaan yang berbeda satu dengan yang lain. Bagi orang Ekagi yang disebut sebagai pemimpin adalah tonowi. Sebagai seorang pemimpin tonowi, oleh para pendukungnya dikenal sebagai pemimpin yang secara ekonomis maupun politik menempati kedudukan yang lebih tinggi dari orang lain, terutama dalam pemilikan harta (kekayaan). Pemilikan kekayaan yang berlebihan oleh seorang tonowi secara tidak langsung mengangkat status sosial sebagai pemimpin dalam masyarakat. Seorang tonowi dalam sistem politik tradisional menduduki posisi sebagai pemimpin dalam keluarga luas, klen, dan juga pada tingkat konfederasi sebagai satuan politik yang tertinggi. Selain sebagai pimpinan dalam lembaga-lembaga adat di atas, tonowi dengan kemampuan yang dipunyai dapat bertindak sebagai pelaksana hukum adat dalam menangani sengketa yang ada dalam masyarakat. Secara intern tonowi memiliki hak untuk menangani serta menyelesaikan sengketa-sengketa hukum yang terjadi di antara sesama anggota klen. Sedangkan sengketa yang terjadi antar klen ataupun konfederasi pun selalu diselesaikan secara bersama-sama antar tonowi yang bersangkutan. Dalam kehidupan politik seorang tonowi sebagai pemimpin di tingkat klen dan konfederasi selalu berupaya agar dengan kekuasaan serta kemampuan ekonomi yang dimilikinya agar dapat menciptakan hubungan baik di antara mereka, dan sekaligus memantapkan kedudukan sebagai pemimpin ke dalam maupun ke luar. Dari segi ekonomi seorang tonowi selain sebagai pemimpin juga dikategorikan sebagai orang yang memiliki kekayaan, yang biasanya diupayakan sendiri oleh yang bersangkutan. Kekayaan ini sebagai lambang status sosial keberhasilan seseorang dalam mengumpulkan harta dan menempatkan dia dalam kedudukan yang lebih tinggi dari penduduk lain. Dengan kekayaan yang dimiliki menyebabkan sebagian dari anggota klen atau konfederasi sangat tergantung kepadanya, terutama dalam upaya memberikan bantuan dalam menyelesaikan permasalahan yang hadapi anggotanya.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Diah Andini
Abstrak :
Budidaya lobster merupakan mata pencaharian baru masyarakat Pulau Serangan. Aktivitas ini mulai dilakukan oleh masyarakat Pulau Serangan semenjak dikeluarkannya SK Nomor 53/KEP MEN-KP/2020 tentang Tim Uji Tuntas (Due Diligence) Perizinan Usaha Perikanan Budidaya Lobster oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai langkah untuk menguatkan ekonomi nasional di tengah pandemi covid 19 yang melanda Indonesia. Tesis ini mencermati permasalahan yang berkaitan mengenai isu mata pencaharian masyarakat dan keberlanjutan sumber daya alam di suatu wilayah tertentu. Dengan menggunakan metode penelitian etnnografi yang memfokuskan pada konsep akses sebagai kemampuan dan individual adaptability. Tesis ini memperlihatkan keterlibatan dari lembaga, organisasi, dan kebijakan terkait budidaya lobster serta kemampuan akses dan adaptability sebagai strategi saat menghadapi pandemi Covid 19.  ......Lobster cultivation is a new livelihood for Serangan Island community. This activity has been carried out since the issuance of Decree Number 53/KEP MEN-KP/2020 concerning the Due Diligence Team for Lobster Cultivation Fisheries Business Licensing by the Ministry of Maritime Affairs and Fisheries as a step to strengthen the national economy in the midst of COVID-19 pandemic. This thesis examines issues related to community livelihood issues and the sustainability of natural resources in a particular area. By using ethnographic research methods that focus on the concept of access as an ability and individual adaptability. This thesis shows the involvement of institutions, organizations, and policies related to lobster cultivation as well as the ability to access and adaptability as a strategy when facing the Covid 19 pandemic.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marliana Sjurfini
Abstrak :
ABSTRAK
Masyarakat dan kebudayaan manusia di manapun selalu berada dalam keadaan berubah, dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain. Perubahan dapat disebabkan oleh adanya bencana alam, perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat yang lain, adanya persebaran unsur-unsur suatu kebudayaan (diffusi) dan dapat juga disebabkan oleh ada-nya penemuan baru di berbagai bidang seperti pada bidang teknologi serta penggunaan penemuan tersebut (innovation) (Susanto, 1979: hlm. 190).
1984
S12786
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herawati
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S33547
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>