Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reza Aldo Madian
"ABSTRAK
Meskipun telah berdiri pada tahun 1947 dengan menjual komik dan majalah, Marvel berkembang pesat sejak tahun 2008 dengan munculnya Marvel Studios. Tulisan ini mengekplorasi hal-hal yang mendorong perkembangan perusahaan ini, secara internal maupun eksternal. Data diperoleh dari wawancara mendalam terhadap karyawan Marvel Studio Australia, pemilik toko komik, dan penggemar film Marvel. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kombinasi antara budaya korporat (internal) dengan strategi branding (eksternal) merupakan kunci kesuksesan Marvel Studios. Kepuasan bekerja yang dirasakan oleh publik internal Marvel didapat karena kerja tim yang sangat kompak serta sistem gaji yang adil. Sedang strategi branding berhasil menjadikan produk perusahaan ini sebagai produk yang dikenal dan disukai secara global.

ABSTRACT
Despite launching in 1947 selling only comic books and magazines, Marvel has since evolved thanks to the emergence of Marvel Studios in 2008. This paper looks to explore the factors that cause this success both internally and externally. In-depth interviews will be held with Marvel Studios Australia employees, a comic book storeowner, and Marvel fans. This paper suggests that a harmonious mix of the corporate culture (internal) and the branding strategy (external) are the keys to Marvels success. Employee satisfaction rooted in team work and fair pay along with successful branding strategies has made the companys products globally known and respected"
2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ghazian Ramadhan Aryanto
"Melalui pengalaman sebuah merek dapat memberikan sebuah memori yang mengesankan dan bertahan lama di ingatan konsumen. Strategi yang dapat digunakan adalah melalui brand experience. Pengalaman juga digunakan oleh konsumen sebagai sumber infomasi untuk keputusan di masa depan, salah satunya adalah keputusan untuk membeli kembali repurchase intention . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh brand experience dari film Marvel terhadap repurchase intention konsumen. Penelitian ini menggunakan non-probability sampling dengan teknik purposive, dan melibatkan 100 responden yang merupakan konsumen film Marvel. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang terbentuk antara brand experience dengan repurchase intention.

Through an experience, brand can provide the consumer with memorable and long lasting memory. We can provide that experience by using brand experience. Consumer uses the experience as a valuable information for his her decision in the future, such as repurchase intention. This study intend to examines the effect of brand experience that Marvel film provides on consumer repurchase intention. This study use non probability sampling with purposive technique, and conducted on 100 respondents. Drawing on the result of this study demonstrate that there is a correlation beetwen brand experience and repurchase intention."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S66559
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maicikal Salma Alemanda Putri Shalfi
"Penelitian ini berfokus pada kesulitan yang muncul pada sulih suara bahasa Indonesia Avengers: Endgame (2019).  Film Marvel Avengers: Endgame (2019) dengan audio berbahasa Inggris dan bahasa Indonesia digunakan sebagai data.  Penelitian ini menggunakan kombinasi metode berbasis perpustakaan dan eksplorasi.  Analisis data mengarah pada identifikasi permasalahan yang terjadi pada sulih suara bahasa Indonesia.  Sesuai dengan teori Hartono (2017) dan Simatupang (1999), setiap kesalahan dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu kesalahan tata bahasa dan kesalahan leksikal.  Studi ini menemukan setidaknya 16 kesalahan terjemahan dalam kategori tata bahasa dan setidaknya 27 kesalahan dalam kategori leksikal.  Kesalahan penerjemahan dalam penelitian ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain teknik dan metode yang tidak tepat yang digunakan dalam beberapa kasus sulih suara bahasa Indonesia untuk film Avengers: Endgame (2019).  Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa kesalahan penerjemahan ini mempersulit penyampaian makna bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dan dapat memberikan pemahaman yang kurang tepat.

This study focuses on the difficulties that arose during the Indonesian dubbing of Avengers: Endgame (2019). The original and Indonesian dubbing versions of the Marvel film Avengers: Endgame (2019) were used as the data. This study utilizes a combination of library-based and exploratory methods. The data analysis leads to identifying issues that occur in the Indonesian dubbing version. In accordance with Hartono's (2017) and Simatupang’s (1999) theory, each error is categorized into two types, which are grammatical and lexical errors. This study discovered at least 16 translation errors in the grammatical category and at least 27 errors in the lexical category. The error translation in this study is caused by several factors, including the improper techniques and methods used in some cases of the Indonesian dubbing of the film Avengers: Endgame (2019). From this research, it can be concluded that these translation errors make it challenging to transmit the meaning of the source language into the target language and might mislead audiences' understanding."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Khanza Defeorenzia Salsabila
"Tesis sarjana ini difokuskan pada studi supremasi kulit putih sebagai salah satu dari banyak manifestasi hegemonik budaya, yaitu kelas dominan yang berhasil makmur dengan bantuan doktrin yang konstan dan halus dari media yang dikonsumsi masyarakat umum dan tanpa sadar menerima. Studi ini membahas tentang bagaimana franchise film terbesar dan paling menguntungkan dalam sejarah sinematik, Marvel Cinematic Universe, adalah salah satu agen yang bertanggung jawab untuk menyebarkan doktrin supremasi kulit putih dengan cara mereka memilih untuk membingkai ulang poin plot, narasi, dan pilihan casting mereka.

This undergraduate thesis is focused on the study of white supremacy as one of the many hegemonic manifestations of culture, namely the dominant class that prospered with the help of constant and subtle doctrine from the media consumed by the general public and unconsciously accepting. This study discusses how the biggest and most profitable film franchise in cinematic history, the Marvel Cinematic Universe, is one of the agents responsible for spreading the doctrine of white supremacy by the way they choose to reframe their plot points, narratives, and casting choices."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qurrota Ayuni Alamsyah
"ABSTRAK
Dunia Cerita (storyworld) adalah alam fiksi dengan karakter, objek, pengaturan, hukum fisik, aturan dan nilai sosial, peristiwa dan peristiwa mental, yang selanjutnya membentuk kepercayaan, keinginan, ketakutan, tujuan, rencana, dan kewajiban dari para karakter di dalamnya (Richter, 2016, Applying Henry Jenkins Criteria to the Marvel Cinematic Universe, paragraf 1). Dunia Cerita Transmedia membangun jalan cerita dengan elemen-elemen yang saling terkait satu sama lainnya. Dengan mengambil kasus film Avengers: Infinity War (2018) sebagai bagian dari Marvel Cinematic Universe (MCU), makalah ini memaparkan semesta (universe) MCU yang dibangun dari cerita-cerita Guardians of the Galaxy (2014), Captain America: Civil War (2016), dan Black Panther (2018). Data yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah data sekunder berupa laporan penelitian dan artikel-artikel berita. Makalah ini dapat memberi kontribusi bagi studi mengenai budaya populer, khususnya film. Makalah ini berargumen bahwa cerita fiksi MCU dipengaruhi oleh berbagai komponen Dunia Cerita yang telah mendobrak struktur narasi tradisional.

ABSTRACT
Storyworld is a fictional world that has its characters, objects, setting, physical laws, social rules and values, events and mental events, the latter forming beliefs, wishes, fears, goals, plans, and obligations of the characters in it (Richter, 2016, Applying Henry Jenkins Criteria to the Marvel Cinematic Universe‖, paragraph 1). Transmedia storyworld builds storylines with elements that are interrelated with each other. By taking the case of Avengers: Infinity War (2018) film as part of the Marvel Cinematic Universe (MCU), this paper presents the universe that MCU has built from the stories of Guardians of the Galaxy (2014), Captain America: Civil War (2016), and Black Panther (2018). The data used in writing this paper is secondary data in the form of research reports and news articles. This paper could contribute to the study of popular culture, specifically movies. This paper argues that MCUs fiction stories are influenced by various components of storyworld that has revolutionised the traditional narrative structure."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Azura Ghassani
"Perjanjian lisensi merupakan salah satu upaya yang digunakan oleh para pelaku usaha di bidang Hak Kekayaan Intelektual untuk mengembangkan usaha mereka secara internasional. Oleh karena itu perjanjian lisensi menjadi hal penting dalam perdagangan internasional. Hal terebut berkaitan pula dengan maraknya pengalihwujudan karakter film menjadi bentuk merchandise yang tentunya merupakan sumber pendapatan terbesar dari industri perfilman sebagai contohnya Marvel Entertaiment. Oleh karena itu, para pengusaha merchandise berlomba-lomba untuk membeli lisensi dari perusahaan perfilman tersebut. Perjanjian lisensi tersebut juga merupakan salah satu cara untuk melindungi hak eksklusif pencipta karakter film tersebut sebagai pencipta karya pertama. Pembeli lisensi tersebut merambat ke kancah internasional, tentunya memungkinkan pihak pemberi dan penerima lisensi berasal dari negara yang berbeda dengan latar belakang peraturan hukum yang berbeda pula. Terkadang hal tersebut juga menjadi pertimbangan bagi para pihak dalam mengambil keputusan untuk mengadakan perjanjian lisensi tersebut. Perlu ditekankan kembali bahwa selama perjanjian lisensi tersebut tidak bertentangan dengan undang-undang yang berlaku, dan para pihak telah sepakat untuk mengadakan perjanjian tersebut, maka perjanjian tersebut telah sah mengikat secara hukum. Namun bagaimanakah apabila dalam suatu perjanjian lisensi yang telah disepakati para pihak, ternyata menurut undang-undang dari salah satu negara para pihak dalam perjanjian tersebut terdapat beberapa pasal yang bertentangan dengan undang-undang. Akankah perjanjian lisensi tersebut tetap memiliki kekuatan hukum. Hal tersebut lah yang kemudian akan dibahas lebih lanjut dalam skripsi ini.

The license agreement is one of the efforts used enterpreneur in Intellectual Property Rights to develop their businesses internationally. Therefore, license agreements are important in international trade. This is also related to the proliferation of film characters into a merchandise which is became the biggest source of income from the film industry. For the example Marvel Entertainment. Therefore, merchandising entrepreneurs are competing to buy licenses from the entertaiment company. License agreement is also a way to protect the exclusive rights of the creators of the film characters as the creators of the first work. Buyers of these licenses also spread to the international scope, so the licensee and the licensor came from different countries with different legal regulations. Sometimes this is also a consideration for the parties in making decisions for the license agreement. It needs to be stated again, that as long as the license agreement does not conflict with the applicable law, and the parties have agreed to enter into the agreement, then the agreement has been legally binding. But what if in a licensing agreement that has been agreed upon by the parties, it turns out that according to the laws of one of the countries of the parties in the agreement there are several articles that are contrary to the law. Will the license agreement still have legal force This is what will then be discussed further in this paper.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Inayatu Soliha
"Marvel Cinematic Universe merupakan sebuah waralaba film yang semakin berkembang cepat dengan memperkenalkan banyak karakter baru, termasuk karakter pahlawan muda seperti Kamala Khan dalam sebuah seri dengan enam episode berjudul Ms. Marvel (2022). Seri televisi tersebut berfokus pada latar belakang Kamala, seperti profilnya sebagai remaja perempuan Amerika-Pakistan yang memiliki kekuatan baru dan bagaimana kekuatan tersebut mengubah hidupnya. Di satu sisi, Ms. Marvel (2022) juga menampilkan kesenjangan antargenerasi antara tiga karakter perempuan, Kamala, ibu Kamala yang bernama Muneeba, dan nenek Kamala yang bernama Sana. Perbedaan generasi antara ketiganya telah menyebabkan masalah yang lebih signifikan dalam seri televisi tersebut sebagaimana perbedaan generasi itu memengaruhi cara Kamala melihat mimpinya selagi ia harus tetap berpegang terhadap realitas yang sebenarnya. Dengan konsep dukungan sosial antara perempuan di hubungan antargenerasi dari Gina Bauswell, artikel ini membahas mengenai perbedaan generasi antara Kamala, Muneeba, dan Sana yang berasal dari tiga generasi berbeda dalam bagaimana mereka memahami arti mimpi dan realita. Pada akhirnya, konflik antargenerasi yang disebabkan oleh perbedaan pandangan mengenai mimpi dan realita ini dapat terselesaikan dengan konsep dukungan sosial.

Marvel Cinematic Universe has been growing to be an expansive cinematic franchise, and they have introduced many new characters, including young heroes like Kamala Khan in the six-episode series titled Ms. Marvel (2022). The series focuses on Kamala’s background, such as her profile as a young American-Pakistani teenager having a new power that changes her life. On the other hand, the series also tells about Kamala’s family and how they affect her daily life and her new identity as a superhero. Ms. Marvel (2022) also portrays the generational gap in a family between three female characters, Kamala, Kamala’s mother named Muneeba, and Kamala’s grandmother, Sana. Their generational differences have led to a more significant issue in the series as it influences how Kamala perceives her dreams while needing to stick to her actual reality. Using the concept of social support among women in intergenerational relationships from Gina Bauswell, this article examines the generational differences between the characters Kamala, Muneeba, and Sana, who come from different generations in terms of perceiving dreams and reality. This research finds that intergenerational conflict caused by different perceptions of dreams and reality can be resolved with social support."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library