Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aprilian Pryski Waskitho Adi
Abstrak :
Bentuk talus makroalga dan faktor lingkungan dapat memengaruhi kelimpahan dan keanekaragaman mikroalga epifitik. Sementara itu, penelitian tentang kelimpahan dan keanekaragaman mikroalga epifitik di Muara Binuangeun belum pernah dilakukan. Oleh sebab itu, dilakukan penelitian tentang kelimpahan dan keanekaragaman mikroalga epifitik pada makroalga, serta menganalisa pengaruh faktor lingkungan dan bentuk talus makroalga terhadap kelimpahan mikroalga epifitik pada makroalga di rataan terumbu Muara Binuangeun. Sampel mikroalga epifitik pada makroalga diambil dari 4 stasiun penelitian yang dipilih berdasarkan keberadaan makroalga. Hubungan mikroalga epifitik dengan bentuk talus makroalga diuji menggunakan uji Chi Square, sedangkan pengaruh parameter lingkungan dengan kelimpahan mikroalga epifitik diuji dengan uji korelasi Spearman. Kelimpahan mikroalga epifitik tertinggi terdapat makroalga berdaging dengan permukaan kasar, seperti Sargassum. Sementara itu, keanekaragaman mikroalga epifitik tertinggi terdapat pada Turbinaria. Mikroalga epifitik yang memiliki asosiasi dengan bentuk talus makroalga adalah Amphora. Amphora berasosiasi positif dengan bentuk talus berdaun. Parameter lingkungan yang cenderung berkorelasi kuat dengan kelimpahan mikroalga epifitik yaitu DO dan salinitas. ...... Macroalgae form and environmental parameters may affect the abundance and diversity of epiphytic microalgae. Meanwhile, research on the abundance and diversity of epiphytic microalga in Muara Binuangeun has naver been done. Therefore, this research was conducted to determine abundance and diversity of epiphytic microalgae on macroalgae, and analized the effect of environment factor and macroalgae form to abundance of epiphytic microalgae on macroalgae in Muara Binuangeun reef flat. Samples of epiphytic microalgae were taken from 4 station which selected based on macroalgae presence. The relationship between epiphytic microalgae and macroalgae form was tested using Chi Square test, whereas effect of environmental parameter on the abundance of epiphytic microalgae tested using Spearman test. The highest abundance of epiphytic microalgae found in Sargassum and the highest diversity of epiphytic microalgae found in Turbinaria. Epiphytic microalgae that has associations with macroalgae form is Amphora. Amphora has positively associated with foliose macroalgae. Environmental parameters tend to be strongly correlated with abundance of epiphytic microalgae are DO and salinity.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S62557
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yully Astika Nugrahayning Aziza
Abstrak :
ABSTRAK
Kanker serviks merupakan salah satu jenis penyakit kanker dengan prevalensi dan mortalitas yang tinggi di Indonesia. Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut yang banyak dijumpai di perairan laut Indonesia dan dapat dikembangkan sebagai agen anti kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi fitokimia dan efek sitotoksik ekstrak makroalga Eucheuma cottonii terhadap sel kanker serviks HeLa yang dinyatakan dengan nilai IC50. Pada penelitian ini, Eucheuma cottonii diekstraksi masing-masing menggunakan pelarut etanol, etil asetat, n-heksana, dan kloroform. Ekstrak yang diperoleh kemudian diuji kandungan fitokimianya, dan menunjukkan hasil positif mengandung flavonoid. Sedangkan analisis kualitatif dengan kromatografi lapis tipis, menunjukkan bahwa ekstrak mengandung tiga hingga lima senyawa kimia. Selanjutnya, masing-masing ekstrak sebanyak 20 L dengan 5 variasi konsentrasi, yaitu 3,125 g/ml; 6,25 g/ml; 12,5 g/ml; 25 g/ml; dan 50 g/m, dimasukkan ke lini sel HeLa yang sudah ditambahkan 100 L DMEM dan diinkubasi selama 24 jam. Setelah diinkubasi selama 24 jam, dilakukan uji MTT assay dengan panjang gelombang 492 nm. Data yang diperoleh kemudian dianalisis sehingga diperoleh nilai IC50 untuk keempat ekstrak Eucheuma cottonii yang diujikan. Hasil menunjukkan bahwa keempat ekstrak Eucheuma cottonii memiliki nilai IC50
ABSTRACT
Cervical cancer is one kinds of cancer with high prevalence and mortality in Indonesia. Eucheuma cottonii is one kind of seaweed which is commonly found in Indonesian marine and can be developed as anticancer agent. This research aims to know the phytochemical composition and cytotoxic effect of extract of makroalgae Eucheuma cottonii on HeLa cervical cancer cells that is expressed by IC50 value. In this research, Eucheuma cottonii were extracted each using ethanol, ethyl acetate, n hexane, and chloroform. The obtained extracts were then tested for its phytochemical content, and showed positive result containing flavonoids. While qualitative analysis with Thin Layer Chromatography TLC , showed that the extract contains three to five chemical compounds. Furthermore, 20 L of each extract in five variation of concentration, i.e. 3,125 g ml 6,25 g ml 12,5 g ml 25 g ml and 50 g ml, inserted into the HeLa cell line that has been added 100 L of DMEM and incubated for 24 hours. After 24 hour incubation, MTT assay with a wavelength of 492 nm was performed to generate data which was then analyzed to obtain IC50 value for the four extracts tested of Eucheuma cottonii. The results showed that all four Eucheuma cottonii extract had IC50 values less than 100 g ml, so it can be concluded that all extracts have cytotoxic activity against HeLa cervical cancer cell HeLa. Among four extracts of Eucheuma cottonii, ethyl acetate extract has the lowest IC50 value and shows the most potent cytotoxic activity against HeLa cervical cancer cells. Thus, ethyl acetate extract of Eucheuma cottoniiis potential to be developed as an anticervical cancer agent.Key word Phytochemical, macroalgae, Eucheuma cottonii , cytotoxic, HeLa cells
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryo Caesar Pratomo
Abstrak :
Dinoflagellata bentik yang ditemukan menempel pada makroalga dapat menghasilkan ciguatoksin penyebab penyakit Ciguatera Fish Poisoning (CFP). Penelitian tentang Dinoflagellata bentik penyebab CFP pada makroalga dan kaitannya dengan faktor lingkungan telah dilakukan di Gili Matra, Lombok Utara pada tanggal 24–27 Mei 2022. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Dinoflagellata bentik pada substrat makroalga di perairan Gili Matra berdasarkan kelimpahan sel dan faktor lingkungan. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan makroalga Padina di ketiga gili, kemudian dimasukkan ke botol plastik dan dikocok kuat selama 1 menit. Sampel air dipisahkan dari makroalga, makroalga ditimbang berat basahnya, disaring dengan saringan bertingkat, kemudian diamati di bawah mikroskop cahaya. Dinoflagellata bentik yang ditemukan berpotensi toksik adalah Prorocentrum dan Ostreopsis. Faktor lingkungan dianalisis dengan Analisis Komponen Utama (AKU). Hasil penelitian menunjukkan kelimpahan Prorocentrum yang paling tinggi ditemukan di Gili Meno, yaitu dengan total 84,89 sel/gr berat basah makroalga dan Ostreopsis yang hanya ditemukan di Gili Meno dengan 37 sel/gr berat basah makroalga. Berdasarkan AKU, Stasiun Gili Meno dicirikan oleh nitrat, fosfat, salinitas, dan intensitas cahaya yang lebih tinggi dari stasiun lainnya. Faktor-faktor lingkungan ini mempengaruhi kelimpahan sel Prorocentrum dan Ostreopsis yang lebih tinggi di stasiun tersebut. ......Benthic dinoflagellates found attached to macroalgae can produce ciguatoxin that causes Ciguatera Fish Poisoning (CFP) disease. Research on benthic dinoflagellates causing CFP on macroalgae and their relation to environmental factors was carried out in Gili Matra, North Lombok on 24–27 May 2022. This study aimed to analyze benthic dinoflagellates on macroalgae substrates in Gili Matra waters based on cell abundance and environmental factors. The research was conducted by collecting Padina macroalgae in the three islands, then putting them in a plastic bottle and shaking vigorously for 1 minute. The water sample was separated from the macroalgae, the wet weight of the macroalgae was measured, filtered through a multiseries sieve, and then observed under a light microscope. The potentially toxic benthic dinoflagellates found were Prorocentrum and Ostreopsis. Environmental factors were analyzed by Principal Component Analysis (PCA). The results showed that the highest abundance of Prorocentrum was found in Gili Meno, with a total of 84.89 cells/gr wet weight macroalgae, and Ostreopsis, which was only found in Gili Meno with 37 cells/gr wet weight macroalgae. Based on PCA analysis, Gili Meno Station is characterized by higher nitrate, phosphate, salinity, and light intensity than other stations. These environmental factors influenced the higher abundance of Prorocentrum and Ostreopsis cells in the station.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riani Widiarti
Abstrak :
Suatu penelitian mengenai Dinoflageflata epibentik pada makroalga telah dilakukan di rataan terumbu Pulau Penjaliran Barat, Teluk Jakarta, pa&a bulan Maret 1996. Penelitian mi bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis Dinoflagellata epibentik pada makroalga. Penelitian dilakukan karena masih sedikitnya penelitian mengenai jenis-jenis Dinoflagellata tersebut di Kepulauan Seribu, bahkan di Indonesia, padahal Dinoflageltata epibentik memiliki peranan penting dalam masalah penkanan clan kesehatan manusia. Sifat penelitian kualitatif-desknptif, sedangkan pengambilan sampel ditakukan dengan cara purposif (purposive sampling) di stasiun Selatan, Barat, Timur, clan Utara pulau tersebut. Dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, (1) Dinoflagellata epibentik yang diperoleh dalam penelitian mi berjumlah 7 jenis yang mewakili 3 kelompok besar Prorocentroid, Dinophysoid, clan Gonyaulacoid; (2) identifikasi Dinoflagellata dapat dilakukan melalui bentuk (karakter morfologi) clan ukuran sel; clan (3) pemilihan substrat makroalga bagi Dinoflagellata epibentik, selain tergantung dad sifat makroalga itu sendin, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor ekologi.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raudhatur Rahmah
Abstrak :
Inhibitor tirosinase telah dikenal sebagai agen terapeutik untuk menghambat pembentukan melanin. Umumnya, inhibitor tirosinase didapat dari bahan kimia dan dari bahan alam. Di Kepulauan Seribu Jakarta terdapat beranekaragam biota laut seperti makroalga dengan jenis Caulerpa racemosa, Halimeda opuntia, Halimeda makroloba, Padina sp. dan Turbinaria sp. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas penghambatan tirosinase dari lima jenis ekstrak metanol makroalga tersebut dan fraksi yang paling aktif serta mengidentifikasi golongan senyawa dari fraksi teraktif. Hasil uji menunjukkan bahwa Halimeda macroloba memiliki aktivitas inhibisi tertinggi dengan IC50 = 407,25 μg/ml. Ekstrak metanol Halimeda macroloba dipartisi dengan pelarut nheksana, etil asetat, n-butanol dan air. Hasil uji menunjukkan bahwa fraksi nheksana memiliki aktivitas penghambatan tertinggi dengan IC50 265,57 μg/ml . Hasil identifikasi golongan senyawa menunjukkan bahwa fraksi n-heksana Halimeda macroloba mengandung senyawa steroid dan terpen. ......Tyrosinase inhibitors as therapeutic agents is known to inhibit the formation of melanin. Generally, tyrosinase inhibitors derived from chemicals substance and natural materials. “Pulau Seribu” Jakarta has diverse marine such as the type of Caulerpa racemosa macroalgae, Halimeda Opuntia, Halimeda macroloba, Padina sp., and Turbinaria sp. This research aims to determine the tyrosine activity of methanol extract of five types macroalga, the most active fraction, and identifying the compound of active fraction. The result showed that Halimeda macroloba has the highest inhibitory activity with IC50 = 407,25 μg/ml. Methanol extract of Halimeda macroloba was partitioned by n-hexane, ethyl acetat, n-butanol, and water. Obtained result showed that n-hexane fraction has the highest inhibitory activity with IC50 = 265,57 μg/ml. The identification of compound result showed that the fraction of n-hexane of Halimeda macroloba containing steroid and terpene compound.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S54938
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Dwi Kurniasari
Abstrak :
Kanker kolorektal merupakan suatu tumor ganas yang menyerang kolon dan menjadi penyebab kematian terbanyak kedua di Indonesia. Sementara, hingga saat ini, belum ada pengobatan yang efektif. Makroalga Gracilaria verrucosa merupakan salah satu spesies yang belum banyak diteliti, tetapi diduga memiliki efek sitotoksik dan antioksidan. Penelitian terhadap Gracilaria verrucosa ini bertujuan untuk mengetahui efek sitotoksik yang dimiliki pada sel line kanker HCT 116. Penelitian dilakukan dengan ekstraksi makroalga menggunakan pelarut etanol, kloroform, etil asetat, dan n-heksana setelah sebelumnya makroalga diuji kandungan metabolit sekundernya melalui uji fitokimia. Kemudian, 20 L dari setiap ekstrak dimasukkan ke sel HCT 116 yang sebelumnya sudah dicampurkan 100 L DMEM dan diinkubasi selama 24 jam. Setiap sampel kemudian diencerkan secara triplo dalam 8 konsentrasi yaitu 1,5625 g/ml; 3,125 g/ml; 6,25 g/ml; 12,5 g/ml; 25 g/ml; 50 g/ml; 100 g/ml; dan 200 g/ml. Selanjutnya, setiap sampel yang sudah diinkubasi selama 24 jam diujikan aktivitas antikankernya sebagai penghambat pertumbuhan sel kanker kolorektal HCT-116 menggunakan metode MTT assay pada panjang gelombang 490 nm. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk menghasilkan nilai IC50. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat ekstrak menunjukkan penghambatan terhadap pertumbuhan sel kanker HCT-116 dengan nilai IC50. ...... Colorectal cancer is one of malignant tumors that occurs in colon area. This cancer has become the second killer in Indonesia, after lung cancer. Up until now, there is no effective cure. Macroalgae Gracilaria verrucosa is one of Gracilaria species which has been identified, but is supposed to have anti cytotoxic and anti oxidant effect. This experiment uses Gracilaria verrucosa to identify the cytotoxic effect towards HCT 116 cancer cell. The experiment has extracted Gracilaria verrucosa into four different solvents alkocol, chloroform, ethyl acetate, and n n heksanae. Before extraction, macroalgae was used for phytochemical test in order to identify the secondary metabolit contained in Gracilaria verrucosa. Aftrer extracton, 20 L of the extract then was put into HCT 116 cells which has been mixed with 1 00 L DMEM and incubated for 24 hours. Every sample, afterwards, mixed as triplo in eight concentrations 1,5625 g ml 3,125 g ml 6,25 g ml 12,5 g ml 25 g ml 50 g ml 100 g ml and 200 g ml. Sample extract which has been incubated for 24 hours then was analyzed using MTT assay with 490nm wavelength to identify the anti cancer activity as inhibitor of colorectal cancer HCT 116 cells. Data collected from the experiment would be analyzed so that the researcher can know IC50 value. The result of experiment shows that all of the extract can be used as growth inhibitor of HCT 116 colorectal cancer cells with IC50 value below 100. Meanwhile, the ethanol extract of Gracilaria verrucosa has been proved as the best growth inhibitor due to its lowest IC50 value. From the data, it has been concluded that Gracilaria verrucosa extract has a potential use as a new anti colorectal ancer agent of HCT 116 cells. Keywords phytochemical analysis, Gracilaria verrucosa, cytotoxic effect, colorectal cancer HCT 116 cells
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baiq Kirana Dyah Ningrum Mandasari
Abstrak :
ABSTRAK
Leukemia adalah salah satu kanker dengan angka prevalensi dan mortalitas yang tinggi di dunia dan di Indonesia, salah satunya karena terapi yang digunakan saat ini masih banyak menimbulkan efek samping dan tidak bersifat spesifik. Salah satu jenis rumput laut, yaitu Sargassum vulgare, memiliki potensi sebagai agen anti kanker leukemia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan metabolit skunder dan efek antiproliferatif makroalga Sargassum vulgare terhadap sel kanker leukemia P388 yang diekspresikan dengan nilai IC50. Metode MTT assay digunakan untuk menguji efek antiproliperatif Sargassum vulgare terhadap sel leukimia P388. Pada penelitian ini digunakan empat jenis ekstrak Sargassum vulgare, yaitu ekstrak n-heksana, etanol, kloforom, dan etil asetat dengan lima variasi konsentrasi. Uji fitokimia dilakukan unltuk menganalisis kandungan metabolit sekunder pada setiap ekstrak, sedangkan metode Kromatografi Lapis Tipis KLT digunakan untuk mengetahui jumlah komponen senyawa kimia yang terdapat dalam tiap ekstrak. Uji fitokimia memperlihatkan hasil positif untuk saponin, tannin, alkaloid, dan triterpenoid. Analisis kualitatif metode kromatografi lapis tipis menunjukkan bahwa ekstrak Sargassum vulgare mengandung dua hingga enam senyawa yang berbeda. Hasil uji efek antiproliperatif keempat jenis ekstrak Sargassum vulgare terhadap sel leukimia P388 memberikan nilai IC50 kurang dari 100 ?g/ml, yang diinterpretasikan sebagai agen sitotoksik yang baik terhadap penghambatan proliferasi sel Leukemia P388. Efek antiproliperatif terbaik ditunjukkan oleh esktrak etil asetat Sargassum vulgare, dengan nilai IC50 sebesar 13,7 ?g/ml.
ABSTRACT
Leukemia is the blood cancer with high prevalence and mortality in the world and in Indonesia, due to technology and chemotherapy for treating patients with leukemia has many side effects and poor to treat cancer cell specifically. One of the brown seaweed which has potential to be used as cytotoxic and anticancer agent, especially for leukemia, is Sargassum vulgare. The objective of this research is to know secondary metabolit composition and antiproliferative effect of extract Sargassum vulgare on leukemia P388 cell which can be expressed by IC50 value. The method that was used in this research to analyze antiproliferative effect of Sargassum vulgare extract on leukemia P388 cell. Researcher used four varians of Sargassum vulgare extract which were extracted using n hexane, ethanol, chloforom, and ethyl acetate with five varians of concentration. Phytochemical methode was used to analyzed secondary metabolite composition of fours extract Sargassum vulgae, while qualitative analysis to find out the quantity of chemical compound component of the fours extracts used Thin Layer Chromatography TLC methode. The result of phytochemical methode are positive for saponin, tannin, alkaloid, and triterpenoid. While the result of qualitative analysis using Thin Layer Chromatography showed that the extract contains two to six chemical compounds. Then, measuring of absorbance and continued by analyzing data to obtain IC50 value. The results showed that all of Sargassum vulgare extract had IC50 values less than 100 g ml which could be interpreted as good cytotoxic agen for inhibiting proliferation of P388 leukemia cell. The lowest IC50 value among four extracts of Sargassum vulgare is showed byethyl acetate extract 13,7 g ml , thus has the best potency to be good cytotoxic agent against leukemic cell.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvira Lesmana
Abstrak :
ABSTRAK
Pendahuluan. Kanker adalah suatu pertumbuhan tidak terkendali dari suatu sel, salah satu yang terbanyak terjadi, terutama pada wanita adalah kanker payudara. Berbagai cara banyak ditempuh oleh para peneliti untuk menemukan cara terbaik untuk penanganan kanker payudara, termasuk melalui bahan-bahan alamiah, yakni rumput laut. Eucheuma cottoniidan Eucheuma spinosum menjadi sasaran dalam studi eksperimental ini untuk mengetahui struktur fitokimia masing-masing spesies ini dan mengetahui efek antikanker yang dapat dihasilkan oleh kedua spesies ini. Metode. Kedua spesies makroalgadipanen dari Kawasan Pantai Labuan Aji di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia yang kemudian dibersihkan, dikeringkan, serta ditimbang. Sampel kemudian melalui proses ekstraksi dan fraksinasi, melalui proses uji kromatografi lapis tipis, uji fitokimia, dan uji antikanker dengan metode MTT assaydengan 6 konsentrasi yang berbeda.Hasil.Eucheuma cottoniimemiliki kandungan flavonoid dan triterpenoid pada keseluruhan ekstrak, kandungan alkaloid pada ekstrak n-heksana dan etil asetat, dan kandungan tannin pada ekstrak etanol. Pada Eucheuma cottoniiyang memiliki efek antikanker tertinggi dengan nilai IC5014,589 g/mLadalah ekstrak n-heksana, diikuti dengan ekstrak etil asetat, etanol, dan klorofom (15,987 g/mL, 18,449 g/mL, dan 25,205 g/mL), sedangkan pada Eucheuma spinosumyang memiliki efek antikanker terbaik dengan nilai IC50terendah adalah ekstrak n-heksana juga dengan IC5033,841 g/mLdiikuti dengan etil asetat, etanol, dan kloroform (37,328 g/mL, 41,523 g/mL, dan 51,981 g/mL). Setelah didapatkan nilai IC50, dilakukan uji normalitas yang menunjukkan bahwa data memiliki sebaran normal. Uji one-wayANOVA yang kemudian dilakukan untuk melihat hasil komparatif perbedaan pada masing-masing IC50menunjukkan nilai yang tidak signifikan pada masing-masing kedua spesies. Kesimpulan. Eucheuma cottoniidan Eucheuma spinosumkeduanya memiliki efek antikanker pada masing-masing ekstrak di semua konsentrasi yang bersifat concentrationdependent hingga mencapai konsentrasi 50 g/mL.Meskipun begitu, perbedaan kemampuanantikankerdari berbagai ekstrak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Kedua jenis rumput laut ini merupakan makroalgayang menjanjikan untuk diteruskan penelitiannya hingga dapat menghasilkan suatu produk antikanker.
ABSTRACT
Introduction. Cancer is an uncontrollable and rapid deployment of cells. One of the most common cancer happened especially in women nowadays isbreast cancer. Many of ways have been tried and searched by researchers in order to find the best way possible for the treatment of breast cancer, through advanced technologies as well as natural resources, which one of those is seaweed. In this experimental study, we are using Eucheuma cottonii and Eucheuma spinosum to find out theirphytochemical components and to discover theiranticancer effect thoroughly. Methods.Both species of macroalgae wereharvested in Labuan Aji Beach Area in Lombok Island, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Macroalgaewere then cleaned, dried and weighed. Through extraction and fractionation, these species were then separated into four extracts which are n-hexane, chloroform, ethylacetateand ethanol. After that, they went through thin layer chromatography procedure, phytochemistry test and finally were proved its anticancer activity with MTTassay procedure with six different concentrations. Results.Eucheuma cottonii were proved to containflavonoid and triterpenoid in all of its extracts, the alkaloid in n-hexane and ethylacetateextracts, and tannin in ethanol extract. Data shown that N-hexane extract hadthe highest anticancer activity with IC5014,589 g/mL, followed by ethylacetate, ethanol and chloroform respectively (15.987 g/mL, 18.449 g/mL, dan 25.205 g/mL). Surprisingly, in Euchema spinosum, extract with most potent anticancer activity with lowest IC50wasalso n-hexane with IC5033.841 g/mL followed by other extracts, ethylacetate, ethanol and chloroform (37.328 g/mL, 41.523 g/mL, dan 51.981 g/mL). Subsequently, a normality test to IC50data were provednormally. Afterward, to identify its significance, one-way ANOVA test wasperformed and the output showedinsignificant scores in both species. Conclusion.Both Eucheuma cottonii and Eucheuma spinosum exhibitedanticancer activity fromeach extractinevery different concentration. The more concentrated the extract, the more potent its anticancer activity is. Nonetheless, there wereno significant differences towards all the extracts tested. Both of these macroalgae showeda promising potentialthrough further research towards finding cures for breast cancer.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meutia Safira Fakhraini
Abstrak :
Sekuestrasi karbon pada makroalga melalui fotosintesis dapat berkontribusi terhadap permasalahan perubahan iklim. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi sekuestrasi karbon pada makroalga Kappaphycus striatum dengan umur pemeliharaan yang berbeda; usia bibit (25 hari) dan usia panen (60 hari). Sampel diambil secara acak pada sistem budidaya lepas dasar, di Desa Alaang, Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur. Parameter yang diamati ialah kadar karbon melalui analisis gravimetri. Pengukuran laju pertumbuhan dan eksperimen botol gelap-terang juga dilakukan untuk dianalisis lebih lanjut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi sekuestrasi karbon pada lahan budidaya rumput laut seluas 1,552 m2 ialah sebesar 13.28 ton C/siklus tanam untuk makroalga usia bibit dan 26.23 ton C/siklus tanam untuk makroalga usia panen. Nilai ini secara berturut-turut setara dengan 66.07 ton C/ha/siklus tanam dan 125.51 ton C/ha/siklus tanam. Berdasarkan hal ini, potensi sekuestrasi karbon pada makrolaga usia panen 32.78 % lebih besar daripada makroalga usia bibit. Hasil juga menunjukkan bahwa potensi sekuestrasi karbon dapat dipengaruhi oleh laju pertumbuhan dan produktivitas primer. Selanjutnya, manajemen kawasan budidaya rumput laut dengan mengintegrasikan nilai ekologi dan nilai ekonomi, dapat berpotensi untuk menyediakan berbagai manfaat baik bagi masyarakat maupun lingkungan.
Carbon sequestration on macroalgae through photosynthesis can contribute to the mitigation of climate change problem. This research aimed to analyse carbon sequestration potential on macroalgae Kappaphycus striatum with different harvested ages; i.e. young (25 days) and adult (60 days). Samples were collected randomly from off-bottom seaweed aquaculture system, at Alaang Village, Alor Island, East Nusa Tenggara. The parameter observed was carbon content determined by using gravimetric analysis. Growth rate measurement and light-dark bottle experiment were also conducted to be further analysed. Results showed that total area of seaweed aquaculture in Alaang Village was 1,552 m2. According to our analysis, it was estimated that the carbon sequestration potential of macroalgae Kappaphycus striatum was 13.28 tonnes C/cycle for young and 26.63 tonnes C/cycle for adult. These results were equal to 66.07 tonnes C/ha/cycle and 125.51 tonnes C/ha/cycle, respectively. Therefore, the carbon sequestration potential of adult was higher about 32.78% than that of young. It can be concluded that the carbon sequestration potential was influenced by growth rate and primary productivity. Further study on sustainable management of seaweed aquaculture sites, by considering ecological and economic values, could potentially provide multiple functions both for human and ecosystem.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Irfan Hasan
Abstrak :
Nanopartikel perak (NPP) hasil biosintesis telah diketahui mampu mendeteksi keberadaan logam berat secara kolorimetri, namun belum cukup selektif karena menghasilkan perubahan warna yang serupa pada beberapa logam. Selain itu, stabilitas dari indikator kolorimetri berbasis NPP hasil biosintesis masih harus ditingkatkan. Telah diketahui bahwa modifikasi NPP dengan ligan berupa polimer dapat berfungsi sebagai penstabil sekaligus mempengaruhi agregasi antarpartikel dengan larutan analit yang dikenal sebagai sensor agregasi. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan selektivitas dan stabilitas indikator kolorimetri keberadaan logam dan melakukan pengembangan pada NPP yang telah termodifikasi agar meningkat sensitivitasnya secara kolorimetri. Biosintesis NPP dilakukan dengan cara mereaksikan larutan AgNO3 1 mM dengan air rebusan daun kering bisbul (Diospyros discolor Willd.) dengan rasio 10:1 (v:v). NPP yang terbentuk dimodifikasi dengan larutan polivinil alkohol (PVA) 1% (b/v) dan 2% (b/v). Prosedur peningkatan sensitivitas dari indikator dilakukan dengan penambahan garam Natrium Klorida (NaCl) 1 M. Selektivitas terbaik didapatkan di larutan nanopartikel perak yang dimodifikasi dengan PVA 1% (b/v) dengan perubahan warna menjadi ungu muda secara selektif pada analit Cu2+. NPP termodifikasi PVA juga ditingkatkan sensitivitasnya dengan prosedur terpilih, yaitu dengan mereaksikan NPPtermodifikasi dengan NaCl 1 M pada rasio 10:2 (v:v), diaduk dengan pengaduk magnetik selama 15 menit, lalu langsung digunakan untuk pengujian pada analit. Larutan indikator terbukti mampu mendeteksi keberadaan ion Cu2+ hingga 0,1 ppm secara visual dengan LOD 0,459 ppm berdasarkan kurva regresi spektrofotometer UV-Vis. Percobaan dilakukan berdasarkan perbedaan warnanya dengan larutan blangko (tanpa ion Cu2+) serta spektrofotometer UV-Vis. Aplikasinya pada sampel, diujicoba menggunakan sampel makroalga merah (Kappaphycus alvarezii) dengan preparasi menggunakan metode destruksi basah. ......Silver nanoparticles, derived from biosynthesis method, have been known to detect heavy metals with colorimetry method, but their selectivity is not sufficient because they make similar changes in color to some metals. Besides, stability of colorimetric indicator, based on biosynthesized silver nanoparticles, still needed to be improved. It has been known that modification of silver nanoparticles with ligand, such as polymers, can be functioned as stabilizer and affects aggregation between particles and analyte solution. This research was conducted to improve the selectivity of colorimetric indicator for metals in analyte solution and to implement the development of modified silver nanoparticles to improve their sensitivity in colorimetry method. Biosynthesis of silver nanoparticles was conducted by reaction of AgNO3 1 mM solution with boiled water of velvet apple (Diospyros discolor Willd.) leaves in 10:1 (v:v) ratio. Then, silver nanoparticles are modified with polyvinyl alcohol (PVA) 1% (w/v) and 2% (w/v). Procedures to improve the sensitivity of indicator was conducted by addition of sodium chloride (NaCl) 1 M. Best selectivity was reached in silver nanoparticles solution that modified with PVA 1% (w/v) based on selective changes in color of Cu2+ analytes. Modified-silver nanoparticles? sensitivity has also been improved by chosen procedure, which is by reacted modified-silver nanoparticles with NaCl 1 M in 10:2 (v:v) ratio, stirred by magnetic stirrer in 15 minutes, then directly used to examine analyte solution. The indicator solution also has been proven that was able to detect Cu2+ ions up to 0,1 ppm as lowest concentration, and with LOD 0,459 ppm based on spectrophotometer UV-Vis. This test based on comparison with blank solution (without Cu2+ ions) and UV-Vis spectrophotometer in trial with red macroalga (Kappaphycus alvarezii) sample, which is prepared by wet destruction method.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S42115
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library