Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ewin Rahman Dzuhri
Abstrak :
Magnetotelurik (MT) adalah metode geofisika yang umumnya digunakan dalam eksplorasi potensi sumber daya alam panas bumi. Metode MT dapat menggambarkan penampang resistivitas bawah permukaan bumi mulai dari ratusan meter hingga ratusan kilometer tergantung dari periode pengukuran. Dengan menggabungkan tiga studi yaitu geologi, geokimia dan geofisika, maka dapat mendileneasi sistem geotermal yang terdiri dari clay cap, reservoir, dan sumber panasnya. Bagaimanapun juga, dalam akuisisi data MT, kita juga harus melihat kondisi sekitar daerah penelitian karena pasti terdapat gangguan yang mempengaruhi data MT. Salah satu gangguan dari sekitar daerah penelitian adalah gangguan yang berasal dari laut atau biasa disebut dengan sea effect. Untuk mengurangi gangguan dari sea effect, maka kita harus memahami pengaruh apa saja yang dihasilkan dari sea effect terhadap data MT untuk menghindari mis interptretasi data MT setelah diolah maupun setelah inversi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemodelan simulasi dan inversi 3D menggunakan data sintetik dan data real. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menyimpulkan apa yang disebabkan oleh sea effect dalam mempengaruhi data MT. Sea effect ini dapat menyebabkan mis interpretasi pada data MT. Jadi, dengan memahami pengaruh sea effect pada data MT dan mengurangi efeknya dapat meningkatkan kualitas data MT dalam menggambarkan bawah permukaan dan mengurangi resiko eksplorasi geotermal. Berdasarkan studi yang sudah dilakukan diketahui bahwa sea effect mempengaruhi data magnetotelurik dalam kurva apparent resistivity dan fasenya pada semua rentang frekuensi yang berkorelasi dengan jarak antara titik stasiun dengan lautnya. Untuk hasil inversi 3-Dimensi, pengaruh dari laut cukup signifikan dengan adanya nilai-nilai resisitivitas yang kurang sesuai dengan model awal dan dapat diatasi dengan menggunakan oceanic model pada proses inversi.
Magnetotelluric (MT) is a geophysical method commonly used in the geothermal survey. MT method can image the resistivity of earth from a few tens of meters to several hundred kilometers depending on the measurements periods. With geology and geochemistry as supporting data (so-called 3G), integrated 3G data can be very powerful to delineate geothermal system which is clay cap, reservoir, and heat source.  However, in MT data acquisition we have to pay attention to the surroundings of the survey area because there are noises that will affect MT data. One of the noises from the surrounding area is noise from the sea or it is also called coast effect. In order to reduce the noise from MT data acquisition, especially noise from the sea, and miss interpretation of MT data after processing, we have to study the impact of coast effect on MT data during the acquisition and even when inversion. The method of this study is using forward modeling and 3-D inversion using synthetic MT data. The aim of this study is to conclude what causes showed up from MT data affected by the coast effect noise. This sea effect could lead to magnetotelluric data miss interpretation. Thus, by understanding the sea effect on magnetotelluric data and correct it, could improve the quality of subsurface image and lower the geothermal exploration risks. Based on this study, the effect of sea to magnetotelluric data shown in apparent resistivity and phase where this effect correlated to the distance of MT station and the sea. For 3-D inversion, the effect of sea is making inappropriate result in resistivity value. This effect can be overcome by using oceanic model in 3-D inversion process.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhara Adhnandya Kumara
Abstrak :
ABSTRAK
Saat ini Indonesia sedang berupaya memenuhi kebutuhan energi untuk kepentingan ketahanan energi nasional. Salah satu energi yang sedang diupayakan adalah energi baru dan terbarukan, salah satunya energi panas bumi. Untuk mencapai target tersebut, eksplorasi energi panas bumi perlu diintensifkan. Dalam eksplorasi panas bumi, metode yang sering digunakan adalah metode magnetotelurik. Dalam melakukan survey magnetotelluric, banyak hal yang perlu diperhatikan dalam membuat desain survey. Salah satu parameter penting dalam proses akuisisi data adalah mengetahui jumlah dan jarak yang tepat antar stasiun untuk menghasilkan citra bawah permukaan yang terbaik. Jarak antar stasiun tidak boleh terlalu besar, dikhawatirkan resolusi yang didapat terlalu rendah dan terjadi ekstraplorasi pada saat pengolahan data. Namun, jika jarak terlalu sempit juga akan memakan biaya dan waktu selama pengukuran. Khususnya pada survei magnetotelluric, untuk mendapatkan data yang dalam dibutuhkan waktu pengukuran yang lebih lama. Biasanya dalam eksplorasi panas bumi, pengukuran data magnetotelurik dapat dilakukan hingga 24 jam. Sehingga jika semakin banyak titik yang diukur, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mengukurnya. Saat ini belum ada penelitian yang membahas jarak optimum perolehan data magnetotelurik untuk eksplorasi panas bumi. Penggunaan jarak antar stasiun pada penelitian sebelumnya sangat bervariasi. Hal ini tentunya mempengaruhi gambaran sistem panas bumi yang dihasilkan dari pengolahan data magnetotelurik tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jarak optimal antar stasiun untuk eksplorasi di lapangan panas bumi. Dimana penelitian ini akan dilakukan dengan melakukan pemodelan maju (forward modelling) dan pemodelan inversi (inverse modelling). Dengan membuat beberapa model dan memvariasikan jarak antar stasiun maka dapat disimpulkan jarak optimal antar stasiun. Berdasarkan studi yang dilakukan diketahui bahwa jarak 500 - 1000 meter untuk area yang diinginkan mampu menggambarkan batas-batas clay cap dengan baik sehingga jarak tersebut optimal. Sedangkan di luar areal kepentingan diperlukan beberapa strapping station dengan jarak 1000 meter. Dibandingkan dengan inversi 2D, inversi 3D mampu mendeskripsikan sistem dengan lebih baik.
ABSTRACT
Currently, Indonesia is trying to meet energy needs for the benefit of national energy security. One of the energies that is being pursued is new and renewable energy, one of which is geothermal energy. To achieve this target, geothermal energy exploration needs to be intensified. In geothermal exploration, the method that is often used is the magnetoteluric method. In conducting a magnetotelluric survey, many things need to be considered in making a survey design. One of the important parameters in the data acquisition process is knowing the exact number and distance between stations to produce the best subsurface imagery. The distance between stations should not be too large, it is feared that the resolution obtained is too low and extraploration occurs during data processing. However, if the distance is too narrow it will also cost money and time during measurement. Especially in the magnetotelluric survey, it takes a longer measurement time to obtain the required data. Usually in geothermal exploration, the measurement of magnetoteluric data can be carried out for up to 24 hours. So that if the more points are measured, the longer it will take to measure it. Currently, there is no research that discusses the optimum distance to obtain magnetoteluric data for geothermal exploration. The use of the distance between stations in previous studies varies widely. This certainly affects the description of the geothermal system resulting from the processing of the magnetoteluric data. This study aims to determine the optimal distance between stations for exploration in geothermal fields. Where this research will be carried out by doing forward modeling (forward modeling) and inversion modeling (inverse modeling). By making several models and varying the distance between stations, it can be concluded that the optimal distance between stations. Based on the study conducted, it is known that the distance of 500 - 1000 meters for the desired area is able to describe the boundaries of the clay cap well so that the distance is optimal. Meanwhile, outside the area of ​​interest, several strapping stations with a distance of 1000 meters are required. Compared to 2D inversion, 3D inversion is able to describe the system better.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Darmawan
Abstrak :
Prsoses inversi dan forward modeling merupakan proses yang umum dilakukan dalam keilmuan geofisika khususnya pada metode magnetotelurik (MT) untuk memprediksi data dan parameter fisis material batuan di bawah permukaan bumi. Data dalam konteks ini merupakan resistivitas semu dan fase sementara parameter fisis merupakan resistivitas batuan. Proses tersebut biasanya dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak tertentu yang perlu di unduh dan di install pada perangkat keras yang memenuhi spesifikasi, hal ini menjadi tidak fleksibel karena perangkat lunak perlu di install ulang jika ingin mengganti perangkat keras dan tidak semua perangkat keras dapat digunakan. Pada penelitian ini penulis mengembangkan platform website berbasis bahasa pemrograman python untuk melakukan proses forward modeling dan inversi data MT 1-D. Forward modeling dilakukan dengan menggunakan persamaan rekursif yang menyatakan hubungan antara impedansi dua lapisan sedangkan inversi dilakukan dengan menggunakan metode Levenberg-Marquardt. Pada inversi dengan stasiun lebih dari 1 maka kurva sounding hasil inversi akan dibentuk menjadi penampang resistivitas bawah permukaan dengan cara Krigging. Secara kuantitatif hasil inversi dengan website memiliki RMS error berkisar 0.08-0.21 % untuk data sintetik dan 0.84-1.84 % untuk data lapangan, secara kualitatif kurva inversi website memiliki trend yang mirip dengan software konvensional sehingga inversi website dinilai cukup valid. Dengan dikembangkannya platform web ini proses inversi dan forward modeling data MT 1-D dapat dilakukan di mana saja melalui perangkat apapun selama terdapat koneksi internet dan browser. Namun karena terdapat perbedan antara penampang hasil inversi website dengan software konvensional yang menyebabkan detil struktur tidak terlihat, maka website ini lebih cocok untuk digunakan pada keperluan akademis untuk melihat pola resistivitas bawah permukan secara umum dan bukan secara detail. ......Invers and forward modeling is a common process or technique done in the field of geophysics, particularly on magnetotelluric method (MT) in order to predict data and physical parameters of rock materials underneath the surface. Data in this context is apparent resistivity and phase, while physical parameters is the conductivity of the rock materials. This process usually conducted using a certain software that has to be installed on a hardware that meets the minimum requirement, this is not flexible in modern age because the software would need to be re-installed if we wish to use other device, moreover not all device is compatible. In this research, writer is developing a web platform based on python programming language for the purpose of forward and invers modeling of 1-D MT data. The forward modeling algorithm is done by utilizing the recursive equation which states the relationship between impedance of two sequential layers while inverse modeling is done using Levenberg-Marquardt method. In a case where the inverted data has more than 1 station, the sounding curve as the output of the inversion will be made into a resistivity crossection using Krigging. Quantitatively the inversion result using this website has an RMS error of 0.08 - 0.21 % for syntethic data and 0.84 – 1.84 % for real data, qualitatively the inversion curve resulting from this website has similar trend to an inversion curve done by a conventional software, thus the inversion using this website is valid. With the development of this web platform the inverse and forward modeling process of 1-D MT data can be conducted anywhere through all kinds of device as long as internet conection and browser is available. However due to the difference between cross section resulting from inversion using website and using conventional software that has lead to certain structure can not be seen, therefore this website is more suitable to be used in an academic purposes to see subsurface resistivity pattern in general and not in detail.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Maulana
Abstrak :
ABSTRAK
Analisis dimensionalitas merupakan parameter yang kuat untuk memilih pemodelan mana yang sesuai disetiap kondisi bawah permukaan. Hal ini karena sudah dikembangkannya teknologi inversi 1-D, 2-D dan 3-D. Selain itu analisis dimensionalitas dapat digunakan untuk mengetahui arah dari struktur utama. Pada penelitian ini digunakan dua parameter analisis dimensionalitas untuk dipelajari sebagai tahapan awal penelitian analisis dimensionalitas. Parameter diagram polar dan impedansi skew digunakan untuk menganalisis kondisi dimensionalitas model sintetik dan data riil lapangan panas Bumi. Selain itu juga dilakukan pembandingan inversi 1-D, 2-D dan 3-D pada setiap kondisi dimensionalitas bawah permukaan. Perbandingan menunjukkan inversi 3-D dapat menggambarkan kondisi dimensionalitas ideal 1-D, 2-D dan 3-D dengan baik sehingga analisis dimensionalitas untuk memilih pemodelan mana yang tepat tidak perlu lagi dilakukan. Namun, analisis dimensionalitas masih efektif untuk dilakukan dalam mengidentifikasi struktur bawah permukaan dan menentukan arah dari struktur sesuai dengan hasil yang telah ditunjukkan pada data sintetik dan data riil dari penelitian ini.
ABSTRAK
Development of 1-D, 2-D and 3-D inversion has causing dimensionality analysis as a powerful parameter that select which type of approach is more suitable to accomplish modeling, or interpretation : one dimensionality, two dimensionality and three dimensionality. It because 1-D, 2-D and 3-D inversion already developed. Moreover, dimensionality analysis can be used to know the path of geoelectrical strike. This thesis use two parameters of dimensionality analysis as the beginning of dimensionality analysis research. Polar Diagram and impedance skew parameter are used for analizing the dimensionality condition from syntetic model and real data of geothermal field. In this thesis, comparison of 1-D, 2-D and 3-D inversion has been made in each subsurface dimensionality condition. The comparison result show 3-D inversion could imaged the proper condition of ideal dimensionality 1-D, 2-D and 3-D, so the dimensioanlity analysis is not strictly necessary for selecting the more suitable inversion modeling. Otherwise, dimensionality analysis is still recommended in order to identify the subsurface structure, as likes the application of syntethic data and real data in this thesis.
2016
S64208
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhil Muddasir
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu metode yang paling cocok digunakan dalam eksplorasi panas bumi adalah metode magnetotelurik (MT). Metode ini memanfaatkan gelombang elektromagnetik yang menjalar secara alami di permukaan bumi untuk menggambarkan struktur resistivitas bawah tanah dengan rentang frekuensi yang luas. Terdapat berbagai macam alat untuk mengukur MT seperti alat keluaran Phoenix dan keluaran Metronix. ADU-07e (Analog Digital Unit) adalah instrumen dari metode magnetotelurik yang merupakan keluaran dari Metronix. Untuk melakukan pengolahan data dari alat tersebut dibutuhkan software dari Metronix itu sendiri yaitu dengan Mapros. Penulis akan menggunakan bahasa pemograman Matlab untuk pemograman software pengolahan data MT dari data MT keluaran Metronix agar lebih user friendly dan menambahkan fitur untuk handling noise seperti kalkulasi robust. Dalam penelitian ini digunakan format time series (.ats) dari instrumen Metronix. Reduksi dari efek outlier pada data impedansi dilakukan dengan kalkulasi robust. Hasil dari penelitian ini menunjukkan kurva resistivitas hasil pengolahan data menggunakan program Matlab dengan fitur kalkulasi robust menujukkan kurva yang lebih smooth dibandingkan dengan hasil pengolahan Mapros dan hasil pemodelan inversi dua dimensi menunjukkan hasil yang signifikan dalam penentuan Base of Conductor sistem panas bumi. Untuk penelitian lebih lanjut, diharapkan dapat mengatasi pengaruh frekuensi deadband pada data dengan menerapkan filter digital, seleksi cross power, dan remote reference pada pengolahan data.
ABSTRAK
One method that is most suitable for using in geothermal exploration is the magnetotellurics (MT) method. This method utilizes electromagnetic waves radiating naturally in the earth's surface to describe the resistivity structure of subsurface with a wide frequency range. There are various of instrument to measure MT such as Phoenix Instrument and Metronix Instrument. ADU-07e (Analog Digital Unit) is an instrument of Magnetotelluric method which is from the Metronix. To perform the data processing of this instrument, it is needed software from Metronix itself like Mapros. The author will use the Matlab programming algorithm for data processing of the data MT?s Metronix to make it more friendly and add feature for handling noise such as robust calculation. In this study, it is used time series format (.ats) of the Metronix instrument. The reduction from outlier effect on impedance data is handled by robust calculation. The results of this study indicate curve resistivity from data processing using Matlab program with robust calculation feature showed the curve more smooth compared with the Mapros results and two-dimensional inversion model showed a significant result in the Base of Conductor determination for geothermal system. For the next research, it is expected to be able to deadband frequency influenced on data by applying digital filter, cross power selection, and remote reference on data processing.
2016
S64175
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Hikmah Ramadianti
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu target eksplorasi panas bumi adalah zona permeabilitas tinggi, yang mana zona ini biasanya berhubungan dengan banyak struktur. Pemetaan struktur pada geologi hanya mampu menunjukkan struktur permukaan saja. Kemenerusan struktur ke bawah permukaan sulit dideteksi. Hal ini dapat dilakukan dengan analisis struktur menggunakan metode Magnetotelurik (MT), yaitu induction arrows, kurva splitting dan diagram polar. Dengan menggunakan induction arrow dan diagram polar kita dapat memetakan keberadaan anomali konduktif. Spliting pada data kurva MT pada range frekuensi tinggi biasanya terjadi karena struktur di bawah permukaan. Forward modeling 3-D pun dilakukan guna memastikan struktur pada daerah tersebut, dengan model sintetik yang lebih simple dibuat berdasarkan acuan dari hasil inversi 3-D sehingga dapat mempermudah dalam melihat respon analisis induction arrows, kurva splitting dan diagram polar data MT riil lapangan. Hasil penelitian dari penelitian Lapangan ?S? ini menunjukan adanya korelasi antara struktur geologi dengan data MT baik analisis kurva splitting, induction arrows, dan diagram polar. Korelasi tersebut memperlihatkan adanya kontrol struktur yakni Sesar Sm dan Cg terhadap hadirnya zona main conductor. Zona pemboran diorientasikan sebelah Selatan Sesar Sm berarah NW-SE, dimana berdasarkan kemiringan struktur Sm ini mengarah NE-SW.
ABSTRAK
One of the geothermal exploration target is a zone of high permeability, which is usually associated with a lot of structure. Geological mapping of the structure is only able to show the structure of the surface. Continuity of structures beneath the surface difficult to detect. However, to look for structure, can be done by using the methods of structural analysis magnetotellurics (MT), such as, the induction arrows, splitting curves and polar diagram. By using induction arrow and diagram polar we can map the presence of anomalous conductive. Spliting the MT curve data at high frequency range usually occurs because of the structure below the surface. Forward 3-D modeling was done to ensure the structure of the region, with a more simple synthetic models are based on 3-D inversion results. The results of the Field "S" shows a correlation between the geological structure of the data is good MT splitting curve analysis, Induction Arrows, and a polar diagram. The correlation shows that the control structure of the Sm and Cg Fault zone to the presence of the main conductor. Zone drilling is oriented southern Sm Fault trending NW-SE, which is based on the slope of the structure of Sm leads NE-SW.
2016
S64171
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mufidatul Khoiroh
Abstrak :
ABSTRAK
Daerah di sekitar kawasan X merupakan kawasan yang berupa dataran tinggi yang berada di kawasan kompleks vulkanik. Di kawasan ini terdapat kawah panas yang menunjukkan aktivitas hidrotermal, dimana manifestasi utamanya muncul di kawasan X berupa fumarol Cd. Salah satu sasaran dalam eksplorasi panas bumi adalah menemukan titik-titik pemboran yang berkorelasi dengan zona suhu tinggi dan zona yang memiliki kriteria permeabilitas tinggi, dimana zona tersebut berkorelasi dengan struktur geologi. Berdasarkan analisis kurva pemisahan dan diagram kutub, terdapat sesar Wp 1, Ga, Wp 2, Pk, Dg, Cd, dan Jm yang umumnya berarah barat laut-tenggara. Sistem panas bumi wilayah X terutama dikendalikan oleh sesar Cd. Adanya struktur sesar memungkinkan fluida dari kawasan timur Jm, Kaipohan Wp, dan sekitar kawasan Pk mengalir sebagai imbuhan. Selain itu, berdasarkan hasil inversi 3 dimensi, data magnetotelurik menunjukkan bahwa zona alterasi sebagian besar terkonsentrasi pada kedalaman sekitar 1500 m hingga 1000 m dengan indikasi bahwa batas zona konduktor (BOC) sudah mulai terlihat. pada ketinggian sekitar 1000 m dan zona reservoir berada pada kedalaman dibawah 1000. m yang ditunjukkan dengan nilai resistivitas sedang antara 20 - 63 Ωm. Zona resistif basement pada kedalaman -3000 m ditunjukkan dengan sebaran nilai resistivitas yang tinggi, dengan sumber utama didominasi oleh pegunungan Dm, Al, dan Jm dengan satuan litologi dominan berupa lahar andesit. Zona upflow kemungkinan terletak di sekitar prospek zona Cd atau di sekitar titik MT-37, dengan arah outflow ke barat daya. Berdasarkan pengukuran panas bumi, temperatur prospek utama diperkirakan 270 0C. Lokasi sasaran pemboran dapat ditarik di sekitar geothermal Cd dengan kedalaman pemboran yang dapat ditarik sekitar 1000 m sampai 1500 m di bawah permukaan.
ABSTRACT
The area around area X is an area in the form of a plateau located in a volcanic complex area. In this area there are hot craters showing hydrothermal activity, where the main manifestation appears in region X in the form of fumarole Cd. One of the targets in geothermal exploration is to find drilling points that are correlated with zones of high temperature and zones that have high permeability criteria, where these zones are correlated with geological structures. Based on the analysis of the separation curve and polar diagram, there are faults Wp 1, Ga, Wp 2, Pk, Dg, Cd, and Jm which generally run northwest-southeast. The X region geothermal system is mainly controlled by the Cd fault. The existence of a fault structure allows fluid from the eastern region of Jm, Kaipohan Wp, and around the Pk area to flow as a recharge. In addition, based on the results of the 3-dimensional inversion, the magnetotelluric data shows that the alteration zone is mostly concentrated at a depth of about 1500 m to 1000 m with an indication that the conductor zone boundary (BOC) is already visible. at an altitude of about 1000 m and the reservoir zone is at a depth below 1000. m which is indicated by a moderate resistivity value between 20 - 63 Ωm. The basement resistive zone at a depth of -3000 m is indicated by the distribution of high resistivity values, with the main source being dominated by mountains Dm, Al, and Jm with the dominant lithological unit in the form of andesite lava. The upflow zone is likely located in the vicinity of the prospect zone Cd or around the point MT-37, with the outflow direction to the southwest. Based on geothermal measurements, the temperature of the main prospect is estimated to be 270 0C. The drilling target location can be drawn around the geothermal Cd with a drilling depth that can be drawn from about 1000 m to 1500 m below the surface.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Purbiyantoro
Abstrak :
Terdapat dua prospek panas bumi di sekitar Gunung Slamet, yaitu prospek Guci di sebelah barat laut dan prospek Baturaden di sebelah selatan dari Gunung Slamet. Menjadi sangat menarik untuk mengetahui hubungan kedua prospek tersebut, apakah prospek tersebut merupakan dua daerah prospek yang dipisahkan oleh tinggian low permeability barrier sehingga tidak akan terjadi interferensi diantara kedua prospek? Dengan melakukan deliniasi zona permeabel berdasarkan analisis data magnetotelurik dan data gravity dikorelasikan dengan data struktur geologi permukaan dan data manifestasi permukaan yang ada, diharapkan dapat mengetahui hubungan diantara kedua prospek tersebut. Dalam penelitian ini dilakukan pemrosesan dan pemodelan data geofisika menggunakan metode magnetotelurik inversi 2-D dan metode gravity 2-D forward. Pemodelan ini sangat efektif dalam mendeteksi zona-zona dengan kontras resistivitas tinggi untuk mendeliniasi zona permeabel lapangan panas bumi. Daerah prospek panas bumi Gunung Slamet dapat terdeliniasi dengan jelas berdasarkan beberapa penampang lintasan yang dibuat, yang menunjukkan daerah prospek berada di sisi sebelah barat Gunung Slamet dengan luas berdasarkan peta BOC sekitar 13 km2, dan berdasarkan peta resistivitas pada elevasi 0 meter yang dikombinasikan dengan peta struktur geologi luas daerah prospek sekitar 22 km2. Dan hasil akhir dari penelitian ini adalah memberikan rekomendasi dalam menentukan lokasi pemboran, dengan sebelumnya membuat model konseptual prospek panas bumi Gunung Slamet.
There are two geothermal prospects in the vicinity of Mount Slamet, the prospect of Guci in northwest and prospects Baturaden in the south of Mount Slamet. Be very interesting to know the relationship between the two prospects, whether the prospect of two regions separated by low permeability barrier heights so that there will be no interference between the two prospects? By doing permeable zone delineation based on data analysis magnetotelluric and gravity, correlated with surface geological structural data and existing surface manifestations, are expected to know the relationship between the two prospects. In this research, processing and modeling of geophysical data using magnetotelluric inversion method 2-D and 2-D method of gravity forward. Modeling is very effective in detecting zones with high resistivity contrast to delineate the permeable zone geothermal field. Geothermal prospect areas of Mount Slamet can be delineated clearly based on some of the tracks that made cross-section, showing the prospect area is located on the west side of Mount Slamet with broad based map BOC about 13 km2, and resistivity maps based on elevation of 0 meters, combined with the structure geological maps, the prospect area about 22 km2. And the end result of this study is to provide recommendations in determining the location of drilling, with previous a conceptual model of geothermal prospects Mount Slamet.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T-43405
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifah Ainul Azkia
Abstrak :
Lapangan geotermal “WW” adalah lapangan mature yang sudah berproduksi 24 tahun sehingga mengalami penurunan produksi khususnya daerah utara (G. Gambung) karena adanya perubahan pada reservoir. Dibutuhkan alternatif untuk meningkatkan produksi dengan menambah sumur produksi. Dalam penentuan sumur produksi dibutuhkan pemahaman yang baik mengenai keberadaan struktur geologi sebagai penanda zona permeabel dan zona bertemperatur yang tinggi. Zona temperatur tinggi dapat diidentifikasi dengan data magnetotelurik (MT). Data EDI file MT diolah menjadi peta resistivitas dan dimodelkan dalam 3-D untuk melihat persebaran nilai resistivitas per elevasi. Keberadaan struktur sesar di permukaan dapat dianalisis melalui foto udara, sedangkan struktur geologi bawah permukaan dapat diinterpretasi menggunakan metode Magnetotelluric Splitting Curve dan analisa derivatif data gravitasi. Data EDI file MT diproses untuk menghasilkan MT-Curve dan data gravitasi diolah dengan metode derivatif untuk menghasilkan peta FHD dan SVD. Hasil dari pengolahan data MT mengidentifikasi keberadaan reservoir bertemperatur tinggi berupa updome pada area G. Gambung-Wayang-Windu. Hasil pengolahan data MT dan gravitasi juga menghasilkan persebaran sesar dominan berarah relatif timurlaut-baratdaya dan baratlaut-tenggara yang teridentifikasi dipermukaan dan menerus ke bawah permukaan yang berada pada Kawasan G. Gambung-Wayang-Windu. Sesar ini meningkatkan permeabilitas karena mengontrol kemunculan manifestasi permukaan. Sehingga area rekomendasi pemboran produksi yang direncakan berada pada sekitar G. Wayang pada zona liquid reservoir. ......WW” geothermal field is a mature field that has been producing for 24 years and experiencing production decline specifically in the north (G. Gambung) due to changes of reservoir condition. This issue can be overcome by adding more production wells. In well targeting, it is necessary to gain information about the existence of geological structure as a permeable zone and high temperature zone. High temperature zone can be identified by Magnetotelluric (MT) data. EDI file from MT data then processed to obtain resistivity map and 3-dimension model as an information of subsurface resistivity. The existence of geological structure on the surface can be analysed by using remote sensing data. On the other hand, the subsurface faults can be identified by MT splitting curve and derivative analysis from gravity data. EDI file is processed to obtain MT-curve and gravity data is processed to produce FHD and SVD. The result of MT data processing shows the existence of high temperature reservoir in the form of updome in G. Gambung-Wayang-Windu area. The MT and Gravity data processing identify that faults are relatively in northwest-southeast and northeast-southwest direction on the surface and continue to the subsurface which can be found in G. Gambung-Wayang-Windu area. The faults are proven to be the permeable zones that allow surface manifestations to occur on the surface. As the result of all data integration, the future production wells will be in G. Wayang area as a liquid reservoir.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Thowwafi Alfiansyah
Abstrak :
Eksplorasi hidrokarbon di bawah batuan vulkanik menjadi sebuah tantangan besar untuk menambah cadangan minyak dan gas bumi di Indonesia. Pada penelitian ini digunakan Metode Audio-Magnetotelluric untuk memetakan perangkap structural reservoir hidrokarbon dikarenakan hasil pemetaan menggunakan gelombang seismik tidak menghasilkan data yang baik pada daerah batuan vulkanik. Survey geofisika dengan metode audio-magnetotelurik (AMT) digunakan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan berdasarkan nilai resistivitas dan nilai fasenya. Data mentah berupa data time series dari hasil pengukuran dengan menggunakan unit peralatan Phoenix Geophysics. Kemudian data diolah lebih lanjut dalam bentuk kurva resistivitas semu dan fase terhadap frekuensi. Dalam pengolahannya dilakukan berbagai filterisasi dan koreksi. Hasil akhirnya berupa penampang 2-dimensi dari line pengukuran AMT. Data hasil pemodelan AMT kemudian diinterpretasikan secara terpadu dengan data geologi. Hasil menunjukkan hubungan yang cukup baik antara data AMT dengan data geologi. Dari hasil interpretasi dapat diketahui bahwa terdapat zona patahan di daerah pengukuran dan diketahui perlapisan formasi yang membentuk sistem perminyakan. Formasi Cinambo berperan sebagai batuan induk dan juga reservoir hidrokarbon yang menyebabkan adanya migrasi primer di dalam satu formasi, sedangkan Formasi Kaliwungu berperan sebagai batuan penutup seal rock. Jebakan (trap) hidrokarbon berjenis jebakan struktural karena adanya zona patahan di daerah pengukuran. ......Exploration of hydrocarbons beneath the volcanic rock becomes a great challenge to increase oil and gas reserves in Indonesia. In this study, Audio-Magnetotelluric method is used for mapping structural trap of hydrocarbon reservoir because the mapping using seismic waves do not produce good data on the area of volcanic rock. Geophysical surveys with audio-magnetotelluric method (AMT) is used to determine the condition of the subsurface based resistivity values and phase values. The raw data in the form of time series data from the measurement results using the equipment units Phoenix Geophysics. Then the data is processed further in the form of apparent resistivity and phase curves toward frequency. In processing carried out various filtering and correction. The end result is two-dimensional cross-section of the measurement line AMT. Data from the model AMT is then interpreted in an integrated manner with geological data. The results showed a good enough relationship between data AMT with geological data. Interpretation of the results can be seen that there is a fault zone in the area of measurement and bedding known formations that form a petroleum system. Cinambo Formations act as the parent rock and hydrocarbon reservoir that led to the migration of the primary in one formation, while Kaliwangu Formations act as a cover seal rock. Hydrocarbon type trap is structural trap because there is fault zone in the area of measurement.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S66307
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>