Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hartveldt, Dolf
Baarn: Ambo, 1978
BLD 439.31 HAR t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Murti Hariyadi
"Skripsi ini menjelaskan latar belakang dan peristiwa sejarah pengambilalihan perusahaan kereta api Belanda, N.V. Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) di Sumatera Utara pada 1957-1963. Latar belakang diuraikan sejak berdirinya DSM pada 1883 sampai menjelang pengambilalihannya pada awal dekade I950-an. Adapun latar belakang utama dari peristiwa tersebut adalah masalah penyerahan Irian Barat dari Belanda kepada Indonesia yang ketika itu tidak kunjung selesai. Selain itu juga dibahas mengenai dampak dari pengambilalihan tersebut terhadap DSM sejak pengambilalihan dilakukan sampai 1963. Pada saat itu Pemerintah Pusat di Jakarta akhirnya menasionalisasi DSM, membubarkan perusahaannya, dan menggabungkan DSM ke dalam bagian dari PNKA (Perusahaan Nasional Kereta Api) milik negara.
Fakta setelah terjadinya aksi pengambilalihan itu adalah usaha PKI (Partai Komunis Indonesia) melalui SBKA (Serikat Buruh Kereta Api) untuk menguasai DSM yang merupakan salah satu alat ekonomi dan transportasi penting di Sumatera Utara. Upaya ini mendapat harnbatan dari Angkatan Darat (Tentara Teritorium I Sumatera Utara) sebagai penguasa sementara atas DSM. Pengambilalihan DSM itu sendiri tidak lain dari bentuk pertentangan kepentingan antara golongan komunis (Serikat Buruh DSM) dengan kaum kapitalis (pemilik DSM) di Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12490
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewik Untarawati
"ABSTRAK
Pelabuhan Belawan merupakan pelabuhan yang terletak di dekat Kota Medan, Sumatera Utara. Pada awal abad ke-19, Pelabuhan Belawan bukan merupakan pelabuhan yang besar dan penting. Ekspansi Pemerintah Hindia Belanda di Sumatera Utara dengan pendirian perusahaan-perusahaan perkebunan seperti Deli Maatschappij pada 1869, telah merubah Pelabuhan Belawan menjadi pelabuhan besar (Grote Haven) yang ramai dikunjungi oleh kapal-kapal asing. Perkembangannya semakin signifikan pada tahun 1930-an dimana Pelabuhan Belawan menjadi pelabuhan terbesar ketiga di Hindia Belanda. Artikel ini membahas mengenai bagaimanakah transformasi Pelabuhan Belawan menjadi pelabuhan besar dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi perubahan Pelabuhan Belawan menjadi salah satu pelabuhan terpenting di Hindia Belanda. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah metode sejarah yang meliputi heuristic, kritik, interpretasi, dan historiografi. Keberadaan perusahaan besar Deli Maatschappij yang memperkenalkan komoditi tembakau di pasaran internasional, telah membuat banyak negara asing menginvestasikan sahamnya bahkan membangun perusahaan perkebunan di wilayah Deli. Hubungan kerjasama dan jaringan perdagangan yang luas di antara pengusaha-pengusaha Singapura, Cina, Amerika, dan negara-negara Eropa Barat lainnya telah meningkatkan volume perdagangan dan pelayaran dari dan menuju Pelabuhan Belawan. Peningkatan sektor perkebunan dengan variasi komoditi ekspor yang penting menjadi faktor berkembangnya Pelabuhan Belawan. Tahun 1938, Belawan telah menjadi pelabuhan utama di Hindia Belanda dengan jumlah tonase ketiga terbesar, setelah pelabuhan di Jakarta dan Surabaya."
Jakarta: Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018
790 ABAD 2:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indera
"Pembangunan infrastruktur kereta api di Sumatera Timur merupakan jawaban dalam rangka memenuhi kebutuhan pemerintah kolonial Belanda untuk eksploitasi komoditas ekspor yang tumbuh pesat. Tantangan ini dapat dipenuhi DELI SPOORWEG MAATSCHAPPIJ (DSM) yang memberi arti mampu mengimbangi laju pertumbuhan ekonomi perkebunan swasta. Hal ini didukung pendapat JACOBUS WEISFELT, bahwa DSM telah menyumbangkan dasar pembangunan ekonomi wilayah pantai timur Sumatera. THEE KIAN WIE, menyatakan keberhasilan kegiatan-kegiatan industri perkebunan di Sumatera Timur berlandaskan pada pembangunan sistem jalan kereta api. KARL.J.PELZER, menyebutkan pembangunan jalan rel kereta api mempunyai dampak yang luar biasa pada pola pemukiman kota sehingga muncul kota-kota perdagangan. TSUYOSHI KATO, melihat salah satu aspek perubahan kehidupan masyarakat karena pembangunan sistem transportasi kereta api. Sehingga transportasi kereta api memiliki akses terhadap industri perkebunan, pertambangan, perdagangan, dan hubungan masyarakat kota dan desa.
Faktor-faktor apa yang menyebabkan DSM (1883-1940) dapat tumbuh dan berkembang ? Suatu perusahaan akan tumbuh dan berkembang karena mengarah pada kekuatan monopoli, kerjasama vertikal, diversifikasi usaha yang dilakukan dengan keseimbangan terus menerus. Berdasarkan penelitian dengan pengukuran empiris kuantitatif, maka dapat diuji dan terbukti bahwa kekuatan sistem monopoli merupakan cara yang sangat menguntungkan bagi perusahaan yang tidak ada persaingan. Kerjasama vertikal memiliki arti akan tanggungjawab hanya ada pada garis lurus dari bawah ke atas. Diversifikasi usaha merupakan tindakan tepat dalam sistem manajemen perusahaan melalui pengelolaan jaringan telepon, pembangunan fasilitas perumahan dan sistem sewa gudang.
Pertumbuhan dan perkembangan DSM di Sumatera Timur, terbukti dengan realisasi pembangunan jaringan rel kereta api sepanjang 553,254 km yang mampu menjangkau 79 kota-kota kecil yang sebagian telah berubah menjadi kota-kota perdagangan. Angkutan kereta api merupakan sarana yang paling efektif untuk mempertemukan antara produsen dan konsumen, tentu terkait dalam arus permintaan dan penawaran."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T3272
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Servulus Erlan De Robert
"Perekonomian kolonial yang diatur oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda dalam abad ke-20 pada dasarnya merupakan kepanjangan dari kebijakan politik ekonomi negara induknya yang tidak lepas dari perkembangan ekonomi di Eropa dan dunia. Dalam sektor pertambangan, pemerintah juga melibatkan diri dalam bentuk kepemilikan saham. Dalam kasus pertambangan timah di pulau Belitung, stabilnya harga timah dan tingginya keuntungan yang diperoleh perusahaan swasta yang memegang hak konsesi eksploitasi timah (Billiton Maatschappij) mengakibatkan pemerintah mengambilalih kepemilikan saham mayoritas dalam perusahaan termaksud sehingga kebijakan perusahaan dapat diatur secara langsung oleh pemerintah serta keuntungan yang diperoleh sebagian besar dapat masuk ke kas pemerintah. Tulisan ini secara umum menjelaskan keterlibatan pemerintah dalam perekonomian kolonial, khususnya dalam pertambangan timah Belitung ketika sebuah perusahaan bersama dibentuk, yang menggabungkan saham pemerintah dan swasta, bernama Gemeenschappelijke Mijnbouwmaatschappij Billiton. Tulisan yang dibuat menggunakan metode sejarah ini sebagian besar berkisar pada hal-hal historis, khususnya dalam aspek perekonomian dan pertambangan, yang didukung oleh literatur yang menginfomasikan hal-hal seputar keterlibatan pemerintah kolonial dalam perekonomian, khususnya pertambangan timah di pulau Belitung.

Basically, colonial economic, which is regulated by colonial government in Nederland-Indies in 20th century is the extension from political policy of mother country which is depends on economic dynamics in Europe and the world. In mining sector, the government also involved himself in form of share ownership. In case of tin mining in Belitung Island, the stability of tin price and the high amount of revenue in private company (Billiton Maatschappij) causes the acquisition of majority share by government so he could made the policies of the company directly and the bigger revenue could be obtained. In general, this writing explains the government involvement in colonial economic, especially in tin mining of Belitung Island when the holding company was formed, that fused the share between government and private company, named Gemeenschappelijke Mijnbouwmaatschappij Billiton. The historical method-use writing talk mostly in historical things, especially in economic and mining aspect, with supported by literatures inform about colonial government involvement in colonial economic, especially in tin mining in Belitung Island.
"
2014
S57683
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaenal Abidin
"KPH (Koninklijke Paketvaart-Maatschappij) adalah perusahaan pelayaran Belanda yang memegang hak monopoli atas pelayaran antarpulau di Indonesia sejak 1890. Dalam mempertahankan monopolinya KPM mempergunakan berbagai cara yang sifatnya menghambat, seperti tidak memberikan fasilitas baik itu pelabuhan maupun pinjaman bank terhadap para pesaingnya. Akibatnya perusahaan-perusahaan pelayaran yang dikelola oleh pribumi sulit berkembang. Tahun 1942-1945, KPM menghentikan sementara usaha pelayarannya karena pendudukan Jepang terhadap Indonesia. Setelah Indonesia merdeka tahun 1945, bersamaan dengan datangnya kembali Belanda di Indonesia, KPM kembali menjalankan usaha pelayarannya di Indonesia. Sementara itu Pemerintah Indonesia yang telah merdeka menganggap bahwa kembalinya KPM di Indonesia menimbulkan kecurigaan terhadap kembalinya dominasi modal asing di Indonesia. Untuk itulah Pemerintah berkeinginan untuk menggantikan peranan KPM di Indonesia, maka baru pada tahun 1952 Pemerintah Indonesia membentuk PELNI (Perlayaran Nasional Indonesia). Dalam perkembangannya sejak berdirinya PELNI mengalami berbagai hambatan dalam usaha perkembangannya salah satunya adalah masih beroperasinya KPM di Indonesia. Sejak tahun 1957, ketika KPM dinasionalisasi oleh Pemerintah Indonesia, maka PELNI sebagai perusahaan dalam negeri yang paling dominan menggantikan peranan KPM. PELNI mengalami berbagai kemajuan yang menyolok baik itu jumlah armada, pangsa muatan barang dan penumpang, serta luasnya pengoperasian. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peristiwa nasionalisasi KPM tahun 1957 merupakan titik tolak berkembangnya pelayaran nasional Indonesia..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S12635
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Ramanda
"Artikel ini membahas tentang dinamika jalur kereta api Batavia-Karawang tahun 1884-1898 mulai dari masa pembangunan hingga beroperasi. Karya penelitian ini berbeda dengan karya sebelumnya yang hanya membahas secara luas transportasi kereta api di Batavia dan karya lainnya yang tidak membahas secara menyeluruh tentang jalur Batavia-Karawang. Karya ini difokuskan kepada dinamika jalur kereta api Batavia-Karawang mulai dari pembangunan jalur sampai beroperasi. Dari penelitian ini dapat dijelaskan bahwa dari pembangunan hingga beroperasinya jalur ini membuat suatu perubahan sosial dan ekonomi di masyarakat. Beberapa masyarakat ada yang diuntungkan dan juga ada yang dirugikan. Pengoperasian jalur ini juga secara langsung memberikan dampak yang sangat besar bagi daerah di sekitarnya. Kelancaran mobilisasi dan distribusi barang membuat suatu kemajuan yang besar di daerah Batavia. Penelitian ini dibatasi sampai jalur ini diambil alih oleh Staatspoorwegen pada tahun 1898. Pada penulisan artikel ini, peneliti menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari 4 tahap yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Artikel ini ditulis menggunakan data yang didapatkan peneliti melalui studi literature berupa arsip perusahaan, arsip pemerintah, syair, buku, koran, gambar, dan peta.

This article discusses the dynamics of the Batavia-Karawang railroad in 1884-1898, starting from the time when construction could work. This research work differs from the previous work which only discussed extensively the railroad transportation in Batavia and other works that did not thoroughly discuss the Batavia-Karawang route. This work is focused on the dynamics of the Batavia-Karawang railroad, from track construction to railway lines. From this research, it can be seen that from development to the operation of this route, it has made social and economic changes in society. Some people have benefited and some have lost. The operation of this route also has a direct impact on the surrounding area. The smooth mobilization and distribution of goods made great progress in the Batavia area. This research until this path was taken over by Staatspoorwegen in 1898. In this study, researchers used historical research methods consisting of 4 stages, namely heuristics, criticism, interpretation, and historiography. This article was written using data obtained by researchers through literature studies in the form of company archives, government archives, poetry, books, newspapers, pictures, and maps."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library