Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Agus Edy Pramono
Abstrak :
ABSTRAK
Rekayasa material komposit karbon-karbon dapat dibuat dari serbuk karbon limbah organik cangkang kelapa dan serbuk karbon limbah batubara, dengan matriks coal tar pitch sebagai bahan perekat yang adalah limbah residu dari proses gasifikasi batubara. Komposit karbon-karbon berbahan limbah belum banyak dikembangkan di Indonesia. Limbah organik tersedia sangat melimpah, oleh karena itu penelitian ini difokuskan untuk meningkatkan nilai tambah limbah organik dari bahan tidak bernilai menjadi bahan yang berguna secara teknologi dan bernilai tinggi. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menentukan ?karakteristik mekanik: ketahanan aus dan konduktivitas elektrik komposit karbon-karbon berbasis limbah organik karena pengaruh rasio komposisi, ukuran serbuk karbon dan temperatur tekan panas?. Proses fabrikasi dalam penelitian ini dimulai dengan karbonisasi cangkang kelapa dan penggilingan menjadi serbuk karbon, pencampuran dengan serbuk karbon batubara dalam rasio komposisi: karbon batubara 60%, 70% dan 80% berat, dicampur karbon cangkang kelapa 40%, 30% dan 20% berat, dengan ukuran serbuk mesh 100, 150, 200, dan 250. Berat campuran serbuk sebagai penguat komposit dicampur dengan matriks coal tar pitch dalam rasio berat 70%:30%. Campuran serbuk karbon dan coal tar pitch dipadatkan dan dipanaskan dalam cetakan dengan tekanan 778,75 bar dan temperatur 100°C. Sampel pra bentuk tersebut diproses curing pirolisis pada temperatur 500°C. Hasil pengujian karakteristik laju aus, kekuatan impak dan konduktivitas elektrik menunjukkan bahwa persentase berat kandungan karbon cangkang kelapa meningkat, laju aus turun, komposit makin keras. Ukuran serbuk semakin kecil, laju aus cenderung turun. Nilai laju aus terbaik (paling rendah) adalah 0,056 mm3/Nm, hal ini dihasilkan oleh komposit karbon-karbon dengan rasio komposisi karbon batubara 60% dan karbon cangkang kelapa 40%, pada ukuran serbuk mesh 200. Persentase berat kandungan serbuk karbon cangkang kelapa meningkat, kekuatan impak Charpy meningkat, komposit semakin tangguh. Ukuran serbuk karbon semakin kecil, kekuatan impak Charpy meningkat. Nilai kekuatan impak Charpy tertinggi adalah 0,95 kJ/m2, ini dihasilkan oleh komposit karbon-karbon dengan rasio komposisi karbon batubara 60% dan karbon cangkang kelapa 40%, pada ukuran serbuk mesh 200. Konduktivitas elektrik tertinggi adalah 3,4 S/m, ini dihasilkan oleh komposit dengan rasio komposisi serbuk karbon batubara 80% dan serbuk karbon cangkang kelapa 20%, pada ukuran serbuk karbon mesh 150. Persentase berat kandungan serbuk karbon batubara meningkat, konduktivitas elektrik cenderung meningkat.
ABSTRACT
The engineering of carbon-carbon composite material can be made of carbon powder of coconut shell waste and carbon powder of coal waste, with coal tar pitch as an adhesive matrix material which is the residue waste from the coal gasification process. Carbon-carbon composites made of waste has not been developed in Indonesia. Organic wastes are very abundant, therefore, this research will focus to increase the added value of organic waste, from worthless materials into useful materials in technology and high value. In general, this study aims to determine "the mechanical characteristics: wear resistance and electrical conductivity of carbon-carbon composites based on organic waste due to the influence of composition ratio, the size of the carbon powder and the temperature of hot press". Fabrication process in this study was started with the carbonization of coconut shell carbon and grinding into powder, mixing it with coal carbon powder in the ratio of the composition of: coal carbon 60%, 70% and 80% by weight, mixed with coconut shell carbon 40%, 30% and 20% by weight, with a size of 100, 150, 200, and 250 mesh powder. Weight of the mixture as composite powder was mixed with a matrix of the coal tar pitch in a weight ratio 70%: 30%. The Mixture of carbon powder and coal tar pitch were compressed and heated in a mold with a pressure of 778.75 bars and a temperature of 100°C. Samples were processed in the curing temperature pyrolysis at 500°C. Test results of the characteristics of wear rate, impact strength and electrical conductivity showed that the percentage by weight of coconut shell carbon content increased, the rate of wear decreased, the harder the composite. The smaller the powder size, the wear rate tends to decreased. Value of wear rate of the best (lowest) was 0.056 mm3/Nm, it was produced by carbon-carbon composites with carbon composition ratio of 60% coal and coconut shell carbon 40%, on a 200 mesh size powder. The weight percentage content of coconut shell carbon powder increased, the Charpy impact strength increased, the composites were increasingly tough. The smaller the size of the carbon powder, Charpy impact strength increased. Charpy impact strength of the highest value was 0.95 kJ/m2, it was produced by carbon-carbon composites with carbon composition ratio of 60% coal and coconut shell carbon 40%, on a 200 mesh size powder. The highest electrical conductivity was 3.4 S/m, it was produced by the composite with the composition ratio of 80% coal carbon powder and coconut shell carbon powder 20%, the size of 150 mesh carbon powder. Weight percentage of carbon content of coal increased, the electrical conductivity tends to increased.
Depok: 2012
D1309
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sasono Wibowo
Abstrak :
ABSTRAK
Limbah organik dapat dimanfaatkan untuk menyerap ionion logam berat dalain larutan Diduga yang berperan aktif adalah tannin. Untuk memperbaiki kestabilannya sebagai adsorben inaka limbah organik dipoliinerisasikan dengan formaldehida

Matras sabut kelapa mengandung kadar tannin 0,65 / Polimerisasi yang optimum diperoleh pada kondisi sebagai berikut perbandingan berat samnpel dan larutan pereaksi (asamn sulfat 0 1 2 N yang mnengandung 5% (b/b) formaldehida) 1 20 pada suhu 500C selama 2 jam Selanjutnya polimner diubah dalamn bentuk garaninya dengan merendamn dalamn NaOH 0 1 N Evaluasi sifat polimner yang dihasilkan dilakukan dengan mnenentukan serapannya terhadap ion Cu2+ dalamn proses batch

Kemampuan penyerapan polimner ditentukan oleh bentuk asam atau garamnya pH dan konsentrasi larutan Bentuk asam (pada pH larutan 4 6) menyerap ± 4 mg/9 adsorben sedangkan dalam bentuk garain (pada pH larutan 5 3) menerap :L 9 mg/9 adsorben dari larutan Cu2 100 ppm Serapan optimal terdapat pada daerah pH 4-4,5 menyerap i3 4 mg/g adsorben Polimer dalam bentuk asamnya (pada pH larutan 3) menyerap t3 +4 dan -i-lB mg/9 adsorben dan larutan 100 750 dan 3500 ppm

Berdasarkan penyerapannya kestabilan tannin dalam inatras yang tidak dipolimerisasikan dan yang dipolimerisasikan terhadap pengaruh pencucian, pemanasan dan perendaman dalam asam atau basa adalah sama Akan tetapi perendainan lebih dari 24 jam dalam NaOH 1 N serapan matras yang tidak dipoliinenisasikan cenderung turun dibandingkan dengan inatras yang telah d.pclinienisasikan
1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Teknologi Bioremediasi merupakan teknologi yang belakangan ini digunakan sebagai cara altematif penanggulangan limbah I-lidrokarbon _ Metode ini menggunakan mikroorganisme bakteri pemecah minyak seperti Rveudomanus aeruginosa untuk mendegradasi senyawa hidrokarbon sehingga dapat mcmulihkan lingkungan, tanah dan air yang tercemar.

Penelitian pengujian ketahanan dari bakteri Pseudomonas aeruginosa ini merupakan bagian dari penelitian Bioremediasi yang dilakukan di Departemen Teknik Gas dan Petrokimia. Penelitian ini dilakukan dalam kultur medium Nutrien Broth (NB) dengan menggunakan teknik pengguncangan. Proses tcrsebut berlangsung pada kondisi temperatur 35"C, kecepatan shaker 30 rpm dan tekanan I atm dengan variasi konsentrasi substrat iso-oktana yang cligunakan sebesar 800 ppm, 1600 ppm, 3200 ppm, 6400 ppm, dan 10000 ppm volum.

Secara umum hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dengan semakin tingginya konsentrasi kontaminan yang diberi kan pada sei (pada rentang substrat 800 ppm - 10000 ppm), maka semakin berkurangjumlah massa se! akhir yang dihasilkan dan laju pcrmmbuhan spesifik sel Pseudomonas aeruginosa berada pada laju yang hampir sama. Pertumbuhan terbaik sel dicapai pada konsentrasi 800 ppm dengan jurniah massa sel akhir sebesar 0.007079 gr/dmg- pada akhimya model pendekatan secara empiris terhadap laju pertumbuhan sel mcngikuti persamaan Ierusalimsky.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49530
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismaniari
Abstrak :
Anaerobic digester telah menjadi salah satu metode untuk mengolah limbah organik yang mampu menghasilkan biogas sebagai energi baru dan terbarukan. Namun, operator dan/atau pengguna teknologi anaerobic digester seringkali mengalami kendala teknis. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi perilaku pengguna teknologi anaerobic digester pada tipe pra-fabrikasi dalam operasional dan pemeliharaannya, menganalisis kinerja operasional, serta menganalisis hubungan antara perilaku dan output untuk penetapan prosedur operasional pengolahan limbah organik. Lokasi penelitian dilaksanakan di Banten, Karawang, dan Bandung karena menyesuaikan dengan proyek penempatan instalasi teknologi anaerobic digester tipe pra-fabrikasi yang masing-masing berada di daerah pesisir, pertanian, serta peternakan. Identifikasi mengenai kendala dan perilaku dalam mengoperasikan teknologi anaerobic digester yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu wawancara. Identifikasi tersebut dilakukan terhadap variabel frekuensi feeding; jumlah feeding; volume air tambahan untuk feeding; sumber air untuk feeding yang digunakan; durasi perendaman substrat dalam ember pencampur untuk feeding; pencacahan substrat untuk feeding; serta frekuensi pemeliharaan waterdrain. Sedangkan, metode kuantitatif juga digunakan dengan melakukan pengukuran beberapa parameter lingkungan yaitu pH, temperatur, total solids, volatile solids, chemical oxygen demand, dan pengukuran produksi biogas, serta konsentrasi metana pada biogas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua variabel identifikasi perilaku pengguna unit anaerobic digester pada tipe pra-fabrikasi mampu mempengaruhi kinerja operasional unit anaerobic digester secara signifikan, yakni volume air yang ditambahkan untuk feeding mampu mempengaruhi warna api dan kestabilan tekanan biogas (p<0,05) serta variabel identifikasi durasi perendaman substrat untuk feeding mampu menghasilkan produk biogas lebih banyak ±13,3% (p<0,05). Dengan demikian, penambahan volume air dan durasi perendaman substrat dapat menjadi perilaku yang efektif dalam menghasilkan biogas. Rata-rata hasil kinerja operasional unit anaerobic digester tipe pra-fabrikasi menghasilkan nilai TSR (84,3±48,35%); VSD (61,4±70,62%); dan CODR (75±69,26%). Sementara, pH output sudah optimum sebesar 7,2±0,51. Parameter temperatur sampel input dan output tergolong mesofilik, masing-masing sebesar 28,1±1,990C dan 27,7±2,010C. Sedangkan, produksi biogas dan kadar metana menghasilkan nilai masing-masing sebesar 498±456,36 Lbiogas/kgVS dan 214±183,41 LCH4/kgVS. ......Anaerobic digester is getting widely known for its capability to treat organic waste into renewable energy. However, its operators and/or users often experienced technical problems. Therefore, this study aimed to identify the pre fabricated anaerobic digester users behaviour in operational and maintenance context, analyze operational performance, as well as establish basic operational concept of organic waste treatment. The study was carried out installed anaerobic digester in Banten, Karawang, and Bandung because they were following the pre fabricated type of anaerobic digester installation project, which were located in coastal area, agriculture, and animal husbandry. The identification of pre-fabricated anaerobic digester users behaviour in operational and maintenance context used qualitative methods by means of interview. Several variables were observed and analysed in terms of feeding frequency; the total amount of feeding; additional water input and its sources; the duration of substrate immersion; pre-treatment substrate for feeding; and the frequency of waterdrain maintenance. Meanwhile, quantitative methods were also used by measuring several environmental parameters, such as pH, temperature, total solids, volatile solids, chemical oxygen demand, and measuring biogas production, as well as the concentration of methane in biogas. The results showed that the additional water and the duration of substrate immersion significantly affected the performance of anaerobic digester. Added water could influence the color of the fire and the stability of the biogas pressure p<0,05, while the duration of the substrate immersion increased biogas production by up to ±13,3% p<0,05. The measurement of anaerobic digester showed TSR values ​​84,3±48,35%; VSD 61,4±70,62%; and CODR 75±69,26%. The optimum pH of effluent was 7,2+0,51, while the temperature of substrate input and effluent were classified as mesophilic, with value of 28,1±1,990C and 27,7±2,010C, respectively. Whereas, biogas and methane were produced by up to 498±456,36 Lbiogas/kgVS and 214±183,41 LCH4/kgVS, respectively.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Maulida Zulaichatin
Abstrak :
Stabilitas merupakan salah satu parameter yang menunjukkan sejauh mana bahan organik yang mudah terurai (biodegradable) telah terdekomposisi. Berbagai metode digunakan untuk mengukur tingkat stabilitas bahan organik, diantaranya metode static respiration index (SRI) dan dynamic respiration index (DRI). Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik dan menganalisa stabilitas sampel sampel sampah makanan, sampah kebun, sampah organik, sampah kota, sampah buah, limbah pabrik tahu, dan kotoran sapi yang digunakan dalam penelitian berdasarkan kadar air, volatile solids, rasio C/N, kadar lignin, serta nilai SRI, dan DRI, serta menentukan metode yang tepat untuk pengolahan lanjutan pada sampel limbah organik yang tidak stabil. Penelitian ini menggunakan sampel limbah organik dari 9 tempat yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan nilai SRI dan DRI yang paling tinggi adalah sampel limbah pabrik tahu yaitu sebesar 13,3995 mgO2g-1OM-1h-1 dan 148,3747 mgO2g-1OM-1h-1. Selain itu, sampel yang dikomposkan yaitu limbah pabrik tahu dan kotoran sapi dengan campuran cangkang kelapa dan serabut kelapa selama 14 hari. Hasil pengomposan menunjukkan bahwa persentase efektifitas pengomposan sampel limbah pabrik tahu sebesar 99,94% pada hari ke-3 pengomposan. Sedangkan, pada sampel kotoran sapi persentasenya sebesar 99,17% pada hari ke-7.
Stability is one parameter which shows how far biodegradable organic matter has decomposed. Various methods are used to measure the level of stability of organic materials, including static respiration index (SRI) and dynamic respiration index (DRI) methods. The purpose of this study was to identify the characteristics and analyze the stability of samples of food waste, garden waste, organic waste, municipal waste, fruit waste, tofu factory waste, and cow dung used in research based on water content, volatile solids, C/N ratio, lignin content, also the value of SRI, and DRI, and determine the appropriate method for further processing in unstable organic waste samples. This study uses organic waste samples from 9 different places. The results showed the highest SRI and DRI were tofu factory waste sample which were 13,3995 mgO2g-1OM-1h-1 dan 148,3747 mgO2g-1OM-1h-1. In addition, composted samples are tofu factory waste and cow dung with a mixture of coconut shells and coconut fibers for 14 days The composting results showed that the percentage of composting effectiveness of tofu factory waste samples was 99,94% on the 3rd day of composting. Whereas, on cow dung samples the percentage is 99,17% on the 7th day.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Paraginta Basaria
Abstrak :
Kinerja anaerobic digestion (AD) sebagai solusi teknologi pengolahan sampah organik dapat ditingkatkan dengan pra-pengolahan mekanis, pencacahan. Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh ukuran partikel sampah organik terhadap potensi pembentukan gas CH4 serta menganalisis ukuran partikel optimumnya dalam skala laboratorium BMP. Parameter yang diuji yaitu TS, VS, COD, C/N, VFA, pH, dan alkalinitas. Penelitian dilakukan selama 35 hari dengan suhu 35°C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran partikel memiliki pengaruh pada proses hidrolisis, tetapi tidak begitu berpengaruh pada proses metanogenesis. Partikel berukuran 13-10 mm menghasilkan gas CH4 dengan rata-rata 114,7 mL atau sebesar 72,82% dari biogas dengan potensi 0,277 L CH4/gr VS, ukuran 10-4,76 mm dengan rata-rata 101,7 mL atau sebesar 76,04% dari biogas memiliki potensi 0,208 L CH4/gr VS, dan ukuran 4,76-2 mm dengan rata-rata 110,9 mL atau sebesar 75,14% dari biogas memiliki potensi 0,229 L CH4/gr VS. Perbedaan ukuran partikel nyatanya memiliki pengaruh yang besar dalam proses hidrolisis, hal ini dibuktikan dari perbedaan nilai VFA yang dihasilkan secara signifikan. Partikel 13-10 mm menghasilkan VFA sebanyak 19,25 mg/L, sementara partikel 4,76-2 mm menghasilkan VFA sebanyak 118,1 mg/L. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ukuran partikel memberi pengaruh besar pada laju hidrolisis dan asidogenesis, namun tidak begitu berpengaruh pada potensi pembentukan gas CH4. Melihat kepada volume gas CH4 yang dihasilkan maupun potensi gas CH4 yang dapat tercipta dari VS, tidak ada satupun rentang partikel yang lebih unggul dibandingkan yang lain, sehingga tidak terdapat ukuran partikel yang optimum dalam pembentukan gas CH4. Tetapi jika melihat kepada aspek biaya dan energi yang diperlukan untuk mencacah, maka partikel dengan rentang 13-10 mm merupakan ukuran yang paling menguntungkan.
Performance anaerobic digestion (AD) of organic waste processing technology solutions can be improved by pre-mechanical processing, chopping. The research objective was to analyze the effect of particle size of organic waste to the potential formation of CH4 and analyze the optimum particle size in a laboratory scale BMP. The parameters examined are TS, VS, COD, C/N, VFA, pH, and alkalinity. The study was conducted for 35 days with a temperature of 35°C. The results showed that the particle size has an influence on the process of hydrolysis, but not so influential in the process of methanogenesis. Particles size 13-10 mm produce CH4 gas with an average of 114.7 mL or by 72.82% of the biogas and potential of 0.277 L CH4 / g VS, size 10-4.76 mm with an average of 101.7 mL or amounting to 76.04% of the biogas has the potential of 0.208 L CH4 / g VS, and size 4.76-2 mm with an average of 110.9 mL or by 75.14% of the biogas has the potential of 0.229 L CH4 / g VS. Differences in particle size in fact has a great influence in the process of hydrolysis, it is evident from the difference in value generated significant VFA. VFA from particles 13-10 mm produce as much as 19.25 mg / L, while particles of 4.76-2 mm produce VFA as much as 118.1 mg / L. Thus, it can be concluded that the particle size to give a major influence on the rate of hydrolysis and asidogenesis, but not so influential on the potential formation of CH4. Looking at the volume of gas produced and the potential CH4 gas that can be created from VS, none of the range of particles that are superior to the others, so there is no optimum particle size in the formation of CH4. But if you look at the aspect of cost and energy needed for chopping, then the particles with a size range of 13-10 mm is the most profitable.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64940
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Martha Theresia Juliana Br.
Abstrak :
Limbah organik yang berpotensi menjadi sumber energi dengan metode anaerobic digestion seringkali mengalami ketidaksabilan karena konsentrasi VFAs yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan produksi metana pada AD dengan kombinasi dua substrat yaitu limbah organik (LO) dan kotoran sapi (KS) yang berperan sebagai buffer dengan uji biochemical methane potential (BMP). Uji BMP dilakukan selama 35 hari pada suhu ±35⁰C dengan mengukur volume dan persentase biogas setiap minggu serta pengujian karakteristik awal dan akhir sampel. Volume metana pada setiap variasi perbandingan sampel tidak menunjukkan adanya perbedaan pada minggu ke-5 kecuali pada perbandingan LO /KS :12/1 dengan 3/1, dimana sampel dengan perbandingan 3/1 memiliki potensi yang paling besar yaitu 0,58±0,015(n=3) LCH4/grVS. Penambahan kotoran sapi juga membuat keseluruhan variasi perbandingan stabil selama pengujian BMP terutama sampel 6:1 dengan VFAs/alkalinitas yang <0,3 walaupun rasio C/N <20.
Organic waste that could potentially be a source of energy by anaerobic digestion methods are often unstable because of the high concentration of VFAs. The purpose of this research is to increase the production of methane by anaerobic digestion with two substrates combination The combination is between organic waste and cow manure which acted as a buffer with a biochemical methane potential testing. BMP testing conducted over 35 days at a temperature of ± 35⁰C by measuring the volume and percentage of biogas every week and testing the characteristics of the beginning and end of the sample. The result of the sample variation is that the volume of methane did not show any difference in the 5th week except in comparison organic waste / cow manure: 12/1 to 3/1, but the sample with a ratio of 3/1 has the greatest potential, namely 0,58 ± 0.015 (n = 3) LCH4 / grVS. With the addition of cow manure also makes the conditiin of overall variation is stable during testing BMP with VFAs / alkalinity <0.3 although C / N ratio of each variation is <20.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63370
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Izzah Mujahidah Edwar
Abstrak :

Banyaknya limbah makanan yang dihasilkan masyarakat menjadi salah satu akar permasalahan sampah di Indonesia, khususnya limbah buah dan sayur. Contoh buah dan sayur yang banyak menghasilkan limbah adalah kulit nanas dan batang brokoli, dengan jumlah berturut-turut mencapai 867 dan 572 ton. Salah satu upaya untuk mengurangi jumlah limbah tersebut adalah dengan mengolahnya menjadi eko-enzim. Pada penelitian ini, eko-enzim difermentasi menggunakan limbah kulit nanas, batang brokoli, serta campuran antara keduanya (dengan perbandingan 1:1) selama 1, 2, dan 3 bulan. Kemudian, larutan eko-enzim disaring dan menghasilkan karakteristik berupa pH 3,4, BOD  40 ppm, COD 76963 ppm, serta TDS 5465 ppm. Selain itu, berdasarkan hasil uji jenis bakteri menunjukkan bahwa sampel eko-enzim mengandung bakteri hidrokarbonoklastik yang dapat mendegradasi senyawa hidrokarbon dalam limbah minyak bumi. Di sisi lain, sebagai cairan multifungsi, eko-enzim berpotensi dalam pengolahan limbah cair. Oleh karena itu, pada penelitian ini eko-enzim digunakan untuk mengolah air limbah hasil kegiatan pengolahan miyak bumi dengan karakteristik pH 6,3, BOD 108 ppm, dan TDS 2880 ppm. Air limbah tersebut kemudian dicampur dengan eko-enzim menggunakan rasio 1:20, 1:10, dan 3:20, lalu didiamkan agar terjadi penguraian selama 0, 3, 7, dan 28 hari. Hasilnya, penggunaan eko-enzim nanas dengan rasio 1:20 dan waktu penguraian selama 7 hari cukup potensial untuk menurunkan nilai BOD sebanyak 62% dan TDS air limbah hasil kegiatan pengolahan minyak bumi sejumlah 36%, tetapi  memiliki efek samping menurunkan pH. Hasil produksi eko-enzim dari riset ini mampu bersaing dengan eko-enzim komersil dengan keunggulan dari segi pH dan BOD. Selain itu, rasio eko-enzim dengan limbah cair serta waktu penguraian turut mempengaruhi hasil olahan limbah yang diperoleh. Semakin tinggi rasio eko-enzim dengan limbah cair menyebabkan semakin rendah nilai pH dan semakin tinggi nilai TDS hasil olahan limbah, sedangkan variabel bebas tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap BOD. Semakin lama waktu penguraian menyebabkan semakin tinggi nilai pH, serta semakin rendah nilai BOD dan TDS hasil olahan limbah. ......Indonesia's waste problems are brought on by the amount of food waste produced by community, especially fruit and vegetable waste. Examples of fruits and vegetables that produce a lot of waste are pineapple peels and broccoli stems, with the amounts reaching 867 and 572 tons, respectively. One effort to reduce the amount of waste is to process it into eco-enzymes. In this study, eco-enzymes were fermented using pineapple peel waste, broccoli stems, and a mixture of those two ingredients (with a ratio of 1:1) for 1, 2, and 3 months. Then, the eco-enzyme solution is filtered and produced characteristics in the form of pH 3,4–3,6, BOD 40–68 ppm, COD 49763–76963 ppm, and TDS 5240–6535 ppm. In addition, based on the results of bacterial-type tests, eco-enzyme samples contain hydrocarbonoclastic bacteria that can degrade hydrocarbon compounds in petroleum. On the other hand, as a multifunctional liquid, eco-enzymes have potential in the treatment of liquid waste. Therefore, in this study, eco-enzymes were used to treat wastewater from petroleum processing activities with characteristics of pH 6,3, BOD 108 ppm, and TDS 2880 ppm. The wastewater was then mixed with eco-enzymes using a ratio of 1:20, 1:10, and 3:20, then left for decomposition in 0, 3, 7, and 28 days. The result shows that the use of pineapple eco-enzyme with a ratio of 1:20 and a decomposition period of 7 days reduced the BOD by 62% and the TDS values of wastewater generated from petroleum processing activities by 36%, but it has the side effect of acidifying the pH. The eco-enzyme produced from this research is able to compete with commercial eco-enzymes, with advantages in terms of pH and BOD. Additionally, the ratio of eco-enzyme to wastewater and the decomposition period also affects the quality of the treated waste. A higher ratio of eco-enzyme to liquid waste leads to lower pH values and higher TDS values in the treated wastewater, while these independent variables do not significantly affect the BOD. A longer decomposition period results in higher pH values, as well as lower BOD and TDS values in the treated wastewater.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>