Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rengganis Pranandari
Abstrak :
Penggunaan antibiotik intravena dengan durasi berkepanjangan dapat meningkatkan lama dan biaya rawat inap. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh switching antibiotik intravena ke oral terhadap lama dan biaya rawat inap pasien di RSUD Kota Depok. Rancangan penelitian yang digunakan adalah kohort prospektif. Kriteria inklusi adalah pasien rawat inap RSUD Kota Depok yang mendapatkan antibiotik intravena saat awal perawatan pada bulan Oktober 2014 sampai Mei 2015. Sampel penelitian terdiri dari 39 pasien switching sebagai kelompok terpapar dan 39 pasien tidak switching sebagai kelompok tidak terpapar. Alat pengumpul data menggunakan catatan medik pasien dan data keuangan dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) RSUD Kota Depok. Analisis data menggunakan uji Mann-Whitney dan uji Chi-Square atau uji Fisher. Hasil menunjukkan antibiotik yang paling sering digunakan untuk switching adalah seftriakson intravena (83,3%) dan sefiksim oral (94,8%). Terdapat 5 pola switching, sebagian besar dari seftriakson intravena ke sefiksim oral dan dilakukan pada pasien gastroenteritis akut. Seluruh antibiotik yang digunakan sesuai dengan Formularium Nasional, dan ada satu antibiotik (metronidazol 5 mg/ml) yang tidak sesuai dengan Formularium RSUD Kota Depok tahun 2013-2014. Switching antibiotik tidak berpengaruh terhadap lama dan biaya rawat inap pasien di RSUD Kota Depok, tetapi komorbiditas berpengaruh bermakna. Switching antibiotik berpengaruh terhadap lama penggunaan antibiotik intravena dan biaya antibiotik.
The prolonged use of intravenous antibiotics might cause the increasing of length of stay and cost. The research objective was to evaluate the effect of switching antibiotics to the length of stay and cost of inpatients in RSUD Kota Depok. The design used was prospective cohort. Inclusion criteria were inpatients who had got intravenous antibiotics when treated on early October 2014 until May 2015. The sample consist of 39 patients switching as an exposed group and 39 patients who are not switching as an unexposed group. The data was collected using the patient medical records and the financial data from Hospital Information System (SIRS) RSUD Kota Depok. Mann-Whitney test and Chi-Square or Fisher's exact test has been applied to analyze the data. The results obtained that the most commonly used antibiotics for switching were intravenous ceftriaxone (83,3%) and oral cefixime (94,8%). From the 5 switching patterns, the most widely performed was from intravenous ceftriaxone into oral cefixime applied on acute gastroenteritic patients. All of antibiotics used were in accordance with Formularium Nasional. Only metronidazol 5 mg/ml was not following Formularium RSUD Kota Depok 2013-2014. Switching antibiotics was not influenced the length of stay and cost, however, comorbidities was influenced. Switching antibiotics was influenced duration of intravenous antibiotics and cost of antibiotics.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T44644
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efata Bilvian Ivano Polii
Abstrak :
Latar belakang : Pneumonia komunitas (PK) merupakan penyakit dengan angka kejadian morbiditas dan mortalitas yang tinggi secara global. Sebagai penyakit infeksi maka respons inflamasi bisa diukur melalui beberapa serum biomarker yang bisa digunakan sebagai prediktor untuk lama rawat. Identifikasi pasien risiko tinggi lama rawat yang panjang dengan menggunakan kombinasi beberapa serum biomarker diharapkan bisa menjadi acuan dalam intervensi yang cepat dan tepat termasuk didalamnya penggunaan antibiotik sehingga berpengaruh pada luaran klinis pasien PK. Tujuan : Studi ini bertujuan untuk mendapat sistem skoring dengan menggunakan beberapa serum biomarker seperti prokalsitonin, C-reactive protein (CRP), leukosit, asam laktat, D-dimer dan albumin terhadap lama rawat pasien PK sedang berat Metode : Studi ini menggunakan desain kohort prospektif pasien PK sedang berat yang dirawat di IGD/ICU/HCU RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo periode Mei 2022 s/d Juli 2023. Variabel-variabel prediktor lama rawat pasien PK sedang berat didapatkan dari hasil analisis multivariat dengan regresi logistik. Hasil : Dari total 360 subjek yang memiliki lama rawat > 14 hari sebanyak 204 subjek (56,67%) dan ≤ 14 hari sebanyak 156 subjek (44,44%). Variabel prediktor yang secara konsisten mempengaruhi lama rawat adalah asam laktat dengan RR 1,305 (IK 95% 1,097 – 1,551, p=0,003) dan albumin dengan RR 2,234 (IK 95% 1,164– 2,156, p=0,003). Performa determinan dengan analisis kurva ROC menunjukkan kemampuan prediksi lemah (AUC=0,629). Performa kalibrasi dengan uji Hosmer-Lemeshow test menunjukkan validasi baik (0,562). Biomarker lain yang dianggap signifikan dalam analisis bivariat yaitu prokalsitonin dengan RR 1,481 (IK 95% 1,121-1,954, p=0,006) dan C-reactive protein RR 2,465 (IK 95% 1,141-5,326). Leukosit dan D-dimer tidak dinilai signifikan sebagai biomarker PK sedang berat (p = 0,947). Simpulan : Terdapat hubungan antara asam laktat dan albumin dengan lama rawat pasien PK sedang berat. Tidak terdapat model skoring lama rawat pasien PK sedang berat. ......Background: Community-acquired pneumonia (CAP) is a disease with a high global incidence of morbidity and mortality. As an infectious disease, the inflammatory response can be measured through several serum biomarkers that can be used as predictors for the length of hospital stay (LOS). The identification of patients at high risk for prolonged hospitalization using a combination of several serum biomarkers is expected to serve as a reference for prompt and accurate interventions, including the use of antibiotics, thereby influencing the clinical outcomes of CAP patients. Objective: This study aims to establish a scoring system using several serum biomarkers such as procalcitonin, C-reactive protein (CRP), leukocytes, lactic acid, D-dimer, and albumin for the length of hospital stay in patients with moderate to severe CAP. Method: This study employs a prospective cohort design involving patients with moderate to severe CAP treated in the Emergency Department (ED), Intensive Care Unit (ICU), and High-Care Unit (HCU) at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo from May 2022 to July 2023. Variables to predict for the length of hospital stay in patients with moderate to severe CAP were obtained from multivariate analysis using logistic regression. Results: A total of 360 subjects were included in this study, including 204 subjects (56.67%) with LOS more than 14 days, while 156 subjects (44.44%) had LOS of 14 days or less. The consistently influencing predictor variables for the length of hospital stay were lactate with RR 1.305 (95% CI 1.097–1.551, p=0.003) and albumin with RR 2.234 (95% CI 1.164–2.156, p=0.003). Determinant performance with ROC curve analysis showed weak predictive ability (AUC=0.629). Calibration performance with the Hosmer-Lemeshow test indicated good validation (0.562). Other biomarkers considered significant only in bivariate analysis were procalcitonin with RR 1.481 (95% CI 1.121–1.954, p=0.006) and C-reactive protein with RR 2.465 (95% CI 1.141–5.326). Leukocytes an D-dimer were not considered significant as a biomarker for moderate to severe CAP (p=0.947). Conclusion: There is a relationship between lactate and albumin with the length of hospital stay in patients with moderate to severe CAP. However, there is no scoring model for the length of hospital stay in these patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Setyowati
Abstrak :
ABSTRAK
Lama rawat merupakan salah satu indikator untuk menilai mutu pelayanan rumahsakit. Lama rawat berhubungan dengan masalah kesehatan yang dialami baikpenyakit akut maupun kronik. Tujuan penelitian ini untuk melihat gambaran lamahari rawat berdasarkan masalah kesehatan pada pasien. Desain penelitian yangdigunakan yaitu deskriptif retrospektif. Sampel penelitian ini diambil dengan tekniktotal sampling data rawat inap pasien pada tahun 2014 di RSAB Harapan Kita. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa rata-rata lama hari rawat 10 hari, kasus penyakitakut rata-rata dirawat selama 3 hari dan penyakit kronis rata-rata dirawat selama12 hari. Penelitian ini merekomendasikan perawat untuk meningkatkan mutupelayanan sehingga menurunkan lama rawat pasien.Kata kunci: lama rawat, rumah sakit, masalah kesehatan, anak.
ABSTRACT Length of stay is one indicator to assess the quality of hospital services . Length ofrelated health problem experienced by both acute and chronic disease. The purposeof this study was length of stay description based on the patient rsquo s health problems.The desain of study descriptive retrospective. The sample of study was taken bytotal sampling technique of data hospitalization of patients in 2014 in RSABHarapan Kita. The results showed that the average length of stay of 10 days , casesof acute illness on average treated for 3 days and the average chronic diseasestreated for 12 days. The study recommends that the nurses have to optimize thequality of care in order to reduce length of stay.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S66639
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sebayang, Frendy Herisca
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang sistem pelayanan teller di Bank Rakyat Indonesia Unit Johar Baru dengan menggunakan simulasi metode event diskrit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem dan waktu pelayanan nasabah yang selama ini telah berlangsung dalam perusahaan dan dari skenario yang diusulkan dapat membantu pihak bank untuk dapat semakin meningkatkan pelayanan terhadap nasabah dengan selalu memberikan pelayanan yang prima. Indikator yang menjadi penilaian kinerja pelayanan adalah waktu tunggu rata-rata length of stay yang dihasilkan mulai dari proses kedatangan nasabah hingga nasabah selesai dilayani yang dihitung dengan satuan dasar menit. Dengan mengusulkan dua skenario alternatif, yaitu pemisahan transaksi berdasarkan jenis transaksi dan menambah petugas pada counter teller, didapatkan hasil bahwa kedua skenario alternatif dapat mengurangi waktu tunggu rata-rata length of stay secara signifikan. ......The Study Investigates the flow queue of Bank Rakyat Indonesia teller service by using disecrete event simulation. The purpose of this study is to analyze the current flow of Bank Rakyat Indonesia customer service at Bank Rakyat Indonesia Johar Baru Branch Jakarta and to identify the solution which can be implemented to improve the teller service at BRI Johar Baru Branch. The indicator to measure the service flow performance is the length of stay for customer through the service process until the process is done based on minutes. With two alternative rsquo s scenario, which are separate transaction based of transactions type and add an employees at tellers counter, the result show that both of two alternative scenarios may decrease the customers length of stay significantly.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gustiane Adriani Dwisari
Abstrak :
Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) memegang peran penting dalam menentukan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien di rumah sakit. Indikator kinerja IGD, seperti Length of Stay (LOS), yang mengukur lama pasien d IGD dari kedatangan hingga pemulangan atau pemindahan, dapat memengaruhi tingkat kepadatan di IGD. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi alur pelayanan, hambatan, dan akar penyebab masalah terkait LOS di IGD. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April-Mei 2024 dengan pendekatan kualitatif studi kasus, berupa observasi pada 30 pasien, wawancara, dan telaah dokumen. Analisis data menggunakan flowchart untuk mengidentifikasi alur pelayanan, Value Stream Mapping untuk mengenali kegiatan bernilai dan menemukan waste, serta The Five Whys untuk menganalisis akar penyebab hambatan. Metode Lean Thinking digunakan untuk menghasilkan alur dan Model BAS (Baseline, Assess, Suggest Solution) dari Model BASICS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alur pelayanan pasien IGD melibatkan lima tahapan; dengan 65,5% waktu pelayanan adalah kegiatan non-value added, 23,4% kegiatan necessary but non-value added, dan 11,1% kegiatan value added, dengan total Lead Time 7 jam 55 menit 29 detik. Dari sisi pasien, waste yang terjadi meliputi waste of waiting (94,9%) dan transportation (5,1%). Bottleneck terjadi pada aktivitas menunggu terdaftar di rawat inap (25,2%), menunggu advis DPJP (22,9%), menunggu hasil pemeriksaan penunjang (22,3%), dan menunggu kesiapan rawat inap (18,2%), dengan total 88,6%. Perbaikan LOS di IGD dapat menggunakan lean tools seperti standardized work, visual management, heijunka, kaizen, dan just in time agar waste dapat dikurangi. ......Emergency Department (ED) services play a crucial role in determining the quality of care and patient safety in hospitals. Performance indicators in the ED, such as Length of Stay (LOS) which measures the duration from a patient's arrival to their discharge or transfer can significantly impact the congestion levels in the ED. This study aims to identify the service flow, obstacles, and root causes of issues related to LOS in the ED. Data collection was conducted from April to May 2024 using a qualitative case study approach, including observations of 30 patients, interviews, and document reviews. Data analysis involved using flowcharts to identify the service flow, Value Stream Mapping to recognize value-added activities and identify waste, and The Five Whys to analyze the root causes of obstacles. Lean Thinking methodology was applied to develop a service flow and the BAS (Baseline, Assess, Suggest Solution) model from the BASICS model. The study results show that the patient service flow in the ED involves five stages, with 65.5% of service time consisting of non-value-added activities, 23.4% of necessary but non-value-added activities, and 11.1% of value-added activities, resulting in a total lead time of 7 hours, 55 minutes, and 29 seconds. From the patient's perspective, the waste observed includes waiting (94.9%) and transportation (5.1%). Bottlenecks were identified in activities such as waiting to be registered for inpatient care (25.2%), waiting for specialist advice (22.9%), waiting for the results of supporting examinations (22.3%), and waiting for inpatient readiness (18.2%), totaling 88.6%. Improving LOS in the ED can utilize lean tools such as standardized work, visual management, heijunka, kaizen, and just-in-time to reduce waste.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Pendidikan kesehatan tentang cara mencegah perilaku kekerasan dapat meningkatkan kemampuan klien dan selanjutnya memperpendek lama hari rawat secara bermakna.
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Johanes Hardjono
Abstrak :
Pendahuluan. Rata-rata lama hari rawat merupakan salah satu indikator effisiensi pengelolaan rumah sakit dan juga merupakan tolak ukur pelayanan medis rumah sakit. Rata-rata lama hari rawat penderita traumatic paraplegia yang dirawat di Instalasi Rehabilitasi Media Rumah sakit Fatmawati belum diketahui dan berkisar antara 1 hari sampai dengan 360 hari. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran rata-rata lama hari rawat penderita traumatik paraplegia serta faktor-faktor apa yang berhubungan dan mempengaruhi rata-rata lama hari rawat tersebut. Metodologi. 71 Penderita traumatik paraplegia yang dapat ditelusuri . datanya melalui telaah rekam medic merupakan bagian dari 93 penderita traumatik paraplegia yang dirawat di Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati mulai awal tahun 1990 sampai dengan akhir tahun 1993. Penderita dikelompokan menurut awal kedatangan penderita yaitu penderita yang langsung dirawat di RSUP Fatmawati, penderita yang datang dari rumah sakit lain dan penderita yang pergi ke dukun terlebih dahulu. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis univariat, bivariat dengan analisis Marian dari Kruskal Wallis serta analisis regresi berganda. Hasil. Didapatkan 71 penderita traumatik paraplegia yang terdiri dari 13 orang penderita yang langsung berobat ke R.S.Fatmawati, 10 orang penderita berobat ke dukun terlebih dahulu dan 48 penderita berobat ke RS Lain terlebih dahulu. Rata-rata lama hari rawat penderita traumatik paraplegia secara umum yang dirawat di RSUP Fatmawati 100 hari, sedangkan yang langsung dirawat di RSUP Fatmawati 73 hari, yang pergi ke dukun terlebih dahulu 178 hari dan yang datang dari rumah sakit lain 104 hari. Kurangnya variasi data khususnya pada penderita yang datang langsung ke RS.Fatmawati dan penderita yang datang dari dukun terlebih dahulu menyebabkan analisis dengan uji mean tidak bisa dilakukan. Hanya penderita yang datang dari R.S.Lain dapat memenuhi syarat dan dapat dilakukan analisis. Faktor yang mempengaruhi rata-rata lama hari rawat (α = 0.05 ) adalah dekubitus. Besarnya penganth dekubitus terhadap rata-rata lama hari rawat adalah 36 had setiap peningkatan stadium ( Grade) dekubitus. Kesimpulan. Hasilpenelitian menyimpulkan bahwa rata-rata lama hari rawat penderita traumatik paraplegia yang dirawat langsung di RSVP Fatmawati terpendek dibandingkan penderita yang datang dari nwmah sakit lain atau dukun terlebih dahulu.. Rata-rata lama hari rawat penderita traumatik paraplegia dipeugatuhi oleh komplikasi dekubitus. Diharapkan hasil penelitian dan saran-saran dapat membantu dalam upaya peningkatan katalitas pelayanan penderita traumatik paraplegia tidak saja terbatas bagi RSUP Fatmawati tetapi bagi rumah sakit lainnya di Indonesia. ...... Introduction. The average length of stay is one of the indicator of hospital management efficiency and also a parameter of hospital medical services. The average length of stay of paraplegia traumatic patient which is treated at RSUP Fatmawati hasn't been known yet and the range are from 1 to 360 days. Purpose. The purpose of this research is to gain the profile of the average length of stay of paraplegia traumatic patient and its connected and influencing factors. Methodology. 71 traumatic paraplegia were observed from the medical record at RSup Fatmawati between 1990 to 1993. The patients are categorized into 1) patients who are treated directly at RSUP Fatmawati hospital (13 patients), 2) coming from other hospital before treated at Fatmawati hospital (48 patients), 30 patients coming from traditional healers before treated at Fatmawati Hospital (10 patients). The predicted factors which influence the length of stay of the traumatic paraplegia are sex, age, decubitus, uriterary tract infections, other complications, type of paralysis, treatment and method of payment. The statistical analysis that is used is univariance analysis, bivariance with analysis of variance (anova) and Kruskall Wallis and multiple regression analysis. Result. In general, the length of stay of the traumatic paraplegia is 100 days, patients which is coming directly to fatmawati Hospital is 73 days, patients coming from other hospitals 104 days and patients coming from traditional healers 178 days. Factor which influence the length of stay is decubitus (p=0,00) and the increasing of the length of stay is 36 days/grade of decubitus. Conclusion. the result of this research conclude that the average length of stay of the traumatic paraplegia patients who are treated directly at RSUP Fatmawati is the shortest period comparing to others coming from other hospitals or traditional healers. The influence factor of the length of stay is decubitus which is prolong 36 days/ grade decubitus. This is indicated that nursing care is very important part in the treatment of the traumatic paraplegia.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Annisa
Abstrak :
ABSTRAK
Terapi inhalasi merupakan salah satu strategi penatalaksanaan gangguan bersihan jalan napas pada anak balita dengan pneumonia meskipun beberapa penelitian tidak merekomendasikan tindakan tersebut dalam pengobatan rutin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian terapi inhalasi dengan lama hari rawat anak balita penderita pneumonia. Desain penelitian menggunakan cross-sectional. Seratus dua pasien penderita pneumonia dalam data rekam medis diambil secara consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian terapi inhalasi dengan lama hari rawat. Pemberian terapi inhalasi dengan menggunakan bronkodilator kombinasi ?-agonis dan antikolinergik NaCl 0,9 dan bronkodilator ?-agonis NaCl 0,9 lebih efektif mengurangi lama hari rawat.
ABSTRACT
Inhalation therapy is one of optional management of impaired airway clearance in children under age of five with pneumonia. This study aimed to examine correlation of inhalation therapy and hospital length of stay in children under age of five with pneumonia. This cross sectional study included 102 consecutive patients with pneumonia in medical record. The study result showed a significant correlation between the use of inhalation therapy and hospital length of stay. Inhalation therapy with combination of bronchodilator agonist and anticholinergic NaCl 0.9 and bronchodilator agonist NaCl 0.9 are more effective to reduce hospital length of stay in children under age of five with pneumonia.
2016
T47453
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Ganesha Asturini
Abstrak :
ABSTRAK
Keberhasilan universal health coverage di Indonesia sangat ditentukan olehutilisasi sumber daya yang efisien di rumah sakit. Variasi biaya yang tinggi untukperawatan tertentu menunjukkan indikasi bahwa rumah sakit belum cukup efisien dalammemanfaatkan sumber dayanya untuk menyediakan pelayanan. Length of stay LOS adalah salah satu faktor penting penentu biaya yang banyak digunakan sebagai indikatorefisiensi rumah sakit dalam penggunaan sumber daya. LOS dan biaya perawatandipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang merupakan karakteristik pasien maupunfaktor terkait manajemen di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasiseberapa besar hubungan antara karakteristik pasien dengan variasi LOS dan biayaperawatan,dan mengetahui gambaran penerapan clinical pathway sebagai upaya kendalimutu dan biaya pada pasien JKN rawat inap di RSUP Fatmawati dari tahun 2015 ndash;September 2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi usia, jumlah diagnosis,jumlah prosedur dan kelas rawat hanya dapat menjelaskan sedikit variasi LOS dan biayaperawatan R2
ABSTRACT
Title Analysis of Length of Stay and Cost Variation in Jaminan KesehatanNasional JKN Patients Case Study in 5 fFve Casemix MainGroups in Fatmawati General Hospital in 2015 2017Counsellor Kurnia Sari, SKM, MSEABSTRACTEfficient use of resources in hospitals will contribute to successfulimplementation of universal health coverage in Indonesia. Substantial variation inhospital costs for certain diagnosis or procedure is an indication of resource useinefficiency. Length of stay is a well accepted measure of resource utilization and a keydriver to hospital costs. Variation in LOS and costs can be influenced by patientdemographic and clinical factors that are outside a hospital rsquo s control, in the meanwhilethere are also factors within the control of a hospital. This research focuses on fiveCasemix Main Groups and aims to identify how patient characteristic factors contributeto variation in LOS and costs, and to investigate qualitatively the implementation ofClinical Pathway as a management approach to control LOS as well as hospital costs forJKN patients at RSUP Fatmawati, a class A teaching hospital in Jakarta, from 2015 toSeptember 2017. The result indicates that the variance in LOS and cost is notsignificantly correlated to patient rsquo s age, number of diagnoses, number of procedures androom types as independent variables. The hospital has numerous clinical pathways thathave not been optimally implemented yet for LOS and cost control. This researchprovides information for hospital management team to improve LOS performance byimplementing care planning, intensive case management and to use cost data foridentification of inefficiency of certain types of care.Keywords Length of stay LOS , costs, efficiency, clinical pathway, CMG
2018
T49411
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifka Putri Andayani
Abstrak :
ABSTRAK
Diare pada balita menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan anak salah satunya adalah dehidrasi. Pemberian madu bermanfaat terhadap diare. Madu memiliki kandungan antibakteri, antiinflamasi, dan antivirus yang dapat melawan organismepenyebab diare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian madu dengan ORS dan larutan madu ORS terhadap frekuensi diare dan lama rawat pada anak balita. Desain penelitian ini adalah uji klinis acak terkontrol randomized controlled trial atau RCT dengan pendekatan pre and post test control group design pada 72 responden kelompok intervensi = 36 dan kelompok kontrol = 36 . Kelompok intervensi diberikan madu dengan ORS sebanyak 5 ml dan pemberian ORS setiap anak diare, sedangkan kelompok kontrol diberikan larutan madu 10 ml ditambahkan dengan ORS diberikan setiap anak diare. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan antara frekuensi diare sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi (p<0,001) dan kelompok kontrol (p<0,001). Lama rawat juga mengalami perbedaan yang bermakna setelah diberikan madu dengan ORS dan larutan madu ORS (p<0,001). Madu dapat dijadikan salah satu alternatif terapi yang dapat diterapkan oleh perawat anak di ruang rawat inap anak untuk menurunkan frekuensi diare dan lama rawat pada anak. ABSTRACT

Diarrhea under five children causing adverse effects on the health of children one of them is dehydration. Honey is useful in reducing the frequency of diarrhea. Honey has antibacterial, antiinflammatory, and antiviral properties that can fight against diarrhea. This study aims to determine the effect of giving honey with ORS and ORS honey solution to the frequency of diarrhea and long treatment in children under five. This study designed was randomized controlled trial or RCT with pre and post test control group design at 72 respondens intervention group 36 and control group 36 . The intervention group was given 5 ml of ORS with ORS for each child diarrhea, while the control group was given 10 ml honey solution added with ORS given every child diarrhea. The results showed the effect of honey on the frequency of diarrhea (p<0,001) and length of treatment (p<0,001). Honey can be one alternative therapy that can be applied by child nurses in the inpatient room to reduce the frequency of diarrhea and length of care in children.
Depok: 2018
T51086
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>