Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
S6804
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
S6821
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Megawaty Affriany
Abstrak :
Perkawinan kembali merupakan salah satu pilihan yang dapat dilakukan setelah seorang wanita bercerai. Hasil survey di Amerika Serikat yang dilakukan kepada wanita bercerai menyebutkan bahwa 90% mempertimbangkan akan melakukan perkawinan kembali jika menemukan pasangan yang tepat (Thabes,dalam Papalia dkk 2001). Setelah perceraian, anak-anak umumnya tinggal bersama ibunya. Karenanya wanita seringkali membawa anaknya pada perkawinan berikutnya. Perkawinan kembali pascacerai yang melibatkan anak dan perkawinan sebelumnya cenderung memiliki masalah. Masalah akan semakin bertambah ketika wanita bercerai melakukan perkawinan kembali dengan pria lajang, Penyesuaian dalam perkawinan cenderung semakin sulit bila orang tua tirinya belum pernah menjadi orang tua sebelumnya (Hurlock, 1986). Untuk mewujudkan perkawinan kembali yang berhasil dan bahagia pasangan perlu melakukanpenyesuaian perkawinan pada berbagai area dalam perkawinan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan jumlah responden 2 pasangan suami istri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah yang biasa dihadapi pada perkawinan kembali pascacerai adalah masalah persetujuan keluarga, masalah hubungan ayah tiri dan anak tiri yang berusia remaja, masaiah hubungan dengan mantan suami, masalah antara suami dan istri akibat hubungan ayah tiri dan anak tiri yang kurang baik, masalah keuangan keluarga, kesulitan ijin dari suami jika mantan suami ingin berternu, dan masalah penggantian nama mantan suami dalam akte kelahjran anak. Strategi penyesuaian yang dilakukan setiap pasangan berbeda pada setiap masalah. Strategi yang paling dominan adalah aktif kompromi di mana penyelesaian masalah hanya memuaskan satu pihak. Gambaran penyesuaian perkawinan yang cukup berhasil tampak pada sedikit masalah pada area penyesuaian perkawinan. Gambaran penyesuaian yang kurang berhasil ditandai dengan masalah pada berbagai area penyesuaian yang belum terselesaikan.
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rantika Adhiningtyas
Abstrak :
ABSTRAK
Studi ini membahas mengenai representasi perempuan lajang dalam film Indonesia. Perempuan lajang kerap mendapatkan stereotip negatif dan bahkan status sosialnya dianggap lebih rendah dibandingkan perempuan menikah. Realitas ini juga kerap ditampilkan dalam media. Penelitian ini menggunakan teori representasi Stuart Hall. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis-interpretatif dengan pendekatan kualitatif. Hasilnya adalah adanya representasi dan stereotip perempuan yang sudah menikah, representasi dan stereotip perempuan lajang dewasa sebagai orang yang pemarah, perempuan lajang yang mendapatkan label sebagai ?perawan tua?, dan perempuan yang dianggap ideal (perempuan menikah) pada film ?Kapan Kawin??. Representasi ini dihasilkan karena adanya representasi mental yang berdasarkan pada mitos-mitos mengenai perempuan yang masih terjadi di Indonesia hingga saat ini.
ABSTRACT
This study discuss the representation of single woman in Indonesian film. Single woman often receive negative stereotype and her social status considered under the married woman. This reality also shown in media. This study using constructivist-interpretative paradigm with qualitative approach. The result shows representation and stereotype of married woman, representation and stereotype singe lady as an anger person, single woman who gets labelling such as ?perawan tua?, and ideal woman (married woman) in ?Kapan Kawin??. This representation was produced because of the mental representation based on myths regarding woman that still occurs in Indonesia today.
2016
T46309
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wilsa Prisanty
Abstrak :
ABSTRAK
Masa dewasa merupakan tahap perkembangan manusia yang memiliki rentang terpanjang, Salah satu tugas perkembangan yang dianggap penting dalam masa ini adalah membina keluarga, yang tentunya diawali dengan pernikahan. Karena dianggap penting, maka tidaklah mengherankan bila kebanyakan masyarakat mengharapkan seorang individu yang sudah mencapai usia tertentu untuk menikah. Menurut Hogan (dalam Craig,1986) tugas perkembangan selalu dikaitkan dengan social clock, yaitu semacam waktu yang seolah-olah memberi tahu apakah seseorang itu lerlalu cepat atau lambat menyelesaikan tugas perkembangannya. Selain itu Hurlock (1980) mengemukakan bahwa terdapat ?bahaya? yang bersifat personal dan sosial pada mana dewasa yang berasal dari kegagalan dalam menyelesaikan atau menguasai tugas perkembangan, yang mengakibatkan individu tampak belum matang dibandingkan dengan individu lainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bila seorang individu dewasa belum menjalani tugas perkembangannya sesuai dengan usia (social clock), maka ia akan cenderung mengalami masalah pribadi dan sosial.

Bila melihat gejala sosial yang ada saat ini, individu-individu yang belum menyelesaikan salah satu tugas perkembangan masa dewasa (menikah), walaupun sudah mencapai usia 30-aan semakin banyak jumlahnya. Terdapat kecenderungan di masyarakat Indonesia untuk lebih memperhatikan wanita yang belum menikah dibandingan pria. Biasanya usia wanita yang sudah diangqap melewati adalah usia 30 tahun. Walaupun sudah terdapat kemajuan pola berpikir masyarakat seiring dengan meningkatnya pendidikan, tetap saja wanita yang tidak menikah belum dapat diterima sepenuhnya oleh masyarakat. Adanya anggapan-anggapan yang negatif mengenai wanita lajang (Stein, 1976, Papalia & Olds, 1992) menunjukkan bahwa masyarakat kurang menyetujui bila seorang wanita itu tidak menikah. Pkunas (1976) mengemukakan bahwa individu yang melajang sering mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri. Menurut Hurlock (1974) agar seseorang dapat memiliki penyesesuaian diri dan sosial yang baik,maka pertama-tama ia harus merasa nyaman terhadap dirinya sendiri dengan kata lain adanya penerimaan diri yang positif. Menurut Jahoda (1958) bila seseorang memiliki penerimaan diri yang baik berarti ia dapat menerima segala kelebihan dan kekurangan yang ada dirinya.

Dengan demikian berdasarkan uraian di atas, masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana penerimaan diri wanita lajang Indonesia yang bekerja ?. Penerimaan diri yang akan dilihat dalam penelitian ini adalah penerimaan diri terhadap kemampuannya secara intelektual, karir, hubungan sosialnya, fisiknya dan status lajangnya. Karakteristik sampel yang diambil adalah wanita lajang usia 30 sampai 40 tahun, bekerja, pendidikan minimal SMU. Pengambilan subyek dilakukan dengan teknik accidental dan pengambilan data dilakukan dengan kuesioner.

Adapun hasil penelitian ini adalah wanita lajang yang bekerja memiliki penerimaan diri terhdapa aspek kemampuan, akrir, hubungan sosial, status lajang dan fisik yang cenderung positif. Dengan demikian artinya mereka dapat hidup dengan nyaman dan menerima segala kelebihan dan kekurangannya dalam aspek-aspek kehidupannya tersebut.
1997
S2288
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Ceti Prameswari, suthor
Abstrak :
Kegemukan pada wanita merupakan salaii satu masaiah yang berhubungan dengan penampilan fisik, karena seiain mengganggu kesehatan, kegemukan juga dapat mengurangi daya tank fisik seseorang. Menurut Unger dan Crawford (1992), wanita cenderung dinilai berdasarkan penampilan fisiknya dan faktor tersebut dijadikan kriteria penting dalam memilih pasangan, terutama oleh kaum pria. Kondisi tersebut seolah-olah menutup kemungkinan bagi wanita gemuk untuk mendapatkan perhatian dan dipilih pria menjadi pasangannya. Namun berdasarkan pengamatan dan wawancara awal terhadap beberapa wanita gemuk diketahui bahwa ternyata tidak sedikit wanita gemuk yang dipilih pria sebagai pasangan. Dengan latar belakang tersebut disusun suatu penelitian untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap bentuk tubuh wanita gemuk dengan kecenderungan memilih pasangan. Dalam penelitian ini digunakan alat ukur berupa dua buah kuesioner, untuk mengukur persepsi terhadap bentuk tubuh wanita gemuk dan kecenderungan memilih wanita gemuk sebagai pasangan. Subyek penelitian terdiri dari 52 pria lajang, berusia antara 25 sampai 33 tahun, berpendidikan minimal SMU, bekerja dan berdomisili di Jakarta. Metode analisa masaiah utama berupa penghitungan korelasi dengan rumus Pearson Product Moment dan dari hasil penghitungan diperoleh nilai r sebesar 0,3168 dengan p<0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap bentuk tubuh wanita gemuk dengan kecenderungan memilih pasangan. ini berarti subyek yang tidak menilai bentuk tubuh wanita gemuk sebagai sesuatu yang negatif, tidak berkeberatan memilih wanita gemuk sebagai pasangannya. Sebaliknya, subyek yang menilai bentuk tubuh wanita gemuk sebagai sesuatu yang negatif cenderung tidak mau memilih wanita gemuk sebagai pasangannya. Pada pengukuran persepsi pria terhadap bentuk tubuh wanita gemuk tidak ditemukan perbedaan frekuensi yang signifikan antara subyek yang mempersepsi wanita gemuk secara positif dan subyek yang mempersepsi wanita gemuk secara negatif. Hasil lain yang juga diperoleh yaitu adanya perbedaan mean yang signifikan antara persepsi pria terhadap bentuk tubuh wanita gemuk dan persepsi pria terhadap bentuk tubuh wanita langsing. Kemudian diketahui juga bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara frekuensi subyek yang cenderung mau memilih dan frekuensi subyek yang cenderung tidak mau memilih wanita gemuk sebagai pasangannya. Dari hasil-hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum pria cenderung lebih menyukai wanita bertubuh langsing daripada wanita gemuk. Namun secara kualitatif diketahui bahwa tidak sedikit pria yang mempersepsi wanita gemuk secara positif dan mau memilih wanita gemuk sebagai pasangannya. Untuk menambah bobot penelitian ini masih diperlukan pendekatan kualitatif berupa wawancara mendaiam terhadap beberapa subyek.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2615
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Fallahdani
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang pandangan fans pria single di wilayah JABODETABEK terhadap AKB48 sebagai produk budaya populer Jepang yang masuk ke Indonesia. Penelitian ini dikhususkan bagi pria single berusia 25 ndash; 35 tahun. Teori yang digunakan dalam penilitian ini adalah teori-teori yang berkaitan dengan budaya populer, idol dan fanatisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa didalam pandangan fans pria single terhadap AKB48 terdapat kesamaan pada kriteria pasangan idaman mayoritas responden dengan kriteria sosok Idol dan tampilan fisik serta kepribadian anggota AKB48 sebagai acuan atau tolak ukur dalam memilih pasangan. Selanjutnya, penelitian ini menemukan bahwa adanya kecenderungan kearah sifat fanatis pada mayoritas fans pria Single di wilayah JABODETABEK.
ABSTRACT
This study is focused on the views of single male fans in JABODETABEK area towards AKB48 as Japan popular culture product that succeed to penetrate Indonesia. This study devoted to single male fans age 25 ndash 35 years old. This study are using theories that have relation with popular culture, idol and fanaticism. The result of this research shows there are similarity between ideal partner criteria of the majority of respondents with idol criteria in the views of single male fans towards AKB48, and also AKB48 members physical figure and characteristics as benchmark for them when choosing a partner. This study also found that there is tendency towards the fanatic trait of the majority single male fans in JABODETABEK area.
2016
S66827
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanira
Abstrak :
ABSTRAK
Hubungan akrab dengan orang lain merupakan kebutuhan mutlak untuk hampir setiap individu. Hubungan akrab merupakan sarana individu untuk berbagi rasa, mengenal diri lebih mendalam dan juga sebagai tempat meminta bantuan di kala membutuhkannya. Tidak dimilikinya hubungan yang akrab tersebut merupakan pencetus timbulnya perasaan kesepian dengan sejumlah akibat buruknya.

Tuntutan untuk memiliki hubungan akrab dengan orang lain ternyata merupakan salah satu tugas penting bagi mereka yang berada di masa dewasa awal. Keadaan di masa tersebut menyebabkan dibutuhkannya hubungan khusus dengan orang lain terutama dengan pasangan atau lawan jenis sebagai tempat berbagi dan juga sebagai persiapan mereka untuk tuntutan selanjutnya yaitu membentuk keluarga. Namun tidak semua dewasa awal memiliki hubungan seperti itu. Mereka tidak ?memiliki' orang lain yang akrab dengan dirinya, yang dapat diajak berbincang dan berbagi dalam banyak hal. Keadaan ini merupakan keadaan yang tidak menyenangkan dan seperti telah dijelaskan sebelumnya, merupakan penyebab timbulnya perasaan kesepian.

Namun, untuk mendapatkan suatu hubungan yang berkualitas seperti itu, diperlukan proses dan usaha tertentu. Individu perlu saling mengungkapkan dirinya masing-masing secara jujur. Memberikan informasi yang sifatnya pribadi dan mengungkapkan diri kepada orang lain merupakan perilaku yang memiliki konsekuensi negatif. Akibat negatif yang mungkin timbul antara lain tidak ditanggapinya pengungkapan diri yang telah dilakukan maupun penyalahgunaan informasi yang telah diberikan melalui pengungkapan diri tersebut untuk tetap dapat melakukan hal itu walaupun terdapat kemungkinan adanya konsekuensi yang merugikan, individu harus memiliki rasa percaya terhadap orang lain. Rasa percaya membuat individu berkeyakinan bahwa orang lain merupakan orang yang baik dan pengungkapan diri yang ia lakukan tidak akan berefek negatif. Perkembangan menuju suatu hubungan yang akrab terjadi melalui proses keterbukaan diri yang dilandaskan rasa percaya tersebut. Dengan berkembangnya hubungan tersebut, diharapkan individu tidak mudah terserang kesepian.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka timbul pertanyaan apakah perasaan kesepian memiliki kaitan dengan rasa percaya terhadap orang lain. Penelitian yang dilakukan untuk menjawab permasalahan ini menggunakan sampel dewasa awal yang tidak memiliki pasangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang erat antara perasaan kesepian dengan rasa percaya pada orang lain. Semakin tinggi perasaan kesepian yang dialami, semakin rendahlah rasa percayanya pada orang lain. Sebaliknya bila perasaan kesepiannya rendah maka ia memiliki rasa percaya yang tinggi pada orang lain.

Dari hasil penelitian tersebut, maka saran yang dapat diberikan untuk mereka yang mengalami kesepian adalah agar mereka memperluas lingkup pergaulannya dengan ikut serta dalam berbagai kegiatan. Cara lainnya adalah melalui pelatihan tentang bagaimana meningkatkan rasa percaya dan mengungkapkan diri kepada orang lain dengan tingkatan yang sesuai sehingga timbul peluang untuk mengembangkan hubungan ke arah yang lebih akrab. Namun, untuk dapat mengetahui secara lebih tepat kaitan kedua hal tersebut maupun manfaat saran di atas, sebaiknya diadakan penelitian lain yang lebih baik.
1997
S2295
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosemary Chrisanny D.
Abstrak :
Waktu Iuang kerapkali diasesiasikan dengan saat bersantai, bermalas-malasan, atau bersenang-senang belaka. Bahkan waktu Iuang sering dipandang sebagai hal yang kurang penting, misalnya bila dibandingkan dengan pekerjaan atau keluarga. Namun sebenamya, waktu Iuang, yang didefinisikan sebagai waktu yang tersedia setelah melakukan berbagai kewajiban sehari-hari, kaya akan manfaat bagi kehidupan seseorang. Terlebih dalam situasi Jakarta, yang hingar bingar dengan berbagai kesibukan, persaingan, dan tekanan, dimana waktu Iuang bisa membantu seseorang menjaga keseimbangan mental dan mengaktualisasikan dirinya. Peran waktu Iuang dalam kehidupan manusia tidaklah remeh. Apa yang dialami seseorang dalam waktu luangnya bermanfaat bagi kesehatan fisik, mental, kepuasan hidup, dan perkembangan psikologisnya. Bahkan suatu penelitian mengemukakan bahwa bila dibandingkan dengan pekerjaan dan pernikahan, korelasi kepuasan terhadap aktivitas selain kerja dengan kesejahteraan psikologis seseorang tergolong tinggi. Persoalan yang dihadapi sehubungan dengan waktu Iuang bukan sekadar ada atau tidak adanya waktu Iuang, namun lebih kepada bagaimana cara seseorang mengisi waktu Iuangnya ataupun bagaimana pengalaman yang diperolehnya melalui aktivitas waktu luangnya tersebut. Cara seseorang memanfaatkan waktu Iuang memang berpotensi untuk memberikan pengaruh yang positif maupun negatif bagi kualitas hidupnya. Semakin signifikannya topik mengenai waktu Iuang, semakin banyaknya kuantitas waktu Iuang akibat kemajuan teknologi, serta semakin bervariasinya alternatif pengisi waktu Iuang menyebabkan peneiiti menganggap bahwa hal ini penting untuk diteliti. Selain itu, penelitian yang berkaitan dengan penggunaan waktu Iuang ditinjau dari sudut pandang psikologi belum banyak dilakukan, terlebih dengan menggunakan subyek penelitian di Indonesia. Dengan demikian, peneliti mengangkat topik penelitian penggunaan waktu Iuang, dengan memusatkan perhatian pada orang dewasa muda. Fokus studi ini ditetapkan mengingat orang dewasa muda, yang sebagian besar waktunya dihabiskan untuk bekerja, tentunya memiliki waktu Iuang yang terbatas. Di samping itu, komposisi penduduk usia dewasa muda di Jakarta tergolong besar ketimbang kelompok usia lainnya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk memperoleh gambaran mengenai penggunaan waktu Iuang dan makna psikologisnya bagi orang dewasa muda lajang yang bekerja penuh waktu. Penggunaan waktu Iuang yang diteliti meliputi waktu luang, aktivitas waktu luang, dampak aktivitas waktu luang, penilaian terhadap kuatitas penggunaan waktu luang berdasarkan 5 kriteria Ieisure dan arah leisure (positif/negatif), serta harapan terhadap waktu Iuang maupun aktivitas waktu Iuang. Subyek penelitian berjumlah 92 orang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan teknik incidental sampling. Alat pengumpul data yang digunakan berupa kuesioner yang terdiri dari pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Dari hasii penelitian, diperoleh data bahwa kuantitas waktu luang subyek berkisar antara 1 sampai 4 jam per hari kerja. Sebagian besar subyek tetap menginginkan tambahan kuantitas waktu luang, walaupun mereka menilai bahwa kuantitas yang dimiliki saat ini sudah memadai. Hampir semua subyek menganggap waktu Iuang itu penting, sebagian besar adalah sebagai pengimbang rutinitas sehari-hari dan sarana untuk beristirahat. Masalah terbanyak dengan waktu luang terkait dengan pakerjaan responden, yaitu tersitanya waktu luang oleh kewajiban, dan gagal melakukan rencana kegiatan lainnya karena lelah. Hampir seluruhnya mengakui membutuhkan waktu luang, tahu apa yang akan dilakukan dalam waktu luang, serta cenderung menikmati waktu luang. Namun sebagian besar merasa bahwa penggunaan waktu Iuangnya kurang optimal dan perlu diperbaiki. Aktivitas pengisi waktu luang terpopuler adalah menonton TV. Alasan untuk aktivitas tersering adalah untuk pengembangan diri, kesegaran, dan relaksasi, sedangkan alasan untuk aktivitas kedua tersering adalah untuk istirahat, karena berminat, dan karena faktor kemudahan. Subyek membutuhkan tenaga fisik yang agak besar maupun kecil, daya pikir yang tergolong sedang, serta keterlibatan emosi yang agak besar dan kecil untuk melakukan aktivitas waktu Iuangnya. Aktivitas yang dipilih cenderung di dalam ruangan, di dalam atau sekitar rumah, dilakukan seorang diri, serta bersifat fleksibel. Dampak aktivitas waktu luang yang menonjol adalah untuk mendapatkan kesegaran baru. Secara umum, subyek juga merasakan leisure pada aktivitas waktu luangnya. Berdasarkan 5 kriteria leisure, umumnya subyek menilai bahwa aktivitas waktu luangnya dipilih secara bebas, memiliki motivasi intrinsik, mendatangkan rasa damai, membantu subyek memenuhi diri (self-fulfillment), serta signifikan dan berharga. Subyek juga menganggap bahwa aktivitas waktu luangnya terarah pada hal-hal yang positif. Harapan terbanyak terhadap waktu luang adatah ditambahkan kuantitas waktu luang, dan harapan terbanyak terhadap aktivitas waktu Iuang adalah melakukan aktivitas yang bersifat santai, produktif dan aktif. Melihat hasil penelitian ini, peran waktu Iuang sebagai kompensasi bagi kebutuhan subyek yang tidak terpenuhi di pekerjaan perlu diperhatikan, juga pembiasaan diri mengisi waktu Iuang dengan aktivitas positif, tuntunan kegiatan avokasional, serta pengadaan program kegiatan pengisi waktu uang yang lebih membangun dan bersifat aktif.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2580
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>