Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mochamad Muslich
Abstrak :
Vegetasi yang tumbuh pada zona riparian memiliki peran penting dalam melindungi fungsi dan struktur sungai. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman spesies dan struktur vegetasi serta perspektif masyarakat terhadap nilai kepentingan vegetasi pada zona riparian. Penelitian dilakukan pada Maret-September 2014 di Ciliwung segmen Bogor-Depok. Analisis vegetasi dilakukan dengan metode petak (quadrat) berukuran 40 x 50 m. Sebanyak 15 pasang petak pengamatan di kanan-kiri sungai ditempatkan secara systematic sampling pada interval jarak 4 km mengikuti panjang aliran sungai. Seluruh tumbuhan berdiameter ≥ 2 cm dalam petak pengamatan diidentifikasi nama spesiesnya dan diukur diameternya. Perspektif masyarakat terhadap nilai vegetasi diidentifikasi dengan pendekatan etnobotani melalui observasi, wawancara mendalam, dan diskusi kelompok masyarakat di tiga lokasi yang mewakili komplek perumahan dan perkampungan. Data kuantitatif nilai kepentingan spesies dan kategori fungsi vegetasi dihitung dengan pendekatan LUVI (Local's User Value Index). Jumlah spesies tumbuhan yang ditemukan di dalam petak pengamatan sebanyak 105 spesies dari 36 famili. Famili yang memiliki anggota spesies paling banyak adalah Fabaceae dan Moraceae, masing-masing 11 spesies. Indeks keanekaragaman (H') spesies tumbuhan pada seluruh lokasi penelitian sebesar 3,23 dengan indeks kemerataan spesies (E) 0,69. Spesies tumbuhan yang mendominasi di antaranya Gigantochloa apus (INP 42,90 %), Musa paradisiaca (INP 38,44 %), Paraserianthes falcataria (INP 16,20 %), Swietenia macrophylla (INP 15,46 %), dan Cecropia peltata (INP 13,76 %). Masyarakat mengetahui 14 kategori fungsi vegetasi yang tumbuh pada zona riparian. Kategori yang memiliki nilai kepentingan tertinggi adalah mencegah longsor tebing sungai dengan LUVI 31,00. Spesies tumbuhan yang memiliki nilai kepentingan tertinggi menurut perspektif masyarakat adalah Gigantochloa apus (J.A. & J.H. Schults) dengan LUVI 15,62.
Riparian vegetation has important rules on protection of the river functions and structure. The objectives of the study were to identify species diversity and vegetation structure and also to define local's perspectives of the riparian vegetation function in Ciliwung River segment Bogor-Depok. Fifteen pairs of 40 x 50 m quadrat plots have been used to analyse diversity and structure of riparian vegetation. All plants ≥ 2 cm diameter were identified and measured for diameter. Local's perspectives on riparian vegetation values were identified by ethnobotany approach through in-depth interview, field observation, and Focus Group Discussion. Quantitative data on local's perspectives were analysed by Local's User Value Index (LUVI). The total number plants species were 105 species and 36 families. Fabaceae and Moraceae were highest number in species member (11 species). The diversity index (H) was 3.23 and the equitability species index (E) was 0.69. Gigantochloa apus (J.A. & J.H. Schultz) Kurz is the most dominant species that has highest Important Values Index (42.90 %), followed by Musa paradisiaca (IVI 38.44 %), Paraserianthes falcataria (IVI 16.20 %), Swietenia macrophylla (IVI 15.46 %), and Cecropia peltata (INP 13.76 %). 14 functions of the riparian vegetation were known by local people. The most important function of the riparian vegetation was prevention of riverbank from landslide (LUVI 31.00) and the most important species for the whole category functions was Gigantochloa apus (J.A. & J.H. Schults) Kurz with LUVI 15.62.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T43307
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofiah Rohmat
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang etnobotani pada masyarakat suku Dayak Ngaju di kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, dari Februari ndash; Juli 2014 dan Februari ndash; Mei 2017. Tujuan penelitian untuk mendokumentasikan pengetahuan lokal tentang keanekaragaman tumbuhan dan pemanfaatannya pada berbagai kategori guna, serta keanekaragaman tumbuhan obat yang dimanfaatkan untuk mengobati berbagai penyakit. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, survey lapangan, observasi partisipatif dan Focus Group Discussion FGD dengan distribusi kerikil. Data dianalisis dengan statistika deskriptif, penghitungan nilai Local User rsquo;s Value Index LUVI dan nilai Index of Cultural Significance ICS . Terdapat 259 spesies yang termasuk ke dalam 193 genus dan 85 famili yang dikenal masyarakat suku Dayak Ngaju di kecamatan Mantangai. Spesies tetumbuhan tersebut dimanfaatkan untuk berbagai kategori kegunaan. Sebanyak 151 spesies dari 128 genus dan 68 famili dimanfaatkan untuk mengobati 78 jenis penyakit. Berdasarkan analisis LUVI, didapatkan 124 spesies tumbuhan yang dianggap penting berdasarkan persepsi masyarakat. Curcuma domestica dan Oryza sativa memeroleh nilai ICS tertinggi yaitu masing-masing 61 dan 60. C. domestica dimanfaatkan sebagai bumbu, obat dan pewarna, sedangkan O. sativa dimanfaatkan sebagai makanan pokok, ritual. dan obat tradisional. Nilai tertinggi ICS pada tumbuhan obat terdapat pada cabi Piper longum dan henda Curcuma domestica yang dimanfaatkan untuk mengobati meroyan dan berbagai jenis penyakit.
ABSTRACT
A research of ethnobotanical study of Dayak Ngaju tribe communities, in Mantangai sub district, Kapuas regency, Central Kalimantan was conducted from February to July 2014 and February to May 2017. The aim of this study was to preserve local knowledge of plant diversity and their uses and the diversity of medicinal plants to cure various disease. Data was collect through interview, field survey, participatory observation and Focus Group Discussion FGD by Pebble Distribution Method PDM . The data was analized by descriptive statistics, Local User rsquo s Value Index LUVI and Index of Cultural Significance ICS . A total of 259 plants species including 193 genus and 85 families known by Dayak Ngaju tribe communities in Mantangai sub district. Those plants species used for various useful category. A total of 151 plants species from 128 genus and 68 families used to cure 78 type of disease. Based on LUVI analysis, there were 124 plants species as important species based on communities perception. Curcuma domestica and Oryza sativa get the highest value of ICS as many as 61 and 60. Curcuma domestica used as flavor, medicine and dye color, while O. sativa used as staple food, ritual and traditional medicine. Cabi Piper longum and C. domestica get the highest value of ICS as medicinal category, which being used to cure meroyan and various of disease.
2018
T49384
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Hidayat
Abstrak :
Penelitian etnoekologi dan etnobotani Masyarakat Melayu dilakukan di Dusun Mengkadai Sarolangun, Jambi. Penelitian ini sangat penting dilakukan mengingat lokasi dusun yang dekat dengan ibukota kabupaten sehingga memengaruhi gaya hidup masyarakat. Tujuan penelitian ini ialah untuk memahami hubungan antara masyarakat Dusun Mengkadai dengan lanskap mereka, juga pengetahuan dan pemanfaatan tumbuhan. Penelitian ini mencakup persepsi, pemanfaatan, dan sistem pengelolaan lanskap oleh masyarakat Melayu, juga dinamika lanskap di Dusun Mengkadai. Penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan adaptasi lingkungan masyarakat Melayu, dinamika lanskap, pengetahuan tentang tumbuhan, dan valuasi pemanfaatan tumbuhan. Metode penelitian diadaptasi dari Multidisiplinary Landscape Assessment (MLA). Hasil penelitian menunjukkan klasifikasi lokal atas lanskap dan keanekaragaman tumbuhan di dalamnya. Masyarakat mengklasifikasikan lanskap ke dalam 12 satuan lanskap, yaitu dusun/laman (66 spesies), umo, sawah (35 spesies), kebun para (33 spesies), kebun kelapo sawit (35 spesies), kebun tanaman mudo (14 spesies), jerami (49 spesies), beluka (46 spesies), beluka tuo (65 spesies), batang ayik (17 spesies), imbo inum (64 spesies), dan imbo larangan (131 spesies). Dinamika lanskap di Dusun Mengkadai berkaitan dengan aktivitas manusia dalam mengekstraksi spesies-spesies penting dan perluasan perkebunan karet dan kelapa sawit. Terkait dengan pengetahuan dan pemanfaatan tumbuhan, ada 80 spesies penting dari 295 spesies tumbuhan yang ditemukan di Dusun Mengkadai, yang digunakan untuk bahan makanan (LUVI = 6%), bahan konstruksi berat (LUVI = 6,5%), bahan konstruksi ringan (LUVI = 5%), bahan obat- obatan (LUVI = 5,5%), bahan teknologi lokal dan seni (LUVI = 5,5%), tali-temali (LUVI = 3%), bahan hiasan/ritual/adat (LUVI = 5,5% ), sumber penghasilan (LUVI = 8%), bahan pewarna (LUVI = 3%), dan kayu bakar (LUVI = 3,5%). Bagaimanapun, perluasan perkebunan monokultur telah menurunkan keanekaragaman tumbuhan, serta pengetahuan dan pemanfaatannya. ...... Ethnoecology and Ethnobotany of Malay Society are studied in Dusun Mengkadai Sarolangun, Jambi. This study is very important because the easer access to the urban that influence people’s lifestyles. The objectives of this study is to understand the relationship between Dusun Mengkadai society and their landscape, and also their knowledge and utilization of plant. This study covers perception, utilization and management system of landscape by Malay society, also dynamics of landscape in Dusun Mengkadai. This study is expected to describe the environmental adaptation of Malay society, dynamics of landscape, knowledge of plant, and valuation of plant utilization. The methods of this study is adapted from Multidisiplinary Landscape Assessment (MLA). The result of this study showed the local classification of the landscape and plant diversity in Dusun Mengkadai. The society have classified the landscape in twelve units, included dusun/laman (66 species), umo, sawah (35 species), kebun para (33 species), kebun kelapo sawit (35 species), kebun tanaman mudo (14 species), jerami (49 species), beluka (46 species), beluka tuo (65 species), batang ayik (17 species), imbo inum (64 species), and imbo larangan (131 species). Landscape dynamics in Dusun Mengkadai is related to human activities in harvested important species and expansion of rubber and palm oil plantations. Related to the knowledge and utilization of plant, there are 80 significant species from 295 species of plants acquired in Dusun Mengkadai, which are used for foods (LUVI= 6%), heavy construction (LUVI= 6.5%), lightweight construction (LUVI= 5%), medicinal plant (LUVI= 5.5%), local technology and art (LUVI= 5.5%), rigging (LUVI= 3%), ornament/ritual/tradition (LUVI= 5.5%), revenue (LUVI= 8%), dyes (LUVI= 3%), and firewood (LUVI= 3.5%). After all, expansion of monoculture plantation has reduced plant diversity and also plant knowledge and utilization.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T34593
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahira Rahmani Hakim
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian pengetahuan masyarakat tentang keanekaragaman hayati tanaman berpotensi obat di Desa Wisata Kubu Gadang, Padang Panjang, Sumatera Barat. Tujuan utama penelitian yaitu untuk mengetahui keanekaragaman tanaman obat berdasarkan pengetahuan lokal masyarakat Desa Wisata melalui pendekatan emik dan etik. Metode penelitian dilakukan dengan wawancara dan kuesioner terhadap 80 responden dan 4 orang informan terpilih Pemilihan informan dengan teknik purposive sampling dan snowball. Kuesioner dibagikan kepada 80 orang responden secara acak. Informan terdiri dari Kepala Adat, Ketua RW, Dukun Kampung, dan Tenaga Kesehatan. Pendekatan etik dilakukan dengan menentukan nilai Frekuensi Kutipan Relatif (RFC), Pebble Distribution Method (PDM), dan nilai kepentingan lokal (Local User’s Value Index, LUVI). Berdasarkan hasil perhitungan RFC terdapat sejumlah 42 spesies tanaman yang dikenali dan dimanfaatkan sebagai tanaman obat. sebagai jenis tanaman yang memiliki nilai Frekuensi Kutipan Relatif (RFC) tertinggi adalah simpadeh atau jahe (Zingiber officinale) sebesar 0,95 dan yang terendah tanaman bungo kana sebesar 0,33. Perhitungan PDM dan LUVI menunjukkan bahwa penelitian berhasil mencatat spesies yang memiliki intensitas pemanfaatan dari yang tertinggi ke terendah. Sedangkan perhitungan nilai kepentingan lokal menunjukkan bahwa tanaman jahe merupakan tanaman yang paling dianggap penting dengan nilai PDM 17 dan LUVI 0,84% dan tanaman lado kutu dianggap paling tidak penting dengan nilai PDM 1,25 dan LUVI 0,06%. ......Research has been carried out on community knowledge about the biodiversity of medicinal plants in Kubu Gadang Tourism Village, Padang Panjang, West Sumatra. The main objective of the study is to determine the diversity of medicinal plants based on local knowledge of the Tourism Village community through an emic and ethical approach. The research method was conducted by interview and questionnaire to 80 respondents and 4 selected informants. Selection of informants using purposive sampling and snowball techniques. Questionnaires were distributed to 80 respondents randomly. The informants consisted of the customary head, the head of the RW, the village shaman, and health workers. The ethical approach is carried out by determining the value of the Relative Quotation Frequency (RFC), Pebble Distribution Method (PDM), and the value of local importance (Local User's Value Index, LUVI). Based on the results of the RFC calculation, there are 42 species of plants that are recognized and used as medicinal plants. as a type of plant that has the highest Relative Quotation Frequency (RFC) value is simpadeh or ginger (Zingiber officinale) of 0.95 and the lowest is Bungo kana plant of 0.33. PDM and LUVI calculations show that the study succeeded in recording species that had the highest utilization intensity to the lowest. While the calculation of the value of local importance shows that ginger is the most important plant with a PDM value of 17 and a LUVI of 0.84% ​​and a lado tick plant is considered the least important with a PDM value of 1.25 and a LUVI of 0.06%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library